Anda di halaman 1dari 11

PERBANDINGAN SUHU DAN SALINITAS TERHADAP PERUBAHAN MUSIM DI

PERAIRAN LAUT JAWA


Nabhaan Taqiyyuddiin
230110180174

1. Kondisi Umum Perairan

Laut Jawa adalah perairan dangkal dengan luas kira-kira 310.000 km2 di antara Pulau
Kalimantan, Jawa, Sumatera, dan Sulawesi di gugusan kepulauan Indonesia. Laut ini relatif
muda, terbentuk pada Zaman Es terakhir (sekitar 12.000 tahun Sebelum Masehi) ketika dua
sistem sungai bersatu. Di barat lautnya, Selat Karimata yang menghubungkannya
dengan Laut China Selatan

Lau Jawa merupakan laut yang berkoordinat pada 3⁰ LS - 7⁰ LS dan 108⁰ BT - 116⁰
BT. Di Laut Jawa terdapat beberapa gugusan pulau dan kepulauan : Kepulauan Seribu di
utara Kabupaten Tangerang dan secara administratif masuk dalam wilayah DKI Jakarta,
Kepulauan Karimun Jawa yang masuk administrasi Jawa Tengah, Pulau Bawean dan pulau-
pulau kecil di sekitarnya, Kepulauan Masalembo, dan Pulau Kangean beserta pulau-pulau
kecil di sekitarnya yang berada di bawah administrasi Provinsi Jawa Timur.

Laut Jawa merupakan Laut yang tidak terlalu dalam. Isodepth 20 m terletak pada jarak
puluhan mil dari laut lepas, sedangkan di selatan Laut Jawa, yang ditemui pada jarak tersebut
adalah Isodepth 200 m. Pada kedalaman rata-rata 40 m, Laut Jawa membentuk lereng yang
menurun secara perlahan-lahan menuju timur, dengan kedalaman 30-an meter di bagian
Baratnya dan di bagian kanan dari Selat Karimata, sekitar 60-an meter di bagian tengahnya
dan mencapai 90 m di sebelah Barat, pada jarak beberapa mil dari Pulau Madura (Lubis et al
2005). Hal ini seperti suatu daratan yang tergenang dan terhubung dengan perluasan bagian
Timur dangkal Sunda, beberapa kali terbentuk dataran di laut ini pada zaman batu atau
poloelitik (Pleistocene). Garis yang membagi perairan Laut Jawa yang terletak di Selat
Karimata saat ini, yang memisahkan dua daerah aliran sungai yang besar, yang pertama
mengalirkan airnya ke arah utara, ke dalam Laut Cina, yang kedua mengumpulkan airnya dari
selatan Kalimantan, Timur Sumatera, dan dari utara Jawa, selanjutnya mengalirkannya
melalui bentuk lereng yang menurun secara perlahan – lahan sampai ke Laut Flores di bagian
Timur (Potier 1998)
Suhu permukaan Laut Jawa menunjukkan nilai yang stabil dengan ratarata tahunan 28
ºC dengan simpangan suhu berkisar antara 2-3 ºC. Tetapi, terbatasnya fluktuasi tersebut
menghasilkan siklus tahunan yang tidak begitu nyata. Suhu paling rendah ditemukan pada
bulan Februari dan Agustus yaitu saat musim berlangsung dengan baik. Suhu paling tinggi
terjadi pada bulan April, mei, dan November pada saat peralihan musim (Potier 1998). Arus
yang terdapat di Laut Jawa menyebar secara luas di seluruh perairannya. Dari bulan Mei –
September arus laut mengalir ke barat dan sebaliknya dari bulan November- Maret arus laut
mengalir ke timur. Bulan April – Oktober arah arus laut berubah dan biasanya dalam bulan
ini terdapat arus mengalir ke timur di lepas pantai Jawa dan arus mengalir ke barat di lepas
pantai Kalimantan. Di selat – selat sempit antara Kalimantan dan Sumatera seperti di Selat
karimata dan Selat Gaspar, jika angin bertiup keras maka kecepatan arus permukaan sering
mencapai 100 cm/det (Romimohtarto dan Sumiyati 1998).
Sepanjang tahun, arus permukaan di Selat Makassar selalu mengalir ke selatan dengan
kecepatan pada umumnya rendah. Kecepatan minimum terjadi dalam bulan – bulan
Desember, Januari, dan Mei, sedangkan arus terkuat terjadi dalam bulan Februari, Maret, dan
dari bulan Juli September. Selama angin monsun tenggara, massa air yang keluar dari bagian
selatan Selat Makassar mengalir ke Laut jawa dan Laut Flores (Romimohtarto dan Sumiyati
1998).
2. Analisis Sebaran Suhu dan Salinitas Tiap Musim
1. Temperatur Perairan Musim Barat

Dari grafik diatas Suhu atau temperature yang ada di perairan laut jawa dan selat
makassar pada musim barat yaiut untuk Lapisan Mixed layer ( 0 m) pada suhu musim timur
menunjukan kisaran 25-30 oC, Lapisan Termoklin ( 150 m ) terdapat suhu yang berkisar
antara 15 – 25 oC, dan untuk Lapisan Deep layer Memiliki Suhu Sebesar 10-25 oC.

2. Temperatur Perairan Musim Timur


Suhu merupakan tingkatan panas atau dinginnya suatu daerah yang diukur
menggunakan angka ( satuan oC). Suhu bervariasi secara horizontal sesuai dengan garis
lintang dan secara vertikal sesuai dengan kedalaman. Suhu merupakan faktor penting
dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme Dari grafik diatas Suhu atau
temperature yang ada di perairan laut jawa dan selat makassar terbagi menjadi tiga yaitu
Lapisan Mixed Layer, lapisan termoklin dan lapisan deep layer, untuk Lapisan Mixed layer
( 0 m) pada suhu musim timur menunjukan kisaran 20-30 oC, Lapisan Termoklin ( 150 m
) terdapat suhu yang berkisar antara 15 – 30 oC, dan untuk Lapisan Deep layer Memiliki
Suhu Sebesar 10-30 oC.

3. Temperatur Perairan Musim Peralihan 1


Dari grafik diatas Suhu atau temperature yang ada di perairan laut jawa dan selat
makassar untuk musim peralihan satu hampir sama dengan musim barat yaitu memiliki
Lapisan Mixed layer ( 0 m) pada suhu musim timur menunjukan kisaran 25-30 oC, Lapisan
Termoklin ( 150 m ) terdapat suhu yang berkisar antara 15 – 25 oC, dan untuk Lapisan
Deep layer Memiliki Suhu Sebesar 10- 25 oC.

4. Temperatur Perairan Musim Peralihan 2


Dari grafik diatas Suhu atau temperature yang ada di perairan laut jawa dan selat
makassar untuk musim peralihan dua hampir tidak ada yang berbeda dengan musim
peralihan 1 yaitu memiliki Lapisan Mixed layer ( 0 m) pada suhu musim timur
menunjukan kisaran 25-30 oC, Lapisan Termoklin ( 150 m ) terdapat suhu yang
berkisar antara 15 – 25 oC, dan untuk Lapisan Deep layer Memiliki Suhu Sebesar 10-
30 oC.

5. Salinitas Perairan Musim Barat


Grafik diatas dapat kita analisa bahwa di perairan laut jawa dan selat makassar pada
musim Barat ini pada lapisan mixed layer (kedalaman 0-150 m) salinitas brada dikisaran
30-35 psu. Pada lapisan termoklin (Kedalaman 150-500 m) salinitas berada dikisaran 34-
35 psu. Dan pada lapisan deep layer (kedalaman 500 m) salinitas konstan pada angka 35
psu.

6. Salinitas Perairan Musim Timur


Dari Gambar Grafik diatas dapat kita analisa bahwa di perairan laut jawa dan selat
makassar pada musim timur ini pada lapisan mixed layer (kedalaman 0-150 m) salinitas
brada dikisaran 30-37 psu. Pada lapisan termoklin (Kedalaman 150-500 m) salinitas berada
dikisaran 34-35 psu. Dan pada lapisan deep layer (kedalaman 500 m) salinitas konstan pada
angka 35 psu.
7. Salinitas Perairan Musim Peralihan 1

Dari Gambar Grafik diatas dapat kita analisa bahwa di perairan laut jawa dan selat
makassar pada musim peralihan 1 ini pada lapisan mixed layer (kedalaman 0-150 m)
salinitas brada dikisaran 30-34 psu. Pada lapisan termoklin (Kedalaman 150-500 m)
salinitas berada dikisaran 34-35 psu. Dan pada lapisan deep layer (kedalaman 500 m)
salinitas konstan pada angka 35 psu.

8. Salinitas Perairan Musim Peralihan 2


Grafik diatas dapat kita analisa bahwa di perairan laut jawa dan selat makassar pada
musim peralihan 2 ini pada lapisan mixed layer (kedalaman 0-150 m) salinitas brada
dikisaran 31-34 psu. Pada lapisan termoklin (Kedalaman 150-500 m) salinitas berada
dikisaran 32-35 psu. Dan pada lapisan deep layer (kedalaman 500 m) salinitas konstan
pada angka 35 psu.

3. Pengaruh Musim Terhadap Sebaran Suhu dan Salinitas Pada Masing Masing
Kedalaman
Pola sebaran salinitas di laut Jawa akan mengikuti pola musim, dimana angin dan
gelombang pada musim barat atau musim timur di perairan laut Jawa akan menghasilkan
lapisan turbulensi atau lapisan tercampur (mixer layer). Arus di laut Jawa pada musim
timur dari bulan (Mei – September) mengalir menuju ke arah barat. Sebaliknya pada musim
barat ( November – Maret) arus mengalir ke arah timur. Saat musim barat massa air
salinitas rendah (minimum) bergerak dari Selat Karimata ke laut Jawa dan pada musim
timur massa air salinitas tinggi (maksimum) bergerak dari arah timur (laut Flores dan Selat
Makasar) masuk ke laut Jawa. Nilai rata-rata tahunan yang terendah di perairan Indonesia
sering dijumpai pada perairan Indonesia bagian barat dan semakin ke timur nilai rata-rata
tahunannya semakin meningkat. Hal ini karena masuknya massa air yang bersalinitas lebih
tinggi dari Samudera sepanjang tahun (Wyrtki, 1961; Gordon, 2005). Salinitas permukaan
(kedalaman 0 meter) di perairan Laut Jawa berkisar antara 31 – 34 (psu), dimana salinitas
minimum ditemui pada bulan Mei dan salinitas maksimum terjadi pada bulan September.
Pada musim Timur (Juni – Juli) salinitas permukaan cenderung lebih tinggi di bandingkan
dengan saat musim Barat (Desember – Februari), hal ini diduga adanya masukan massa air
dari timur Laut Jawa.
Pada permukaan laut terjadi percampuran massa air yang diakibatkan oleh adanya
angin, arus dan pasang surut, kemudian berbalik arah dari utara menuju barat selama
musim barat pada bulan Desember-Februari dengan salinitas rendah dan suhu tinggi akibat
pengaruh masukan massa air tawar yang berasal dari aliran sungai dan berlangsungnya
musim hujan. asal dari sungai yang menuju muara. Sebaran salinitas di permukaan laut
pada perairan Indonesia sangat befluktuasi bergantung dari struktur geografi, masukan air
tawar dari sungai, curah hujan, penguapan dan sirkulasi massa air. Perubahan musim juga
memegang peranan penting dalam perubahan salinitas permukaan laut di perairan
Indonesia. Daerah yang mengalami proses upwelling selalu memiliki nilai salinitas yang
lebih tinggi dari daerah sekitarnya, hal ini disebabkan proses upwelling mengangkat massa
air dari lapisan bawah yang memiliki salinitas lebih tinggi ke lapisan permukaan. Suhu
pada permukaan laut mengikuti pola musiman. Suhu pada permukaan laut dipengaruhi oleh
kondisi meteorologis dimana faktor-faktor seperti curah hujan, penguapan, kelembaban,
suhu, kecepatan angin dan intensitas cahaya matahari merupakan faktor-faktor yang
berperan dalam mempengaruhi suhu pada permukaan laut.
Secara alami suhu permukaan air laut merupakan lapisan hangat karena
mendapatkan penyinaran matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin mengakibatkan
lapisan permukaan hingga lapisan pada kedalaman 50-70 m terjadi proses pengadukan
sehingga pada lapisan teraduk tersebut dapat memiliki suhu hingga 28°C atau biasa disebut
lapisan homogen. Dikarenakan wilayah pada lintang 10°LU-10°LS merupakan wilayah
yang paling banyak menerima radiasi dari sinar matahari dan suhu merupakan ukuran
energi kinetik gerakan molekul yang terkandung dalam suatu benda maka suhu air laut
yang tertinggi akan selalu ditemukan di daerah ekuator (Hatta, 2001).

3. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat adalah kadar suhu dan salinitas di perairan Indonesia
khususnya Laut Jawa dapat terpengaruhi oleh musim yang terjadi. Pada Laut Jawa
memiliki tiga lapisan suhu yaitu mixed layer, termoklin dan deep layer, disetiap kedalaman
memiliki perbedaan kisaran suhu dan salinitas, salinitas jika semakin dalam akan semakin
konstan atau stabil, sedangkan untuk suhu jika semakin dalam akan terjadi penurunan dan
lama kelamaan akan konstan

4. Daftar Pustaka
Ahmad Najid, Dkk, 2012, Pola Musiman dan Antar Tahunan Salinitas Permukaan Laut
Di Perairan Utara Jawa-Madura, Bogor, Institut Pertanian Bogor
Suhana, M. P., 2018, Karakteristik Sebaran Menegak Dan Melintang Suhu Dan Salinitas
Perairan Selatan Jawa, Riau, Universitas Maritim Raja Ali Haji

Anda mungkin juga menyukai