Draft Case Hipertensi Paru
Draft Case Hipertensi Paru
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1.1 IDENTIFIKASI
Nn. DA, 21 tahun, agama Islam, belum menikah, pekerjaan mahasiswi,
pendidikan terakhir SLTA, alamat Ilir Barat II, Palembang dirawat di Kelingi 2 Bed
4.6 RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang sejak tanggal 21 Maret 2019, dengan
keluhan demam dan batuk sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
2
2.1.4 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
Pasien lahir di bidan. Saat lahir, pasien langsung menangis, tidak biru. Pasien
merupakan anak pertama dari empat bersaudara
Pasien menstruasi pertama kali pada usia 13 tahun, teratur sebanyak satu kali tiap
bulan. Jarak tiap menstruasi antara 28 hari, dengan durasi tiap menstruasi berkisar
antara 5-6 hari.
4
Mulut :Mukosa lidah pucat tidak ada, atropi papil lidah tidak ada,
mulut dan lidah kering tidak ada
Leher : Trakhea di tengah, JVP (5-2) CmH2O, Pembesaran Kelenjar
Getah Bening tidak ada
Thoraks : barrel chest tidak ada, sudut tulang costae mendatar tidak ada,
sela iga kesan tidak melebar
Pulmo anterior
I : Statis dan dinamis kanan dan kiri sama, simetris, sela iga tidak
tampak melebar
P : Stem fremitus paru kiri relatif lebih mengeras dibanding paru kanan
P : Sonor di lapangan paru kanan, redup pada lapang paru kiri mulai dari
sela iga II ke bawah
A : Vesikuler (+) menurun pada paru kiri mulai dari sela iga II ke bawah,
ronkhi basah kasar di lapang paru kiri, wheezing (-)
Pulmo posterior
I : Statis dan dinamis simetris, kanan dan kiri sama
P : Stem fremitus hemiotoraks kiri relatif lebih mengeras dibanding
kanan
P : sonor di lapangan paru kanan, redup pada lapang paru kiri
A : Vesikuler (+) menurun pada lapang paru kiri, ronkhi basah kasar
lapang paru kiri, wheezing (-)
Cor
I : Iktus kordis tidak terlihat
P : Iktus kordis teraba pada sela iga kelima, satu jari medial dari linea
midklavikular sinistra
P : Batas atas sela iga kedua linea parasternal sinistra
batas kanan jantung sela iga kelima linea sternalis dextra
batas kiri sela iga kelima, satu jari medial dari linea midklavikular
sinistra
6
Interpretasi:
Interpretasi: Irama Sinus Rythm, Axis Normal, Laju QRS 120 x/menit, Gel. P
normal, PR int 0,16 dtk, QRS durasi 0,06 detik, R/S di V1 ˂1, S di V1 + R di V5/V6
8
< 35 mV, ST depresi II, III, aVF, Inversi gelombang T di II,III,aVF V2-V4, Q
patologis (-)
Interpretasi:
Nn. DA, umur 20 tahun, datang ke IGD RSMH tanggal 21 Maret 2019 pukul
14.00 WIB dengan keluhan utama demam dan batuk sejak 2 hari SMRS. Sejak 1
tahun SMRS, pasien mengeluh nyeri sendi, rambut rontok. Sejak ± 2 bulan SMRS,
pasien mengeluh sesak nafas dan mudah lelah. Sesak dirasakan terutama dirasakan
setelah beraktifitas, dan berkurang bila pasien beristirahat. Sejak ± 1 bulan SMRS,
pasien mengeluh lemah pada anggota gerak bawah,timbul secara perlahan-lahan,
mulai dari kaki, betis, paha hingga pinggang. Pasien masih dapat mengendalikan
BAB dan BAK. Pasien dirawat selama 5 hari namun belum ada perbaikan. Sejak 2
hari SMRS, pasien mengeluh demam, batuk berdahak dan sesak nafas.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi nadi 120 kali
permenit, frekuensi napas 24 kali permenit, suhu 37.9 C. Pada pemeriksaan fisis paru
didapatkan adanya peningkatan fremitus taktil paru kiri, perkusi redup paru kiri dan
bunyi napas vesikuler menurun dan rhonki basah kasar paru kiri. Pada pemeriksaan
jantung didapatkan bunyi komponen P2 yang mengeras pada katup pulmonal dan
murmur sistolik grade3/6 dengan punktum maksimum di area pulmonal. Pada
pemeriksaan motorik tungkai didapatkan penurunan kekuatan motorik dan penurunan
refleks fisiologis patella.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan kesan Anemia
Hipokrom Mikrositer, dan kenaikan titer ANA dan antidsDNA. Pada EKG
didapatkan irama sinus rhyhtm dengan laju QRS 120 kali permenit dan iskemik
anterior dan inferior. Pada Rontgen Toraks didapatkan perselubungan homogen paru
kiri kesan Pneumonia.
1. Pnemonia HAP
10
2. SLE
3. Hipertensi Pulmonal
4. Paraparesis tipe flaccid
5. Anemia hipokromik mikrositer
Rencana Pengobatan
Nonfarmakologis:
Istirahat
Diet 1500 kkal per hari
10
Farmakologis
IVFD NaCl 0.9% 1300 ml per 24 jam (gtt XXIV/menit makro), dengan
perhitungan sebagai berikut
Kebutuhan cairan dewasa 25-30 ml/kgBB = (25-30)x45 kg=1125-1350
(1300 ml/hari)
Kebutuhan Natrium 2-4 mEq/kg BB = 4x45 kg= 90-180 mEq per hari
Kebutuhan Chlorida 1-2 mEq/kg BB = 2x45= 90 mEq/hari
Paracetamol tab 500 mg 3x1 peroral bila demam
Antibiotik Ceftriaxone 1 gram per 12 jam i.v
N-Acetylcysteine tablet 200 mg per 8 jam p.o
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, terapi, dan rencana
pemeriksaan yang akan dilakukan.
Rencana Pemeriksaan
Foto toraks lateral untuk mengkonfirmasi adanya suatu effusi pleura
Kultur sputum untuk identifikasi kuman dan uji kepekaan antibiotik
Rencana Konsultasi
Divisi Pulmonologi
Rencana Pengobatan
Farmakologis
Nonfarmakologis
Diet 1500 kkal per hari kkal per hari
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, terapi, dan rencana
pemeriksaan yang akan dilakukan.
Rencana Pemeriksaan
Faal Hemostasis
Urin rutin
Rencana Konsultasi
12
2.6.3 Hipertensi Pulmonal
Dipikirkan Hipertensi Pulmonal, atas dasar sesak nafas dan mudah
lelah sejak 2 bulan. Sesak dirasakan terutama dirasakan setelah beraktifitas,
dan berkurang bila pasien beristirahat.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 130/90 mmHg, frekuensi
nadi 120 kali permenit, frekuensi napas 24 kali permenit, suhu 37.9 C. Pada
pemeriksaan spesifik didapatkan adanya Bunyi Jantung II komponen P2
mengeras di area Pulmonal dan murmur sistolik grada 3/6 dengan punctum
maksimum di area pulmonal.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Darah Rutin Hb 9.8
g/dL, Hematokrit 30%, leukosit 14500 /mm3 dengan hitung jenis peningkatan
neutrofil 80%, dan trombosit 452000
Kami pikirkan diagnosa pada pasien ini yaitu Hipertensi Pulmonal,
dengan diagnosa banding Stenosis Pulmonal.
Rencana Pengobatan
Farmakologis
Tidak ada rencana tatalaksana farmakologi secara khusus
Nonfarmakologis
Diet 1500 kkal per hari
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, terapi, dan rencana
pemeriksaan yang akan dilakukan.
Rencana Pemeriksaan
Ekokardiografi
Rencana Konsultasi
14
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, terapi, dan rencana
pemeriksaan yang akan dilakukan.
Rencana Pemeriksaan
Rencana Konsultasi
Departemen Neurologi
14
Pada anamnesis didapatkan keluhan demam sejak 2 bulan SMRS, ada
benjolan di lipat paha kanan sejak 1 bulan SMRS dan riwayat operasi
pengambilan benjolan di paha kanan 1 bulan SMRS.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, frekuensi
nadi 120 kali permenit, frekuensi napas 22 kali permenit, suhu 38C.
Konjungtiva anemis tidak ada, palmar pucat tidak ada.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil Darah Rutin Hb 11.7
g/dL, Hematokrit 34%, Eritrosit 4.73x106 mm3, dengan Hitung MCV 82.8 fL
dan MCH 27.0 pg.
Kami pikirkan diagnosa pada pasien ini yaitu anemia hipokrom
mikrositer ec. Penyakit Kronik, dengan diagnosa banding anemia defisiensi
besi.
Rencana Pengobatan
Farmakologis
Tidak ada rencana tatalaksana farmakologi secara khusus
Nonfarmakologis
Diet 1500 kkal per hari
Rencana Edukasi
Menjelaskan kepada pasien mengenai diagnosis, terapi, dan rencana
pemeriksaan yang akan dilakukan.
Rencana Pemeriksaan
Rencana Konsultasi
Divisi Hematologi Onkologi Medik
16
2.7. DIAGNOSIS
2.8. PENATALAKSANAAN
2.8.1. Nonfarmakologis
Istirahat
Diet Biasa, 1500 kkal/hari
Edukasi tentang penyakit, rencana pemeriksaan yang akan dilakukan dan
rencana tatalaksana
2.8.2 Farmakologis
16
Antibiotik Ceftriaxone 2x1 gram i.v
N- Acetylcysteine 200 mg per 8 jam iv
Metilprednison tablet 16 mg per 12 jam po
Mycophenolate mofetil 500 mg per 12 jam po
2.11 PROGNOSIS
18
BAK berwarna coklat seperti teh.
O: Keadaan Umum Tampak sakit sedang
Sensorium Composmentis
TD 110/80 mmHg
Nadi 64 kali/menit
RR 20 kali permenit
Suhu 36.5oC
VAS 2
Retikulosit 0.8%
Profil Lipid
Kolesterol Total: 151 mg/dL
LDL: 5 mg/dL
HDL: 92 mg/dL
Trigliserida: 203 mg/dL
Urinalisis:
Warna : Coklat
Kejernihan: Agak Keruh
Berat Jenis 1.025 (1.003-1.030)
pH 5.0
Protein: Negatif
Ascorbic Acid: Negatif
Glukosa: Negatif
Keton: Negatif
Darah: Negatif
Bilirubin: Negatif
Urobilinogen: 1 EU/dL (0.1-1.8)
Nitrit: Negatif
Leukosit Esterase: Negatif
Sedimen urine:
Epitel Negatif
Leukosit 0-1
Eritrosit 0-1
Silinder, kristal, bakteri, mukus, jamur Negatif
Feses Rutin
Makroskopik:
Warna: Kuning
Konsistensi : Lunak
Mikroskopik
Amoeba: Negatif
Eritrosit: 0-1
Leukosit: 0-1
Bakteri: Negatif
Jamur (TL): Negatif
20
Telur Cacing: Negatif
Sisa Makanan: Negatif
Lemak: Negatif
22
Gastroenterohepatolog Saran: Periksa CEA, CA 19-9, MRCP
i Spirometri ditunda sampai nyeri perbaikan dan pasien
bisa inspirasi dan ekspirasi maksimal.
TD 120/80 mmHg
Nadi 62 kali/menit
RR 20 kali permenit
Suhu 36.4oC
VAS 2
24
CEA 12.0 ng/mL (N: <5 ng/mL)
Konsul
Divisi Kesan : Ikterus Obstruktif e.c. Kolangiokarsinoma,
Gastroenterohepatolog Anemia Penyakit Kronik, Hipoalbuminemia ec.
i malnutrisi, PPOK Stabil
Saran: Konsul Bedah Digestif
Periksa Faal Hemostasis (PT, aPTT, INR)
26
Asam folat tab 3x1 PO
Vit B1B6B12 tab 1x1 PO
sternalis dextra
batas kiri sela iga kelima, satu jari medial
dari linea midklavikular sinistra
Auskultasi : HR: 65 x/m, BJ I dan II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi: Datar, simetris, tidak tampak vena
kolateral
Palpasi: Lemas, turgor baik, hepar teraba 3 jari
di bawah arcus costae, lien tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi : Bising usus 4 kali per menit.
Ekstrimitas: Akral hangat, edema (-) CRT < 2 detik
28
A: Ikterus Obstruktif e.c. Kolangiokarsinoma, Anemia
Penyakit Kronik, Hipoalbuminemia ec. malnutrisi,
PPOK Stabil, Koagulopati
Diagnosis Banding
P:
Penatalaksanaan Istirahat
Nonfarmakologis Diet Hati II, 1500 kkal, protein 80 gram
Edukasi
Kimia Klinik
Bilirubin Total 17.60 mg/dL
Protein total 5.8 g/dL
Albumin 2.8 g/dL
Ureum 21 mg/dL
30
Kreatinin 0.58 mg/dL
Elektrolit
Natrium 142 mEq/L
Kalium 3.1 mEq/L
Chlorida 108 mEq/L
Kalsium 9.0 mEq/L
32
Jantung :
Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: Iktus kordis teraba pada sela iga
kelima, satu jari medial dari linea
midklavikular sinistra
Perkusi:
Batas atas sela iga kedua linea parasternal
sinistra
batas kanan jantung sela iga kelima linea
sternalis dextra
batas kiri sela iga kelima, satu jari medial
dari linea midklavikular sinistra
Auskultasi : HR: 60 x/m, BJ I dan II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi: Datar, simetris. Terdapat bekas
sayatan di linea media, tertutup verban.
Terdapat selang drain di abdomen kuadran
kanan atas. Cairan warna kuning (+) 250
cc/hari
Palpasi: Lemas, turgor baik, hepar teraba 3 jari
di bawah arcus costae, lien tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi : Bising usus 4 kali per menit.
Ekstrimitas: Akral hangat, edema (-) CRT < 2 detik
Kimia Klinik
Bilirubin Total 17.60 mg/dL
Protein total 5.1 g/dL
Albumin 2.6 g/dL
34
34
Pasien BAB 1 kali sehari, warna kuning seperti biasa.
BAK warna coklat seperti teh
O: Keadaan Sakit Sedang
Umum
Sensorium Composmentis
TD 120/80 mmHg
Nadi 70 kali/menit
RR 20 kali permenit
Suhu 36.5oC
VAS 1
Kimia Klinik
Bilirubin Total 7.10 mg/dL
Bilirubin Direk 5.3 mg/dL
Bilirubin indirek 1.8 mg/dL
Albumin 3.0 g/dl
SGOT 60 U/L
SGPT 51 U/L
Alkali Pospatase 182 U/L(40-129)
Gamma GT 103 U/L (10-66)
USG Abdomen:
36
tampak massa/kista/kalsifikasi
Lien :Ukuran normal, parenkim halus homogen
Ginjal kiri : Ukuran normal, batas korteks dan medulla
jelas, tak tampak pelebaran pelviocalices,
batu (-)
Ginjal kanan : Ukuran normal, batas korteks dan medulla
jelas, tak tampak pelebaran pelviocalices,
batu (-)
Vesika urinaria: Normal, dinidng tidak menebal
Kesimpulan: Obstruksi bilier ekstrahepatik,
Hepatomegali
Rencana
38
Pemeriksaan
Rencana Konsul Konsul Divisi Gastroenterohepatologi
38
kuadran kanan atas
Palpasi: Lemas, turgor baik, hepar teraba 3 jari di
bawah arcus costae, lien tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi : Bising usus 4 kali per menit.
Ekstrimitas: Akral hangat, edema (-) CRT < 2 detik
Kesan
I. Papillary adenoma pada gallbladder
II. Metastase adenocarcinoma pada liver
Konsul
Divisi Hematologi Kesan: Adenoma gallbladder, Adenocarcinoma CBD
Onkologi Medik metastasis hepar
Saran: Evaluasi untuk kemoterapi dari poli rawat jalan
Diagnosis Banding
P:
Penatalaksanaan Diet 1900 kkal, protein 70 gram
Nonfarmakologis Edukasi
Rawat luka bersama Bagian Bedah
Rawat Jalan
40
satu jari medial dari linea midklavikular sinistra
Perkusi:
Batas atas sela iga kedua linea parasternal
sinistra
batas kanan jantung sela iga kelima linea
sternalis dextra
batas kiri sela iga kelima, satu jari medial dari
linea midklavikular sinistra
Auskultasi : HR: 70 x/m, BJ I dan II reguler,
murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi: Datar, simetris, drain di abdomen
kuadran kanan atas
Palpasi: Lemas, turgor baik, hepar teraba 3 jari di
bawah arcus costae, lien tidak teraba
Perkusi: timpani
Auskultasi : Bising usus 4 kali per menit.
Ekstrimitas: Akral hangat, edema (-) CRT < 2 detik
Faal Hemostasis
PT+INR
Kontrol: 14.4 dtk
Pasien: 12.6 dtk
INR 0.92
aPTT
Kontrol: 29.2 dtk
Pasien: 28.0 dtk
Kimia Klinik
Bilirubin Total 4.20 mg/dL
Bilirubin Direk 3.10 mg/dL
Bilirubin indirek 1.1 mg/dL
Albumin 3.2 g/dl
SGOT 35U/L
42
SGPT 4 2U/:
Alkali Pospatase 169 U/L(40-129)
Hasil Konsul
42
mata berwarna kuning, BAK berwarna coklat seperti teh, BAB pucat seperti dempul
dan berlemak. Tidak ada keluhan gatal. Demam disangkal. Mual dan penurunan nafsu
makan ada. Pasien merasa lemas. Terdapat riwayat merokok dan konsumsi alkohol.
Pada keluarga terdapat riwayat tumor abdomen dan tenggorokan, yaitu pada ibu dan
kakak pasien.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang,
kesadaran composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, Frekuensi nadi 54 kali
permenit, frekuensi napas 18 kali permenit, suhu 36 C. Didapatkan konjungtiva
anemis dan sklera ikterik. Pada pemeriksaan abdomen, hepar teraba tiga jari dibawah
arcus costae, lunak, tepi tumpul, permukaan rata.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium didapatkan kesan Anemia
Normositik Normokromik, Kenaikan Transaminase, Hiperbilirubinemia Direk dan
Indirek dan Kenaikan Gamma GT. Pada EKG tidak dijumpai kelainan. Pada Rontgen
Toraks didapatkan kesan gambaran PPOK. Pada pemeriksaan USG Abdomen dan
MRCP didapatkan dilatasi duktus biliaris komunis. Pada saat dilakukan laparotomi
eksplorasi didapati adanya massa di sekitar duktus biliaris komunis. Pemeriksaan
Biopsi PA menunjukkan adanya Adenocarcinoma dengan Metastasis Hepar.
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan pasien mengalami kondisi
ikterus obstruktif yang disebabkan oleh kompresi suatu massa di duktus biliaris
komunis (Common Bile Duct/CBD). Hal ini dikonfirmasi oleh temuan intraoperatif
adanya suatu massa di distal CBD, dengan hasil biopsi Patologi Anatomi (PA)
menunjukkan adanya metastase adenocarcinoma di hati.
Ikterus merupakan suatu kondisi dimana terjadi diskolorasi kuning pada
sklera yang diakibatkan oleh kenaikan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus
merupakan bagian dari kondisi klinis jaundice, yang didefinisikan sebagai diskolorasi
kuning pada kulit, membran mukosa dan sklera yang diakibatkan oleh deposisi
pigmen empedu bilirubin.10 Kondisi ini dapat terjadi secara klinis bila kadar bilirubin
meningkat di atas 2 mg/dL.11
44
44
Pada kondisi di mana ditemukan kenaikan bilirubin direk lebih tinggi
dibandingkan kenaikan bilirubin indirek, perlu dipikirkan kondisi kolestasis.
Kolestasis adalah suatu keadaan di mana terjadi hambatan pasase empedu dari hati
menuju kandung empedu, hingga duktus biliaris komunis.
Pada pasien ini, didapatkan keluhan kuning pada mata disertai keluhan feses
berwarna pucat seperti dempul dan warna BAK coklat tua seperti teh. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil hiperbilirubinemia, di mana bilirubin
direk meningkat lebih tinggi dibanding bilirubin indirek. Selain itu dijumpai kenaikan
kadar Alkali Phospatase dan Gamma-GT, suatu petanda untuk obstruksi saluran
46
46
TNM Stage Kriteria
Tx Tumor Primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti tumor primer
Tis Carcinoma in situ (intraductal tumor)
T1 Tumor terbatas pada duktus biliaris secara histologis
T2a Tumor menginvasi keluar dinding duktus biliaris
T3 Tumor menginvasi kandung empedu, pankreas, duodenum, atau
organ lain yang berdekatan tanpa keterlibatan celiac axis atau arteri
mesenterika superior
T4 Tumor dengan keterlibatan celiac axis atau arteri mesenterika
superior
Nx Kelenjar getah bening primer tidak dapat dinilai
N0 Tidak ada metastasis KGB regional
N1 Ada metastasis KGB regional
M0 Tidak ada metastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Tabel 1. Kriteria TNM untuk Kolangiokarsinoma Distal-Ekstrahepatik.7
Tumor Node Metastasis
AJCC/UICC Stage
0 Tis N0 M0
IA T1 N0 M0
IB T2 N0 M0
IIA T3 N0 M0
IIB T1-3 N1 M0
III T4 Any N M0
IV Any T Any N M1
Tabel 2. Staging berdasarkan TNM untuk Kolangiokarsinoma Distal-Ekstrahepatik.7
48
1. Anemia ringan sampai sedang, dengan nilai Hb jarang di bawah 8 gr/dL, bersifat
normositer atau mikrositer ringan
2. Besi transferin sedikit menurun, feritin serum normal atau meningkat, reseptor
transferin normal
3. Pada pengecatan sumsum tulang dengan biru prusia, besi sumsum tulang normal
atau meningkat dengan butir-butir hemosiderin kasar.
Pada pasien ini, didapatkan adanya keluhan badan terasa lemas diserti mata
kuning dan nyeri ulu hati sejak 2 bulan SMRS. Pasien mengaku tidak ada keluhan
BAB hitam, BAK berdarah, maupun keluhan perdarahan aktif lainnya. Tidak
didapatkan adanya keluhan lebam pada kulit, gusi berdarah yang menuntun ke arah
trombositopenia dan peneanan sumsum tulang. Pada pemeriksaan laboratorum
tanggal 29 November 2018 didapatkan nilai Hb 10.9 gr/dL dengan MCV 31.7 fL dan
MCH 90.3 pg. Maka, dapat disimpulkan adanya anemia penyakit kronik pada pasien
ini. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah bersifat konservatif, di mana mengatasi
penyebab yang mendasari anemia merupakan tatalaksana definitif. Pemberian asam
folat dan vitamin B complex sebagai agen hemoreologis guna membantu sintesis
hemoglobin. Transfusi dapat ditunda, kecuali pasien dengan Hb kurang dari 8 gr/dL
atau Hb kurang dari 10 gr/dL dengan tanda-tanda yang spesifik (sesak, nyeri dada,
sinkop, lemas).
Masalah ketiga pada pasien ini adalah hipoalbuminemia. Hipoalbuminemia
merupakan kondisi di mana terjadi penurunan kadar albumin plasma, ditandai dengan
nilai albumin kurang dari 3.5 gr/dL. Patofisiologi terjadinya hipoalbuminemia antara
lain sebagai berikut:15
Pertumbuhan dari masa anak-anak menuju dewasa
Kehamilan dan laktasi
Penyakit hati, sirosis hepatis
Malnutrisi
Infeksi ringan hingga berat
50
Trauma
Enteropati kehilangan protein
Sindroma nefrotik
Pada pasien ini, didapatkan nilai Albumin 3.0 gr/dL, didapatkan juga Indeks
Massa Tubuh yang rendah (IMT=18.2 kg/m2) dan keluhan penurunan intake
makanan dan penurunan berat badan drastis. Adanya penurunan asupan nutrisi
menggambarkan adanya kekurangan intake berbagai makro dan mikronutrien,
termasuk di antaranya protein. Adanya penurunan berat badan yang drastis
menggambarkan adanya katabolisme protein sebagai cadangan enerji, yang akan
menyebabkan penurunan kadar protein dalam darah, termasuk albumin.
Penatalaksanaan hipoalbuminemia pada pasien ini adalah dengan mengatasi
penyebab dasarnya. Pemberian diet yang adekuat disertai protein yang cukup, serta
mengatasi kondisi ikterus diharapkan dapat memperbaiki nilai albumin dalam darah.
Pada pasien ini, didapatkan nilai albumin 3.2 gr/dL pada saat kontrol di poli rawat
jalan.
Masalah keempat pada pasien ini adalah PPOK stabil. Pada pasien ini tidak
ada keluhan sesak, namun ada riwayat merokok selama 30 tahun dengan jumlah 1
bungkus (setara 12 batang perhari). Pada pemeriksaan fisis didapatkan sela iga
melebar, pada pemeriksaan foto toraks didapatkan adanya sela iga mendatar dan
diafragma mendatar. Diperlukan pemeriksaan penunjang spirometri terhadap pasien
ini guna menegakkan suatu PPOK, dengan nilai FEV1/FVC kurang dari 0.70.9 Namun
karena pasien masih dalam kondisi nyeri perut dan pasca pembedahan dengan
terpasang drain, serta tidak ada gejala yang mempengaruhi aktifitas sehari-hari, maka
pemeriksaan ini dapat ditunda hingga pasien tidak lagi nyeri dan dapat melakukan
prosedur spirometri dengan baik.
50
DAFTAR PUSTAKA
51
52
10. Roche SP, Kobos R. Jaundice in the adult patient. Am Fam Physician.
2004;69(2):299-304.
11. Briggs CD, M Peterson. Investigation and management of obstructive jaundice.
Surgery. 2007;25(2):74-80
12. Abbas MW,Shamshad T, Ashraf MA, Javaid R. Jaundice: A basic review. Int J
Res Med Sci 2016;4(5):1313-9.
13. John S, Pratt D. Jaundice. In: Kasper D, Hauser S, Jameson J, Fauci A, Longo D,
Loscalzo J. Harrison’s Principles of Internal Medicine. 19th ed. USA: Mc
GrawHill. p 209.
14. Gondal B. A systematic approach to patients with Jaundice. Semin Intervent
Radiol 2016;33:253-8.
15. Soeters PB, Wolfe RR, Shenkin A. Hypoalbuminemia: Pathogenesis and Clinical
Significance. Journal of Parenteral and Enteral Nutrition 2018:00(0):1-13.
52