Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 DEFINISI
Asma adalah penyakit inflamasi kronis saluran nafas yang ditandai oleh mengi dan/
atau batuk berulang dengan karakteristik:
a. Timbul secara episodik,
b. Cenderung pada malam/dini hari,
c. Bersifat musiman,
d. Timbul setelah aktivitas berat,
e. Terdapat riwayat asma dan/ atau atopi lain pada pasien dan/ atau keluarganya (Tanto,
2016).

1.2 ETIOLOGI
Serangan akut umumnya timbul akibat pajanan terhadap faktor pencetus, seperti
infeksi virus atau alergen. Selain itu, asma dapat pula dicetuskan oleh cuaca dingin,
kegiatan jasmani, gastroesofageal refluks, dan ketidakstabilan emosi (psikis) (Tanto,
2016).
Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus
asma:
a. Pemicu asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan
(bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap
menyebabkan gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus
menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala dan brinkokonstriksi yang diakibatkan oleh
pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah
diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernafasan akan beraksi lebih cepat
terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu
yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi
udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan aktivitas fisik yang
berlebihan.
b. Penyebab asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi dan sekaligus
hipersensitivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Inducer dianggap
sebagai penyebab asma yang sesungguhnya. Penyebab asma dpaat menimbulkan gejala-
gejala yang umum berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya
penyebab asma adalah alergen dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke dalam
tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk melalui hidung atau mulut),
dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit.

1.3 KLASIFIKASI
Asma diklasifikasikan berdasarkan derajat penyakitnya (aspek kronis) dan derajat
serangannya (aspek akut). Berdasarkan derajat penyakitnya (kronis), asma dibagi menjadi
asma episodik jarang, asma episodik sering, dan asma episodik persisten.
Tabel 1. Pembagian Derajat Penyakit Asma pada Anak (Konsensus Nasional Asma Anak Indonesia, 2004
pada Tanto, 2016)
Asma Episodik Asma Episodik
Parameter Klinis, Asma Persisten
Jarang (Asma Sering (Asma
No Kebutuhan Obat, (Asma Berat) 5%
Ringan) 75% Sedang) 20%
dan Faal Paru Kasus
Kasus Kasus
1 Frekuensi serangan < 1 kali/bulan >1 kali/bulan Sering
Hampir sepanjang
2 Lama serangan <1 minggu ≥ 1 minggu tahun, tidak ada
remisi
Gejala siang dan
3 Diantara serangan Tanpa gejala Sering ada gejala
malam
4 Tidur dan aktivitas Tidak terganggu Sering terganggu Sangat terganggu
Mungkin
Pemeriksaan fisis Normal (tidak Tidak pernah
5 terganggu (ada
di luar serangan ada kelainan) normal
kelainan)
Non-steroid atau
Obat pengendali Steroid
6 Tidak perlu steroid inhalasi
(anti-inflamasi) inhalasi/oral
dosis rendah
Uji faal paru PEF/FEV1> PEF/FEV1> 60- PEF/FEV1> 60%;
7
(diluar serangan) 80% 80% variabilitas 20-30%
Variabilitas faal
Variabilitas > Variabilitas >
8 paru (bila ada Variabilitas > 50%
15% 30%
serangan)
Keterangan: PEF, Peak Expiration Flow (Ekspirasi Arus Puncak); VEF 1, Force Expiration Volume-1
(Volume Ekspirasi Paksa detik ke-1); variabilitas harian adalah perbedaan (peningkatan/penurunan) nilai
faal paru dalam 1 hari.
Berdasarkan serangannya, terdapat tiga kelompok, yaitu serangan asma ringan,
serangan asma sedang, dan serangan asma berat.
Tabel 2. Penialian Derajat Serangan Asma (GINA, 2006 pada Tanto 2016)
Ancaman
No Parameter Ringan Sedang Berat
Henti Napas
1 Sesak Berjalan; Berbicara; Istirahat;
Bayi Pada bayi: Pada bayi:
menangis tangis pendek tidak mau
keras dan lemah, minum atau
kesulitan makan
menyusu/makan
2 Posisi Bisa Lebih suka
Duduk
berbaring duduk bertopang
lengan
3 Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata
4 Kesadaran Mungkin Biasanya Biasanya Kebingungan
iritabel iritabel iritabel
5 Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata
6 Mengi Sedang, Nyaring, Sangat Sulit/tidak
sering hanya sepanjang nyaring, terdengar
pada akhir ekspirasi dan terdengar
ekspirasi inspirasi tanpa
stetoskop
7 Penggunaan Otot Biasanya Biasanya ya Ya Gerakan
Bantu tidak paradoks
Respiratorik torako-
abdominal
8 Retraksi Dangkal, Sedang, Dalam, Dangkal/
retraksi ditambah ditambah hilang
interkostal retraksi napas
suprasternal cuping
hidung
9 Laju Napas Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea
10 Laju Nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi
11 Pulsus Tidak ada Ada Ada Tidak ada
Paradoksus <10 mmHg 10-20 mmHg >20 mmHg (tanda
(pemeriksaan kelelahan
tidak praktis) otot napas)
12 PEFR atau FEV1
(nilai prediksi/%
nilai terbaik)
a. Pre- >60% 40-60% <40%
bronkodilatasi
>80% 60-80%
b. Pasca- <60%
bronko- respon <2j
dilatasi
13 SaO2 >95% 91-95% <90%
14 PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg
(biasanya
tidak perlu
diperiksa)
15 PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg

1.4 MANIFESTASI
f. Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (wheezing)
telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Tetapi untuk melihat tanda dan
gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi (Tanto, 2016):
a. Asma tingkat I
Penderita asma yang secara klinis normal tanpa tanda gejala asma atau keluhan
khusus, baik dalam pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma akan muncul bila
penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes provokasi bronchial di
laboratorium.
b. Asma tingkat II
Penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan,
tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya
terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
c. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tapi pada pemeriksaan fisik
dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak
sakit, namun jika pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
d. Asma tingkat IV
Penderita asma yang sering dijumpai dengan keluhan sesak nafas, batuk, atau
berbunyi. Pada serangan asma ini dapat dilihat gejala yang lebih banyak yaitu:
1) Kontraksi otot bantu pernafasan
2) Sianosis
3) Penurunan kesadaran
4) Tampak lelah
5) Takikardi
e. Asma tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan suatu keadaan darurat medis, beberapa
bersifat refrakter. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.

1.5 PATOFISIOLOGI
Alergen yang masuk ke dalam tubuh akan merangsang pengeluaran IgE oleh sel
plasma, yang kemudian akan menempel pada reseptor dinding sel mast. Pada pajanan
berikutnya, alergen yang serupa akan menempel pada sel mast yang sudah tersensitisasi.
Sel mast akan mengalami degranulasi dan mengeluarkan mediator kimia, seperti histamin,
leukotrien, platelet activating factor, bradikinin dan prostaglandin. Mediator kimia tersebut
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler (edema), peningkatan sekresi mukus, dan
kontraksi otot polos bronkial (Tanto, 2016).

1.6 PATHWAY
(terlampir)

1.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan asma adalah sebagai
berikut (Tanto, 2016):
a. Pemeriksaan fungsi paru: peak flow meter, spirometer;
b. Analisis gas darah. Dapat terjadi asidosis respiratorik dan metabolik jika serangan berat;
c. Darah lengkap dan serum elektrolit. Berguna untuk menyingkirkan etiologi lain
(misalnya infeksi), serta menilail derajat beratnya asma;
d. Foto rongent toraks, umumnya tampak hiperaerasi, dapat dijumpai komplikasi berupa
atelektasis, pneumothoraks, dan pneumomediastinum.

1.8 PENATALAKSANAAN
Secara umum, penatalaksanaan asma dibagi menjadi obat pereda (reliever) dan
pengendali (controller). Agen reliever berguna untuk mengatasi ekserbasi, sementara
controller untuk mencegah kekambuhan. Berikut adalah jenis obat pelega dan pengendali
asma pada anak (Tanto, 2016):
a. Obat pelega (reliever)
1) Golongan β agonis kerja pendek atau short-acting β-agonis/SABA. Efek samping
SABA: tremor, sakit kepala, agitasi, palpitasi, takikardia. Dosis obat β Agonis Kerja
Pendek adalah sebagai berikut:
Salbutamol Terbutalin
a) Oral: 0,1-0,15 mg/kgBB/kali setiap a) Oral: 0,05-0,1 mg/kgBB/kali, setiap
6 jam 6 jam
b) Inhalasi: 0,1-0,15 mg/kgBB b) Inhalasi: 2,5 mg/kali
(maksimum 5mg/kali), interval 20 c) Subkutan: 5-10 ug/kgBB/kali
menit
c) Subkutan: 0-20 ug/kgBB/kali

2) Golongan metyl-Xanthine (Teofilin kerja cepat): Aminofilin intravena


Hanya diberikan pada serangan asma berat yang kurang/tidak dengan
pemberian kombinasi SABA, antikolinergik (seperti ipratropium bromida), serta
steroid. Efek samping: mual, muntah, sakit kepala, pada konsentrasi tinggi dapat
menimbulkan kejang, aritmia, takikardia.
3) Golongan antikolinergik: ipratropium bromida nebulisasi 0,1 ml/kgBB setiap 4 jam.
Secara umum tidak ada efek samping berarti. Efek samping yang dapat terjadi
meliputi kekeringan/rasa tidak enak di mulut (minimal). Kombinasi SABA dan ipra
tropium bromida memberikan efek yang lebih baik daripada penggunaan obat secara
terpisah.
4) Golongan kortikosteroid Sistemik
Diberikan apabila terapi inisial SABA gagal mencapai perbaikan klinis atau
serangan asma tetap terjadi walaupun sudah menggunakan kortikosteroid inhalasi.
Metilprednisolon memiliki kemmapuan penterasi jaringan paru lebih baik, efek
antiinflamasi lebih besar.
Metilprednisolon 1 mg/kgBB, setiap 4-6 jam
Hidrokortison 4 mg/kgBB, setiap 4-6 jam
Deksametason Bolus, 0,5-1 mg/kgBB; dilanjutkan 1 mg/kgBB/hari
diberikan setiap 6-8 jam
Prednison, prednisolon 1-2 mg/kgBB/hari, 2-3 kali/hari

b. Obat pengendali (controller)


1) Golongan β agonis kerja panjang (LABA)
2) Golongan anti inflamasi steroid
3) Golongan antileukotrien
Dikontraindikasikan pada gangguan fungsi hati.
1.9 KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada asma adalah sebagai berikut (Tanto, 2016):
a. Pneumothoraks
b. Pneumomediastinum
c. Gagal nafas
d. Empisema
e. Asidosis

KONSEP KEPERAWATAN
2.1 PENGKAJIAN
PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Peningkatan sekresi mukus dalam saluran pernafasan, bunyi nafas krekels, wheezing,
rhonki.
b. Breathing
Pernafasan cuping hidung, takipnea, bradipnea, retraksi dinding dada, pernggunaan otot
bantu pernafasan, kesulitan bernafas, sianosis, diaforesis.
c. Circulation
Sakit kepala, penurunan kesadaran, penurunan urine output, takikardi
PENGKAJIAN SEKUNDER
Kaji riwayat kesehatan sebelumnya, riwayat asma, genetik dari keturunan, asma di
dapat, kaji lingkungan sekitar pasien. Penurunan intensitas aktivitas, istirahat dengan posisi
setengah duduk, ketidakmampuan makan karena distress pernafasan, anoreksia, sakit
kepala, penurunan BB.

2.2 MASALAH KEPERAWATAN


a. Ketidakefektifan pola nafas
b. Gangguan pertukaran gas
c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
d. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
e. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
f. Risiko jatuh
g. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
h. Intoleransi aktivitas
i. Gangguan pola tidur
j. Nyeri akut

2.3 KRITERIA HASIL DAN INTERVENSI


Masalah Keperawatan : Gangguan Pertukaran Gas
Kriteria Hasil Intervensi
Status Pernafasan: Pertukaran Gas (0402) Monitor Pernafasan (3350)
Kode Indikator 1) Monitor status pernafasan
040208 Tekanan parsial oksigen di 2) Auskultasi suara nafas
darah arteri (PaO2) 3) Monitor gas darah
040209 Tekanan parsial CO2 di 4) Pertahankan suhu tubuh dalam batas
daerah arteri (PaCO2) normal
040210 pH arteri 5) Berikan oksigen
040211 Saturasi oksigen 6) Berikan bantuan pernafasan mekanik
040213 Hasil rontgen dada jika dibutuhkan
040214 Keseimbangan ventilasi
dan perfusi
040206 Sianosis
040216 Gangguan kesadaran

Keterangan:
1: deviasi berat
2: deviasi cukup berat
3: deviasi sedang
4: deviasi ringan
5: tidak ada deviasi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, M. Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classfication (NOC) Fifth Edition.
Jakarta: Elsevier.

Moorhead, Sue, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth Edition. Jakarta:
Elsevier.

NANDA Interational Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Edisi
11. Jakarta: EGC.

Tanto, dkk. 2016. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius.

The Lung Association of Canada. 2015. Asthma Guidelines.

Anda mungkin juga menyukai