Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu bentuk gangguan mood yang sering terjadi pada semua usia di
masyarakat yaitu gangguan depresi. Depresi merupakan satu masa terganggunya
fungsi manusia yang berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala
penyertanya, termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa putus asa dan tidak berdaya, serta bunuh diri.1
Sedangkan menurut Sinopsis Psikitari, mood adalah keadaan emosional internal yang
meresap dari seseorang. Emosi adalah kompleksitas perasaan yang meliputi psikis,
somatik dan perilaku yang berhubungan dengan afek dan mood.2
Prevalensi kejadian depresi cukup tinggi hampir lebih dari 350 juta penduduk
dunia mengalami depresi. Survey yang dilakukan di 17 negara eropa, rata-rata 1 dari
20 orang pernah mengalami depresi. Gangguan depresi paling sering terjadi dengan
prevalensi seumur hidup sekitar 15%. Perempuan dua kali lipat lebih besar
dibandingkan laki-laki. Hal ini diduga adanya perbedaan hormon. Rata-rata usia
penderita sekitar 40 tahun. Data terkini menunjukkan, gangguan depresi berat diusia
kurang dari 20 tahun, yang mungkin berhubungan dengan meningkatnya pengguna
alkohol dan penyalahgunaan zat.3 Sebuah penelitian di Amerika Serikat didapatkan
bahwa gangguan depresif berat terjadi pada 13 sampai 14 juta orang dewasa dan
mengakibatkan penderitaan yang signifikan bagi penderitanya dalam hidup.4
Prevalensi di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 mencapai 11,6% atau
diderita sekitar 19 juta gangguan mental emosional penduduk di atas 15 tahun
orang.11
Pasien depresi memperlihatkan kehilangan energi dan minat, merasa bersalah,
sulit berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, berpikir untuk mati dan bunuh diri.
Tanda dan gejala lain termasuk perubahan dalam tingkat aktivitas, kemampuan
kognitif, bicara dan fungsi vegetatif (termasuk tidur, aktivitas seksual dan ritme

1
biologi yang lain). Gangguan ini hampir selalu menghasilkan hendaya interpersonal,
sosial dan fungsi pekerjaan. Neurotransmitter yang mungkin berkurang pada
gangguan depresi adalah norepineprin, dopamin, dan serotonin.3
Gangguan depresif berat sekarang telah menjadi 2 masalah kesehatan yang
serius dimana diperkirakan gangguan ini akan menduduki peringkat kedua penyebab
disabilitas pada tahun 2020, setelah penyakit kardiovaskular. 5 Gangguan depresi berat
dengan gejala psikotik adalah depresi yang parah walau bukan penderita psikotik.6
Hingga sekarang terapi yang paling efektif untuk gangguan depresif berat
yaitu kombinasi antara psikoterapi dan farmakoterapi. Psikoterapi jangka pendek
dapat dibagi menjadi yaitu terapi kognitif, terapi perilaku dan terapi interpersonal.2

Anda mungkin juga menyukai