Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan melalui panca indra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt bahavior). Kerena dari pengalaman

dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih

langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian

Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

(berperilaku baru), dalam diri orang terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), di mana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di

sini sikap subjek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah

lebih baik lagi.

d. Trial, di mana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai

dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

e. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

10
11

Namun demikian, dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan

bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap – tahap tersebut.

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti

ini, di amana didasari oleh pengetahuan , kesadaran dan sikap yang positif

maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (longlasting). Sebaiknya

apabila perilaku itu tidak didasari oleh penhetahuan dan kesadaran akan tidak

berlangsung lama.

Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunya 6 tingkat,

yakni:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab

itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkat pengetahua paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa oarang tahu tentang apa yang dipelajari antara

lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan

sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagaii suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi

materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek

atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,


12

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang

dipelajari.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum -

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu

struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

kemampuan analisin ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja:

dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan dalam bagian suatu bentuk keseluruhan yang

baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari fomulasi-fomulasi yang ada. Misalnya: dapat

menyusun, dapat merencanakan, dapat meringankan, dapat

menyesuaikan, dan sebagainya,terhadap suatu teori atau rumusan-

rumusan yang telah ada.


13

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaina-

penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Konsep Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas

organisme yang bersangkutan. Jadi, perilaku manusia pada hakikatnya adalah

suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, perilaku manusia itu

mempunyai bentangan yang sangat luas mencangkup, berjalan, berbicara,

bereaksi, berpakaian dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan internal (internal

activity) seperti berpikir, persepsi dan emosi juga merupakan perilaku

manusia. Untuk kepentingan kerangka analisis dapat dikatakan bahwa

perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut baik dapat

diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoadmodjo, 2007).

2.3 Lingkungan

Lingkungan mengandung pengertian yang luas, baik fisik, psikologis,

maupun rohani. Gerungan (1996) cit. Sunaryo (2014) menyebutkan bahwa

terdapat empat macam hubungan individu dengan lingkungannya, yaitu:

a. Individu dengan lingkungan. Hubungan yang terjadi apabila individu

merasa lingkungan di sekitarnya bertentangan dengan dirinya,

mungkin karena norma atau nilai yang dimiliki berbeda dengan nilai

dan norma yang berlaku di masyarakat.


14

Contoh: masyarakat desa yang melakukan urbanisasi masih memiliki

sifat kegotongroyongan tinggi, sedangkan masyarakat kota bersifat

individualis.

b. Individu memanfaatkan lingkungan. Interaksi individu dengan

lingkungan dapat memberi manfaat bagi perkembangan dirinya.

Contoh: seorang perawat yang bekerja di desa mengetahui bahwa

masyarakat tempat ia berada sangat dinamis, teratur dan selalu

berpartisipasi dengan baik dalam berbagai kegiatan. Situasi yang

demikian dapat dimanfaatkan oleh perawat dalam mejalankan

program kesehatan, seperti pemberantasan penyakit demam berdarah

dengan menganjurkan 3M (menimbun, membakar dan menguras).

c. Individu berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan. Individu akan

berpartisipasi dalam kegiatan lingkungan apabila ia merasakan ada

manfaat yang diperoleh bagi diri dan lingkungan tempat ia berada.

Contoh: perawat yang bekerja di Puskesmas Pembantu (Pustu) ikut

berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat atau organisasi

kemasyarakatan, kerja bakti, arisan, dan pengajian yang ada di

wilayah kerjanya.

d. Individu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Interaksi sosial ini

terjadi ketika individu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan

tempat ia berada. Bentuk penyesuaian tersebut meliputi:

1) Autoplastis. Bersifat pasif, yaitu individu menyesuaikan diri

dengan keadaan lingkungan. Misalnya, perawat yang ada di

desa berusaha menunjukkan pola dan gaya hidup yang sesuai


15

dengan norma dan gaya hidup di masyarakat, seperti sikap

yang santun, dan cara berpakaian yang sopan.

2) Aloplastis. Bersifat aktif, yaitu individu mengubah

lingkungan agar sesuai dengan kaadaan atau keinginan

dirinya. Misalnya, seorang perawat mengubah perilaku

masyarakat yang tidak sesuai dengan PHBS.

2.4 Kebersihan Gigi dan Mulut

2.4.1 Pengertian

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk

membersihkan gigi dan mulut untuk mencegah penyakit gigi dan

mulut. Salah satu indikator kesehatan gigi dan mulut adalah tingkat

kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dapat dilihat secara klinis dari

ada tidaknya deposi-deposit organik, seperti pelikel, materi alba,

debris, kalkulus dan plak gigi. plak merupakan lapisan lunak yang

membentuk lapisan boifilm dan melekat pada permukaan gigi dan

gusi serta permukaan jaringan keras lainnya dalam rongga mulut.

Kebersihan gigi dan mulut merupakan suatu tindakan untuk

membersihkan gigi dan gusi untuk mencegah penyakit gigi dan mulut

(Wati, 2014).

2.4.2 Tujuan membersihkan gigi dan mulut

Tujuan membersihkan gigi dan mulut ialah untuk

menghilangkan plak. Plak adalah lapisan tipis, tidak berwarna

mengandung banyak bakteri dan melekat pada permukaan gigi. Plak

ikut berperan pada patogenitas dari karies dan penyakit periodontal.


16

Metode pengendalian plak dapat dilakukan dengan bahan kimia

(antiseptik larutan kumur), penyemprotan atau irigasi air, dan mekanis

(pemolesan gigi dan sikat gigi). Menyikat gigi merupakan tindakan

yang paling efektif untuk mengendalikan plak. Plak hanya dapat

dibersihkan secara sempurna dengan cara mekanis.

1) Proses pembentukan plak

Proses pembentukan plak melalui dua tahap. Tahap

pertama adalah pembentukan lapisan acquired pelicle dan

tahap kedua adalah proliferasi bakteri. Acquired pelicle

merupakan deposit tipis protein air ludah, terdiri dari

glikoprotein, yang terbentuk beberapa detik setelah menyikat

gigi. setelah terbentuk acquired pelicle, bakteri - bakteri

mulai berprofilasi disertai dengan pembentukan matriks inter

bakterial yang terdiri dari polisakarida ekstra seluler.

Polisakarida ekstraseluler ini terdiri dari levan,

dekstran, protein air ludah, dan bakteri pembentuk

polisakarida esktra seluler. Bakteri pembentukan

polisakarida ekstra seluler adalah streptococcus mutans,

streptococcus bovis, streptococcus sanguis, dan

streptococcus salvarius. Pada 24 jam pertama terbentuklah

lapisan tipis yang terdiri dari bakteri jenis coccus dan suasana

lingkungan pada lapisan plak masih aerob.

Pada awal proliferasi bakteri yang tumbuh adalah jenis

coccus dan bacillus vakultatif. Dari keseluruhan populasi


17

bakteri, 50% adalah streptococcus mutans. Setelah kolonisasi

pertama oleh streptococcus mutans, berbagai jenis bakteri

lainnya memasuki plak. Pada keadaan ini dengan

bertambahnya umur plak, terjadi pengerasan jenis bakteri di

dalam plak, streptococcus semakin berkurang. Semakin tua

umur plak suasana aerob berangsur berubah menjadi anaerob.

2) Komposisi plak

Plak terdiri dari 80% air dan berbagai mikroorganisme

yang jumlahnya kurang lebih 250 juta per mg berat basah

plak. Di dalam plak terdapat pula sel-sel epitel lepas, leukosit,

pertikel-partikel sisa makanan, serta garam-garam anorganik,

terutama kalsium, fosfat dan flour.

Komposisi matrix interseluler dari plak terdiri dari

polisakarida ekstra seluler yang dibentuk dari bakteri jenis

tertentu di dalam plak, yaitu dari strain treptococcus.

Komposisi bakteri pada plak di bagian permukaan luar terdiri

dari bakteri jenis anaerob, sedangkan pada permukaan bagian

dalam terdiri dari bakteri anaerob. Bakteri anaerob

cenderung lebih banyak, sebab oksigen yang masuk lebih

sedikit.

Bakteri dalam plak tidak identik dengan bakteri yang

terdapat dalam rongga mulut. Lactibacillus yang dulu

dianggap sebagai penyebab utama karies gigi ternyata hanya

sedikit jumlahnya, sementara di air ludah jumlahnya banyak.


18

Sedangkan streptococcus sangat sedikit jumlahnya di air

ludah dan banyak di dalam plak. Sebaran bakteri di dalam

plak sangat bervariasi, namun pada umumnya bakteri di

lapaisan bagian dalam berkumpul membentuk koloni yang

lebih padat serta mempunyai dinding yang lebih tebal.

3) Faktor – faktor yang mempengaruhi pembentukan plak

Menurut Carlsson faktor–faktor yang mempengaruhi

pembentukan plak, yaitu:

a) Lingkungan fisik, yang meliputi anatomi dan posisi gigi,

anatomi jaringan sekitarnya, serta struktur permukaan gigi.

b) Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah pada

permukaan gigi yang tidak terlindungi dan pemeliharaan

kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi

penumpukan plak di permukaan gigi.

c) Pengaruh makanan yang dikonsumsi. Makanan yang

lunak-lunak mepercepat pembentukan plak. Makanan

yang mengandung karbohidrat yang mengandung sukrosa

akan menghasilkan dekstran dan levan yang berperan

penting dalam pembentukan plak. Faktor-faktor barikut ini

memungkinkan terjadinya penimbunan plak: a) tambalan

gigi yang berlebih; b) titik kontak antara gigi yang buruk

atau terbuka; c) bentuk mahkota gigi yang buruk; d)

lubang pada gigi; e) cekungan pada gusi akibat penyakit

gusi; f) perlekatan frenulum yang tinggi; g) susunan gigi


19

yang berjejal; h) gigi tiruan yang longgar, alat ortodontik

yang tidak bersih; i) bibir tidak mampu menutup

sempurna; j) konsumsi sukrosa dalam jumlah besar.

4) Hubunga plak dengan karies

Stertococcus dan lactobacillus yang terdapat dalam

plak yang melekat pada gigi akan memetabolisme sisa

makanan yang bersifat kariogenik, terutama yang berasal dari

karbohidrat yang dapat difermintasi, seperti sukrosa, glukosa,

fruktosa dan multosa. Gula ini mempunyai molekul yang

kecil dan berat yang rendah sehingga mudah meresap dan

dimetabolisme oleh bakteri. Hasil metabolisme bakteri

tersebut selain menghasilkan asam juga menghasilkan

porisakarida ekstra seluler, alkohol dan CO2.

Asam yang terbentuk dari hasil metabolisme ini selain

merusak dapat merusak gigi, juga dipergunakan oleh bakteri

untuk mendapatkan energi. Asam-asam ini terdapat pada

plak, yang berakibat turunnya pH plak sampai 5,2 – 5,4. Plak

akan tetap bersifat asam selama beberapa waktu dan untuk

kembali ke pH normal dibutuhkan waktu 30 – 60 menit. Oleh

karena itu bila seseorang sering dan terus menerus

mengkonsumsi gula, maka pH plaknya akan tetap berada

dibawah normal atau asam. Hal ini akan mengakibatkan

demineralisasi dari permukaan gigi yang rentan, yaitu

peralutan dari kalsium dan fosfat email yang selanjutnya


20

mengakibatkan kerusakan email sehingga terjadi karies. Ada

empat faktor yang berperan pada pembentukan karies gigi,

yaitu:

a) Kepekaan permukaan gigi terhadap serangan asam.

b) Plak yang melekat pada permukaan gigi.

c) Aktivitas bakteri di dalam plak.

d) Penyerapan karbohidrat ke dalam plak.

Bila salah satu dari faktor tersebut dihilangkan, maka

dapat mencegah karies. Cara standar untuk menghilangkan

plak yang cukup efektif adalah menyikat gigi satu kali sehari.

Bila penyikatan delakukan dengan baik, maka semua plak

dapat dihilangkan.

5) Hubungan plak denga penyakit periodontal

Faktor – faktor lokal penyebab penyakit periodontal

adalah: a) bakteri dalam plak; b) kalkulus; c) materi alba; d)

debris makanan. Bila prosedur pembersihan mulut diabaikan,

maka akan terjadi penumpukan plak. Bakteri adalah

penyabab utama dari penyakit periodontal. Semakin bertabah

umur plak, maka akan terjadi perubahan pada jumlah dan

jenis bakteri yang ada di dalam plak.

Bakteri plak dapat memproduksi beberapa faktor yang

dapat menyerang jaringan, baik secara langsun maupun tidak

langsung dengan merangsang reaksi imun dan peradangan.

Bakteri plak menghasilkan berbagai enzim yang dapat


21

menguraikan protein. Proteolisis juga menghasilkan: NH3,

H2S yang merupakan bahan toksik terhadap gingiva. Enzim

bakteri dapat merusak jaringan periodontal, dengan merusak

stuktur protein dari jaringan ikat gingiva dan ligamen

periodontal.

Penghilangan timbunan plak secara teratur merupakan

metode terbaik untuk menghindari penyakit periodontal dan

tindakan yang paling penting adalah penggunaan sikat gigi

yang efektif (Sanjaya, 2013).

2.5 Sikat Gigi

2.5.1 Pengertian

Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi yang berbentuk

sikat kecil dengan pegangan. Sikat gigi diperkirakan sudah ada sejak

3.500 SM oleh bangsa Babilonia dan Mesir. Berdasarkan temuan

sejarah ini, sikat gigi dinyatakan sebagai salah satu alat paling tua

yang masih digunakan oleh manusia sampai sekarang.

Sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi mulut yang

digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Sikat gigi

ada yang manual maupun yang elektrik dengan berbagai ukuran dan

bentuk. Walaupun tersedia berbagai sikat gigi di pasaran, namun harus

diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk kebersihan gigi dan mulut

(Sanjaya, 2013).
22

2.5.2 Ciri-ciri sikat gigi yang baik:

1. Untuk orang dewasa panjang kepala sikat gigi 2,5 cm sedangkan

untuk anak-anak berukuran 1,5 cm.

2. Sikat gigi dengan bulu yang panjangnya berbeda tidak dapat

membersihkan permukaan datar tanpa menimbulkan tekanan pada

beberapa bulu sikat. Oleh karena itu pilih sikat gigi yang panjang

bulunya sama.

3. Jangan memilih bulu keras sebab dapat merusak jaringan. Yang

terlalu lunak dikhawatirkan tidak dapat membersihkan plak denga

sempurna. Tekstur bulu sikat hendaknya memungkinkan digunakan

dengan efektif tanpa merusak jaringan. Yang paling tepat sikat gigi

dengan kekuatan bulu sikat medium.

4. Gagang sikat harus cukup lebar dan tebal agar dapat dipegang kuat

dan dikontrol dengan baik (Margareta, 2012).

2.5.3 Kekuatan bulu sikat gigi

Pembagian jenis sikat gigi jika ditinjau dari derajat kekuatan

bulu sikat dibagi menjadi bulu sikat gigi lembut (sof), bulu sikat gigi

sedang (mediu), dan bulu sikat gigi keras (hard). Derajat kekuatan

bulu sikat ditentukan oleh diameter dan panjang bulu sikat, semakin

tebal dan pendek bulu sikat maka derajat kekuatan bulu sikat akan

semakin meningkat sehingga disebut dengan sikat gigi keras (hard),

sebaliknya semakin tipis dan semakin panjang bulu sikat maka derajat

kekuatan bulu sikat akan semakin menurun, atau dengan kata lain

memiliki sifat lembut dan fleksibel sehingga disebut dengan sikat


23

lembut (soft). Masing-masing derajat kekuatan bulu sikat gigi

memiliki kisaran diameter bulu sikat yang berbeda-beda, pada

umumnya bulu sikat gigi lembut (soft) diameternya berkisar pada 0,07

inchi (0,2 mm) sedangkan pada bulu sikat gigi sedang (medium)

diameternya berkisar pada 0,012 inchi (0,3 mm) dan pada bulu sikat

gigi keras (hard) diameternya berkisar pada 0,014 inchi (0,4 mm).

Variasi derajat kekuatan bulu sikat gigi memiliki kelebihan dan

kekurangannya mesing-masing, kelebihan dari bulu sikat lembut (soft)

adalah diametrnya yang kecil dan fleksibilitasnya tinggi sehingga

dapat menjangkau sela-sela antar gigi (daerah interproksimal), sulkus

gingiva serta daerah lekukan pada gigi. kelebihan lain dari bulu sikat

gigi lembut (soft) tidak menimbulkan resesi gingiva (peradangan pada

gusi), tetapi bulu sikat gigi lembut (soft) kurang maksimal dalam

mengikis timbunan plak pada permukaan gigi yang teksturnya keras.

Bulu sikat gigi keras (hard) memiliki efektifitas yang tinggi dalam

mengikis plak pada permukaan gigi, tetapi sering mengakibatkan

peradangan pada gingiva (Budha, 2014).

2.5.4 Penggunaan sikat gigi yang tidak layak pakai

Salah satu ciri sikat gigi yang baik yaitu mempunyai bulu sikat

yang halus dan ujung bulu sikat membulat. Bulu halus pada gigi tidak

akan merusak email dan gusi juga tidak akan terluka. Sikat gigi yang

sudah lama dipakai, biasanya bulu-bulu sikat menjadi rusak

susunannya. Bulu sikat gigi yang rusak tidak layak lagi dipakai karena

permukaannya tidak rata sehingga tidak mampu membersihkan


24

permukaan gigi secara keseluruhan (Susanto, 2007). Bila prosedur

pembersihan mulut diabaikan, maka akan terjadi penumpukan plak

(Sanjaya, 2013).

2.5.5 Cara membersihkan sikat gigi

1. Setelah menyikat gigi, bersihkan sikat gigi dengan air yang

mengalir, dari kran air. Gosoklah dengan jari pada bagian yang

kontak dengan mulut.

2. Setelah membersihkan jangan langsung dimasukkan kedalam kotak

(helm), biarkan beberapa waktu, sampai sikat kering. Sebab jika

disimpan dalam keadaan basah maka dapat menimbulkan

tumbuhnya jamur atau mudahnya bakteri berkembang biak pada

suasana lembab.

3. Letakkan pada tempat yang bersih dan tempat tertutup dan

berongga, cukup cahaya dan bersih dari binatang/serangga yang

mungkin menghampiri bulu sikat gigi (Margareta, 2012).

2.5.6 Metode menyikat gigi

1. Scrub

Cara menyikat gigi dengan menggerakkan sikat secara horozontal.

Ujung bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi,

kemudian digarakkan maju mundur berulang-ulang.

2. Roll

Cara menyikat gigi dengan gerakan memutar mulai dari permukaan

kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan gigi sisanya.


25

Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi dengan posisi

paralel dengan sumbu tegaknya gigi.

3. Bass

Meletakkan bulu sikat pada area batas gusi dan gigi sambil

membentuk sudut 450 dengan sumbu tegak gigi. sikat gigi

digetarkan di tempat tanpa mengubah-ubah pusisi bulu sikat.

4. Stillman

Mengaplikasikan metode dengan menekan bulu sikat dari arah gusi

ke gigi secara berulang. Setelah sampai di permukaan kunyah, bulu

sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas

gusi sambil membentuk sudut 450 dengan sumbu tegak gigi seperti

pada metode Bass.

5. Fines

Mengutarakan metode gerakan sikat secara horizontal sementara

gigi ditahan pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan

memutar dan mengenai saluran permukaan gigi atas dan bawah.

6. Charters

Meletakkan bulu sikat menekan gigi dengan arah bulu sikat

menghadap permukaan kunyah atau oklusi gigi. Arahkan 450 pada

daerah leher gigi. Tekan pada daerah leher gigi dan sela-sela gigi

kemudian getarkan minimal 10 kali pada tiap-taip area dalam

mulut. Gerak berputar dilakukan terlebih dahulu untuk

membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik untuk

membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang


26

memakai alat ortodontik cekat atau kawat gigi dan pada pasien

dengan gigi tiruan permanen (Pratiwi, 2009).

2.5.7 Waktu mengganti sikat gigi

Sikat gigi sebaiknya diganti saat kondisi bulu sikat mulai mekar

atau menyebar. Kondisi bulu sikat seperti ini tidak dapat menyikat

gigi dengan efektif. Sikat gigi dganti setelah tiga bulan pemakaian .

tetapi jika dalam waktu satu minggu sudah terlihat tidak layak pakai,

berarti terdapat kesalahan cara menyikat gigi (Pratiwi, 2009).

2.5.8 Cara menyikat gigi

Menyikat gigi tidak terpatok pada berapa lama menyikat gigi,

tetapi seberapa sering menyikat gigi setiap harinya. Hal pokok yang

harus diperhatikan adalah bagaimana cara yang benar dalam menyikat

gigi sehingga tetap sehat. Langkah – langkah menyikat gigi yaitu:

1. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengarahkan

sikat gigi pada posisi 450 hingga posisi bulu sikat berada di

antara gigi dan gusi.

2. Setelah itu, sikatlah gigi mulai dari permukaan luar gigi dan

gusi. Gosoklah bagian ini dengan gerakan memutar, naik

turun, maju mundur dimulai dari bagian depan gigi seri,

baik yang atas maupun yang bawah.

3. Lanjutkan menyikat gigi ke gigi taring, geraham depan dan

kemudian geraham belakang.

4. Tindakan berikutnya adalah lakukan hal yang sama pada

permukaan dalam gigi dan gusi dengan cara mencungkil.


27

5. Setelah itu bersihkan ujung gigi. ujung gigi adalah

permukaan gigi yang dugunakan untuk menggigit dan

mengunyah. Gosok bagian ini dengan gerakan maju

mundur.

6. Setelah semua gigi dan gusi bersih, tindakan terakhir adalah

gosoklah lidah dari belakang ke depan.

7. Setelah semuanya selesai, kumurlah sampai bersih

(Margareta, 2012).

2.6 Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan serangkaian kata yang terdiri dari pondok

dan pesantren. Kata pondok (kamar, gubuk, rumah kecil) yang dipakai dalam

bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan bangunannya. Ada pula

kemungkinan bahwa kata pondok berasal dari bahasa arab “funduk” yang

berarti ruang tempat tidur, wisma atau hotel sederhana. Pada umumnya

pondok memang merupakan tempat menampung sederhana bagi para pelajar

yang jauh dari tempat asalnya. Sedangkan kata pesantren berasal dari kata

dasar “santri” yang dibubuhi awalan “pe” dan akhiran “an” yang berarti

tempat tinggal para santri. Menurut beberapa ahli, sebagaimana yang dikutip

oleh Zamakhsyari antara lain: Jhons, menyatakan bahwa kata santri berasal

dari bahasa Tamil yang berarti menguji. Sedangkan CC. Berg berpendapat

bahwa istilah ini beasal dari istilah shantri yang dalam bahasa India berarti

orang yang tau buku-buku suci agama Hindu. Kata shantri berasal dari kata

shantra yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, atau buku-buku

tentang ilmu pengetahuan.


28

Berdasarkan uraian tersebut jelas bahwa dari segi etimologi pondok

pesantren merupakan satu lembaga kuno yang mengajarkan bebagai ilmu

pengetahuan agama. Ada sisi kesamaan (secara bahasa) antara pesantren yang

ada dalam sejarah Hindu dengan pesantren yang lahir belakangan. Antara

keduanya memiliki kesamaan prinsip pengajaran ilmu agam yang dilakukan

dalam bentuk asrama (Usman, 2013).

2.7 Berbagai Cara Memperoleh Pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat dikelompokkan menjadi dua,

yakni a) cara tradisional atau non ilmiah, yakni tanpa melalui penelitian

ilmiah, dan b) cara medern atau cara ilmiah, yakni melalui proses penelitian.

1. Cara Memperoleh Kebenaran Non Ilmiah

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non

ilmiah, tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan

pada periode ini antara lain meliputi:

a. Cara Coba Salah (Trial and Error)

Cara memperoleh kebenaran non ilmiah, yang pernah digunakan

oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan adalah melalui cara

coba-coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and error”.

Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan

mungkin sebelum adanya peradaban.


29

b. Secara Kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak

disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c. Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-temurun dari

generasi ke generasi berikutnya.

d. Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah.

Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalam itu murupakan

sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadi pun dapat dugunakan sebagai upaya

memperoleh pengatahuan. Hal ini dilakukan dengan cara

mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

e. Cara Akal Sehat (Common Sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan

teori atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang,

para orang tua zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat

orang tuanya, atau agar anak disiplin mengguanakan cara hukuman


30

fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya dijewer telinganya atau

dicubit.

f. Kebenaran Melalui Wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan

daru Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan

diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas

dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab

kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan

bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g. Kebenaran Secara Intuitif

Kebenaran secara intituif diperoleh manusia secara cepet sekali

melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui proses

penalaran atau berpikir.

h. Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara

berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah

mampu menggunakan penalaran dalam memperoleh

pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik

maupun induksi atau deduksi.

i. Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari

pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan yang bersifat umum.

Hal ini berarti dalam berpikir induksi pembuatan kesimpulan


31

tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang

ditangkap oleh indra. Kemudian disimpulkan ke dalam suatu

konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu

gejala.

j. Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan

umum ke khusus. Aristoteles (384-322 M) mengembangkan cara

berpikir deduksi ini ke dalam suatu cara yang disebut “silogisme”.

Silogisme ini merupakan suatu bentuk dedukasu yang

memungkinkan seseorang untuk dapat mencapai kesimpulan yang

lebih baik. Di dalam proses berpikir dedukasi berlaku bahwa

sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu,

berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada

setiap yang termasuk dalam kelas itu. Di sini terlihat proses

berpikir berdasarkan pada pengetahuan yang umum mencapai

pengetahuan yang khusus. Silogisme sebagai bentuk berpikir

deduksi yang teratur terdiri dari tiga pernyataan atau proporsi,

yaitu: pernyataan pertama disebut premis mayor, yang berisi

pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan kedua yang sifatnya

lebih khusus dari pada pernyataan yang pertama disebut premis

minor. Sedangkan pernyataan ketiga yang merupakan

kesimpulannya, disebut konklusi atau konsekuen.


32

2. Cara Ilmiah dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada

dewasaini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode

penelitian ilmiah, atau lebih populerdisebut metodologi penelitian

(research methodology). Cara ini mula-mula dikembangkan oleh

Francis Bacon (1561-1626). Ia adalah seorang tokoh yang

mengembangkan metode berfikir induktif. Mula-mula ia mengadakan

pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau

kemasyarakatan. Kemudian hasil pengamatannya tersebut

dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan

umum. Kemudian metode berpikir induktif yang dikembangkan oleh

bacon ini dilanjutkan oleh Doebold van Dellen. Ia mengatakan bahwa

dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan

observasi langsung, dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap

semua fakta sehubungan dengan objek yang diamatinya. Pencatatan

ini mencangkup tiga hal pokok, yakni:

a. Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul

pada saat dilakukan pengamatan.

b. Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak

muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c. Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi, yaitu gejala-gejala

yang berubah-ubah pada kondisi-kondisi tertentu.

Berdasarkan hasil pencatatan ini kemudian ditetapkan ciri-ciri

atau unsur-unsur yang pasti ada pada suatu gejala. Selanjutnya hal
33

tersebut dijadikan dasar pengambilan kesimpulan atau generalisasi.

Prinsi-prinsip umum yang dikembangkan oleh Bacon ini kemudian

dijadikan dasar untuk mengembangkan metode penelitian yang lebih

praktis. Selanjutnya diadakan penggabungan antara proses berpikir

deduktif induktif verivikasi seperti yang dilakukan oleh Newton dan

Gelileo. Akhirnya lahir suatu cara melakukan penelitian, yang dewasa

ini kita kenal dengan metode penelitian ilmiah (scientific research

method) (Notoatmodjo, 2010).

Anda mungkin juga menyukai