Anda di halaman 1dari 17

Tujuan,Bukti Audit serta Prosedur dan Dokumentasi Audit

BUKTI AUDIT

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pen


dapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevalua
si bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan audit tergantun
g pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit (audit evidence) b
erbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara tegas oleh peratura
n yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang d
itarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keu
angan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit
lain.
Kesesuaian dan Kecukupan Bukti
Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit.Faktor yan
g mempengaruhi kecukupan bukti audit terdiri dari:
Materialitas
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang diperluka
n untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya risiko audi
t berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai ketepatan penda
patnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor untuk menghimpun bu
kti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit yang dapat diterima audito
r, semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
Faktor-Faktor Ekonomi
Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk memperole
h bukti yang digunakan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan pendapat a
tas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala waktu da
n biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus memperhitungkan apakah setiap ta
mbahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan keuntungan at
au manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kuliatas bukti yang dihimpun.
U k u r a n d a n K a r a k t e r i s t i k P o p u l a s i .
Kompetensi Bukti
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah d
an relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan pem
erolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum men
genai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada pengecuali
an penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat diketahui, angga
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
pan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit, meskipun satu sama lai
n tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat:
a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan, untuk
tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan keandalan
yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan itu sendiri.
b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan
mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.
c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui
inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat
menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi berka
itan erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif pengendalia
n intern klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan. Kompetensi bu
kti yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
Relevansi
Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud ter
tentu. Sebagai contoh pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan digunaka
n untuk menentukan keberadaan persediaan. Namun, pengamatan fisik persediaan t
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
idak relevan digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut benar-benar
dimiliki perusahaan.
Sumber
Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan yang
independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini mem
berikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang dihasilkan dan
diperoleh dari dalam perusahaan.
Ketepatan waktu
Kriteria ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut. Ketepatan
waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan reke
ning laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui apakah c
utoff telah dilakukan secara tepat.
Objektifitas
Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti subjekt
if. Dalam menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus memp
ertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan menentukan k
etepatan proses pembuatan keputusan dalam membuatj udgement.
Jenis Bukti Audit
Struktur Pengendalian Intern
Struktur pengendalian intern dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
dapat dipercayainya data akuntansi. Kuat dan lemahnya struktur pengendalian intern
merupakan indikator utama untuk menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulka
n. Oleh karena itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti yang kuat untuk me
nentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.
Bukti Fisik
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan p
ersediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud. Pemeriksa
an langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang paling objektif
dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena itu, bukti fisik m
erupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi, penghitu
ngan, dan observasi. Pada umumnya, biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bu
kti fisik berkaitan erat dengan asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, dan
penilaian atau alokasi.
Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data unt
uk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi merupakan
objek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti catatan akunta
nsi merupakan objek audit. Objek audit adalah laporan keuangan. Tingkat dapat dip
ercayainya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur pengendalian intern
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
.
Konfirmasi
Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi l
angsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur
tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan
bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari piha
k ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan wakt
u dan biaya.
Ada tiga jenis konfirmasi yaitu:
d. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk
menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.
e. Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang
ditanyakan.
f. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk
memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap
informasi yang ditanyakan.
Bukti Dokumenter
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut sumbe
r dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan sebagai beri
kut:
a
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor secara lan
gsung.
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui klien.
c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.
Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan, rekenin
g koran bank, dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter tergantu
ng sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri. Sifat dok
umen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan yang men
gakibatkan kecacatan dokumen.
Bukti Surat Pernyataan Tertulis
Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seoran
g individu yang bertanggungjawab dan berpengatahuan mengenai rekening, kondisi,
atau kejadian tertentu. Bukti suatu pernyataan tertulis dapat berasal dari manajeme
n atau organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis. Repr
esentasi tertulis yang dibuat oleh manajemen merupakan bukti yang berasal dari org
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
anisasi klien. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan de
ngan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal dari
pihak ketiga.
Penghitungan Kembali sebagai Bukti Matematis
Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor.
Penghitungan yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan mat
ematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi kli
en.

ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan akuntansi klien.


Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
PROSEDUR DAN DOKUMENTASI AUDIT
Perancangan pengujian substantif
Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pengujian subst
antif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang s
ignifikan. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan:
a. sifat pengujian
b.waktu pengujian
c. Dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi ya
ng dapat diterima untuk setiap asersi.

Jenis Prosedur Substantif


Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, maka auditor harus me
nggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe
pengujian substantif yang dapat digunakan, yaitu:
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
Pengujian rinci atau detail saldo
Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian detail sal
do akun beorientasi pada tujuan spesifik audit. Pengujian detail saldo akun yang dire
ncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan mem
uaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
2. Menetapkan risiko pengendalian.
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit
secara memuaskan.
Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian detail saldo tersebut,
adalah sama untuk setiap akun dalam laporan keuangan. Perancangan pengujian d
etail saldo pada umumnya merupakan bagian yang paling sulit dilakukan. Hal ini dis
ebabkan perancangan pengujian detail saldo memerlukan pertimbangan profesional
yang tinggi.
Pengujian detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
a. ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan
buku pembantu.
Apabila auditor mempunyai keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat
dan diposting secara tepat, maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku bes
ar adalah benar.
Prosedur analitis
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio
yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam pros
es audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan m
empelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang satu dengan data
keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data nonkeuangan. Prosedur
analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana hingga model yang rumit y
ang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya pe
ngetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. predur analiti
k cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi l
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
ain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam me
mberikan tingkat keyakinan yang diinginkan
Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit
Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu d
alam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untu
k memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini,
prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:
a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa y
ang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,
b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang ber
sangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan
hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, rasio serta t
rend yang dapat menunjukkan masalah yang berhubungan dengan laporan keuanga
n dan perencanaan audit.
Program Audit Substantif
Program audit adalah dokumen yang memuat pernyataan tujuan audit dan re
ncana langkah-langkah audit (biasanya dalam bentuk kalimat perintah) untuk menca
pai tujuan audit tersebut. Contoh tujuan audit: untuk mengetahui keberadaan barang
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
inventaris. Langkah auditnya: Lakukan inventarisasi fisik (stock opname) barang inv
entaris, hasilnya dituangkan dalam berita acara.
Penyusunan program audit dilakukan pada tahap persiapan dalam rangka pe
ngujian dan pengendalian dan pada tahap audit pendahuluan dalam rangka pengujia
n transaksi atau saldo-saldo atau pengembangan temuan, sehingga dengan demikia
n program audit dapat dikelompokkan menjadi:
 Program audit untuk pengujian pengendalian, yaitu program audit untuk menguji
pengendalian intern (internal control) yang dijalankan manajemen terkait dengan
informasi/kegiatan yang akan diaudit.
 Program audit untuk pengujian substantif (substative test). Secara sederhana
program audit ini dapat dijelaskan sebagai rencana kerja untuk menguji
kesesuaian informasi yang diuji dengan data pendukungnya.
Pada audit keuangan, program audit untuk pengujian substantif dan pengujia
n pengendalian dapat disusun sekaligus, terutama karena standar penyajian pos-po
s laporan keuangan sudah baku sifatnya. Tetapi pada audit operasional dan audit ke
patuhan, program audit substantif biasanya baru bisa dibuat setelah pengujian peng
endalian selesai dilaksanakan, yaitu setelah auditor mengetahui kelemahan pengen
dalian/temuan sementara yang perlu dipeKonfirma

ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.


Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
Dokumentasi Audit (Kertas Kerja Audit)
Fungsi dan Sifat Kertas Kerja
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentan
g prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang di
perolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh ker
tas kerja adalah program audit, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representas
i, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data yang disimpan dalam pit
a magnetik, film, atau media yang lain.
Auditor harus membuat dan memelihara kertas kerja, yang isi maupun bentuk
nya harus didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang dihadapinya dalam peri
katan tertentu. Informasi yang tercantum dalam kertas kerja merupakan catatan uta
ma pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh auditor dan simpulan-simpulan yang dib
uatnya mengenai masalah-masalah yang signifikan.
Kertas kerja terutama berfungsi untuk:

a. Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk representas tentan


g pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat ditunjukkan dalam lap

ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.


Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
oran auditor dengan disebutkannya frasa “berdasarkan standar auditing yang ditetap
kan Ikatan Akuntan Indonesia”.
b.. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk
, dan isi kerta kerja untuk perikatan tertentu mencakup:
c. Sifat perikatan auditor.
d Sifat laporan auditor.
e. Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam pe
mbuatan laporan.
f. Sifat dan kondisi catatan clien.
g. Tingkat risiko pengendalian taksiran.
h. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review atas
pekerjaan yang dilakukan para asisten.
Isi Kertas Kerja
Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi
oleh auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok de
ngan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan l

ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.


Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
apangan yang dapat diterapkan telah diamati. Kertas kerja biasanya harus berisi dok
umentasi yang memperlihatkan:
a
Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menujukan diamati
nya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencana
kan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
c. Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan penguji
an yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menuju
kan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.
Kepemilikan Dan Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerj
a masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Aku
ntan Publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien. Se
ringkali kertas kerja tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumber acuan bagi klie
nnya, namun kertas kerja harus tidak dipandang sebagai bagian dari, atau sebagai p
engganti terhadap, catatan akuntansi klien. Auditor harus menerapkan prosedur me
ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.
Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban
madai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya dalam perio
de yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-ketentuan hukum yan
g berlaku mengenai penyimpan dokumen

ini dapat digunakan untuk membuktikan keteltatan akuntansi klien.


Bukti Lisan
Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia
sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisa
n. Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi do
kumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim, kemungkinan
adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak ditagih. Jawaban at
as pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan harus dicatat dala
m kertas kerja audit.
Bukti Analitis dan Perbandingan
Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien deng
an anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum. Bukti
analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu dalam l
aporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi data p
embanding.
Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Perba
ndingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk menil
ai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk menentukan obje
k pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan a
udit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan t
idak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit unt
uk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan kemungki
nan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus mempertimban

Anda mungkin juga menyukai