Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MINGGUAN GEOSTATISTIKA

APLIKASI GEOSTATISTIKA DALAM GEOSAINS DAN PERHITUNGAN


CADANGAN KONVENSIONAL

ANGGOTA KELOMPOK:

GIAN RICARDO HALIM 03411640000009

KEVIN CH. TOBING 03411640000017

CHRISTOPHER SALIM 03411640000025

JOAN SINTONG N.H. 03411640000036

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2019
Geostatistik adalah metode statistik yang digunakan untuk melihat hubungan antar variabel
yang diukur pada titik tertentu dengan variabel yang sama diukur pada titik dengan jarak tertentu
dari titik pertama (data spasial) dan digunakan untuk mengestimasi parameter di tempat yang tidak
diketahui datanya (Oliver and Carol,2005). Geostatistik dapat digunakan pada bidang-bidang
industri pertambangan juga perminyakan, lingkungan, meteorologi, geofisika, pertanian dan
perikanan, kelautan, ilmu tanah, fisika media heterogen, teknik sipil, akutansi, dan astrofisika.

Eksplorasi adalah penyelidikan lapangan untuk mengumpulkan data/informasi selengkap


mungkin tentang keberadaan sumberdaya alam di suatu tempat. Kegiatan eksplorasi sangat penting
dilakukan sebelum pengusahaan bahan tambang dilaksanakan mengingat keberadaan bahan galian
yang penyebarannya tidak merata dan sifatnya sementara yang suatu saat akan habis tergali.
Sehingga untuk menentukan lokasi sebaran, kualitas dan jumlah cadangan serta cara
pengambilannya diperlukan penyelidikan yang teliti agar tidak membuang tenaga dan modal,
disamping untuk mengurangi resiko kegagalan, kerugian materi, kecelakaan kerja dan kerusakan
lingkungan. Tahapan eksplorasi Pemilihan Metode, metode eksplorasi yang digunakan
umumnyadikelompokkan menjadi tiga, yaitu : 1. Cara tidak langsung : ∗ Geofisika dan ∗
Geokimia. 2. Cara langsung : ∗ Pemetaan langsung dan ∗ Pemboran. 3. Gabungan cara langsung
dan tak langsung. Dalam ilmu geofisika, statistika juga memiliki peran penting melalui cabang
ilmu geostatistika. Geostatistik menjadi jembatan antara statistik dan GIS.

Metode geostatistik pada umumnya digunakan untuk menganalisa karakteristik cebakan


mineral yang biasanya menggunakan dua cara yakni statistik klasik dan statistik spasial. Dengan
menggunakan dasar teori statistik spasial, ilmu geostatistik berkembang tidak hanya diaplikasikan
untuk endapan cebakan mineral atau pertambangan saja. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan
spasial antara titik-titik suatu nilai, maka harus diketahui fungsi struktural yang dicerminkan oleh
model semi variogramnya. Dengan menetapkan model semivariogramnya merupakan langkah
awal dalam perhitungan geostatistik, disusul dengan perhitungan beberapa macam varian dan
perhitungan lainnya yang akan dijelaskan dibawah ini (Wibowo, 2009).

Tujuan dari pemodelan pada industri perminyakan adalah tentu saja untuk membuat model
dari reservoir minyak dan gas. Model ini sangat berguna untuk mendapatkan perseujuan dari
pemerintah dalam hal ini pemerintah akan juga mempertimbangkan aspek ekonomi berdasarkan
model yang dibuat (Tyson and Math, 2009). Analisis mendalam dan terintegrasi dengan
geostatistik sangat diperlukan untuk dapat membuat model geologi detail untuk analisa fasies dan
peta porositas untuk tujuan determinasi dan input pada model simulasi reservoir.

Dalam proses analisis yang pertama perlu dilakukan adalah meregister seluruh data yang
diperlukan. Hal ini sagat penting dilakukan untuk dapat menggunakan data – data tersebut pada
tahapan selanjutnya. Kompatibilitas data untuk dapat dianalisis lebih lanjut apabila menggunakan
GIS tentu sangat penting. Data digital akan memudahkan dengan penggunaan work station.
Langkah – langkah analisa yang harus dilakukan meliputi:

1. Eksplorasi Data

Pemahaman yang menyeluruh dan dalam pada data yang ada sangat diperlukan untuk dapat
menganalisis. Eksplorasi dari pendistribusian data, melihat batasan – batasan secara global dan
lokal, melihat pola –pola global, memeriksa korelasi spasial, dan memahami kovariasi dari
berbagai data.

2. Pembuatan Model

Pada mulanya geostatistik merupakan sinonim dari “kriging”. Tetapi kemudian dalam
perkembangannya juga meliputi metode deterministic. Metode deterministik tidak memiliki
penilaian untuk kesalahan prediksi, tidak ada asumsi untuk data sedangkan metode kriging
memiliki penilaian untuk kesalahan prediksi dan mengasumsikan data dari proses stokastik. Peta
yang dihasilkan dapat berupa peta prediksi (peta interpolasi), peta standar eror, peta Quantile, peta
probability.

3. Melakukan Diagnostik

Sebelum menghasilkan hasil akhir harus kita ketahui dahulu seberapa bagusnya prediksi
nilai di tempat yang tidak memiliki data real. Dalam pemodelan geologi khususnya pemodelan
reservoir, model yang baik akan memiliki satu kualitas yang sederhana yaitu: harus menyediakan
prediksi yang baik dari perilaku reservoir untuk merespon keadaan (Tyson and Math, 2009).

4. Membandingkan Model

Beberapa model yang dihasilkan dari beberapa perlakuan harus dibandingkan untuk
melihat mana yang lebih baik. Penggunaan cross validation statistic sangat membantu dalam
pembandingan ini. Aturan – aturan dasar sebelumnya untuk prediksi yang baik masih digunakan
juga untuk pembandingan model.

PENERAPAN GEOSTATISTIK

Endapan batubara merupakan salah satu SDA yang digunakan sebagai sumber energi selain
minyakbumi. Semakin lama penggunaan batubara semakin meningkat, hal ini mengakibatkan
penggunaannya tidak mengutamakan kualitas melainkan mengutamakan kebutuhan manusia. Hal
ini berdampak ke eksplorasi (penambangan) batubara tersebut yang tidak lagi berdasarkan kualitas
melainkan nilai kalori yang diperlukan pangsa pasar.Hal ini mengakibatkan penambangan pada
lapisan batubara dengan nilai kalori rendah pun tetap dilaksanakan saat pasar membutuhkan.

Blending adalah pencampuran batubara yang berbeda kalori nya, di mana melalui proses
tersebut diharapkan akan didapatkannya nilai kalori yang sesuai dengan permintaan pasar. Proses
ini dilakukan untuk optimalisasi nilai cadangan batubara yang mempunya nilai kalori rendah
sehingga tetap memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Melalui geostatistika ini, kita mampu untuk
mempelajari faktor apa saja yang mempengaruhi nilai kalori batubara tersebut sehingga dapat
diketahui sampai sejauh mana berpengaruh terhadap penurunan nilai kalori tersebut. Untuk
membuat model matematika ini dapat dilakukan dengan metode uji coba (trial and error), di mana
bentuk persamaan yang didapatkan harus dilakukan uji statistik yang meliputi koefisien korelasi
(R), koefisien determinasi (R2), standard deviasi dan tingkat konvergensi. Metode regresi linier
adalah cara untuk menentukan nilai – nilai dari konstanta variabel bebasnya. Hasil dari metode
regresi linier ini akan mempunyai nilai koefisien korelasi yang tinggi, apabila hasil titik-titik plot
variabel terikat dengan variabel bebas adalah terhimpun dan menunjukkan garis lurus.

Geostatistik dibutuhkan dari mulai permodelan yang sangat sederhana sampai permodelan
yang rumit .Analisisnya juga sangat diperlukan dalam pemodelan geologi. Dengan penggunaan
statistik dapat diprediksi nilai dari daerah yang tidak memiliki data real sehingga dapat dibuat hasil
prediksi yang mendekati nilai penyebaran sebenarnya. Dengan adanya ilmu geostatistik dapat
dibuat peta fasies seismic dan analisa fasies deposisi melalui beberapa sayatan seismic. Sedangkan
untuk pembuatan peta penyebaran porositas digunakan dari beberapa data sumur dan analisa
kecepatan seismik.

PERHITUNGAN CADANGAN MIGAS DAN TAMBANG SECARA KONVENSIONAL

PERHITUNGAN CADANGAN MIGAS

Perhitungan cadangan dengan menggunakan metode decline curve dilakukan pada tahap lanjut
pengembangan lapangan yaitu ketika laju produksi telah mengalami penurunan secara natural.
Penentuan cadangan dengan metode ini membutuhkan data laju produksi, produksi kumulatif
terhadap waktu.

Keunggulan dari metode kurva penurunan produksi adalah :

1. Menentukan umur produksi (life time production) suatu lapangan migas


2. Memperkirakan laju produksi (production forecast) pada masa yang akan datang
3. Menentukan sisa cadangan (remaining reserve) yang masih terkandung setelah
diproduksikan pada kurun waktu yang tertentu
Ada tiga jenis analisa decline curve dan setiap analisa mempunyai kemampuan untuk
memprediksi produksi kumulatif atau laju produksi pada suatu waktu yaitu exponential decline,
hyperbolic decline dan harmonic decline. Jenis decline cutve ini berdasarkan harga exponen
decline atau lebih dikenal dengan “b”.

EXPONENTIAL DECLINE
Exponential decline disebut juga dengan Geometric decline, Semilog decline atau Constant
Percentage decline mempunyai ciri khas penurunan produksi pada suatu interval waktu tertentu
sebanding dengan laju produksinya (konstan). Exponen decline dari kurva ini adalah b = 0

HYPERBOLIC DECLINE

Hyperbolic decline adalah tipe kurva dimana harga loss ratio (a) mengikuti deret hitung,
sehingga turunan pertama loss ratio terhadap waktu yaitu eksponen decline (b) mempunyai harga
konstan atau relatif konstan. Exponen decline dari hyperbolic decline adalah 0≤b≤1

HARMONIC DECLINE

Harmonic decline merupakan dimana harga eksponen decline sama dengan satu (b=1)

PENENTUAN EUR DAN OOIP

Untuk mengestimasi Original Oil In Place (OOIP), diperlukan nilai Estimated Ultimate Recovery
(EUR) dan Recovery Factor. EUR bisa didapatkan langsung melalui grafik dan digunakan nilai
standar RF yang umum digunakan semua reservoir yang mengalami secondary recovery.

Berikut ini adalah contoh grafik produksi kumulatif vs laju alir untuk penentuan EUR.
Dari grafik di atas, diperoleh persamaan y = ax + b, dimana B merupakan nilai EUR.

OOIP = EUR / Recovery Factor

MENGHITUNG CADANGAN TAMBANG

Metoda-metoda konvensional yang biasa digunakan dalam perhitungan cadangan bahan tambang
adalah:
1. Metoda Triangular
2. Metoda Daerah Pengaruh (Area of Influence)
3. Metoda Penampang (Cross Section)
4. Metoda Isoline.

Parameter-parameter yang penting antara lain adalah:


1. Kadar Bijih (Grade)
2. Ketebalan dan Luas (Thickness and Area)
3. Porositas dan Kandungan Air (Porosity and Moisture/ Water Content)
4. Berat jenis (Density).

1. Kadar Bijih (Grade) :


Perhitungan cadangan bijih tentunya merupakan salah satu parameter yang sangat penting dan
umumnya hasil akhir bisa memberikan gambaran tentang kandungan kadar rata-rata dari suatu
cadangan bijih.

2. Ketebalan dan Luas (Thickness and Area):


Ke dua parameter ini mempunyai hubungan dengan geometri endapan dan penyebaran bijih.

Keterangan:

ts = Ketebalan sebenarnya dari endapan


th = Ketabalan dalam arah horisontal
tv = Ketebalan dalam arah vertikal

ts = th sin b = tv cos b

Untuk mengetahui luas (S) endapan;


Sh = Ss sin b
atau;
Sv = Ss cos b

Dimana;
Sh = Luas horisontal
Sv = Luas vertikal
Ss = Luas yang sebenarnya
3. Berat Jenis (Density) :
Beberapa hubungan yang penting adalah;

Dimana:

Gm = Berat jenis dari mineral tanpa pori, tanpa kandungan air (Moisture Content)
Gd = Berat jenis batuan (material) kering, tanpa kandungan air hanya pori
Gn = Berat jenis batuan (material) dalam keadaan alami dengan pori dan kandungan air
P = Porositas
M = Kandungan air (Moisture Content)

Hubungan antar parameter-parameter tersebut bisa pula diilistrasikan pada gambar di bawah ini;

3.1.Penentuan Kadar Air Bijih :


Untuk menentukan kadar air bijih di laboratorium, tata laksananya adalah sebagai berikut;
bijih yang berasal dari lapangan terlebih dahulu ditimbang untuk diketahui berat aslinya.
Selanjutnya bijih tersebut dikeringkan pada tempertur (suhu) 100d Celcius selama 12 jam atau
hingga beratnya konstan.
Kadar air bijih dapat dihitung menggunakan persamaan berikut;
Dimana;
W1 = berat sampel sebelum dikeringkan
W2 = berat sampel setelah dikeringkan

3.2. Tonnage Factor


Di dalam perhitungan cadangan bijih, tonnage factor juga digunakan. Tonnage factor dapat
ditentukan untuk bijih kering ataupun basah (alami).

3.2.1. Tonnage Factor untuk bijih kering (Inplace):

3.2.2. Tonnage Factor untuk bijih basah (Natural)

KALKULASI CADANGAN
1. Metoda Triangular
Layout dari segitiga-segitiga
Prisma-prisma triangular;

Menghitung volume setiap segmen dapat ditentukan dengan persamaan;


V = 1/3 (t1 + t2 + t3) S
S = luas segitiga pada segmen 123 (sesuai gambar)
t = ketebalan endapan masing-masing segmen

Total volume seluruh prisma triangular sama dengan volume seluruh segmen pada blok uji.
Catatan;
Dalam perhitungan cadangan, metoda triangular dapat dianggap sebagai metoda standar.
Meskipun demikian kesalahan yang muncul di dalam penggunaan metoda ini perlu diperhatikan,
sebab terjadinya kesalahan tersebut adalah akibat dari cara mengelompokkan segita-segitiga
prisma di dalam suatu poligon.

2. Metoda Daerah Pengaruh (Area of Influence)


Di mana;
l = titik bor/ sumur uji
Kotak arsir = daerah pengaruh

Konstruksi daerah pengaruh pada segitiga tumpul;

Blok bijih dengan 4 daerah pengaruh yaitu 1, 2, 3 dan 4.


Daerah pengaruh dari titik 1 - pola bujur sangkar
Menghitung cadangan dengan cara mempergunakan metoda daerah pengaruh; daerah pengaruh
titik satu dapat diukur (S1)

Andaikan ketebalan endapan bijih pada titik 1 adalah t1 dengan kadar rata-rata k1, maka:
(V persen) = S1 x t1 x k1 (volume pengaruh)
Bila specific gravity dari bijih = g, maka:
Tonnage bijih = S1 x k1 x t1 x g (tonnage persen)

3. Metoda Included dan Extended Area


- Metoda Included Area - cadangan dihitung di dalam batas-batas yang ada.

- Metoda Extended Area - cadangan dihitung melampaui batas-batas yang ada


4. Metoda Penampang
Rumus Luas Rata-rata (Mean Area);

Rumus luas rata-rata untuk jenis atau tipe endapan yang mempunyai penampang seragam
(Uniform).
Rumus Prismoida;

Rumus Kerucut Terpancung;


Rumus Obelisk :
Rumus ini digunakan untuk menghitung cadangan bijih yang tipikal sebarannya membaji.
Rumus ini merupakan modifikasi dari rumus prismoida dengan cara men-substitusi;

5. Metoda Isoline
Metoda ini dipakai untuk digunakan pada endapan bijih di mana ketebalan dan kadar mengecil
dari tengah ke tepi endapan.
Volume dapat dihitung dengan cara menghitung luas daerah yang terdapat di dalam batas kontur,
kemudian mempergunakan prosedur-prosedur yang umum dikenal.
Kadar rata-rata dapat dihitung dengan cara membuat peta kontur kemudian mengadakan
weighting dari masing-masing luas daerah dengan contour grade.

Dimana;
g0 = kadar minimum bijih
g = interval kadar yang konstan antara dua kontur
A0 = luas endapan bijih dengan kadar g0 dan lebih tinggi
A1 = luas endapan bijih dengan kadar g0 + g dan lebih tinggi
A2 = luas endapan biijih dengan kadar g0 + 2g dan lebih tinggi, dst...

Apabila kondisi mineralisasi tidak teratur maka akan muncul masalah. Hal ini dapat dijelaskan
melalui contoh berikut ini;

Dalam hal ini;

Anda mungkin juga menyukai