Hematokrit Bab 2
Hematokrit Bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan mas merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang menjadi
primadona di sub sektor perikanan. Ikan mas memiliki nilai ekonomis tinggi dan
jumlah permintaan yang besar terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia.
Ikan mas atau yang juga dikenal dengan sebutan common carp adalah ikan yang
sudah mendunia. Hal ini tentunya menjadikan peluang untuk pengembangan
budidaya ikan mas (Suseno 2000).
Ikan mas berasal dari China dan Rusia. Di Indonesia, ikan mas mulaimasuk
sekitar tahun 1810 tepatnya di Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Namun, baru sekitar
tahun 1960 ikan mas mulai dipelihara dan berkembang ke daerah yang lainnya
juga. Ikan mas memiliki beberapa keunggulan mulai dari tingkat keberlangsungan
hidupnya yang cukup tinggi, tingkat pertumbuhan yang relative cepat, serta
jumlah telur yang menetas tergolong tinggi (Khairumanet al. 2008).
1
Gambar 1. Ikan mas
2
3
Sistem peredaran darah ikan bersifat tunggal, artinya hanya terdapat satu
jalur sirkulasi peredaran darah. Darah merupakan suatu fluida yang berisi
beberapa bahan terlarut dan erythrocyte, leucocyte dan beberapa bahan lain yang
tersuspensi.Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh,
membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke
organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan
karbondioksida terjadi pada bagian semipermeabel yaitu pembuluh darah yang
terdapat di daerah insang. Selain itu di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran
yang bernitrogen (Soewolo 2000).
Darah mempunyai suatu komposisi yang terdiri dari dua komponen utama,
yaitu sel darah dan plasma darah yang mengandung bahan-bahan
penyusunnya.Komposisi terbesar yang terkandung dalam darah adalah air sebagai
media yang memfasilitasi sejumlah faktor yang tak terdispensasi dalam
pembentukan darah. Satu millimeter kubik darah ikan mengandung sekitar 5 juta
corpuscle berwarna merah yang disebut leukosit dan 200.000 hingga 300.000
platelet yang disebut trombosit. Komponen lain adalah garam mineral dan
substansi organik terlarut (Soewolo 2000).
Jumlah eritrosit berbeda-beda pada berbagai spesies dan juga sangat
dipengaruhi oleh suhu, namun umumnya berkisar antara 1 - 3 juta sel/mm 3
(Hibiya dan Takashima 1995). Eritrosit berperan dalam pengangkutan dan
distribusi energi, oksigen ke seluruh jaringan tubuh, sekaligus sebagai sarana
pengangkutan karbondioksida dari tubuh (Wedemeyer dan Yasutake 1977).
Moyle dan Cech (1988) menjelaskan bahwa jumlah sel darah putih lebih
rendah dibandingkan dengan sel darah merah yaitu berkisar 20.000 sel/mm 3 –
150.000 sel/mm3 . Perubahan nilai leukosit total dan persentase jenis leukosit
sering dijadikan petunjuk keadaan fisiologi ikan atau indikator keberadaan
penyakit pada tubuh ikan.
Trombosit berperan penting dalam proses pembekuan darah dan juga
berfungsi mencegah kehilangan cairan tubuh pada kerusakan-kemsakan di
4
tubuh yaitu membentuk antibodi apabila ada protein lain yang masuk kedalam
tubuh (Lagler et al. 1977).
Leukosit mengandung enzim yang dapat merombak protein bakteri dan sisa-
sisa sel yang mati. Jika pembentukannya terhambat maka daya tahan tubuh ikan
akan menurun. Hambatan ini akan dapat terjadi karena adanya faktor lingkungan
yang tidak sesuai misalnya suhu, salinitas, kadar oksigen dan (Lagler et al. 1977).
Berikut merupakan komponen penyusun darah (Gambar 2) :
2.2.2 Jantung
Jantung merupakan suatu pembesaran otot yang spesifik dari pembuluh
darah suatu struktur muskular berongga yang bentuknya menyerupai kerucut dan
dilingkupi atau diselimuti oleh kantung perikardial (perikardium). Pada ikan
terdapat bagian restral dari hati dan bagian ventral dari rongga mulut (Affandi dan
Tang 2002).
Jantung ikan teleostei umumnya terdapat di belakang insang dibagian depan
rongga badan. Organ jantung ini dilapisi oleh selaput tipis yang disebut lapisan
perikardium. Lapisan perikardium ini lebih tipis pada ikan elasmobranchi
daripada ikan teleostei. Jantung ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu sinus
venosus, atrium, ventrikel dan conus arteriosus pada elasmobranchi atau bulbus
arteriosus pada teleostei, ruang jantung tersebut dipisahkan oleh sepasang klep
berbentuk setengah bulat, bagian luar jantung ditutupi oleh perikardium yang
terdiri dari perikardial mesothelium dan sedikit jaringan pengikat pembuluh-
7
pembuluh darah terdapat bagian antara epikardium dan otot jantung yang terletak
dibawahnya terutama bagian ventrikel (Moyle dan Cech 1988). Berikut
merupakan jantung ikan (Gambar 3) :
serabut otot lapisan dalam ini saling berhubungan dan menghasilkan suatu
susunan otot jantung yang tidak kompak. Lapisan yang kompak terdiri dari
serabut-serabut otot yang tersusun rapat dan mendapat suplai darah dari atrium
coronary (Moyle dan Cech 1988).
Bulbus arteriosus mempunyai suatu dinding yang tebal dan terdiri dari
serabut otot jaringan pengikat halus. Otot jantung tidak ada dan yang banyak
adalah serabut-serabut yang bersifat elastis. Endothelium mengandung sel pipih
selapis dan lapisan subendothelium yang berisi jaringan ikat tipis. Endothelium
menonjol ke dalam rongga dan bagian luar bulbus arteriosus dibungkus oleh
epikardium. Bulbus arteriosus akan menjadi aorta ventral ketika keluar dari
rongga perikardial. Bulbus arteriosus sangat berperan dalam mengatur tekanan
darah yang berasal dari jantung. Serabut-serabut yang elastis ini memungkinkan
rongga bulbus arteriosus membesar selama ada tekanan tinggi pada saat sistole
dari ventrikel dan dapat melindungi pembuluh-pembuluh darah pada insang dari
tekanan yang berlebihan sehingga terjadi konstruksi dari bulbus dan akan
mendorong darah ke ventral aorta (Affandi dan Tang 2002).
Conus arteriosus merupakan bagian dari aorta ventral, memiliki otot seperti
pada ventrikel. Pada elasmobranchi, conus arteriosus berkembang dengan baik
tetapi tidak mempunyai bulbus arteriosus. Pada sebagian besar teeostei, conus
arteriosus sudah tereduksi menjadi suatu struktur yang sangat kecil, sedangkan
bulbus arteriosus berkembang dengan baik (Affandi dan Tang 2002).
Menurut Affandi dan Tang (2002) jantung akan menerima darah yang kaya
akan oksigen (pada teleostei dan elasmobranchi) melalui dua kelompok arteri
coronary, yaitu :
a. Arteri coronary anterior, arteri ini berasal dari saluran hipobran (cabang
dari arteri branchial afferent) arteri ini memasok darah pada conus
arteriosus dan ventrikel).
b. Arteri coronary posterior, arteri ini berasal dari arteri caracoid atau arteri
subclavin dan masuk ke dalam jantung melalui bagian belakang, fungsinya
untuk memasok darah pada bagian dinding jantung.
2.3 Hematokrit
Hematokrit merupakan persentase volume eritrosit dalam darah ikan. Hasil
pemeriksaan terhadap hematokrit dapat dijadikan sebagai salah satu patokan untuk
menentukan keadaan kesehatan ikan, nilai hematokrit kurang dari 22%
menunjukkan terjadinya anemia. Perubahan kondisi lingkungan atau pencemaran
lingkungan akan menyebabkan nilai hematokrit mengalami penurunan akibat
respon stress pada ikan (Kuswardani 2006).
Kadar hematokrit juga bervariasi tergantung pada faktor nutrisi, umur ikan,
jenis kelamin, ukuran tubuh, dan masa pemijahan. Hematokrit adalah volume
eritrosit yang dipisahkan dari plasma dengan memutarnya di dalam tabung khusus
yang nilainya dinyatakan dalam persen. Hematokrit didefinisikan sebagai
perbandingan antara sel darah merah dengan seluruh volume darah. Presentase
kadar hematokrit berhubungan dengan jumlah sel darah merah (Kuswardani
2006).
Menurut Yudha (1999) nilai hematokrit tidak selalu tetap hasilnya dan pada
ikan nilainya antara 5 – 60 %. Selanjutnya dikatakan bahwa nilai hematokrit dapat
juga digunakan untuk mendeteksi terjadinya anemia dan ikan terkena penyakit
apabila ikan kehilangan nafsu makan karena sebab yang tidak jelas dan
ditunjukkan dengan rendahnya nilai hematokrit.
10
Daftar Pustaka
Affandi, R. dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. Unri Press.Pekanbaru.
Anderson, S. 1987. Pemilihan dan Pengembangan Media untuk Pembelajaran. CV.
Rajawali.Jakarta.
Anderson, S. 1992. A-Morphous Morphology. Cambridge University Press. Cambridge.
Chinabut, S., Limsuwan, C. dan Katsuwan. 1991. Histology of Walking Catfish Clarius
batracus. IDRC. Canada.
Dellman dan Brown.1989. Buku Teks Histologi Veteriner. Edisi ke-3. Universitas Indonesia
Press. Jakarta.
Ferdinand, P. dan Ariebowo, M. 2009. Praktis Belajar Biologi 1 untuk Kelas X Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Pusat Perbukuan, Kementerian Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Hibiya, T. dan Takashima, F. dan 1995. An Atlas of Fish Histology Normal and Pathological
Feature. Second Edition. Takashima F. Kodansha Ltd. Tokyo.
Irianto, A. 2005. Patologi Ikan Teleostei. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Jawad, L., Mukhtar, M. dan Ahmed, H. 2004. The Relationship Betwee Hermatokrit and
Some Biological Parameters of the Indian Shad, Temalosa ilisha Animal Biodiversity
and Concersation. 27:47-52.
Khairuman, S., Dodi, S. dan Bambang, G. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta
Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta
12
Svobodova, Z. dan Vyukusova, B. 1991. Diagnostik, Prevention and Therapy of Fish Disease
and Intoxication. Research Institute of fish Culture and Hydrobiology Vodnany.
Czechoslovakia.
Wedemeyer, G. dan Yasutake. 1977. Clinical methods for the assessement of the effect
enviromental stress on fish health. Fish and Wildlife Service. Technical Paper 89.
Washington.
Yudha, J. 1999. Peripheral Blood Appearance of DHF Patients in Departemen of Pediatri Dr.
Soetomo Hospital Surabaya. Jurnal Universitas Airlangga. 35(3).