Modul Teknik Digital

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

MODUL PERKULIAHAN

Teknik
Digital
Multiplexer dan
Demultiplexer

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
Fakultas Teknik Teknik Elektro Yuliza, ST, MT

Abstract Kompetensi
Multiplexer (MUX) adalah penghubung antara beberapa input ke Mahasiswa dapat
satu output, sedangkan demultiplexer (DEMUX) kebalikannya, memahami
menghubungkan 1 input dengan beberapa output. Salah satu tentang
aplikasi pasangan MUX – DEMUX adalah untuk pemakaian saluran Multiplexer dan
bersama secara bergantian, atau menghubungkan satu sama lain Demultiplexer
saluran yang banyak dengan jaringan bintang seperti pada sentral serta aplikasinya
telepon digital.
Modul 6. Multiplexer dan Demultiplexer.

Multiplexer (MUX) adalah penghubung antara beberapa input ke satu output,


sedangkan demultiplexer (DEMUX) kebalikannya, menghubungkan 1 input dengan
beberapa output. Salah satu aplikasi pasangan MUX – DEMUX adalah untuk pemakaian
saluran bersama secara bergantian, atau menghubungkan satu sama lain saluran yang
banyak dengan jaringan bintang seperti pada sentral telepon digital.

6.1. Multiplexer (MUX).


Pada gambar 6.1 dapat dilihat sebuah contoh MUX yang terdiri dari 4 bit data input,
yaitu D0, D1, D2 dan D3; 2 bit control input atau selektor, yaitu A dan B; dan 1-bit output,
dalam hal ini F. Ini hanyalah salah satu contoh, meskipun outputnya selalu 1 bit, MUX dapat
terdiri dari 2 bit data input, 4-bit, 8-bit, 16-bit dst sejumlah 2 N dengan N bilangan bulat,
adalah jumlah bit selektor atau control input. Jadi, MUX dapat terdiri dari 8-bit data input
dengan 3-bit selektor, 16-bit data input dengan 4-bit selektor, 256-bit data input dengan 8-bit
selektor dst.

Jika kita merujuk pada bentuk tabel kebenaran, jika 4-to-1 MUX terdiri dari 6-bit
input, yaitu 4-bit data input plus 2-bit selektor, maka tabel kebenarannya harus terdiri dari 2 6
baris atau 64 baris. Tetapi untuk menghemat dan menyederhanakan penulisan, cukup dibuat
Tabel kebenaran dengan baris sejumlah bit pada data inputnya, dalam hal ini 4 baris. Hal ini
berlaku umum untuk MUX sebarang ukuran.

Seiring dengan Tabel Kebenaran yang disederhanakan, penulisan persamaan


Boolean juga ikut sederhana, seperti tampak pada gambar 6.1. Sedangkan realisasi
rangkaian digitalnya dapat dilihat pada gambar 6.2.

2018 Teknik Digital


2 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.1. Kotak Hitam, Tabel Kebenaran dan Persamaan Boolean untuk 4-to-1 MUX.

Pada gambar 6.2 dapat dilihat bentuk rangkaian MUX yang tidak hanya berlaku
untuk 4-bit data input saja, tetapi berlaku umum dengan variasi jumlah gerbang AND, jumlah
gerbang NOT, jumlah input gerbang AND dan jumlah input gerbang OR. Kita dapat
bayangkan misalnya untuk 8-to-1 MUX, karena jumlah data inputnya 8-bit, maka jumlah
gerbang AND juga 8 buah, jumlah gerbang NOT 3 buah, jumlah input AND 4-bit, dan jumlah
input OR 8-bit. Silakan bayangkan rangkaian digital untuk MUX ukuran lain. Dapat
disimpulkan bahwa Multiplexer Digital merupakan rangkaian sederhana.

Gambar 6.2. Rangkaian Digital untuk 4-to-1 MUX

2018 Teknik Digital


3 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.2. Demultiplexer (DEMUX).
Pada gambar 6.3 dapat dilihat contoh Demultiplexer atau DEMUX, dalam hal ini
memiliki 1-bit data input, yaitu D, 2-bit selektor, yaitu A dan B, dan 4 bit output, yaitu F0, F1,
F2 dan F3. Tabel kebenarannya terdiri dari 8-baris, sesuai dengan jumlah inputnya. Pada
contoh ini ada 4 Persamaan Boolean untuk 4-bit Output.

Gambar 6.4 memperlihatkan Rangkaian Digital DEMUX yang terkait dengan gambar
6.3, yaitu DEMUX dengan 4-bit Output. Dari gambar-gambar ini kita dapat menyimpulkan
bentuk umum DEMUX. Kita dapat dengan mudah membayangkan, bahwa untuk DEMUX
dengan 1-bit data input dan 8-bit output, jumlah selektornya pasti 3-bit, jumlah baris pada
Tabel Kebenaran pasti 16, jumlah persamaan Boolean pasti 8, jumlah gerbang NOT pasti 3,
jumlah gerbang AND pasti 8, dengan masing-masing gerbang AND ini memiliki 4-bit input, 1-
bit dari data input dan 3 bit dari selektor. Silakan bayangkan rangkaian digital DEMUX
ukuran lain.

Gambar 6.3. Kotak Hitam, Tabel Kebenaran dan Persamaan Boolean untuk 1-to-4 DEMUX.

2018 Teknik Digital


4 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.4. Rangkaian Digital untuk 1-to-4 DEMUX

6.3. Decoder.
Sangat mirip dengan DEMUX, Decoder terdiri dari N-bit input selektor, 1-bit input
Enable dan 2N bit output. Gambar 6.5 dan 6.6 memperlihatkan contoh Decoder, dalam hal ini
2-to-4 Decoder. Jika kita perhatikan dengan cara seksama dan dalam tempo yang
sesingkat-singkatnya, sebenarnya Decoder adalah DEMUX, cukup mengganti nama bit data
input menjadi bit Enable, dan nama bit output menjadi Data Output, maka DEMUX disulap
berubah menjadi Decoder. Sim salabim, pok-pok-pok, berubah jadi apa ? Decoder. Horee.

Gambar 6.5. Kotak Hitam, Tabel Kebenaran, dan Persamaan Boolean untuk 2-to-4
DECODER.

2018 Teknik Digital


5 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.6. Rangkaian Digital untuk 2-to-4 DECODER.

6.4. Priority Encoder.


Gambar 6.7 adalah salah satu contoh Priority Encoder, dalam hal ini 4-to-2 Priority
Encoder. Meskipun kotak hitamnya kelihatan mirip dengan MUX, Priority Encoder memiliki
perbedaan berarti dengan MUX, baik Tabel Kebenaran, Persamaan Boolean, maupun
Rangkaian Digitalnya. Secara umum, output Priority Encoder sesuai dengan data input yang
sedang aktif, jika yang sedang aktif hanya A3, maka outputnya angka 3, atau 11, begitu pula
jika yang aktif hanya A2, A1 atau A0. Jika yang aktif bersamaan lebih dari 1 input, maka
dalam hal ini yang diprioritaskan adalah input dengan indeks terkecil, misalnya jika A3 dan
A2 muncul bersamaan, maka outputnya 2 atau 10, bukan 3 atau 11.

Tabel Kebenaran digunakan untuk menentukan prioritas bit-bit input, sedangkan


Persamaan Boolean dan Rangkaian Digitalnya disesuaikan dengan Tabel Kebenaran ini.
Contoh Disain Priority Encoder ini tidak bisa dianggap berlaku umum, karena Prioritas
berbeda dapat menyebabkan Persamaan Boolean menjadi amat berbeda. Untuk prioritas
acak atau tidak berurut, sangat mungkin kita memerlukan penyederhanaan rangkaian
dengan K-Map atau Tabulasi.

2018 Teknik Digital


6 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.7. Kotak Hitam, Tabel Kebenaran dan Persamaan Bolean untuk 4-to-2 Priority
Encoder

Gambar 6.8. Rangkaian Digital untuk 4-to-2 Priority Encoder.

2018 Teknik Digital


7 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.5. MUX mewakili Tabel Kebenaran.
Multiplexer dapat digunakan untuk mempercepat realisasi rangkaian digital dari Tabel
Kebenaran yang sudah diketahui. Misalnya Fungsi Boolean

M(A,B,C) = ∑(3,5,6,7)

dapat diwujudkan dengan rangkaian digital yang komponen utamanya 8-to-1 MUX seperti
tampak pada gambar 6.9 atau 4-to-1 MUX seperti pada gambar 6.10.

Pada gambar 6.9, seluruh baris pada Tabel Kebenaran disalin ke input MUX 8-to-1,
sangat mudah, tetapi kurang efisien. Sedangkan pada gambar 6.10, dengan membagi tabel
kebenaran menjadi 4 bagian seperti pada gambar 6.11, Fungsi Boolean M(A,B,C) =
∑(3,5,6,7) dapat diwujudkan dengan rangkaian seperti tampak pada gambar 6.10 tersebut.

Gambar 6.9. Rangkaian Digital untuk 3-bit input dan 1 bit output dengan 8-to-1 MUX.

2018 Teknik Digital


8 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.10. Rangkaian Digital untuk 3-bit input dan 1 bit output dengan 4-to-1 MUX.

Gambar 6.11 memberikan contoh, bagaimana Tabel di sebelah kiri dipecah menjadi
4 area yang masing-masing memiliki nilai AB yang sama, kemudian output F disesuaikan
dengan C. Untuk 2 baris pertama pada Tabel Kebenaran, karena pada kedua baris tsb F
bernilai 0, maka input paling atas dari MUX adalah angka ‘0’. Untuk 2 baris kedua, karena
output F selalu bernilai ‘1’, maka input kedua dari atas pada MUX diberi angka ‘1’. Untuk 2
baris ketiga, karena F selalu sama dengan C, maka input ketiga dari atas pada MUX harus
sama dengan C. Sedangkan untuk 2 baris terakhir, karena F selalu kebalikan dari C, maka
input terakhir pada MUX harus sama dengan C’.

Gambar 6.11. Rangkaian Digital untuk 3-bit input dan 1 bit output dengan 4-to-1 MUX.

6.6. MUX besar dari MUX kecil.

2018 Teknik Digital


9 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selain untuk realisasi Rangkaian Digital berdasarkan Tabel Kebenaran, MUX juga
dapat digunakan untuk realisasi MUX yang lebih besar. Misalnya MUX 2-to-1 dapat
digunakan untuk menyusun MUX 4-to-1, MUX 8-to-1 atau MUX yang lebih besar lagi. MUX
4-to-1 dapat digunakan untuk menyusun MUX 8-to-1 atau yang lebih besar, demikian
seterusnya. Berikut ini adalah 3 contoh MUX besar yang disusun dari beberapa MUX kecil.

Gambar 6.12. MUX 4-to-1 dari 3 buah MUX 2-to-1,

Gambar 6.13. MUX 16-to-1 dari 5 buah MUX 4-to-1.

2018 Teknik Digital


10 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Gambar 6.13. MUX-DEMUX 16-1-16 dari 5 buah MUX 4-to-1 dan 5 buah DEMUX 1-to-4

DaftarPustaka
.

2018 Teknik Digital


11 Yuliza, ST, MT
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai