Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL PENELITIAN

EKSPRESI TUMOR NECROSIS FACTOR-ALFA (TNF-α)


DAN INTER LEUKIN-10 (IL-10) PADA INFEKSI
MALARIA FALCIPARUM
Lili Irawati 1, Nusirwan Acang2, Nuzulia Irawati 3

1. Bagian Fisika Fakultas Kedokteran Universitas Andalas


2. Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
3. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas
E-mail: majalahkedokteranandalas@gmail.com

Abstrak
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara tropis
karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi. Infeksi Plasmodium falciparum
ini dapat menimbulkan gejala yang berat sampai kematian. Perbedaan perjalanan
penyakit pada masing-masing individu salah satunya dipengaruhi oleh sistim imun. Di
antara zat yang ikut berpengaruh pada imunitas malaria adalah TNF-α dan IL-10, yang
dihasilkan oleh sistim pertahanan tubuh terhadap parasit ini. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ekspresi TNF-α dan IL-10 pada infeksi malaria falciparum,
menggunakan rancangan explanatory secara cross sectional, dan melibatkan 25
penderita malaria falciparum dengan umur berkisar 14 – 60 tahun. Kadar TNF-α dan IL-
10 dianalisis dengan metoda enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dan hasil
analisis dinyatakan bermakna bila didapatkan p < 0,05. Penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kadar TNF-α dengan rerata 283,10 ± 267,72 pg/ml dan peningkatan kadar
IL-10 dengan rerata 196,99 ± 131,94 pg/ml pada penderita malaria falciparum, yang
dalam keadaan normal tidak terdeteksi. TNF-α berkorelasi positif dengan IL-10 (r =
0,491; p > 0,05), tapi berkorelasi negatif dengan kadar hemoglobin (r =-0,189; p >
0,05). IL-10 berkorelasi positif dengan kadar hemoglobin (r= 0,134; p > 0,05). Terhadap
parasitemia, TNF-α berkorelasi positif (r=0,036; p > 0.05), namun IL-10 berkorelasi
negatif (r = -0,043 dan p>0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi
malaria falciparum berpengaruh terhadap peningkatan kadar sitokin TNF-α dan IL-10.

Kata kunci : TNF α – IL 10 – malaria falciparum

Abstract
Malaria is still a universal health problem, especially in tropical countries
because of its high morbidity and mortality rates. Infection by Plasmodium falciparum
could result in severe symptoms or even death. Differences in pathogenesis among
affected individuals are affected by many factors, and the immune system is one of
them. Among substances involved in the malarial immunity is TNF-α and IL-10,
produced by the body's defense system as the reaction to the parasite. The objective of
this study is to find expression of TNF-α and IL-10 on falciparum malaria infection,
using an explanatory cross-sectional design, involving 25 people with falciparum
malaria with age ranging from 14 to 60 years. The presence of TNF-α and IL-10 were

16
analyzed using enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), and significant values
considered at p < 0.05. The results show that there are increased rate of TNF-α with
average 283.10 ± 267.72 pg/ml, and increased rate of IL-10 with average 196.99 ±
131.94 pg/ml among people with falciparum malaria, while in normal circumstances
they are not detected. There is a positive correlation of TNF-α with IL-10 (r=0.491;
p>0.05), but negative correlation with the rate of hemoglobin (r=-0189; p>0.05). IL-10
correlated positively with the rate of hemoglobin (r=0.134; p>0.05). TNF-α is positively
correlated with parasitemia (r =0.036; p>0.05), but IL-10 is negatively correlated (r =-
0043 and p>0.05). The results from this study conclude that falciparum malaria
infection increases of TNF-α and IL-10 cytokine.

Keywords: TNF α – IL 10 – falciparum malaria

17
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 18

PENDAHULUAN non spesifik, imunitas humoral maupun


Malaria adalah penyakit infeksi seluler yang timbul secara alami maupun
parasit utama di dunia yang mengenai di dapat sebagai akibat infeksi. Sejak
hampir 170 juta orang tiap tahunnya di permulaan invasi stadium sporozoit yang
hampir 103 negara endemis. Angka diikuti stadium selanjutnya, timbul reaksi
kematian yang dilaporkan mencapai 1 – sitokin yang demikian kompleks terhadap
1,5 juta penduduk per tahun, khususnya parasit malaria sebagai akibat terpaparnya
daerah yang kurang terjangkau oleh berbagai jenis sel sistim imun terhadap
pelayanan kesehatan.(1,2) berbagai macam antigen plasmodium.(6,7)
Di Indonesia, malaria masih Sitokin adalah suatu glikoprotein
menjadi masalah kesehatan. Menurut yang berasal dari sel T helper, sel natural
Menteri Kesehatan, malaria ditemukan di killer (NK) dan makrofag, yang berperan
daerah-daerah terpencil dan sebagian penting pada respon tubuh melawan
besar penderitanya dari golongan ekonomi infeksi malaria. Sel T helper terdiri dari
lemah. Angka kesakitan akibat malaria dua subset yang masing-masing
sejak 4 tahun terakhir menunjukkan menghasilkan sitokin pengatur perbedaan
peningkatan.(3) fungsi imun efektor dan bereaksi satu
Penyakit malaria disebabkan oleh sama lain. Sel T helper tipe 1 (Th-1)
protozoa genus plasmodium, yang ditular- menghasilkan IFN-γ (interferon gama),
kan oleh nyamuk anopheles betina dan IL-2 (interleukin-2) dan TNF-α (tumor
sudah dikenal sejak 3000 tahun yang lalu. necrosis factor alfa). Sitokin ini
Ada empat jenis plasmodium yang mengaktifkan makrofag, untuk
menyebabkan penyakit malaria pada membentuk sitokin pro inflamasi seperti
manusia yaitu Plasmodium falciparum, P. TNF-α, IL-1 dan IL-6 dan menginduksi
vivax, P. malariae dan P. ovale. Diantara mekanisme imun efektor sitotoksik dari
mereka, P. falciparum adalah yang terpen- makrofag. Sebaliknya, sel T helper tipe 2
ting karena penyebarannya luas, angka (Th-2) menghasilkan IL-4, IL-5, IL-10
kesakitan yang disebabkannya tinggi, dan IL-13. Sitokin ini menginduksi
bersifat ganas, sehingga menyebabkan pembentukan antibodi tetapi juga
malaria berat dan menimbulkan lebih dari menghambat fungsi makrofag dan disebut
dua juta kematian setiap tahun di seluruh sitokin anti inflamasi.(8,-11)
dunia.(1,2,4) TNF-α merupakan sitokin yang
Plasmodium falciparum saat ini di bersifat sebagai pirogen. Pada kadar
dunia sudah ditemukan memiliki lebih rendah ia dapat menghambat pertumbuhan
kurang 14 strain. Di Indonesia strain- stadium darah parasit dengan mengak-
strain dari P. falciparum sampai saat ini tifkan sistim imun seluler, dan juga dapat
belum dilaporkan. P.falciparum terdiri membunuh parasit secara langsung namun
dari sekitar 5300 gen dan 211 gen di aktifitasnya lemah. Peran ganda dari
antaranya berfungsi sebagai imunogen sitokin terutama TNF-α yaitu pada kadar
pada tubuh manusia. Perbedaan strain yang tepat akan memberi perlindungan
P.falciparum akan memberikan gejala dan penyembuhan. Akan tetapi kadar
klinik, patologi, sifat transmisi, maupun berlebihan yang mungkin merupakan
respons terhadap pengobatan yang tanggapan terhadap hiperparasitemia dan
berbeda pula.(5) pertumbuhan parasit yang berlebihan akan
Secara umum dikatakan imunitas menyebabkan kerusakan jaringan yang
terhadap malaria sangat kompleks karena sangat berat dan fatal.(9,11)
melibatkan hampir seluruh komponen sis- IL-10 ditemukan di dalam plasma
tim imun baik imunitas spesifik maupun penderita malaria akut, dihasilkan oleh
Lili Irawati, Ekspresi TNF-α dan IL-10 pada Infeksi Malaria Falciparum 19

monosit, sel Th-2 dan sel B, menghambat dalam pengaturan makrofag memprodusi
produksi sitokin pada Th-1 dan sel CD8+. IL-12 dan menunjukkan TNF-α penting
IL-10 berfungsi sebagai down regulator sebagai ko-faktor untuk IL-12 dalam
pada makrofag/inhibitor makrofag, meningkatkan produksi IFN-γ oleh sel
mengurangi presentasi antigen, mencegah NK. Konsentrasi NO dan TNF-α dalam
sel Th-1 berproliferasi dan menekan plasma dihubungkan dengan perubahan
produksi IFN-γ dan TNF-α. Pada malaria demam dan clearance parasit.(12)
serebral, peng-hambatan IFN-γ dan TNF-α meningkatkan ekspresi
sekresi TNF-α oleh sintesis IL-10 mole-kul adhesi pada endotel seperti
berperan penting dalam menetralkan ICAM-1 (Inter Cellular Adhesion
patologi dari makrofag.(12) Molecule-1), ELAM-1 (E-selektin),
VCAM-1 (Vascular Cell Adhesion
TUJUAN PENELITIAN Molecule-1), CD-36 (Clusters of
1.Untuk membuktikan adanya pening- Differentiation anti gen-36) yang merupa-
katan kadar TNF-α dan IL-10 pada kan ligand bagi parasit dengan endotel
infeksi malaria falciparum pembuluh darah pada proses sitoadherens
2.Untuk mengetahui adanya hubungan parasit karenanya mungkin berperan
TNF-α dengan IL-10 pada infeksi dalam menimbulkan malaria berat. TNF-α
malaria falciparum. sudah diproduksi dari awal infeksi dan
3.Untuk mengetahui adanya hubungan akan semakin meningkat pada waktu
TNF-α dan IL-10 dengan kadar stadium skizogoni dan pelepasan mero-
hemoglobin pada infeksi malaria zoit, juga kadar TNF-α pada infeksi
falciparum. P.falciparum lebih tinggi di banding pada
4.Untuk mengetahui adanya hubungan infeksi P. vivax.(9)
TNF-α dan IL-10 dengan parasitemia
pada infeksi malaria falciparum. Sitokin anti inflamasi dan malaria
Pada awal respon sitokin proinfla-
TINJAUAN PUSTAKA masi dapat dilihat pada media proteksi
Sitokin proinflamasi dan malaria imun, respon yang lambat berkontribusi
Pada infeksi malaria manusia patologi. Ini membuktikan bahwa keseim-
dapat terjadi perubahan reaktif imun yang bangan respon inflamasi mungkin ada
lambat pada fase akut dan terjadi selama infeksi malaria. Respon yang tidak
sepanjang waktu setelah clearance parasit seimbang, berperan pada beratnya penya-
dalam sirkulasi. Respon imun inflamasi kit, anemia dan dapat menimbulkan
memerlukan clearance parasit yang dapat kematian.(6,13)
menimbulkan kerusakan jaringan,
mengaktifkan fagosit untuk membunuh Interleukin 10 (IL-10)
parasit intraseluler dan ekstra-seluler. Ia IL-10 ditemukan dalam plasma
juga menyebabkan efek sistemik seperti pada penderita akut malaria, dihasilkan
anemia berat dan malaria serebral.(12) oleh monosit, sel Th-2 dan sel B,
menghambat produksi sitokin pada Th-1
TNF- α dan sel CD8+ tetapi tidak pada sel Th-2.
Karakteristik pertama dari parasit Walaupun IL-10 tidak mempunyai efek
meningkatkan sitokin TNF-α dari proliferasi Th-1 dan sel CD8+, tetapi ia
makrofag pada infeksi eritrosit oleh meningkatkan proliferasi sel B dan
plasmodium, pigmen malaria dan produksi imunoglobulin yang perlu untuk
glikolipid seperti GPI (glycosyl perkembangan dan maturasi dari anti bodi
phosphatidylinositol). TNF-α berperan anti malaria. IL-10 mempunyai peran
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 20

yang penting pada respon sel T helper tinggal terus-menerus di daerah


pada malaria. IL-10 juga berfungsi endemis.
sebagai down regulator pada makrofag- c. Efek tidak langsung pada makrofag
/inhibitor makrofag, mengurangi oleh anti gen malaria (toxin malaria),
presentasi antigen, menghambat produksi mungkin lipid atau proteolipid,
ROI dan NOI, mencegah sel Th-1 dihubungkan waktu skizont pecah
berproliferasi dan menekan produksi IFN- (ketika merozoit masuk ke dalam sel
γ, IL-6, TNF-α dan GM-CSF darah merah dan dilepaskan pada
(Granulocyte Macrophage Colony Stimu- permukaan lapisan).
lating Factor) oleh sel T. IL-10 ber-peran
penting dalam menetralkan patologi dari
makrofag pada malaria serebral dengan
menghambat sekresi IFN-γ dan TNF-
α.(12)
Terjadinya anemia berat dihubung-
kan dengan penurunan konsentrasi IL-10
dalam sirkulasi dan meningkatkan perban-
dingan TNF-α dan IL-10. Hal ini berkon-
tribusi pada penekanan reversibel sumsum
tulang yang terjadi pada penderita mala-
ria.(12)
Pada penderita malaria falciparum
didapatkan bahwa IL-10 dapat mengham-
bat produksi TNF-α. Dalam serum
penderita malaria ringan/tanpa komplikasi
terdapat peningkatan kadar IL-10 dan
penurunan kadar TNF-α, sedang-kan pada
malaria serebral ditemukan kadar TNF-α
yang tinggi.(14)

Patologi malaria
Masuknya anti gen malaria yang dilepas-
kan dalam darah perifer sewaktu pecahnya
skizont, mengakibatkan mengeluaran
TNF-α melalui tiga jalan yang berbeda: (15)
a. Efek antigen malaria pada sel Th-1
CD4+, menghasilkan IFN-γ dan bebe-
rapa TNF. Hal ini akan mengaktifkan Gambar 1. Mekanisme aktivasi TNF- α
makrofag menghasilkan sitokin infla- dalam patologi malaria.(15)
matori termasuk TNF dan IL-1.
b. Efek beberapa anti gen malaria pada TNF-α akan menyebabkan
sel T γδ, akan meningkatkan demam, depresi eritropoesis dan
konsentrasi dari IFN-γ dan TNF, meningkatnya eritrofagositosis yang akan
peningkatan yang massive pada sel T berkontribusi terjadinya anemia dan
γδ terjadi pada individu yang naive secara langsung menyebabkan gejala non
yang baru pertama terinfeksi dengan spesifik dari malaria. Mungkin juga
akut malaria dan tidak terjadi pada konsentrasi sitokin yang lain yang
individu dengan akut malaria yang menyebabkan endogen pyrogen seperti
Lili Irawati, Ekspresi TNF-α dan IL-10 pada Infeksi Malaria Falciparum 21

IL-1 dan IL-6 juga meningkat selama hipoglikemia (gula darah < 40 mg%),
malaria, ini berperan pada patofisiologi syok (tekanan sistolik < 70 mmHg),
malaria berat.(8) perdarahan spontan, gangguan kesada-
ran ringan, delirium, somnolen,
METODE PENELITIAN kelemahan otot, ikterik (bilirubin > 3
Populasi penelitian : mg%) dan hiperpireksia (temperatur
Populasi penelitian adalah pende- rektal > 40oC).
rita infeksi malaria falciparum yang 5. Malaria ringan adalah infeksi malaria
dirawat di bangsal penyakit dalam RS. falciparum stadium aseksual tanpa
DR. M. Djamil Padang dan RS swasta di komplikasi.
Padang. 6. Densitas parasit adalah jumlah parasit
dalam 200 leukosit di kali jumlah leu-
Prosedur pengambilan data kosit/mm3.
a. Pengambilan darah. 7. Daerah insiden rendah adalah daerah
Setiap subyek di ambil 3 cc darah vena dengan insiden malaria < 10%, daerah
menggunakan spuit 3 cc, kemudian insiden sedang memiliki insiden
darah disentrifuse untuk diambil malaria 10%-50%, dan daerah insiden
serumnya, kemudian serum disimpan tinggi memiliki insiden malaria >
dalam freezer -20oC, sampai jumlah 50%.
sampel mencukupi, kemudian dilakukan 8. Hiperparasitemia: bila hitung parasit ≥
pemeriksaan kadar TNF-α dan IL-10. 100.000/μl, dan hipoparasitemia: bila
b. Pengukuran kadar TNF-α dan IL-10 hitung parasit < 100.000/μl.
Pengukuran titer TNF-α dan titer IL-10
dari serum, menggunakan ELISA Kit. Waktu Penelitian:
Penelitian dilaksanakan dari
Definisi operasional tanggal 1 Juni 2007 - Desember 2007.
1. Penderita malaria falciparum adalah Penelitian dilaksanakan di bangsal Penya-
penderita yang bila ditemukan parasit kit Dalam RS. DR. M. Djamil dan RS
dalam bentuk trophozoite/bentuk swasta di Padang untuk pengambilan
skizon pada pemeriksaan hapus darah serum penderita malaria falciparum
tepi, tipis dan tebal.(16) sebanyak 25 kasus dan pemeriksaan
2. TNF-α adalah titer TNF-α dalam ELISA dilakukan di Laboratorium
serum darah penderita malaria Patologi Klinik RS. DR. M. Djamil
falciparum yang di hitung dengan Padang Sub bagian Imunologi.
metode ELISA (Enzyme Linked
Immuno Assay) dengan satuan pg/ml. Analisis Statistik
3. IL-10 adalah titer IL-10 dalam serum Data yang di peroleh dari pemerik-
darah penderita malaria falciparum saan kadar TNF-α dan IL-10 dengan
yang di hitung dengan metode ELISA teknik ELISA (Enzyme Linked Immuno
(Enzyme Linked Immuno Assay) de- Assay) dilakukan pengolahan data kuanti-
ngan satuan pg/ml. tatif secara manual dan komputer program
4. Malaria berat adalah infeksi malaria SPSS serta disajikan dalam bentuk tabel
falciparum stadium aseksual dengan dan histogram. Dilanjutkan dengan uji-t.
satu atau lebih komplikasi sebagai be- Uji korelasi yang digunakan
rikut; malaria serebral (koma yang adalah Pearson correlation jika distribusi
tidak bisa dibangunkan lebih dari 30 data normal, dan jika distribusi data tidak
menit), anemia berat (Hb kurang dari 5 normal digunakan Spearman. Hasil
gr%), gagal ginjal akut, edema paru, analisis statistik dinyatakan bermakna bila
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 22

didapatkan harga p < 0,05. Arah korelasi Tabel 1.Distribusi kadar hemoglobin
ditandai dengan nilai +/- dan kekuatan penderita malaria falciparum
korelasi (r).
Kadar Hemoglobin Frekuensi %
HASIL PENELITIAN < 6 gr% (berat) 1 4
Jumlah populasi penelitian adalah 6 – 8 gr% (sedang) 3 12
25 orang penderita malaria falciparum 8 – 12 gr% (ringan) 7 28
yang di rawat di RS DR. M. Djamil, RS > 12 gr% (normal) 14 56
Selaguri, RS Yos Sudarso dan RS Asri. Jumlah 25 100
Umumnya penderita malaria falci-
Kebanyakan penderita malaria falci-parum
parum ditemukan berusia 20 - 29 tahun.
mempunyai kadar hemoglobin nor-mal
Penderita pria lebih banyak yaitu 14 orang
yaitu > 12 gr% (56%).
(56%) sedangkan wanita 11 orang (44%).
Kebanyakan penderita malaria falciparum
berasal dari daerah insiden rendah yaitu
68%.

25 22

20
20
20
18 hiperparasitemia
15
16 hipoparasitemia
14
10
12 berat

10 ringan 3
5
8 5
6
0
4
2
0 Gambar 3. Distribusi densitas parasit
malaria falciparum

Densitas parasit malaria falcipa-


Gambar .2. Distribusi penderita malaria rum adalah 48.446 ± 118.950 dengan
falciparum menurut derajat penyakit kisaran 400 – 500.000 par/ul. Hampir
pada semua penderita ditemukan stadium
Kebanyakan penderita adalah malaria tropozoit dan seorang penderita ditemukan
falciparum tanpa komplikasi (malaria stadium tropozoit, skizon dan gametosit.
ringan) yaitu 20 orang (80%). Tiga orang penderita ditemui densitas
parasitnya ≥ 100.000 par/ul (hiper
parasitemia).
Lili Irawati, Ekspresi TNF-α dan IL-10 pada Infeksi Malaria Falciparum 23

ILio
283,1044

300 Observed
500.00
Linear
250 196,9946

400.00
200 TNF
IL-10
150
300.00

100
200.00
50

0 100.00

Gambar 4. Rerata TNF-α dan IL-10


0.00
penderita malaria falciparum.
0.00 200.00 400.00 600.00 800.00 1000.00 1200.00
Rerata TNF-α yang didapatkan 283,1044
± 267,7270 dan rerata IL-10 196,9946 ± TNF
131,9482.
Gambar 5. Hubungan TNF-α dengan IL-
Tabel 2. Distribusi TNF-α dan IL-10 10 pada pasien malaria falciparum.
pasien malaria falciparum
Tabel 3. Hubungan TNF-α dengan IL-
TNF-α IL-10 10 penderita malaria falciparum
Sitokin frek % frek %
(pg/ml) IL-10
0 - 100 4 16 7 28 Sitokin r p
101 - 200 10 40 6 24
201 - 300 5 20 7 28 TNF- α 0,491 0,13
301 - 400 0 0 3 12
> 400 6 24 2 8 Berdasarkan uji statistik tidak terdapat
hubungan bermakna antara TNF-α dengan
Jumlah 25 100 25 100
IL-10 dengan p > 0,05.
Frekuensi yang terbanyak TNF-α antara
101 – 200 pg/ml (40%), frekuensi yang
terbanyak IL-10 antara 0 - 100 pg/ml
(28%) dan 201 – 300 pg/ml (28%).
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 24

Tabel 4. Hubungan TNF-α dan IL-10 memudahkan gigitan nyamuk. Sehingga


dengan kadar hemoglobin pada umur antara 20 – 30 tahun banyak
yang menderita penyakit malaria.
Hemoglobin
Sitokin r p Gambaran laboratorium
TNF- α - 0,189 0,365 Sebanyak 56% subjek pada peneli-
IL-10 0,134 0,523 tian ini mempunyai kadar hemoglobin
nor-mal mungkin disebabkan karena
Berdasarkan uji statistik tidak terdapat penderita baru pertama kali terinfeksi
hubungan bermakna TNF-α dan IL-10 malaria sehingga infeksinya tidak banyak
dengan kadar hemoglobin dengan p > menimbulkan kerusakan pada eritrosit.
0,05. Pada penelitian ini ditemukan 20%
menderita malaria berat begitu juga yang
Tabel 5. Hubungan TNF-α dan IL-10 ditemukan oleh Harijanto, malaria berat/-
dengan derajat parasitemia serebral di beberapa daerah masih cukup
tinggi (di Indonesia berkisar 20,9% –
Parasitemia 50%), tingginya mortalitas tergantung dari
Sitokin r p prosedur penanganan penderita malaria
TNF- α 0,036 0,865
berat dimulai dari kecepatan diagnosa dan
IL-10 - 0,043 0,839 pengobatannya serta fasilitas penanganan
pada fasilitas kesehatan. Faktor yang lain
Berdasarkan uji statistik tidak terdapat yang menyebabkan masih tingginya
hubungan bermakna TNF-α dan IL-10 mortalitas ialah patogenesa dari malaria
dengan parasitemia dengan p > 0.05. berat masih belum jelas.(24)

PEMBAHASAN Ekspresi TNF-α dan IL-10 penderita


Umur dan jenis kelamin malaria falciparum
Kelompok umur terbanyak berada Pada penelitian ini rerata TNF-α
pada rentang usia 20 – 29 tahun. yang di dapat pada penderita malaria falci-
Sementara itu bila diuraikan menurut jenis parum adalah 283,10 ± 267,72 pg/ml
kelamin, maka pria lebih banyak sedangkan rerata IL-10 adalah 196,99 ±
menderita malaria dibandingkan wanita. 131,95 pg/ml. Terjadi peningkatan TNF-α
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa dan peningkatan IL-10 pada penderita
wanita mempunyai respon imun yang malaria falciparum, sedangkan pada
lebih kuat dibandingkan pria oleh karena keadaan normal sitokin ini tidak
itu pria lebih banyak menderita malaria terdeteksi.(17)
dibandingkan wanita. Berdasarkan hasil tersebut TNF-α
Pada beberapa penelitian umur lebih tinggi dari IL-10, ini berarti aktivasi
yang terbanyak menderita malaria antara sel Th-1 lebih dominan dari sel Th-2.
20 – 30 tahun karena pada umur ini adalah
umur yang produktif. sering melakukan Hubungan TNF-α dengan IL-10 pada
aktivitas yang berlebihan, kurang malaria falciparum
memperhatikan waktu istirahat, tidak Pada penelitian ini didapatkan
memperhatikan kesehatan, kebiasaan hubungan antara TNF-α dengan IL-10
hidup di luar rumah sampai larut malam di menunjukkan hubungan yang sedang
mana vektor nyamuk anopheles bersifat dengan r = 0,491 dan berkorelasi positif,
eksofilik (tinggal di luar rumah) dan artinya semakin tinggi TNF-α maka
eksofagik (menggigit di luar rumah) akan semakin tinggi juga IL-10. Hasil uji
Lili Irawati, Ekspresi TNF-α dan IL-10 pada Infeksi Malaria Falciparum 25

statistik didapatkan tidak ada hubungan Penelitian Nussenblatt et al., di


yang bermakna antara TNF-α dengan IL- Uganda pada penderita akut dan tanpa
10 pada p > 0,05. komplikasi malaria falciparum didapatkan
Hasil ini sama dengan yang dida- korelasi negatif antara TNF-α dengan
patkan oleh peneliti lain yaitu Luty et al kadar hemoglobin dan korelasi positif IL-
dan Nussenblatt et al., di mana terdapat 10 dengan kadar hemoglobin.(19)
korelasi positif antara TNF-α dengan IL- Penelitian Day et al., di Vietnam
10 dengan uji statistik terdapat hubungan pada 287 penderita malaria berat didapat-
ber-makna antara TNF-α dengan IL- kan korelasi positif antara IL-10 dengan
10.(18,19) kadar hemoglobin.(21)
Merozoit plasmodium falcipa- TNF-α dihubungkan dengan berat-
rum masuk ke dalam tubuh seseorang nya penyakit, bila TNF-α tinggi dapat me-
dapat mengaktifkan limfosit T menjadi sel nyebabkan terjadinya suppressi eritropoe-
T helper (CD4+) Naive dan sel T sis, pengurangan produksi eritropoetin dan
sitotoksik (CD8+), sel T helper CD4+ meningkatkan eritrofagositosis. Dengan
Naive terjadi proliferasi dan diferensiasi meningkatnya IL-10 akan mencegah
menjadi Th-1 dan Th-2, Th-1 perkembangan anemia malaria berat.
(proinflamasi) menghasilkan IFN-γ yang Meskipun mekanisme dari proteksi
akan mengaktifkan makrofag menghasil- anemia oleh IL-10 belum jelas.(22)
kan sitokin diantaranya TNF-α, Th-2 (anti Pada infeksi falciparum, anemia
inflamasi) yang akan menghasilkan sito- yang terjadi adalah berat karena semua
kin diantaranya IL-10. Keseimbangan eritrosit dapat terserang. Eritrosit
sitokin yang dihasilkan oleh Th-1 (TNF-α) berparasit maupun tidak berparasit menga-
dan sitokin yang dihasilkan oleh Th-2 (IL- lami hemolisis karena fragilitas osmotik
10) dapat menentukan berat ringannya meningkat atau perkembangan autohemo-
penyakit.(20) lisis osmotik dari eritrosit berparasit
maupun tidak berparasit meningkat dan
Hubungan TNF-α dan IL-10 dengan karenanya waktu hidup eritrosit di
kadar hemoglobin pada malaria perpendek dan mempercepat terjadinya
falciparum anemia.(23)
Pada penelitian ini didapatkan Dengan kesimpulan bahwa terjadi-
hubungan antara TNF-α dengan kadar nya penurunan kadar hemoglobin dapat
hemoglobin menunjukkan hubungan yang terjadi oleh parasit (pengrusakan eritrosit
lemah dengan r = -0,189 dan berkorelasi oleh parasit malaria) dan secara imunologi
negatif, artinya semakin tinggi TNF-α (kare-na peningkatan TNF-α).(24)
maka semakin rendah kadar hemoglobin.
Hasil uji statistik didapatkan tidak ada Hubungan TNF-α dan IL-10 dengan
hubungan bermakna antara TNF-α dengan derajat parasitemia pada malaria
kadar hemoglobin dengan p > 0,05. falciparum
Hubungan antara IL-10 dengan kadar Pada penelitian ini didapatkan
hemoglobin menunjukkan hubungan yang hubungan antara TNF-α dengan parasi-
lemah dengan r = 0,134 dan berkorelasi temia menunjukkan hubungan yang lemah
positif, artinya semakin tinggi IL-10 dengan r = 0,036 dan berkorelasi positif,
semakin tinggi juga kadar hemoglobin. artinya semakin tinggi TNF-α maka
Hasil uji statistik didapatkan tidak ada semakin tinggi parasitemia. Hasil uji
hubungan yang bermakna antara IL-10 statistik tidak terdapat hubungan
dengan kadar hemoglobin dengan p > bermakna antara TNF-α dengan
0,05. parasitemia dengan p > 0,05. Hubungan
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 26

antara IL-10 dengan parasitemia 4. Terdapat korelasi positif antara TNF-α


menunjukkan hubungan yang lemah dengan parasitemia dan korelasi
dengan r=- 0,043 dan berkorelasi negatif, negatif antara IL-10 dengan
artinya semakin tinggi IL-10 semakin parasitemia.
rendah parasitemia. Hasil uji statistik
didapatkan tidak ada hubungan yang SARAN
bermakna antara IL-10 dengan parasite- 1. Perlu penelitian lebih lanjut untuk me-
mia dengan p > 0,05. lihat TNF-α dan IL-10 pada infeksi
Penelitian Nussenblatt et al., di malaria falciparum dengan jumlah
Uganda pada penderita akut dan tanpa sampel yang lebih banyak.
komplikasi malaria falciparum dan Luty et 2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
al., di dapatkan hubungan bermakna sitokin pro anflamasi dan anti
antara TNF-α dan IL-10 dengan inflamasi yang lain pada infeksi
parasitemia dan berkorelasi positif. malaria falciparum.
Penelitian Day et al., di Vietnam pada 3. Perlu penelitian lebih lanjut untuk pe-
287 penderita malaria berat didapatkan manfaatan TNF-α sebagai terapi dan
hubungan bermakna IL-10 dengan pengembangan vaksin pada malaria
parasitemia dan berkorelasi positif. May et falciparum.
al., menemukan TNF-α berkorelasi secara
positif dengan parasitemia yang berarti KEPUSTAKAAN
semakin tinggi TNF-α maka makin tinggi 1. Newton, et al. Cerebral malaria. J
juga parasitemianya.(18,19,21,25) Neural Neurosurg Psychiatry. 2000;
Beratnya penyakit pada malaria 69: 433 – 41.
falciparum lebih disebabkan oleh jumlah
parasit yang disekuester (parasit dalam 2. Suh, KN., et al. Malaria. CMAJ.
2004; 170: 1693 – 702.
eritrosit matang yang tinggal dalam
jaringan mikro vaskular) di banding 3. Depkes RI. Penyakit malaria dan TBC
jumlah yang disirkulasi. Bila hitung menyebabkan 170.000 kematian
parasit rendah tidak selalu berarti setiap tahun di Indonesia. Jakarta.
penderita tidak mengalami manifestasi 2003.
berat atau penderita prognosanya baik.
Hal ini disebabkan adanya sekuestrasi 4. Gunawan, S. Epidemiologi malaria.
parasit yang mengakibatkan pemeriksaan Dalam: Harijanto PN (ED) Malaria
parasit di darah tepi tidak cocok dengan epidemiologi, patogenesis,
adanya parasit sebenarnya di dalam manifestasi klinis & penanganan.
jaringan.(24) Jakarta. EGC. 2000; 1– 13.

5. Gardner, MJ, Hall, N., Fung, Eula,


KESIMPULAN White, O., et al. Genome sequenced
1. Terjadi peningkatan ekspresi TNF-α of the human malaria parasite
dan peningkatan ekspresi IL-10 pada plasmodium falciparum. Nature.
infeksi malaria falciparum. 2000; 419(3) (6906): 498-511 (Cited:
2. Peningkatan TNF-α diikuti oleh peni- 107).
ngkatan IL-10 pada malaria falcipa-
rum dan berkolerasi positif. 6. Farouk, SE. T cell and anti body
3. Terdapat korelasi negatif antara TNF-α responses in plasmodium falciparum
dengan kadar hemoglobin dan korelasi malaria and their relation to disease
positif antara IL-10 dengan kadar susceptibility. ISBN. 2005; pp 1 – 7.
hemoglobin.
Lili Irawati, Ekspresi TNF-α dan IL-10 pada Infeksi Malaria Falciparum 27

7. Perlmann, P., Blomberg, MT. Malaria cerebral and uncomplicated Malaria.


and the immune system in humans. Lancet. 1998; 351: 1768 – 72.
Chem Immunol. Basel, Karger, vol
80, 2002; pp 229 – 42. 15. Hommel, M. Immunology of malaria.
In quaderni dicooperazione sanitria
8. Pichyangkul, S., Saengkrai, P, health co-operation paper. AIFO.
Webster, HK. Plasmodium falciparum 1997; 15: 53 – 60.
pigment induces monocytes to release
high levels of tumor necrosis faktor- 16. Purwaningsih, S. Diagnosis malaria.
alpha and interleukin–1 beta. AmJ Dalam: Harijanto PN (Ed). Malaria
Trop Med Hyg. 1994; 51(4): 430 – epidemiologi, patogenesis,
35. manifestasi klinis & penanganan.
Jakarta. EGC. 2000; 185 – 93.
9. Nugroho, A., Harijanto, PN.
Imunologi pada malaria. Dalam 17. Nasrul, E. Ekspresi CD4 dan CD8
Harijanto PN (ED) Malaria serta kadar IL-1β, IL-2, IL-10, TNF-
epidemiologi, patogenesis, α, INF-γ pada imunopatogenesis
manifestasi klinis & penanganan. hepatitis-C kronik. 2005.
Yakarta. EGC. 2000; 128 – 47.
18. Luty, AJF, Perkins, DJ, Lell B., et al.
10. Greenberg, PL., Gordeuk, V., et al. Low interleukin-12 activity in severe
Major hematologic diseases in the plasmodium falciparum. Infect
developing world: new aspects of Immun. 2000; 68(7): 3909 – 15.
diagnosis and management of
thalassemia, malarial anemia, and 19. Nussenblatt, V., Mukasa, G., Metzger,
acute leukemia. The American A., et al. Anemia and interleukin–10,
Society of Hematology. 2001. tumor necrosis factor alpha,
erythropoietin levels among children
11. Plebanski, M., Proudfoot, O., et al. with acute, uncomplicated
Immunogenetics and the design of plasmodium falciparum malaria.
plasmodium falciparum vaccines for Clinical and Diagnostic Laboratory
use in malaria-endemic populations. J. Immunology. 2001; 8, no 6. p. 1164 –
Clin. Invest. 2002; 110: 295 – 30. 70.

12. Malaguarnera, L., Musumeci, S. The 20. Mohan, K., Mary, M., et al. Acquired
immune response to plasmodium immunity to asexual blood stages.
falciparum malaria. Lancet Infect Dis. Dalam: Malaria Parasite Biology,
2002; 2: 472 – 8. Pathogenesis and Protection. ASM.
1998; 32; 467 – 84.
13. Dodoo, D., Omer, FM., Todd, J., et al.
Absolute levels and ratios of 21. Day, NPJ., Hien, TT., Schollaardt, T.,
proinflammatory and anti- et al. The prognostic and
inflammatory cytokine production in pathophysiologic role of pro- and anti
vitro predict clinical immunity to inflammatory cytokines in severe
plasmodium falciparum malaria. The malaria. The Journal of Infectious
Journal of Infectious Diseases.2002; Diseases. 1999; 180; 1288 – 97.
185, p.971– 9.
22. Weatherall, DJ., Miller, LH., et al.
14. Kurtzhals, JAL., Adabayeri, V., Malaria and the red cell. The
Akanmori, BD., et al. Low plasma American Society of Hematology.
concentration interleukin 10 in severe 2002.
malarial anemia compared with
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 28

23. Tambajong, EH. Patobiologi malaria. 25. May, H., Nicholas, JW. Molecular
Dalam: Harijanto PN (ED). Malaria mechanisme of cytoadherence in
Epidemiologi, Patogenesis, malaria. Am J. Physiol. Cell. 276 C.
Manifestasi Klinis & Penanganan. 1999; 1231 – C 124.
Jakarta. EGC. 2000; 96 – 108.

24. Harijanto, PN. Gejala klinik malaria.


Dalam: Harijanto PN (ED) Malaria
Epidemiologi, Patogenesis,
Manifestasi Klinis & Penanganan.
Jakarta. EGC. 2000; 151 – 64.

Anda mungkin juga menyukai