Refrat Pelembab Fixxxx

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 17

PENDAHULUAN

Kulit adalah organ tubuh yang terletak yang paling luar yang mempunyai fungsi
sangat penting yaitu menutupi dan melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan serta
merupakan pembungkus tubuh yang sangat elastis. Pada kondisi kulit tertentu, pelembaban
diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Pengaruh berbagai
faktor baik dari luar maupun dalam tubuh, misalnya: udara kering, terik sinar matahari,
bertambahnya usia, ras, serta penyakit kulit dapat menyebabkan kulit menjadi lebih kering
akibat kehilangan air oleh penguapan yanag tidak kita rasakan.1

Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kemungkinan ini
yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang didapat dari kelenjar lemak dan sedikit
kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar
kulit. Namun dalam kondisi tertentu, faktor perlindungan alamiah tersebut tidak
mencukupi dan karena itu dibutuhkan perlindungan tambahan nonalamiah yaitu dengan
memberikan kosmetika pelembab kulit.1

Pelembab adalah suatu agen yang dirancang untuk membuat stratum corneum
menjadi lebih lembut dan lebih liat dengan meningkatkan jumlah hidrasi. Dasar
pelembaban kulit yang didapat adalah efek emolien, yaitu mencegah kekeringan dan
kerusakan kulit akibat sinar matahari atau penuaan kulit, sekaligus membuat kulit terlihat
bersinar. Bentuk sediaan kosmetika pelembab biasanya emulsi minyak dalam air (M/A)
namun dapat pula berbentuk emulsi air dalam minyak (A/M). Krim siang berbentuk emulsi
minyak dalam air yang lebih encer sehingga terasa lebih dingin dan tidak lengket, berisi
minyak mineral, propilen glikol dalam air.1,3

Pelembab menghidrasi kulit dengan mengurangi transepideral water loss (TEWL)


dan menarik air untuk menghidrasi ke stratum korneum dan epidermis. Zat yang
mengurangi TEWL adalah zat oklusif berminyak, seperti petrolatum, parafin, minyak
mineral, dimethicone, cyclo-methicone, dll. Bahan yang menarik air ke kulit dikenal
sebagai humektan dan termasuk gliserin, sorbitol, propilen glikol, hyaluronic acid, sodium
PCA, protein,dll. Pelembab paling manjur mengandung bahan oklusif dan humektan.2

1
Pelembab adalah kelompok produk kosmetik yang dirancang untuk perawatan kulit
dan kebersihan. Mereka berpusat pada pengobatan kulit kering yang menghasilkan kulit
halus, lebih kenyal dan tampak sehat. Dalam beberapa tahun terakhir pelembab berada di
bawah pengawasan ketat terutama tentang efek terapi mereka. Mereka mungkin adalah
produk yang paling sering diresepkan dalam dermatologi, dan, sampai saat ini,
dermatologists telah menerima sedikit pelatihan atau bahkan tidak ada tentang produk ini,
termasuk bahan-bahan dari pelembab, farmakokinetik, manfaat, dan toksisitas dari
pelembab tersebut.3 Untuk itu penulis ingin mengetahui bahan, farmakokinetik, manfaat
dan toksisitas dari pelembab itu sendiri

2
PEMBAHASAN

A. Mekanisme Pengaturan Hidrasi Kulit

Terdapat keseimbangan antara keluar dan masuknya cairan di stratum


corneum. Masuknya cairan endogen berasal dari proses difusi dari dermis ke
permukaan kulit dan juga sekresi kelenjar keringat. Pemasukan secara eksogen
meningkat ketika kelembaban relatif tinggi. Keseimbangan terjadi bila
kelembaban relatif lingkungan ialah 85%, dibawah konsentrasi tersebut terjadi
kehilangan air transepidermal (transepidermal waterloss/TEWL) dan diatas
konsentrasi tersebut terjadi sebaliknya.4

Kehilangan cairan juga dihubungkan dengan berbagai keadaan misalnya


cuaca berangin, suhu lingkungan yang tinggi maupun rendah, udara yang
kering, penggunaan bahan yang mengandung surfaktan, bahan alkali (sabun),
pelarut organik (contohnya eter, aseton, alkohol), enzim proteolitik dan
lipolitik, proses penuaan, serta berbagai kelainan kulit.4

Jacobi menyatakan bahwa kemampuan kulit untuk menyimpan


kelembaban berhubungan dengan adanya bahan yang larut dalam air,
dinamakan faktor X atau factor pelembab alami (natural moisturizing
factor/NMF). Kelembaban bergantung pada 3 faktor yaitu:

1. Kecepatan cairan mencapai stratum korneum dari lapisan bawah


(kelenjar ekrin, transfer transepidermal)

2. Kecepatan penguapan cairan

3. Kemampuan stratum korneum untuk menahan cairan bergantung


kepada integritas lapisan hidrolipid, adanya NMF, cukup tersedianya
air interseluler, integritas membran sel dan semen interseluler yang
berasal dari lipid penunjang.

3
Komposisi lapisan hidrolipid terdiri atas air, ion, asam amino, urea,
squalen, trigliserida, kolesterol bebas dan esternya, asam lemak dan lemak
lilin. Lapisan hidrolipid berasal dari sebum dan sekresi keringat. 4

Spiet dan Pasher (1956) menemukan bahwa SC terdiri dari 58%


keratin, 30% NMF dan 11% lipid. NMF terdiri dari asam amino bebas, asam
urokanant, asam pirilidon karbosiklat, urea, elektrolit, garam dan fraksi gula
yang indeterminant. Komposisi semen interseluler terdiri atas sfingolipid 49%,
asam lemak 26% (asam linoleat) dan kolesterol 20% .4

B. Patofisiologi Kulit Kering

Pada keadaan normal, air mengalir secara difusi dari dermis menuju ke
epidermis melalui dua cara yaitu melalui stratum corneum (sc) dan ruang
interseluler. Oleh sebab itu normal air akan keluar dari tubuh melalui epidermis,
keadaan tersebut dikenal dengan istilah transepidermal water loss (TEWL).
Normal TEWL berkisar 0.1 – 0.4 mg/cm2 per jam. Proses difusi pasif terjadi
karena terdapatnya perbedaan kandungan air dari stratum basalis ( 60 – 70%) ,
stratum granulosum ( 40 -60%) dan stratum corneum kurang dari 15%
sehingga air mengalir dari stratum basalis ke stratum corneum. Dengan
demikian maka SC merupakan barier hidrasi yang sangat penting dalam
memepertahankan kelembaban kulit. Pada kulit yang sakit seperti pada
psoriasis dan eczemal (terdapat kelainan epidermis), barier kulit melemah
sehingga kec TEWL meningkat 10 kali lebih besar dari normal. Di lain pihak
SC terdiri dari sel- sel tak berinti yang banyak mengandung protein
(profilaggrin, filaggrin dan garnul keratohyalin) dan ruang interseluler yang
banyak mengandung lipid dan membran SC ( ceramide, FFA dan cholesterol )
dan bahan pelembab alami ( natural moistuerizing factor = NMF ) yang
mempunyai kemampuan mengikat air sangat kuat. Di samping itu enzym –
enzyme yang ada di ruang interseluler juga dapat menyebabkan perubahan
komposisi lipid interseluler sehingga dapat mempengaruhi TEWL.5

Ceramide merupakan komponen utama lipid interseluler SC dan banyak


mengandung asam linoleat. Ikatan antara ceramide dan air akan membentuk
emulsi yang halus sehingga nampak halus dan lembut. Pada keadaan tertentu,

4
cuaca bersuhu rendah dengan kelembaban relatif rendah, ikatan antara
ceramide dan air tersebut akan mengkristal sehingga kulit menjadi kering kasar
dan kusam.5

Pada proses penuaan SC masih intak akan tetapi fungsi barier


mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena jumlah faktor pelembab alami
yang rendah sehingga menyebabkan penurunan kapasitas mengikat air lebih
kurang 75% dari normal, akibatnya TEWL meningkat.5

C. Penatalaksanaan

Untuk memperbaiki kulit kering, harus mengurangi hilangnya air lewat


epidermis (TEWL) dengan jalan memberikan bahan yang bersifat hidrasi
(moisturizer) yang larut dalam air atau pelumas (lumbricating) dan penutup
(oclution) yang tidak larut dalam air.5

Istilah pelembab dan emolien sering dikacaukan sehingga timbul


bermacam definisi. Istilah pelembab menggambarkan terjadinya penambahan
air ke kulit, sehingga menurunkan kekasaran kulit atau peningkatan kadar air
secara aktif ke kulit. Pengertian emolien adalah bahan oklusif yang membantu
hidrasi kulit dengan cara mengoklusi permukaan kulit dan menahan air di
stratum corneum.4

D. Jenis-Jenis Pelembab

Penggolongan pelembab berdasarkan atas mekanisme hidrasi langsung dan


tidak langsung

A. Oklusi

Oklusi sebagai penutup dari Stratum corneum untuk menghambat


dari TEWL dengan membentuk hidrofobik barrier di seluruh kulit.Yanng
memiliki oklusi paling baik adalah petrolatum dan mineral oil, terkadang
oclusi dapat dikombinasi dengan humektan. Contoh oklusi sebagai
berikut: petrolatum, mineral oil, paraffin, squalene, dimethicone,soybean
oil, grapeseed oil, propylene gylco, lanolin, beeswax.

5
Mekanisme kerja pelembab dengan membentuk lapisan film
dipermukaan kulit dengan tujuan mencegah hilangnya air dari stratum
korneum. Pada mumnya yang tergolong oklusif adalah lemak dan minyak
lemak. Bahan-bahan yang memiliki mekanisme oklusif merupakan bahan
pelembab terbaik tetapi kurang dapat diterima dengan baik karna sifatnya
yang beriminyak. Sebagai contoh adalah petrolatum, minyak mineral,
paraffin, skualen,diemtikon, minyak kedelai, minyak biji anggur, dan
lanolin.

(Sumber: Jurnal Moisturizer action, types, role in dermatology)

B. Humektan

merupakan material larut air denga kemampuan absorpsi air yang


tinggi, mampu untuk mengabsorpsi air dari lapisan dasar epidermis dan
dermis, dan memiliki hasil yang baik sestelah dikombinasikan dengan
oklusif, bahan higroskopis yang menyebabkan lapisan epidermis mampu
menyerap dan menyimpan air.

Mekanisme pelembab dengan cara menarik air atau menyerap air


ketika diaplikasikan pada kulit dan meningkatkan hidrasi stratum
korneum. Humektan merupakan bahan yang memiliki sifat hidrofilik
dengan mekanisme kerja menyerap air yang tinggi. Tetapi humektan dapat
juga menarik air dari bagian epidermis dan dermis yang dapat

6
menyebabkan kulit menjadi kering. Maka sebaiknya penggunaan
humektan dikombinasikan dengan bahan oklusif. Mekanisme humektan
yang menarik air penetrasi kedalam kulit, akan mengakibatkan
pengembangan stratum korneum yang memberikan persepsi kulit halus
dengan sedikit kerut.

 Gliserin

 Sorbitol

 propilen glikol

 ester poligliseril

 asam hialuronat

 urea

 panthenol

 gelatin

C. Emollient

Terdiri dari lemak dan minyak yang dapat melakukan hidrasi dan
meningkatkan kelembutan dan kelembaban kulit serta dapat membentuk
lapisan yang mempunyai kemampuan untuk mengganti lapisan hidrofilik
alamiah, sehingga mengurangi TEWL. Lipid yang menjadi komponen
emollient dapat berasal dari hewan, tumbuhan, minyak mineral atau
sintetik. Mekanisme kerja dengan mengisi ruang antara deskuamating
kerainosit untuk membentuk permukaan yang halus. Emolien dapat
meningkatkan kohesi dari sel-sel kertinosit sehingga ujung-ujung sel tidak
menggulung. Selain itu, ada beberapa bahan dengan mekanisme kerja
emolien yang juga memiliki mekanisme kerja sebagai humektan dan
oklusif.

7
Tabel 2. Klasifikasi Emolien

Dry Emolients Fatty Emolients Astringent Protective


Emolients Emolients

Decyl oleat Castor oil Cyclomethicone Diisopropyl


Isopropyl Glyceryl stearate Dimethicon Dilinoleate
Palmitate Jojoba oil Idopropyl Isopropyl
Isostearyl Octyl stearate Myristate Isostearate
alcohol Propylene glycol Octyl octanoate

D. Protein Rejuvenator
Protein rejuvenator dapat meremajakan kulit dengan mengisi
protein esensial pada kulit.

Tabel 3. Macam-macam Pelembab

(Sumber: Jurnal Moisturizer action, types, role in dermatology)

Penggolongan pelembab berdasarkan atas mekanisme hidrasi langsung dan tidak


langsung:

 Tidak Langsung

 Bahan oklusi

8
 Bahan pembentuk lipofilik: asam lemak esensial dan seramid

 Langsung

 Bahan pembentuk lapisan hidrofilik: glikosaminoglikan, kolagen,


polimer hidrofilik

 Humektsn

 Natural moisturizing faktor (NMF): natrium piloridon karboksil,


urea, asam amino, asam alfa, hidroksi.

E. Fungsi Moisturizer

 sebagai pelembab: meningkatkan air di stratum corneum, dengan adanya


proses hidrasi sehingga membuat permukaan kulit lembut

 anti inflamasi: moisturizer menghambat produksi proinflmasi prostanoid


dengan memblok aktivitas dari cyclookigenase

 anti mitotic: moisturizer terdiri dari mineral oil yang memiliki low grade
dari antimitotic di epidermis dan berfungsi di dalam proses inflamasi kulit
seperti psoriasis

 anti pruritus: emmolien bertindak dengan cara menurunkan regulasi dari


sitokin sehingga rasa gatal menurun. Adanya cooling effect yang disertai
dari evaporasi air di permukaan kulit setelah menggunakan moisturizer

F. Fungsi Bahan Aktif Dalam Pelembab

9
Bahan yang telah dilaporkan memiliki efek biologis potensial dan
mengurangi keparahan dari kulit kering adalah AHA dan Beta Hydroxy Acids
(BHA), termasuk garam-garamnya, serta retinoid. Asam hidroksi
diklasifikasikan sesuai dengan jumlah asam karboksilat pada konfigurasi
mereka. Asam monokarboksilat adalah glycolic, lactic, dan asam mandelic.
Asam dikarboksilat termasuk asam malat dan tartrat. Asam trikarboksilat
mewujudkan asam sitrat ditemukan dalam buah jeruk. Para BHA mencakup
asam salisilat sebagian besar dan turunannya.3

AHA memiliki efek menarik pada stratum korneum, dan telah terbukti
dalam pengelupasan, dengan demikian, mereka berguna dalam kondisi
hiperkeratosis. Mereka bertindak sebagai humektan dan memiliki efek
normalisasi pada stratum korneum, meningkatkan plastisitas dan fleksibilitas. 3

Retinoid adalah kelas lain dari tumbuhan dengan implikasi fisiologis


penting. Senyawa ini telah terbukti bermanfaat pada penuaan kulit. Secara
klinis, mereka telah terbukti mengurangi beberapa stigmata kulit
photodamaged. Histologi, Weiss et al telah menunjukkan penebalan mitosis
epidermal dengan peningkatan keratinosit. Pemadatan dari stratum korneum
dan pengurangan pigmentasi terjadi, dengan akumulasi glucosaminoglycan
dalam dermis. 3

Vitamin telah menjadi bahan biasa dalam pelembab. Peran mereka


dalam perlindungan dari radikal oksigen yang diproduksi oleh eksogen
(misalnya, sinar UV) dan endogen (misalnya, peradangan). Ketika dioleskan,
vitamin telah terbukti mengurangi cedera seluler. 3

G. Efek Samping

Efek samping dari penggunaan pelembab yang paling sering terjadi


adalah iritasi subjektif umum. Selain itu pelembab dapat juga mengakibatkan
kulit seperti terbakar, nyeri/iritasi, dan gatal-gatal pada daerah yang diberikan
pelembab tanpa perubahan yang terlihat atau perubahan mikroskopik.
Terkadang dapat juga mengakibatkan Dermatitis. Hal ini disebabkan adanya

10
reaksi tubuh yang berlebihan pada zat kandungan dalam pelembab, namun
setiap individu berbeda-beda reaksi /efek samping dari pelembab. 3

H. Contoh-contoh pelembab yang beredar dipasaran

Beberapa contoh Pelembab dan lotion yang tersedia meliputi:

 Almay

 Allercreme

 Aveeno

 Aqua Perawatan

 Avon

 Bonne Bell

 Candermyl cream

 Clarion ultra murni

 Clean and Clear

 Dove

 Nivea

 Elizabeth Arden

 Johnson krim baby oil

 Moisturel

 Noxzema medis kulit

 Noxzema kulit lotion

 Nutraderm

11
 Minyak Olay

 Vaselin Intensive Care

I. Penggunaan Pelembab pada kelainan kulit

Pada berbagai jenis penyakit, penggunaan pelembab digunakan sebagai


terapi/terapi adjuvan

1. Dermatitis atopik

Selama periode remisi, penggunaan teratur terapi topikal dasar yang


terdiri dari pelembab bebas obat, air-dalam-minyak telah terbukti
menurunkan kekambuh dan tingkat keparahan. Efikasi dan tolerabilitas
pelembab yang mengandung urea pada subyek dengan dermatitis atopik
dievaluasi menggunakan pelembab baru, urea 5% atau lotion urea yang
tersedia secara komersial 10% dua kali sehari selama 42 hari, Kedua lotion
urea memperbaiki dermatitis atopik dan ditoleransi dengan baik.

2. Eksim ringan sampai moderat

Satu studi mengevaluasi efek dari kedua vesikular emulsi pembersih


yang mengandung ceramide multilamellar cair dan krim pelembab ditambah
krim fluosinonida 0,05% dibandingkan dengan pembersih bar ditambah krim
fluosinonida 0,05% untuk eksim ringan sampai sedang. Penambahan emulsi
vesikular multilamellar ceramide yang mengandung cairan pembersih dan
krim pelembab untuk hasil ini ditingkatkan oleh high-potensi kortikosteroid
dibandingkan dengan penggunaan pembersih bar dan tinggi-potensi
kortikosteroid dalam mengurangi durasi penyakit, waktu untuk pembersihan
penyakit, dan gejala.3

12
3. dermatitis kontak Iritan Primer

Dermatitis kontak iritan pada tangan sebagai akibat dari mencuci


tangan berulang-ulang merupakan komplikasi potensial. Aplikasi secara
teratur pelembab ke kulit yang sehat menawarkan efek perlindungan terhadap
paparan berulang terhadap iritasi dan dapat mencegah perkembangan
dermatitis. Penerapan pelembab dengan zat penguta penghalang dapat
memperpanjang interval bebas penyakit pada pasien dengan eksim pada
tangan.3

4. Psorias

Pada psoriasis, penggunaan pelembab telah terbukti untuk


meningkatkan terapi adjuvan dengan kortikosteroid. Dalam fototerapi,
pelembab telah terbukti untuk meningkatkan efektivitas dan mungkin yang
memiliki komponen pelindung terhadap kerusakan oleh cahaya UV-A.3

5. Ichthyosis

Pengobatan dengan AHA dan / atau lotion 12% laktat vulgaris


meningkat secara signifikan, pipih, linked, Netherton, dan bentuk EHK dari
ichthyosis. Ini modalitas terapi baru memperluas ruang lingkup dan luasnya
kondisi ichthyotic yang sekarang dapat diobati dengan sukses.3

6. Rosacea

Rosacea, yang sering kali berisi kekeringan kulit wajah dan


meningkatkan sensitivitas, dapat mengambil manfaat dari penggunaan
pelembab sebagai pengobatan adjuvant. Sebuah studi observasional
terkontrol acak, menemukan pelembab yang mengandung niacinamide wajah
memberikan manfaat klinis untuk subyek dengan rosacea.3

13
7. Fotoproteksi

Perlindungan spektrum luas dalam pelembab atau harian-produk


perawatan dapat mencegah efek kumulatif sub-erythemal dari UVR dari
paparan sinar matahari langsung.3

14
KESIMPULAN

Pelembab adalah suatu agen yang dirancang untuk membuat stratum corneum
menjadi lebih lembut dan lebih liat dengan meningkatkan jumlah hidrasi. Pelembab
menghidrasi kulit dengan mengurangi transepideral water loss (TEWL) dan menarik air
untuk menghidrasi ke stratum korneum dan epidermis. Zat yang mengurangi TEWL adalah
zat oklusif berminyak, seperti petrolatum, parafin, minyak mineral, dimethicone, cyclo-
methicone, dll. Bahan yang menarik air ke kulit dikenal sebagai humektan dan termasuk
gliserin, sorbitol, propilen glikol, hyaluronic acid, sodium PCA, protein,dll. Pelembab
paling manjur mengandung bahan oklusif dan humektan.

Pelembab sebagai sering digunakan sebagai terapi/terapi adjuvant pada beberapa


penyaklit seperti; dermatitis atopik, Eksim ringan sampai moderat, dermatitis kontak Iritan
Primer, Psorias, Ichthyosis, Rosacea, Fotoproteksi. Namun terkadang pelembab
memberikan efek samping yang tidak menyenangkan pada beberapa orang.

Efek samping dari penggunaan pelembab yang paling sering terjadi adalah iritasi
subjektif umum. seperti kulit terbakar, nyeri/iritasi, dan gatal-gatal. Terkadang dapat juga
mengakibatkan dermatitis. Hal ini disebabkan adanya reaksi tubuh yang berlebihan pada
zat kandungan dalam pelembab, namun setiap individu berbeda-beda reaksi /efek samping
dari pelembab.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Schettle L, Peter A, Lio MD. Moiusturizers For Skin Disease: New Insights.
Clinical Focus Pediatrics. 2013;45-49

2. Draelos ZD. An Evaluation of Prescription Device Moisturizers. Journal of


Cosmetic Dermatology 2009;8(1):40-43

3. Goldsmith l, Wolf K, Gilcherst B, Leffel D. Fitzpatrick’s Dermatology in General


medicine 8th edition. Mc-Graw Hill USA. 2011.

4. Sethi A, Kaur T, Malhotra SK, Ghambir ML. Mouisturizers: The Slippery Road.
Indian Journal of Dermatology. 2016;61(3):279-287

5. Schwartz RA. Atopic Dermatitis Treatment & Management. American Academy


of Dermatology. 2018.

6. Purwandhani E, Effendi EHF. Pelembab & Emolien Untuk Kelainan Kulit Pada
Bayi dan Anak. MDVI. 2000;27(4):20– 26

7. Loden M. Maibach H. Dry skin and Moisturizers: Chemistry and Function. CRC
Press New York. 1999.

8. Loden M. The Clinical Benefit of Mouiturizers. Journal of The European Academy


of Dermatology and Venerology. 2005;17(1):672-688

9. Rawlings AV, Canestrari DA, Dobkowski B. Moisturizers Technology Versus


Clinical Performance. Dermatology Ther. 2004;17(1):49-56

10. Purnamawati S, Indrastuti N. The Role of Moisturizers in Addressing Various


Kinds of Dermatitis: A Review. Clinical Medicine & Research. 2017; 15(3):75-87

16
17

Anda mungkin juga menyukai