PENDAHULUAN
2.1 GEOGRAFIS
2.1.1 Letak geografis
Puskesmas Tumbang Baraoi berada Pada Wilayah Kecamatan Petak Malai
Pemerintah Daerah Kabupaten Katingan yang wilayahnya berbatasan dengan :
1. Sebelah Utara dengan Provinsi Kalimantan Barat
2. Sebelah Timur dengan Kabupaten Gunung Mas
3. Sebelah selatan dengan desa Tumbang Atei Wilayah Kecamatan Sanaman
Mantikei
4. Sebelah Barat dengan Kecamatan Marikit
Adapun peta wilayah kerja Puskesmas Tumbang Baraoi dapat dilihat pada gambar
1.1. dibawah ini :
2.2 Kependudukan
Adapun jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tumbang Baraoi
adalah sebagai berikut:
Grafik 1.1 Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Tumbang
Baraoi
B. GAMBARAN KHUSUS
Tenaga kesehatan dan institusi kesehatan lain :
Sarana kesehatan yang ada di wilayah kerja UPTD Kecamtan Petak Malai Puskesmas
Tumbang Baraoi ::
1. Puskesmas Induk : 1 Buah
2. Puskesmas Pembantu :
Tabel 3.3. Jumlah Kelahiran Hidup, Jumlah Kematian Ibu dan Angka
Kematian Ibu di Kabupaten Katingan Tahun 2008-2017
Pada grafik 3.3 terlihat angka kematian ibu sejak tahun 2008
hingga 2011 lebih fluktuatif dibandingkan dengan angka kematian bayi
dan balita. Yang perlu mendapat perhatian ialah bahwa angka
kematian ibu mengalami kenaikan mulai tahun 2010 sampai dengan
2014. Dimana setiap tahunnya terjadi peningkatan AKI. Namun pada
tahun 2015 angka ini menurun, dan menurun lagi pada tahun 2016.
Pada Tahun 2017 AKI mengalami penurunan yang signifikan yaitu
96,96.
Jika dibandingkan dengan angka kematian ibu tingkat nasional,
angka kematian ibu di Kabupaten Katingan pada tahun 2007 dan 2009
lebih tinggi, AKI nasional tahun 2007 dan 2009 adalah 228 per 100.000
kelahiran hidup, sedangkan AKI Kabupaten Katingan tahun 2007 dan
2009 adalah 399 dan 335 per 100.000 kelahiran hidup. Namun jika
dibandingkan dengan tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 dimana
AKI Kabupaten Katingan masih lebih rendah dibandingkan AKI nasional
yang masih pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup.
B. Angka Kesakitan
2. Prevalensi Tuberkulosis
TB Paru merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Sebagian besar penderita TB Paru adalah kelompok produktif. Semakin
tinggi angka prevalensi TB Paru menunjukkan semakin tingginya
kemungkinan penularan akibat rendahnya kualitas kesehatan
lingkungan masyarakat, khususnya lingkungan pemukiman dan
perumahan.
Prevalensi TB Paru BTA+ adalah kasus yang ada (baik kasus baru
maupun kasus lama) per 100.000 penduduk pada wilayah dan kurun
waktu tertentu. Prevalensi TB Paru BTA+ tahun 2014 adalah 63,83 per
100.000 penduduk Kabupaten Katingan, menurun jika dibandingkan
prevalensi tahun 2013 yakni sebesar 180,72 per 100.000 penduduk.
Pada tahun 2015 prevalensi TB Paru BTA+ adalah 61,53 per 100.000
penduduk. Pada tahun 2016 prevalensi TB Paru BTA+ meningkat
menjadi 102,93 per 100.000 penduduk. Tahun 2017 terjadi penurunan
prevalensi TB Paru BTA+ menjadi 102,56 per 100.000 penduduk.
Sumber Data : Bidang P2P Dinas Kesehatan Kab. Katingan (Lampiran Tabel 7 dan Tabel 9)
C. Status Gizi
Perbaikan Gizi Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan gizi
masyarakat. Adapun sasarannya adalah meningkatnya status gizi
masyarakat maupun institusi dalam rangka meningkatkan taraf kecerdasan
dan produktivitas sumber daya manusia.
Grafik 3.8. Jumlah Bayi dengan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di
Kabupaten Katingan Tahun 2010-2017
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN
A. Pelayanan Kesehatan
1. Persentase Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1, K4, Persentase
Persalinan oleh Bidan atau Tenaga Kesehatan yang Memiliki
Kompetensi Kebidanan, Persentase Ibu Nifas Mendapat
Pelayanan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan oleh
petugas kesehatan kepada ibu dalam masa kehamilan dengan tujuan
untuk memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, serta upaya
penjaringan penyimpangan agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat sehingga
memperoleh bayi yang sehat. Kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan yaitu satu kali pada
triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada
triwulan ketiga, atau yang sering disebut dengan K4 ibu hamil.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Rekapitulasi PWS KIA
Kunjungan K1 dan K4 ibu hamil di Kabupaten Katingan pada tahun
2009 jumlah ibu hamil sebanyak 3.776 orang, dengan K1 sebanyak
3.717 (98,44%) dan K4 sebanyak 3.005 (79,58%). Tahun 2010 jumlah
ibu hamil sebanyak 3.115 orang, dengan K1 sebanyak 2.890 (92,8%)
dan K4 sebanyak 2.741 (88,0%). Pada tahun 2011 jumlah ibu hamil
sebanyak 2.874 orang, dengan K1 sebanyak 2.785 (96,9%) dan K4
sebanyak 2.576 (89,6%). Tahun 2012 jumlah ibu hamil sebanyak 2.716
orang, dengan K1 sebanyak 2.606 (95,9%) dan K4 sebanyak 2.496
(91,9%).
Pada tahun 2013 jumlah ibu hamil sebanyak 2.783 orang, dengan
K1 sebanyak 2.769 (99%) dan K4 sebanyak 2.700 (97%). Pada tahun
Profil Kesehatan puskesmas tumbang baraoi | 2018 32
2014 jumlah ibu hamil sebanyak 3.158 orang, dengan K4 sebanyak
3.001 (95,03%). Sedangkan pada tahun 2015 jumlah ibu hamil orang
dengan K1 sebanyak 3.319 orang (82,15%) dan K4 sebanyak
sebanyak 3.328 (82,38%). Pada tahun 2016 jumlah ibu hamil 4.027
orang, dengan K1 sebanyak 3.636 (90,29) dan K4 sebanyak 3.321
(82,47). Tahun 2017 jumlah ibu hamil 4.012 orang, dengan K1
sebanyak 3.459 (86,22%) dan K4 sebanyak 3.358 (83,70%).
Sumber Data : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kab. Katingan (Lampiran Tabel 29)
Grafik 4.2. Persentase Ibu Hamil Risiko Tinggi dan Neonatal Risiko
Tinggi Ditangani di Kabupaten Katingan Tahun 2008-2017
Sumber Data : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kab. Katingan (Lampiran Tabel 33)
Sumber Data : Bidang Kesmas Dinas Kesehatan Kab. Katingan (Lampiran Tabel 38 dan
Tabel 40 )
Tabel 4.5. Jumlah Bayi, Jumlah Bayi Diberi ASI Eksklusif dan
Persentase Bayi Diberi ASI Eksklusif di Kabupaten
Katingan Tahun 2008-2017
Jumlah Bayi
No. Tahun Jumlah Bayi Diberi ASI Persentase
Eksklusif
1. 2008 3.619 1.034 28,57
2. 2009 3.433 164 4,78
Jumlah % Jumlah
No. Tahun Jumlah Jumlah
Penderita Penderita
Desa/Kel Penderit
Ditangani < 24 Ditangani <
. a
Jam 24 Jam
D. Keadaan Lingkungan
Keadaan lingkungan yang sehat sangat berpengaruh dengan kualitas
hidup manusia. Beberapa keadaan yang dapat menggambarkan keadaan
lingkungan yang sehat diantaranya adalah rumah sehat, penduduk yang
memiliki akses air minum yang layak, penyelenggara air minum yang
memenuhi syarat kesehatan, penduduk yang memiliki akses sanitasi layak,
desa yang melaksanakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM),
tempat-tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan, dan Tempat
pengelolaan Makan (TPM) yang memenuhi syarat higiene sanitasi.
Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi kriteria minimal : akses air
minum, akses jamban sehat, lantai, ventilasi, dan pencahayaan yang
dihitung kumulatif dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2018 jumlah rumah
sehat sebanyak 16.959 (36,54%). Jumlah ini meningkat sebanyak 3.972
rumah dibandingkan dengan tahun 2016.
Penduduk dengan akses berkelanjutan terhadap air minum berkualitas
layak adalah jumlah penduduk yang akses terhadap air minum berkualitas
(layak) seperti air minum yang terlindung meliputi air ledeng(keran), keran
umum, hydrant umum, terminal air, Penampungan Air Hujan (PAH) atau
mata air dan sumur terlindung, sumur bor atau sumur pompa, yang
jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan kotoran, penampungan
limbah, dan pembuangan sampah. Tidak termasuk didalamnya air kemasan,
A. Sarana Kesehatan
1. Ketersediaan Obat Menurut Jenis Obat
Program obat, makanan dan Bahan berbahaya bertujuan untuk
meningkatkan pengawasan terhadap obat dan makanan dari bahan
berbahaya. Adapun sasarannya adalah masyarakat terlindungi dari
bahaya psikotropika dan zat adiktif serta bahan berbahaya lainnya dan
terlindungi dari penggunaan sediaan farmasi, makanan dan alat
kesehatan yang tidak memenuhi persyaratan mutu dan keamanan,
terjaminnya ketersediaan, keterjangkauan dan pemerataan obat
bermutu yang diperlukan masyarakat..
Ketersediaan obat-obatan untuk pelayanan kesehatan di
Puskesmas pada tahun 2017 sesuai dengan kebutuhan Puskesmas
ditambah dengan stok obat tahun 2016, sehingga pengadaan obat PKD
yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Katingan sesuai
dengan kebutuhan, yang dihitung sesuai dengan jumlah pemakaian
Puskesmas selama satu tahun.
B. Tenaga Kesehatan
Dalam pembangunan kesehatan diperlukan berbagai macam profesi
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan melaksanakan upaya
kesehatan dan mengutamakan upaya peningkatan, pemeliharaan atau
pencegahan penyakit dengan tidak mengabaikan upaya pengobatan dan
pemulihan.
Jumlah tenaga kesehatan di Kabupaten Katingan tahun 2017 sebanyak
685 orang terdiri dari tenaga medis 43 orang (8 orang dokter spesialis, 29
orang dokter umum dan 6 orang dokter gigi), tenaga paramedis 535 orang
(bidan 222 orang, perawat 292 orang, perawat gigi 21 orang), tenaga
kefarmasian 30 orang, tenaga kesehatan masyarakat 23 orang, tenaga
kesehatan lingkungan 9 orang, tenaga gizi 25 orang, tenaga fisioterapi 0
orang, tenaga teknisi medis 20 orang.
Rasio tenaga kesehatan di Kabupaten Katingan tahun 2017 adalah
tenaga medis yaitu rasio dokter spesialis 4,91 per 100.000 penduduk,
dokter umum 17,81 per 100.000 penduduk dan dokter gigi 3,68 per 100.000
penduduk, tenaga bidan 136,33 per 100.000 penduduk, tenaga perawat
179,32 per 100.000 penduduk, tenaga perawat gigi 12,90 per 100.000
C. Pembiayaan Kesehatan
1. Alokasi Anggaran Kesehatan
Tabel 5.1 Sumber dan Jumlah Alokasi Anggaran Kesehatan di Kabupaten
Katingan Tahun 2017
No SUMBER BIAYA ALOKASI ANGGARAN
. KESEHATAN
Rupiah %
1 2 3 4
ANGGARAN KESEHATAN BERSUMBER :
b. Angka Kesakitan :
/100.000
- Angka Insidens TB Paru 63,25
Penduduk
- Success Rate TB Paru 59,09 %
- Jumlah Kasus Baru HIV/AIDS 9 Kasus
- Jumlah Infeksi Menular Seksual Lainnya 0 Kasus
Persentase Diare Ditemukan dan
- 98,32 %
Ditangani
- Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) 4 Kasus
Angka Penemuan Kasus Baru Kusta /100.000
- 2,46
(NCDR) Penduduk
- Angka Prevalensi Kusta 0,25 /10.000 Penduduk
- Jumlah Kasus Campak 0 Kasus
/100.000
- Incidence Rate DBD 14,12
Penduduk
/100.000
- Angka Kesakitan Filariasis 1,84
Penduduk