Abstrak
Malaria masih menjadi masalah kesehatan di dunia terutama negara tropis
karena angka kesakitan dan kematiannya yang tinggi. Infeksi Plasmodium falciparum
ini dapat menimbulkan gejala yang berat sampai kematian. Perbedaan perjalanan
penyakit pada masing-masing individu salah satunya dipengaruhi oleh sistim imun. Di
antara zat yang ikut berpengaruh pada imunitas malaria adalah TNF-α dan IL-10, yang
dihasilkan oleh sistim pertahanan tubuh terhadap parasit ini. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui ekspresi TNF-α dan IL-10 pada infeksi malaria falciparum,
menggunakan rancangan explanatory secara cross sectional, dan melibatkan 25
penderita malaria falciparum dengan umur berkisar 14 – 60 tahun. Kadar TNF-α dan IL-
10 dianalisis dengan metoda enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA), dan hasil
analisis dinyatakan bermakna bila didapatkan p < 0,05. Penelitian menunjukkan adanya
peningkatan kadar TNF-α dengan rerata 283,10 ± 267,72 pg/ml dan peningkatan kadar
IL-10 dengan rerata 196,99 ± 131,94 pg/ml pada penderita malaria falciparum, yang
dalam keadaan normal tidak terdeteksi. TNF-α berkorelasi positif dengan IL-10 (r =
0,491; p > 0,05), tapi berkorelasi negatif dengan kadar hemoglobin (r =-0,189; p >
0,05). IL-10 berkorelasi positif dengan kadar hemoglobin (r= 0,134; p > 0,05). Terhadap
parasitemia, TNF-α berkorelasi positif (r=0,036; p > 0.05), namun IL-10 berkorelasi
negatif (r = -0,043 dan p>0,05). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infeksi
malaria falciparum berpengaruh terhadap peningkatan kadar sitokin TNF-α dan IL-10.
Abstract
Malaria is still a universal health problem, especially in tropical countries
because of its high morbidity and mortality rates. Infection by Plasmodium falciparum
could result in severe symptoms or even death. Differences in pathogenesis among
affected individuals are affected by many factors, and the immune system is one of
them. Among substances involved in the malarial immunity is TNF-α and IL-10,
produced by the body's defense system as the reaction to the parasite. The objective of
this study is to find expression of TNF-α and IL-10 on falciparum malaria infection,
using an explanatory cross-sectional design, involving 25 people with falciparum
malaria with age ranging from 14 to 60 years. The presence of TNF-α and IL-10 were
16
analyzed using enzyme linked immunosorbent assay (ELISA), and significant values
considered at p < 0.05. The results show that there are increased rate of TNF-α with
average 283.10 ± 267.72 pg/ml, and increased rate of IL-10 with average 196.99 ±
131.94 pg/ml among people with falciparum malaria, while in normal circumstances
they are not detected. There is a positive correlation of TNF-α with IL-10 (r=0.491;
p>0.05), but negative correlation with the rate of hemoglobin (r=-0189; p>0.05). IL-10
correlated positively with the rate of hemoglobin (r=0.134; p>0.05). TNF-α is positively
correlated with parasitemia (r =0.036; p>0.05), but IL-10 is negatively correlated (r =-
0043 and p>0.05). The results from this study conclude that falciparum malaria
infection increases of TNF-α and IL-10 cytokine.
17
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 18
monosit, sel Th-2 dan sel B, menghambat dalam pengaturan makrofag memprodusi
produksi sitokin pada Th-1 dan sel CD8+. IL-12 dan menunjukkan TNF-α penting
IL-10 berfungsi sebagai down regulator sebagai ko-faktor untuk IL-12 dalam
pada makrofag/inhibitor makrofag, meningkatkan produksi IFN-γ oleh sel
mengurangi presentasi antigen, mencegah NK. Konsentrasi NO dan TNF-α dalam
sel Th-1 berproliferasi dan menekan plasma dihubungkan dengan perubahan
produksi IFN-γ dan TNF-α. Pada malaria demam dan clearance parasit.(12)
serebral, peng-hambatan IFN-γ dan TNF-α meningkatkan ekspresi
sekresi TNF-α oleh sintesis IL-10 mole-kul adhesi pada endotel seperti
berperan penting dalam menetralkan ICAM-1 (Inter Cellular Adhesion
patologi dari makrofag.(12) Molecule-1), ELAM-1 (E-selektin),
VCAM-1 (Vascular Cell Adhesion
TUJUAN PENELITIAN Molecule-1), CD-36 (Clusters of
1.Untuk membuktikan adanya pening- Differentiation anti gen-36) yang merupa-
katan kadar TNF-α dan IL-10 pada kan ligand bagi parasit dengan endotel
infeksi malaria falciparum pembuluh darah pada proses sitoadherens
2.Untuk mengetahui adanya hubungan parasit karenanya mungkin berperan
TNF-α dengan IL-10 pada infeksi dalam menimbulkan malaria berat. TNF-α
malaria falciparum. sudah diproduksi dari awal infeksi dan
3.Untuk mengetahui adanya hubungan akan semakin meningkat pada waktu
TNF-α dan IL-10 dengan kadar stadium skizogoni dan pelepasan mero-
hemoglobin pada infeksi malaria zoit, juga kadar TNF-α pada infeksi
falciparum. P.falciparum lebih tinggi di banding pada
4.Untuk mengetahui adanya hubungan infeksi P. vivax.(9)
TNF-α dan IL-10 dengan parasitemia
pada infeksi malaria falciparum. Sitokin anti inflamasi dan malaria
Pada awal respon sitokin proinfla-
TINJAUAN PUSTAKA masi dapat dilihat pada media proteksi
Sitokin proinflamasi dan malaria imun, respon yang lambat berkontribusi
Pada infeksi malaria manusia patologi. Ini membuktikan bahwa keseim-
dapat terjadi perubahan reaktif imun yang bangan respon inflamasi mungkin ada
lambat pada fase akut dan terjadi selama infeksi malaria. Respon yang tidak
sepanjang waktu setelah clearance parasit seimbang, berperan pada beratnya penya-
dalam sirkulasi. Respon imun inflamasi kit, anemia dan dapat menimbulkan
memerlukan clearance parasit yang dapat kematian.(6,13)
menimbulkan kerusakan jaringan,
mengaktifkan fagosit untuk membunuh Interleukin 10 (IL-10)
parasit intraseluler dan ekstra-seluler. Ia IL-10 ditemukan dalam plasma
juga menyebabkan efek sistemik seperti pada penderita akut malaria, dihasilkan
anemia berat dan malaria serebral.(12) oleh monosit, sel Th-2 dan sel B,
menghambat produksi sitokin pada Th-1
TNF- α dan sel CD8+ tetapi tidak pada sel Th-2.
Karakteristik pertama dari parasit Walaupun IL-10 tidak mempunyai efek
meningkatkan sitokin TNF-α dari proliferasi Th-1 dan sel CD8+, tetapi ia
makrofag pada infeksi eritrosit oleh meningkatkan proliferasi sel B dan
plasmodium, pigmen malaria dan produksi imunoglobulin yang perlu untuk
glikolipid seperti GPI (glycosyl perkembangan dan maturasi dari anti bodi
phosphatidylinositol). TNF-α berperan anti malaria. IL-10 mempunyai peran
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 20
Patologi malaria
Masuknya anti gen malaria yang dilepas-
kan dalam darah perifer sewaktu pecahnya
skizont, mengakibatkan mengeluaran
TNF-α melalui tiga jalan yang berbeda: (15)
a. Efek antigen malaria pada sel Th-1
CD4+, menghasilkan IFN-γ dan bebe-
rapa TNF. Hal ini akan mengaktifkan Gambar 1. Mekanisme aktivasi TNF- α
makrofag menghasilkan sitokin infla- dalam patologi malaria.(15)
matori termasuk TNF dan IL-1.
b. Efek beberapa anti gen malaria pada TNF-α akan menyebabkan
sel T γδ, akan meningkatkan demam, depresi eritropoesis dan
konsentrasi dari IFN-γ dan TNF, meningkatnya eritrofagositosis yang akan
peningkatan yang massive pada sel T berkontribusi terjadinya anemia dan
γδ terjadi pada individu yang naive secara langsung menyebabkan gejala non
yang baru pertama terinfeksi dengan spesifik dari malaria. Mungkin juga
akut malaria dan tidak terjadi pada konsentrasi sitokin yang lain yang
individu dengan akut malaria yang menyebabkan endogen pyrogen seperti
Lili Irawati, Ekspresi TNF-α dan IL-10 pada Infeksi Malaria Falciparum 21
IL-1 dan IL-6 juga meningkat selama hipoglikemia (gula darah < 40 mg%),
malaria, ini berperan pada patofisiologi syok (tekanan sistolik < 70 mmHg),
malaria berat.(8) perdarahan spontan, gangguan kesada-
ran ringan, delirium, somnolen,
METODE PENELITIAN kelemahan otot, ikterik (bilirubin > 3
Populasi penelitian : mg%) dan hiperpireksia (temperatur
Populasi penelitian adalah pende- rektal > 40oC).
rita infeksi malaria falciparum yang 5. Malaria ringan adalah infeksi malaria
dirawat di bangsal penyakit dalam RS. falciparum stadium aseksual tanpa
DR. M. Djamil Padang dan RS swasta di komplikasi.
Padang. 6. Densitas parasit adalah jumlah parasit
dalam 200 leukosit di kali jumlah leu-
Prosedur pengambilan data kosit/mm3.
a. Pengambilan darah. 7. Daerah insiden rendah adalah daerah
Setiap subyek di ambil 3 cc darah vena dengan insiden malaria < 10%, daerah
menggunakan spuit 3 cc, kemudian insiden sedang memiliki insiden
darah disentrifuse untuk diambil malaria 10%-50%, dan daerah insiden
serumnya, kemudian serum disimpan tinggi memiliki insiden malaria >
dalam freezer -20oC, sampai jumlah 50%.
sampel mencukupi, kemudian dilakukan 8. Hiperparasitemia: bila hitung parasit ≥
pemeriksaan kadar TNF-α dan IL-10. 100.000/μl, dan hipoparasitemia: bila
b. Pengukuran kadar TNF-α dan IL-10 hitung parasit < 100.000/μl.
Pengukuran titer TNF-α dan titer IL-10
dari serum, menggunakan ELISA Kit. Waktu Penelitian:
Penelitian dilaksanakan dari
Definisi operasional tanggal 1 Juni 2007 - Desember 2007.
1. Penderita malaria falciparum adalah Penelitian dilaksanakan di bangsal Penya-
penderita yang bila ditemukan parasit kit Dalam RS. DR. M. Djamil dan RS
dalam bentuk trophozoite/bentuk swasta di Padang untuk pengambilan
skizon pada pemeriksaan hapus darah serum penderita malaria falciparum
tepi, tipis dan tebal.(16) sebanyak 25 kasus dan pemeriksaan
2. TNF-α adalah titer TNF-α dalam ELISA dilakukan di Laboratorium
serum darah penderita malaria Patologi Klinik RS. DR. M. Djamil
falciparum yang di hitung dengan Padang Sub bagian Imunologi.
metode ELISA (Enzyme Linked
Immuno Assay) dengan satuan pg/ml. Analisis Statistik
3. IL-10 adalah titer IL-10 dalam serum Data yang di peroleh dari pemerik-
darah penderita malaria falciparum saan kadar TNF-α dan IL-10 dengan
yang di hitung dengan metode ELISA teknik ELISA (Enzyme Linked Immuno
(Enzyme Linked Immuno Assay) de- Assay) dilakukan pengolahan data kuanti-
ngan satuan pg/ml. tatif secara manual dan komputer program
4. Malaria berat adalah infeksi malaria SPSS serta disajikan dalam bentuk tabel
falciparum stadium aseksual dengan dan histogram. Dilanjutkan dengan uji-t.
satu atau lebih komplikasi sebagai be- Uji korelasi yang digunakan
rikut; malaria serebral (koma yang adalah Pearson correlation jika distribusi
tidak bisa dibangunkan lebih dari 30 data normal, dan jika distribusi data tidak
menit), anemia berat (Hb kurang dari 5 normal digunakan Spearman. Hasil
gr%), gagal ginjal akut, edema paru, analisis statistik dinyatakan bermakna bila
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 22
didapatkan harga p < 0,05. Arah korelasi Tabel 1.Distribusi kadar hemoglobin
ditandai dengan nilai +/- dan kekuatan penderita malaria falciparum
korelasi (r).
Kadar Hemoglobin Frekuensi %
HASIL PENELITIAN < 6 gr% (berat) 1 4
Jumlah populasi penelitian adalah 6 – 8 gr% (sedang) 3 12
25 orang penderita malaria falciparum 8 – 12 gr% (ringan) 7 28
yang di rawat di RS DR. M. Djamil, RS > 12 gr% (normal) 14 56
Selaguri, RS Yos Sudarso dan RS Asri. Jumlah 25 100
Umumnya penderita malaria falci-
Kebanyakan penderita malaria falci-parum
parum ditemukan berusia 20 - 29 tahun.
mempunyai kadar hemoglobin nor-mal
Penderita pria lebih banyak yaitu 14 orang
yaitu > 12 gr% (56%).
(56%) sedangkan wanita 11 orang (44%).
Kebanyakan penderita malaria falciparum
berasal dari daerah insiden rendah yaitu
68%.
25 22
20
20
20
18 hiperparasitemia
15
16 hipoparasitemia
14
10
12 berat
10 ringan 3
5
8 5
6
0
4
2
0 Gambar 3. Distribusi densitas parasit
malaria falciparum
ILio
283,1044
300 Observed
500.00
Linear
250 196,9946
400.00
200 TNF
IL-10
150
300.00
100
200.00
50
0 100.00
12. Malaguarnera, L., Musumeci, S. The 20. Mohan, K., Mary, M., et al. Acquired
immune response to plasmodium immunity to asexual blood stages.
falciparum malaria. Lancet Infect Dis. Dalam: Malaria Parasite Biology,
2002; 2: 472 – 8. Pathogenesis and Protection. ASM.
1998; 32; 467 – 84.
13. Dodoo, D., Omer, FM., Todd, J., et al.
Absolute levels and ratios of 21. Day, NPJ., Hien, TT., Schollaardt, T.,
proinflammatory and anti- et al. The prognostic and
inflammatory cytokine production in pathophysiologic role of pro- and anti
vitro predict clinical immunity to inflammatory cytokines in severe
plasmodium falciparum malaria. The malaria. The Journal of Infectious
Journal of Infectious Diseases.2002; Diseases. 1999; 180; 1288 – 97.
185, p.971– 9.
22. Weatherall, DJ., Miller, LH., et al.
14. Kurtzhals, JAL., Adabayeri, V., Malaria and the red cell. The
Akanmori, BD., et al. Low plasma American Society of Hematology.
concentration interleukin 10 in severe 2002.
malarial anemia compared with
Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol. 32. Januari-Juni 2008 28
23. Tambajong, EH. Patobiologi malaria. 25. May, H., Nicholas, JW. Molecular
Dalam: Harijanto PN (ED). Malaria mechanisme of cytoadherence in
Epidemiologi, Patogenesis, malaria. Am J. Physiol. Cell. 276 C.
Manifestasi Klinis & Penanganan. 1999; 1231 – C 124.
Jakarta. EGC. 2000; 96 – 108.