Nama : Andi Aswinda TTL : DUSUN SENGENG PALIE 04 OKTOBER 1994 Agama : Islam FB : Andiin
AuroraQuinshii Twitter : @AndiinAurora G+ : Andynsurya
Blogroll
Blogger templates
Blogger news
Share
Cara Membuat
Search Me
Top of Form
Cari
HISTATS
VISITOR BLOG
53874
Labels
ARTIS
CONTOH ASKEB
CONTOH ASKEP
Contoh Makalah
Dunia Penulis
KEBIDANAN
KECANTIKAN KULIT
Kecantikan Wajah
Popular Posts
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Eliminasi normal sisa tubuh melalui saluran
gastrointestinal dan perkemihan. Merupakan fungsi...
METODE PENELITIAN A. Pengertian Metode, Penelitian, dan Metode Penelitian Metode berasal
dari Bahasa Yunani “Methodos’’ yang...
ARSIP BLOG
▼ 2014 (54)
o ► Agustus (4)
o ▼ Juli (22)
MAKALAH KELAINAN JANTUNG PADA KEHAMILAN
MAKALAH KELAINAN DARAH
MAKALAH RUOBEKAN PERINEUM
MAKALAH RETENSIO PLASENTA
MAKALAH ATONIA UTERI
MAKALAH PERDARAHAN HAMIL TUA
MAKALAH SISTEM PERKEMIHAN MASA NIFAS
MAKALAH ASI ESKLUSIF
SAP IMUNISASI / SATUAN ACARA PENYULUHAN
SAP PMS / SATUAN ACARA PENYULUHAN
SOAP RETENSIO PLASENTA
MAKALAH PSIKOSA POST PARTUM
MAKALAH ANEMIA BERAT
MAKALAH SYOK SEPTIK
MAKALAH EKLAMPSIA
MAKALAH TROMBOFLEBITIS
MAKALAH PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
ARTI LAMBANG BHAKTI HUSADA
MALPRESENTASI / PERSALINAN PATOLOGI
ASKEP HIDROSEFALUS
PENCEGAHAN INFEKSI YANG BENAR
PENCEGAHAN INFEKSI YANG BENAR
o ► Juni (13)
o ► Mei (15)
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu.
Biasanya lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu
(Mochtar, 1998).
B.RUMUSAN MASALAH
1. Apakah definisi dari perdarahan hamil tua?
2. Apakah penyebab dari perdarahan hamil tua?
3. Bagaimanakah penanganan perdarahan hamil tua?
C.TUJUAN
1. untuk mengetahui definisi perdarahan hamil tua.
2. untuk mengetahui penyebab perdarahan hamil tua.
3. untuk mgetahui penanganan perdarahan hamil tua.
BAB II
PEMBAHASAN
Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. Biasanya
lebih banyak dan lebih berbahaya daripada perdarahan kehamilan sebelum 28 minggu (Mochtar,
1998).
Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada kelainan plasenta, sedangkan
perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta umpamanya kelainan servik biasanya tidak
seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan antepartum pertama-tama harus selalu dipikirkan
bahwa hal itu bersumber pada kelainan plasenta.
Perdarahan antepartum dapat berasal dari Kelainan plasenta yaitu:
1.Plasenta previa
a.Definisi
Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat abnormal, yaitu pada
segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak dibagian atas uterus.
Bukan dari kelainan plasenta
Misalnya didapatkan kelainan serviks dan vagina, dapat diketahui bila dilakukan pemeriksaan dengan
spekulum yang seksama. Kelainan yang tampak ialah :
1) erosio portionis uteri
2) carcinoma portionis uteri
3) polypus cervicis uteri, varices vulvae, dan trauma.
A. Placenta Normal
B. Placenta Previa
C. Placenta Akreta
D. Solusio Plasenta
Sebab yang jelas terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya para ahli mengemukakan teori:
Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme dari arteri yang menuju ke ruangan
interviler, maka terjadilah anoksemia dari jaringan bagian distalnya. Sebelum ini menjadi nekrotis,
Spasme hilang dan darah kembali mengalir ke dalam intervili, namun pembuluh darah distal tadi
sudah demikian rapuhnya serta mudah pecah, sehingga terjadi hematoma yang lambat laun
melepaskan plasenta dari rahim. Darah yang berkumpul dibelakang plasenta disebut hematoma
retroplasenter.
c.Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain :
1. Faktor vaskuler (80-90%), yaitu toksemia gravidarum, glomerulo nefritis kronika, dan hipertensi
esensial.
Karena desakan darah tinggi, maka pembuluh darah mudah pecah, kemudian terjadi haematoma
retroplasenter dan plasenta sebagian terlepas.
2. Faktor trauma:
a) Pengecilan yang tiba-tiba dari uterus pada hidramnion dan gemeli
b) Tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang banyak/bebas, versi luar, atau
pertolongan persalinan.
3. Faktor paritas.
Lebih banyak dijumpai pada multi daripada primi. Holmer mencatat bahwa dari 83 kasus solusio
plasenta dijumpai 45 multi dan 13 primi.
4. Pengaruh lain seperti anemia, malnutrisi, tekanan uterus pada vena cava inferior, dan lain-lain.
5. Trauma langsung seperti jatuh, kena tendang, dan lain-lain.
Solusio plasenta yang ringan, pada umumnya tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, perdarahan
antepartum hanya sedikit, dalam hal ini diagnosis baru kita tegakkan setelah anak lahir. Pada
plasenta kita dapati koagulum-koagulum darah dan karakter.
d. Diagnosis
Pada keadaan yang agak berat kita dapat membuat diagnosis berdasarkan :
1. Anamnesis
a) Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang pasien bisa melokalisir tempat mana yang
paling sakit, dimana plasenta terlepas.
b) Perdarahan pervaginam yang sifatnya bisa hebat dan sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari
darah segar dan bekuan-bekuan darah.
c) Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan akhirnya berhenti (anak tidak bergerak
lagi).
d) Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, pandangan berkunang-kunang, ibu kelihatan anemis
tidak sesuai dengan banyaknya darah yang keluar.
e) Kadang-kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2. Inspeksi
a) Pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan.
b) Pucat, sianosis, keringat dingin.
c) Kelihatan darah keluar pervaginam.
3. Palpasi
a) TFU naik karena terbentuknya retroplasenter hematoma; uterus tidak sesuai dengan tuanya
kehamilan.
b) Uterus teraba tegang dan keras seperti papan yang disebut uterus in bois (wooden uterus) baik waktu
his maupun diluar his.
c) Nyeri tekan terutama di tempat plasenta tadi terlepas.
d) Bagian-bagian janin susah dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4. Auskultasi
Sulit, karena uterus tegang. Bila denyut jantung janin terdengar biasanya diatas 140, kemudian turun
dibawah 100 dan akhirnya hilang bila plasenta yang terlepas lebih dari sepertiga.
5. Pemeriksaan dalam
a) Serviks bisa telah terbuka atau masih tertutup.
b) Kalau sudah terbuka maka ketuban dapat teraba menonjol dan tegang, baik sewaktu his maupun
diluar his.
c) Kalau ketuban sudah pecah dan plasenta sudah terlepas seluruhnya, plasenta ini akan turun ke bawah
dan teraba pada pemeriksaan, disebut prolapsus plasenta, ini sering dikacaukan dengan plasenta
previa.
6. Pemeriksaan umum.
a) Tensi semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya menderita penyakit vaskuler, tetapi lambat
laun turun dan pasien jatuh syok.
b) Nadi cepat, kecil, dan filiformis.
7. Pemeriksaan Ultrasonography (USG).
Ultrasonography adalah suatu metode yang penting untuk mengetahui adanya pendarahan di dalam
uterus. Kualitas dan sensitifitas ultrasonografi dalam mendeteksi solusio plasenta telah meningkat
secra signifikan belakangan ini.
Tetapi bagaimanapun juga ini bukan metode yang sempurna dan sensitif untuk mendeteksi solusio
plasenta, tercatat hanya 25% kasus solusio plasenta yang ditegakkan dengan USG.
Solusio plasenta tampak sebagai gambaran gumpalan darah retroplacental, tetapi tidak semua solusio
plasenta yang di USG ditemukan gambaran seperti di atas. Pada fase akut, suatu perdarahan biasanya
hyperechoic, atau bahkan isoechoic, maka kita bandingkan dengan plasenta.
Gambaran konsisten yang mendukung diagnosa solusio plasenta antara lain adalah; gumpalan
hematom retroplasenta (hyperochoic hingga isoechoic pada fase akut, dan berubah menjadi
hypoechoic dalam satu minggu), gambaran perdarahan tersembunyi, gambaran perdarahan yang
meluas. Manfaat lainnya adalah USG dapat dipakai untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab
lain perdarahan antepartum.
8. Pemeriksaan laboratorium
a) Urin
albumin (+); pada pemeriksaan sedimen terdapat silinder dan lekosit.
b) Darah
Hb menurun (anemi), periksa golongan darah, kalau bisa cross match test.
Karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan darah a/hipofibrinogenemia, maka
diperiksakan pula COT (Clot Observation Test) tiap 1 jam, test kualitatif fibrinogen (fiberindex), dan
test kuantitatif fibrinogen (kadar normalnya 150 mg%).
9. Pemeriksaan plasenta
Sesudah bayi dan plasenta lahir, kita periksa plasentanya. Biasanya tampak tipis dan cekung di bagian
plasenta yang terlepas (krater) dan terdapat koagulum atau darah beku di belakang plasenta, yang
disebut hematoma retroplasenter.
3. Perdarahan antepartum yang belum jelas sumbernya, mungkin disebabkan : ruptura sinus
marginalis, atau vasa previa.
e. komplikasi
Solusio Plasenta
a. Langsung (immediate)
1) Perdarahan
2) Infeksi
3) Emboli dan syok obstetrik
b. Komplikasi tidak langsung (delayed)
1) Couvelair uterus, sehingga kontraksi tak baik, menyebabkan perdarahan postpartum.
2) a/hipofibrinogenemia dengan perdarahan post partum
3) Nekrosis korteks renalis, menyebabkan anuria dan uremia
4) kerusakan-kerusakan organ seperti hati, hipofisis dan lain-lain
f. Prognosis
Solusio Plasenta
1. Terhadap ibu
Mortalitas menurut kepustakaan 5-10%, sedangkan di RS Pringadi Medan dilaporkan 6,7%. Hal ini
dikarenakan adanya perdarahan sebelum dan sesudah partus, toksemia gravidarum, kerusakan organ
terutama nekrosis korteks ginjal dan infeksi.
2. Terhadap anak
Mortalitas anak tinggi menurut kepustakaan 70-80%, sedangkan di RS Pringadi Medan 77,7%. Hal ini
tergantung pada derajat pelepasan dari plasenta, bila yang terlepas lebih dari 1/3 maka kemungkinan
kematian anak 100%. Selain itu juga tergantung pada prematuritas dan tindakan persalinan.
3. Terhadap kehamilan berikutnya
Biasanya bila telah menderita penyakit vaskuler dengan solusio plasenta, maka pada kehamilan
berikutnya sering terjadio solusio plasenta yang lebih berat dengan partus prematurus atau
immaturus.
B. Penatalaksanaan
Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari 28 minggu yang lebih banyak dari perdarahan yang
biasanya terjadi pada permulaan persalinan biasa, harus dianggap sebagai perdarahan antepartum.
Apapun penyebabnya penderita harus segera dibawa ke rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk
transfusi darah atau operasi. Jangan sekali-kali melakukan pemeriksaan dalam dirumah penderita
atau ditempat yang tidak memungkinkan tindakan operatif segera karena pemeriksaan itu dapat
menambah banyaknya perdarahan. Pemasaan tampon dalam vagina tidak berguna sama sekali untuk
menghentikan perdarahan, malah akan menambah perdarahan karena sentuhan pada servik waktu
pemasangannya. Selagi penderita belum jatuh kedalam shock, infus cairan intravena harus segera
dipasang, dan dipertahankan terus sampai tiba di rumah sakit. Memasang jarum infus kedalam
pembuluh darah sebelum terjadi shock akan jauh lebih memudahkan transfusi darah, bila sewaktu-
waktu diperlukan.
Segera setelah tiba di rumah sakit, usaha pengadaan darah harus segera diberikan walaupun
perdarahanya tidak seberapa banyak. Pengambilan contoh darah untuk pemeriksaan golongan darah,
dan pemeriksaan kecocokan dengan donornya harus segera dilakukan.
Pertolongan selanjutnya di rumah sakit tergantung dari paritas, tuanya kehamilan, banyaknya
perdarahan, keadaan ibu, keadaan janin, sudah atau belum mulainya persalinan, dan diagnosis yang
ditegakkan.
Pengawasan antenatal sebagai cara untuk mengetahui atau menanggulangi kasus-kasus dengan
perdarahan antepartum memegang peranan yang terbatas. Walaupun demikian, beberapa
pemeriksaan dan perhatian yang biasa dilakukan pada pengawasan antenatal dapat mengurangi
kesulitan yang mungkin terjadi. Pemeriksaan dan perhatian yang dimaksud ialah penentuan golongan
darah ibu dan calon donornya, pengobatan anemia pada kehamilan, seleksi ibu untuk bersalin di
rumah sakit, memperhatikan kemungkinan adanya plasentaprevia, dan mencegah serta mengobati
penyakit hipertensi menahun dan preeeklampsia.
Para ibu hamil yang patut dicurigai akan mengalami perdarahan antepartum ialah para ibu yang
umurnya lebih dari 35 tahun, paritas 5 atau lebih, bagian bawah janin selalu terapung di atas PAP,
atau menderita preeklampsia.
Penanganan Plasenta Previa
1. Penanganan Pasif
a) Tiap-tiap perdarahan triwulan ke3 yang lebih dari show (perdarahan inisial), harus dikirim ke RS
tanpa dilakukan manipulasi apapun baik rektal maupun vaginal.
b) Apabila pada penilaian baik, perdarahan sedikit, janin masih hidup, belum inpartu, kehamilan <37
minggu, bb<2500gr, maka kehamilan dapat dipertahankan dengan istirahat dan pemberian obat-
obatan seperti spasmolitika, progestin. Observasi dengan teliti.
c) Sambil mengawasi periksalah golongan darah dan siapkan donor transfusi darah. Bila
memungkinkan kehamilan dipertahankan setua mungkin supaya janin terhindar dari prematuritas.
d) Harus diingat bahwa bila dijumpai ibu hamil dengan tersangka plasenta previa di rujuk segera ke RS
dimana terdapat fasilitas operasi dan donor transfusi darah.
e) Bila kekurangan darah berikan transfusi darah dan obat-obatan penambah darah
2. Cara persalinan
Faktor-faktor yang menentukan sikap/tindakan persalinan mana yang akan dipilih adalah :
a) Jenis plasenta previa
1) Perdarahan banyak/sedikit tetapi berulang-ulang
2) Keadaan umum ibu hamil
3) Keadaan janin hidup, gawat atau meninggal
4) Pembukaan jalan lahir
5) Paritas atau jumlah anak hidup
Fasilitas penolong dan RS Setelah memperhatikan faktor-faktor diatas ada 2 pilihan persalinan yaitu:
Persalinan pervaginam
1. Amniotomi
Amniotomi atau pemecahan selaput ketuban adalah cara yang terpilih untuk melancarkan persalinan
pervaginam.
Indikasi :
Plasenta previa lateralis atau marginalis atau letak rendah bila ada pembukaan
Pada primigravida dengan plasenta previa lateralis atau marginalis dengan pembukaan 4 cm atau
lebih
Plasenta previa lateralis atau marginalis dengan janin telah meninggal.
2. Memasang Cunam Willet Gausz
cara :
kulit kepala janin diklem dengan cunam willet gaus
cunam diikat dengan kain kasa atau tali dan diberi beban kira-kira 50-100 gr atau satu batu bata
seperti katrol.
Dengan jalan ini diharapkan perdarahan berhenti dan persalinan diawasi dengan teliti
3. Versi Braxton-Hicks
Versi dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kaki, supaya dapat ditarik keluar. Bila janin
letak sungsang atau kaki menarik kaki keluar akan lebih mudah. Kaki diikat dengan kain kasa,
dikatrol dan diberi beban 50-100 gram (1 batu bata)
4. Menembus plasenta diikuti dengan versi Braxton-Hicks atau Willet Gausz
Hal ini sekarang tidak dilakukan lagi karena menyebabkan perdarahan yang banyak.Menembus
plasenta dapat dilakukan pada plasenta previa totalis
5. Metreurynter
Yaitu memasukkan kantong karet yang diisi udara atau air sebagai tampon, cara ini tidak dipakai lagi.
Persalinan perabdominal dengan SC
Indikasi :
a. Semua plasenta previa totalis janin hidup atau meninggal
b. Semua plasenta previa lateralis posterior karena perdarahan yang sulit dikontrol dengan cara-cara
yang ada.
c. Semua plasenta previa dengan perdarahan yang banyak dan tidak berhenti dengan tindakan yang
ada.
d. plasenta previa dengan panggul sempit, letak lintang
Penanganan Solusio Plasenta
1. Terapi konservatif (ekspektatif)
Prinsipnya kita hanya menunggu sampai perdarahan berhenti dan kemudian partus berlangsung
spontan. Menurut cara ini, perdarahan akan berhenti sendiri jika tekanan intrauterin bertambah lama
bertambah tinggi sehingga menekan pembuluh darah arteri yang robek. Sambil
menunggu/mengawasi kita berikan:
a. Suntikan morfin subkutan
b. Stimulasi dengan kardiotonika seperti coramine, cardizol, dan pentazol.
c. Tranfusi darah.
Dahulu ada yang berpendapat hanya diberikan darah kalau sangat mendesak sebab bisa meninggikan
tekanan darah, dan ini akan menambah hebat perdarahan. Sekarang harus diberikan darah
secepatnya yang gunanya untuk mengatasi syok dan anemia, mencegah terjadinya nekrosis korteks
renalis yang dapat berakibat anuria dan uremia, serta untuk menambah kadar fibrinogen, agar
mekanisme pembekuan darah tidak terganggu.
Partus biasanya akan berlangsung 6-12 jam sesudah terjadinya solusio plasenta, karena kekejangan
uterus.
Kekejangan uterus terjadi karena perangsangan oleh hematoma retroplasenter, atau karena
terlepasnya plasenta sehingga hormon yang dihasilkan plasenta berkurang (terutama progesteron),
atau karena adanya koagulum-koagulum yang meninggikan histamin dalam sirkulasi ibu.
2. Terapi aktif
Prinsip: kita mencoba melakukan tindakan dengan maksud agar anak segera dilahirkan dan
perdarahan berhenti, misalnya dengan operatif dan obstetrik.
Langkah-langkah:
a. Amniotomi (pemecahan ketuban) dan pemberian oksitosin kemudian awasi serta pimpin partus
spontan.
Ada perbedaan pendapat yang terdiri atas 2 aliran:
1. Aliran setuju (pro), dengan alasan bahwa dengan pemecahan ketuban diharapkan persalinan akan
berlangsung lebih cepat serta mengurangi tekanan intrauterin yang tinggi yang dapat menyebabkan
komplikasi nekrosis korteks ginjal dan gangguan pembekuan darah.
2. Aliran kontra, dengan alasan bahwa dengan amniotomi akan terjadi perdarahan yang banyak dan
terus menerus. Sedangkan kalau dibiarkan (tidak dipecahkan) tekanan hematoma retrouterin dan
tekanan intrauterin dapat menekan luka-luka dan menghentikan perdarahan.
b. Accouchement force, yaitu pelebaran dan peregangan serviks diikuti dengan pemasangan cunam
Willet Gausz atau versi Braxton-Hicks.
c. Bila pembukaan sudah lengkap atau hampir lengkap, dan kepala sudah turun sampai Hodge III-IV,
maka bila janin hidup, lakukan ekstraksi vakum atau forsep; tetapi bila janin meninggal, lakukanlah
embriotomi.
d. .Seksio sesaria biasanya dilakukan pada keadaan:
Solusio plasenta dengan anak hidup, pembukaan kecil.
Solusio plasenta dengan toksemia berat, perdarahan agak banyak, tetapi pembukaan masih kecil.
Solusio plasenta dengan panggul sempit atau letak lintang.
e. Histerektomi dapat dilakukan bila terjadi afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia dan kalau
persediaan darah tau fibrinogen tidak ada atau tidak cukup. Selain itu juga pada couvelair uterus
dengan kontraksi uterus yang tidak baik.
f. Ligasi arteri hipogastrika bila perdarahan tidak terkontrol tetapi fungsi reproduksi ingin
dipertahankan.
g. Pada hipofibrinogenemia berikan darah segar beberapa kantung; plasma darah; dan fibrinogen 4-6
gram.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada kehamilan setelah 28 minggu.
2. Faktor-faktor terjadinya perdarahan antepartum adalah plasenta previa, solusio plasenta, ruptur
sinus marginalis, plasenta letak rendah atau vasa previa.
3. Pentingnya diagnosa secara dini membantu penatalaksanaan secara dini sehingga dapat mengurangi
angka mortalitas.
4. penggunaan Ultrasonography pada plasenta previa sangat akurat dan menunjang diagnosa secara
cepat.
5. Penatalaksanaan perdarahan antepartum yang baik dapat mengurangi angka mortalitas dan
morbiditas ibu dan janin.
B. SARAN
Sebaiknya bidan lebih mengetahui tanda gejalah dari perdarahan hamil tua agar bisa melakukan
penanganan tepat dan cepat agar ibu dan bayi terselamatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Mauldin. 1994. Maternal Mortality in Developing Countries a Comparison of rates from Two
International Compendia, Population and Development Reviews. Jakarta ; Medika. 20(2): 413-421
Mochtar R. 1998. Perdarahan Antepartum, Sinopsis Obstetri jilid 1 ed. 2. hal. 269-287. Jakarta ; EGC.
Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. 2000. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR-YBPSP.
Wiknjosastro H. 1999. Perdarahan Antepartum, Buku Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.
Sarwono Prawirohardjo. 2002. Perdarahan Antepartum, Ultrasonografi dalam obstetri, Ilmu
kebidanan. Jakarta ; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, FK-UI.
Cunningham, dkk. Williams Obstetrics, 21st edition. USA: McGraw-Hill. 2001.
Patrick Ko, MD. 2005. Placenta Previa. E-medicine world medical library.www.emedicine.com
Shad H Deering, MD. 2005. Abruption Placenta. E-medicine world medical
library.www.emedicine.com
0 komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
AyumiHeartMaAleBa
paAmi
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Selasa, 08 Mei 2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kehamilan ektopik merupakan kehamilan yang berbahaya bagi seorang wanita
yang dapat menyebabkan kondisi yang gawat bagi wanita tersebut. Keadaan gawat ini
dapat menyebabkan suatu kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik terganggu
merupakan peristiwa yang sering dihadapi oleh setiap dokter, dengan gambaran klinik
yang sangat beragam. Hal yang perlu diingat adalah bahwa pada setiap wanita dalam
masa reproduksi dengan gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri
perut bagian bawah dapat mengalami kehamilan ektopik terganggu.
Berbagai macam kesulitan dalam proses kehamilan dapat dialami para wanita
yang telah menikah. Namun, dengan proses pengobatan yang dilakukan oleh dokter
saat ini bisa meminimalisir berbagai macam penyakit tersebut. Kehamilan ektopik
diartikan sebagai kehamilan di luar rongga rahim atau kehamilan di dalam rahim yang
bukan pada tempat seharusnya, juga dimasukkan dalam kriteria kehamilan ektopik,
misalnya kehamilan yang terjadi pada cornu uteri. Jika dibiarkan, kehamilan ektopik
dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian.
Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin yang
sekarang masih banyak dipakai. Diantara kehamilan-kehamilan ektopik, yang
terbanyak terjadi di daerah tuba, khususnya di ampulla dan isthmus. Pada kasus yang
jarang, kehamilan ektopik disebabkan oleh terjadinya perpindahan sel telur dari
indung telur sisi yang satu, masuk ke saluran telur sisi seberangnya.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian dari Kehamilan Ektopik Terganggu ?
2) Siapa saja kah yang dapat mengalami Kehamilan Ektopik ?
3) Apa Etiologi dari Kehamilan Ektopik Terganggu ?
4) Apa Patofisiologi Kehamilan Ektopik Terganggu ?
5) Apa saja gejala dari Kehamilan Ektopik ?
6) Sebutkan Diagnosis Kehamilan Ektopik ?
7) Bagaimana Cara Menangani Kehamilan Ektopik ?
8) Apa komplikasi Kehamilan Ektopik ?
9) Bagaimana prediksi dari kemungkinan perjalanan penyakit Kehamilan Ektopik ?
10) Apa diagnose banding dari Kehamilan Ektopik Terganggu ?
2.4. Patofisiologi
Prinsip patofisiologi yakni terdapat gangguan mekanik terhadap ovum yang
telah dibuahi dalam perjalanannya menuju kavum uteri. Pada suatu saat kebutuhan
embrio dalam tuba tidak dapat terpenuhi lagi oleh suplai darah dari vaskularisasi tuba
itu. Ada beberapa kemungkinan akibat dari hal ini yaitu :
1. Kemungkinan “tubal abortion”, lepas dan keluarnya darah dan jaringan ke ujung
distal (fimbria) dan ke rongga abdomen. Abortus tuba biasanya terjadi pada kehamilan
ampulla, darah yang keluar dan kemudian masuk ke rongga peritoneum biasanya tidak
begitu banyak karena dibatasi oleh tekanan dari dinding tuba.
2. Kemungkinan ruptur dinding tuba ke dalam rongga peritoneum, sebagai akibat dari
distensi berlebihan tuba.
3. Faktor abortus ke dalam lumen tuba. Ruptur dinding tuba sering terjadi bila ovum
berimplantasi pada ismus dan biasanya pada kehamilan muda. Ruptur dapat terjadi
secara spontan atau karena trauma koitus dan pemeriksaan vaginal. Dalam hal ini
akan terjadi perdarahan dalam rongga perut, kadang-kadang sedikit hingga banyak,
sampai menimbulkan syok dan kematian.
5. Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas
ada darah.
6. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi.
7. Ultrasonografi berguna pada 5 – 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterus.
2.7. Penanganan
Penanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi. Pada
laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari
adneksa yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki
dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan
demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat
itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini
menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang
terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG
(kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih
adanya jaringan ektopik yang belum terangkat.
Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan infuse, oksigen, atau
kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan anti inflamasi. Sisa-sisa
darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat
dan harus dirawat inap di rumah sakit.
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Pada pengobatan konservatif, yaitu bila kehamilan ektopik terganggu telah lama
berlangsung (4-6 minggu), terjadi perdarahan ulang, Ini merupakan indikasi operasi.
Infeksi
Sterilitas
Pecahnya tuba falopii
Komplikasi juga tergantung dari lokasi tumbuh berkembangnya embrio.
2.9 Prognosis
Kematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis
dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian
dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan
terlambat, angka kematian dapat tinggi. Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan
angka kematian 2 dari 120 kasus.
Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan
ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita
yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka
kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan
berkisar antara 0 – 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar
50%.
2.10. Diagnosa Banding
Diagnosa bandingnya adalah :
Infeksi pelvic
Kista folikel
Abortus biasa
Radang panggul,
Torsi kista ovarium,
Endometriosis
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari
bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada
di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau
pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini
disebut kehamilan ektopik terganggu.
Sebagian besar wanita yang mengalami kehamilan ektopik berumur antara 20 –
40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun.
Kehamilan ektopik terjadi karena hambatan pada perjalanan sel telur dari
indung telur (ovarium) ke rahim (uterus).
3.2. Saran
1. Diharapkan kepada kita semua tenaga kesehatan apabila merasakan dan mengetahui
gejala seperti yang telah di jelaskan / dituliskan oleh pembuat makalah ini agar segera
menanganinya dengan cepat jangan di tunda karena dapat menimbulkan resiko tinggi.
2. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR PUSTAKA
Suririnah, 2008. Kehamilan dan Persalinan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Dini, Kasdu, 2001. Kehamilan dan persalinan. Cetakan.1. Jakarta: 3G Publisher
Manuaba, 2008. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita . Jakarta: Arcan
Arikunto,S. 2006. Prosedur Penilitian Suatu Pendekatan Praktik edisi VI. jakarta:
Yayasan Bina Pustaka Sarvono Prawirahardjo
Hidayat,A.Aziz Alimul, 2007. Metode Penilitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba Medika
Jane Coad, Melvin Dunstall.2006. Anatomi dan Fisiologi Untuk Bidan. Jakarta : EGC
http://muallimat.blogspot.com/2009/09/askeb-kehamilan-ektopik.html
1 komentar:
1.
terimakasih infonya
http://yvc-i-gc012.blogspot.co.id/
Balas
Ayumi_HamiD94
Aku
Ayumii..
Seorang
Yang
Ingin Di
Kenang
Oleh
Mama
Papa
dan
Semuan
Teman-
Teman
setelah
aku
tiada
Lihat profil
lengkapku