Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TEKNIK OPTIK – P2

BENDING DAN PENGARUH SUHU PADA


SERAT OPTIK

Disusun oleh :
Moch Jaffar Shodiq (02311640000094 )

Asisten :
Windy rizqia arsy (02311540000096)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA

1
2

2015
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN DAN KALIBRASI


– P2
PENGUKURAN KARAKTERISTIK DINAMIK
TERMOMETER

Disusun oleh :
Moch Jaffar Shodiq (02311640000094)

Asisten :
Risqi Lazuardy (02311540000119)

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK FISIKA


JURUSAN TEKNIK FISIKA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2019

i
ii

Halaman ini memang dikosongkan


ABSTRAK
Kebutuhan manusia akan informasi dan pertukaran data sangat
tinggi sehingga dibutuhkan kecepatan transmisi data yang cepat,
efektif dan efisien. Salah satu teknologi yang sering digunakan
adalah serat optik. Serat optik bekerja menggunakan prinsip
dasar Total Internal Reflection (TIR) dimana suatu peristiwa
dimana cahaya yang masuk ke dalam serat optik diteruskan
hingga keluar dari serat optik. Namun penggunaan serat optik
ini tidak lepas dengan adanya rugi. Dimana rugi dapat terjadi
karena adanya lekukan (bending) pada serat optik. Fiber optik
akan kehilangan daya yang salah satunya diakibatkan oleh
bending. Pengaruh perubahan lekukan (bending) terhadap nilai
daya keluaran adalah semakin besar jari-jari lekukan maka daya
keluaran akan semakin besar dan semakin banyak lilitan maka
daya keluaran akan semakin kecil. Dengan kata lain, rugi-rugi
daya optis berbanding terbalik dengan jari-jari lekukan dan
berbanding lurus dengan jumlah lilitan pada serat optik.

Kata kunci : serat optik, TIR, lekukan, daya keluaran, rugi-rugi


daya

iii
iv

Halaman ini memang dikosongkan


ABSTRACT

In the times, the human need for information and high data
exchange so we need fast data transmission speed, effective and
efficient. One technology that is often used is the optical fiber.
Fiber optics work using the basic principles of Total Internal
Reflection (TIR) in which an event in which the incoming light
into an optical fiber is passed to the exit of the optical fiber.
However, the use of optical fibers is not separated by the loss.
Where losses may occur due to the curvature (bending) in the
optical fiber. Fiber optics will lose power, one of which caused
by bending. Effect of change in curvature (bending) of the value
of the output power is greater radius of curvature, the output
power will be greater and more winding the output power will
be smaller. In other words, the optical power loss is inversely
proportional to the radius of curvature and is directly
proportional to the amount of twist in the optical fiber.

Keywords: optical fiber, TIR, indentation, output power, power


loss

v
vi

Halaman ini memang dikosongkan


KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan praktikum Teknik
Optik yang berjudul “Pengolahan Citra Pada Fotografi” dapat
diselesaikan. Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas
dari bimbingan berbagai pihak. Penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Agus M. Hatta, Ph.D., selaku dosen mata kuliah
Teknik Optik.
2. Detak Yan Pratama, S.T., M. Sc., selaku dosen
mata kuliah Teknik Optik.
3. Windy rysqia arsy , selaku asisten praktikum.
4. Seluruh civitas akademik Teknik Fisika ITS

Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat


kekurangan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik
sebagai perbaikan.

Surabaya, November 2018

Penulis

vii
viii
Halaman ini memang dikosongkan

ix
x

DAFTAR ISI

Table of Contents
ABSTRAK............................................................................................. iii

ABSTRACT ............................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................xi

DAFTAR GRAFIK .............................................................................. xii

BAB I....................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ................................................................................... 1

DASAR TEORI ....................................................................................... 3

BAB III .................................................................................................. 13

METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 13

BAB IV .................................................................................................. 17

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ............................................ 17

4.1 Analisa data ................................................................................. 17

4.2 Pembahasan ................................................................................. 21

PENUTUP ............................................................................................. 23

5.1 Kesimpulan .................................................................................. 23

5.2 Saran ............................................................................................ 23

References ............................................................................................. 24
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur serat optik [3] ..... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.2 Perambatan Cahaya dalam Serat Optik .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2.3 Hukum Snellius ................ Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.4 Skema Peristiwa Total Internal Reflection [4] .......... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2.5 Skema pemanduan cahaya pada serat optik [5]......... Error!
Bookmark not defined.
Gambar 2.6 Serat Optik Singlemode Step Index [6] .. Error! Bookmark
not defined.
Gambar 2.7 Perambatan Cahaya Pada Multimode Step Index [6]
............................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 2.8 Serat optik Grade Index Singlemode [6] Error! Bookmark
not defined.
Gambar 3.1 Set Up Eksperimen 1 Modul 2 .........Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3.2 Set Up Eksperimen 2 Modul 2 .........Error! Bookmark not
defined.
Gambar 3.3 Skema Percobaan .............. Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.1 Grafik serat optic single mode dengan masukan daya -
10dBm .................................................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.2 Grafik serat optic multi mode dengan masukan daya -
10dBm .................................................... Error! Bookmark not defined.

xi
xii

Gambar 4.3 Grafik serat optic single mode terhadap suhu dengan
masukan daya -10dBm .......................... Error! Bookmark not defined.
Gambar 4.4 Grafik serat optic multi mode terhadap suhu dengan
masukan daya -10dBm .......................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR GRAFIK

Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Bending Serat Optik Singlemode dengan
λ 1550 nm .............................................................................................. 17

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Bending Serat Optik multiemode dengan
λ 1550 nm .............................................................................................. 18

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan suhu Serat Optik singleemode ............ 19

Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan suhu Serat Optik multimode ............... 20
xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serat optik atau lebih umum disebut fiber optik merupakan
sebuah waveguide yang digunakan untuk mentransmisikan
cahaya. Pada 20 tahun terakhir, terdapat perkembangan yang
pesat pada bidang optoelektronika dan serat optik sebagai
media komunikasi, hal ini disebabkan oleh sifat serat optik yang
lebih reliable dan memiliki performansi yang lebih baik
dibandingkan media telekomunikasi berbasis tembaga [1].
Pengembangan teknologi di bidang Sensor Serat Optik (SSO)
merupakan sebuah keniscayaan bagi Indonesia. Teknologi
tersebut aplikatif dan diperlukan untuk banyak kebutuhan
fundamental sehari-hari. [2]
karena tingkat sensitivitasnya yang baik dan karena tuntutan
industri semakin tinggi akan sensitivitas sensor. Fiber optik
adalah jawaban Dari kebutuhan tersebut.
Karena di masa depan kegunaan fiber optik sangat luas
maka dari itu kami mahasiswa teknik fisika melakukan
prektikum mengenai fiber optik dengan harapan dapat
mengetahui cara kerja fiber optik dan pengaplikasian ilmu fiber
optik.

1.2 Rumusa Masalah


Dari latar belakang di atas, bisa ditarik sebuah masalah
sebagai berikut :
a. Bagaimana prinsip-prinsip transmisi sinyal laser
pada serat optik?
b. Apa pengaruh lekukan (bending) pada daya sinyal
keluaran serat optik?
1
2

c. Apa pengaruh suhu pada daya sinyal keluaran serat


optic?

1.3 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum P-2 ini adalah :
a. Mengetahui prinsip transmisi sinyal pada serat
optik.
b. Mengetahui pengaruh perubahan
lekukan (bending) terhadap nilai daya
sinyal yang ditransmisikan pada serat
optik.
c. Mengetahui pengaruh suhu terhadap nilai daya
sinyal yang ditransmisikan pada serat optic.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Dasar Teori Serat Optik


Serat optik adalah suatu pemandu gelombang dieletrik
yang berbentuk silinder terbuat dari material low-loss seperti
kaca silika. Bagian utama dari serat optik terdiri dari core dan
cladding yang dilindungi oleh coating. Kedua bagian utama
tersebut memiliki indeks bias yang berbeda [3].

Struktur dasar dari sebuah serat optik yang terdiri dari


3 bagian :
a. Core (inti) : sebuah batang silinder terbuat dari bahan
dielektrik (bahan silika (SiO2), biasanya diberi doping
dengan germanium oksida (GeO2) atau fosfor penta
oksida (P2O5) untuk menaikan indeks biasnya) yang
tidak menghantarkan listrik, inti ini memiliki jari-jari,
besarnya sekitar 8 - 200 pm dan indeks bias ni, besarnya
sekitar 1,5.
b. Cladding (selimut) : merupakan bagian yang
membungkus core sehingga pulsa-pulsa cahaya yang akan
keluar dari core terpantul ke dalam core kembali sehingga
pulsa cahaya tidak hilang di perjalanan. Cladding
mempunyai diameter yang bervariasi antara 125 pm (untuk
siglemode dan multimode step index) dan 250 pm (untuk
multimode graded index)
3
4

b. Coating (jaket) : terbuat dari bahan plastik yang elastis,


berfungsi sebagai pelindung core dan cladding dari
gangguan luar.

Ada 3 jenis perambatan cahaya yang terjadi pada serat


optik, yaitu:

Gambar 2.2 Perambatan Cahaya dalam Serat Optik

1. Sinar merambat lurus sepanjang sumbu serat tanpa


mengalami refleksi atau refraksi.
2. Sinar mengalami refleksi total karena memiliki sudut
datang yang lebih besar dari sudut kritis dan akan
merambat sepanjang serat melalui pantulan - pantulan.
3. Sinar akan mengalami refraksi dan tidak akan
dirambatkan sepanjang serat karena memiliki sudut
datang yang lebih kecil dari sudut kritis.

Prinsip yang digunakan pada perambatan cahaya pada


serat optik adalah hukum Snellius. Snellius menyatakan bahwa
„perbandingan sinus antara sudut datang dan sudut bias
sebanding ratio kecepatan cahaya pada dua media tersebut
atau berbanding terbalik dengan ratio indeks bias dari kedua.

(2.1)

Dari hukum snellius didapatkan bahwa jika sebuah cahaya


merambat pada dua medium yang indeks bias medium asal
lebih tinggi dari pada indeks bias medium tujuannya maka
cahaya akan dapat terpantul sempurna ( Total Internal
Reflection). Dari prinsip cahaya dipandu pada serat optik
dengan memanfaatkan total internal reflection. Total Internal
Reflection (TIR)

Gambar 2.3 Hukum Snellius


Total internal reflection (TIR) merupakan prinsip
pemanduan cahaya pada serat optikseperti yang ditunjukkan
pada Gambar 2.4 [4]. Cahaya dapat ditransmisikan atau dipandu
pada serat optik disebabkan karena berkas cahaya datang dari
medium yang mempunyai indeks bias lebih besar ke medium
yang mempunyai indeks bias lebih kecil. Jika sudut berkas
cahaya datang lebih kecil daripada sudut kritis, maka cahaya
akan dibiaskan keluar dari serat optik.
Sedangkan jika sudut berkas cahaya datang lebih besar
daripada sudut kritis, maka cahaya akan dipantulkan lagi ke
dalam serat optik. Sudut kritis adalah besar sudut datang yang
menghasilkan sudut bias sebesar 90°. Jika dituliskan dalam
persamaan matematis, persamaan
°
sudut kritis dapat diturunkan dari persamaan Snellius yang
mempunyai sudut bias sebesar 90 menjadi persamaan (2.2).

5
6

Gambar 2.4 Skema Peristiwa Total


Internal Reflection[8]

(2.2)

θc = sudut kritis
n1 = indeks bias medium yang lebih rapat (besar)
n2 = indeks bias medium cahaya yang lebih renggang
(kecil)

TIR hanya terjadi pada berkas cahaya kedua dan ketiga.


Berkas cahaya pertama tidak terjadi TIR disebabkan karena
sudut datangnya lebih kecil daripada sudut kritis. Oleh karena
itu berkas cahaya yang dimasukkan ke dalam core serat optik
harus mempunyai sudut maksimal yang dapat diterima agar
menghasilkan sudut kritis yang minimal. Gambar 2.5
menjelaskan berkas cahaya yang dimasukkan ke dalam core
serat optik yang menghasilkan sudut kritis agar terjadi
pemanduan cahaya pada serat optik. Nilai 9o maksimal yang
dapat diterima dapat dicari menggunakan persamaan:

(2.3)
dimana n adalah indeks bias medium di luar serat optik, ni
adalah indeks bias core, n2 adalah indeks bias cladding, 9o max
adalah sudut penerimaan berkas cahaya maksimal agar terjadi
total internal reflection dan 9c adalah sudut kritis.

Gambar 2.5 Skema pemanduan cahaya pada serat optik[8]

Nilai sin 9o maksimal dapat direpresentasikan dengan NA


(Numerical Aperture), yaitu angka yang merepresentasikan
sudut penerimaan maksimal serat optik agar terjadi pemanduan
cahaya yang sempurna. Nilai NA selalu < 1. Persamaan
matematis untuk mendapatkan NA dapat diturunkan dari
persamaan (2.3) menjadi persamaan (2.4).

(2.4)
dimana A adalah perbedaan indeks core-cladding yang dapat
dicari menggunakan persamaan (2.4).

(2.5)
7
8

2.2 Jenis-Jenis Serat Optik

Gambar 2.6 Serat Optik Singlemode Step Index[2]

a. Singlemode Step Index


Serat optik singlemode memiliki diameter core antara 2 - 1
0 mm dan sangat kecil dibandingkan dengan ukuran cladding-
nya. Cahaya hanya merambat dalam satu mode saja yaitu
sejajar dengan sumbu serat optik. Memiliki redaman yang
sangat kecil, memiliki lebar pita frekuensi yang sangat lebar,
Digunakan untuk jarak jauh dan mampu menyalurkan data
dengan kecepatan bit rate yang tinggi.

b. Multimode Step Index


Serat optik ini pada dasarnya mempunyai diameter core
yang besar (50 - 200 um) dibandingkan dengan diameter
cladding (125 - 400 um). Sama halnya dengan serat optik
singlemode, pada serat optik ini terjadi perubahan index bias
dengan segera (step index) pada batas antara core dan cladding.
Diameter core yang besar (50 - 200 um) digunakan untuk
menaikkan efisiensi coupling pada sumber cahaya yang tidak
koheren seperti LED. Karakteristik penampilan serat optik ini
sangat bergantung pada macam material/bahan yang digunakan.
Berdasarkan hasil penelitian, penambahan prosentase bahan
silica pada serat optik ini akan meningkatkan penampilan
(performance). Tetapi jenis serat optik ini tidak populer karena
meskipun kadar silicanya ditingkatkan, kerugian dispersi
sewaktu transmit tetap besar, sehingga hanya baik digunakan
untuk menyalurkan data atau informasi dengan kecepatan
rendah dan jarak relatif dekat. Perambatan gelombang cahaya
pada multimode step index serat sebagai berikut :

Gambar 2.8 Perambatan Cahaya Pada Multimode Step


Index[2]
Dalam multi mode step index mempunyai kelebihan
diantaranya mudah terminasi, kopling efisien serta tidak mahal
sedangkan kerugiannya adalah dispersi lebar dan mempunyai
bandwidth minimum.

c. Multimode Graded Index


Pada Graded-index multimode terdapat lapisan pada inti
kacanya sehingga index sinar yang merambat tidak menabrak
lapisan cladding. Sinar yang masuk dalam inti tidak dipantulkan
sepanjang melewati inti tersebut. Cahaya merambat lurus
membentuk ’’envelope” dengan
kombinasi interval biasa. Kecepatan perambatannya
ditentukan oleh kerapatan index n1. Jenis serat optik ini sangat
ideal untuk menyalurkan informasi pada jarak menengah
dengan menggunakan sumber cahaya LED maupun LASER, di
samping juga penyambungannya yang relatif mudah.

9
10

Gambar 2.9 Serat optik Grade Index Singlemode[2]

2.3 Lekukan (Bending) Pada Serat Optik


Bending merupakan salah satu faktor (selain absorbtion,
scattering) yang menyebabkan terjadinya redaman (atenuasi)
dalam proses transmisi sinyal pada serat optik. Redaman serat
optik merupakan karakteristik penting yang harus diperhatikan
mengingat kaitannya dalam menentukan
jarak pengulang (repeater), jenis pemancar dan penerima optik
yang harus digunakan [3]. Redaman sinyal cahaya yang
merambat di sepanjang serat merupakan pertimbangan penting
dalam desain sebuah sistem komunikasi optik, karena
menentukan peran utama dalam menentukan jarak transmisi
maksimum antara pemancar dan penerima.
Ada dua jenis bending (pembengkokan) yaitu
macrobending dan microbending. Macrobending adalah
pembengkokan serat optik dengan radius yang panjang bila
dibandingkan dengan radius serat optik. Redaman ini dapat
diketahui dengan menganalisis distribusi modal pada serat
optik. Microbending adalah pembengkokan-pembengkokan
kecil pada serat optik akibat ketidakseragaman dalam
pembentukan serat atau akibat adanya tekanan yang tidak
seragam pada saat pengkabelan. Salah satu cara untuk
menguranginya adalah dengan
menggunakan jacket yang tahan terhadap tekanan [5].
Jari-jari krits merupakan jari-jari dari macrobending pada
serat optik dan menunjukkan adanya peningkatan loss secara
signifikan. Rc merupakan jari-jari kritis pada serat optik
multimode yang didapatkan dari perbandingan panjang
gelombang yang masuk (λ) dengan loss
dari selisih indeks bias masuk (n1) dengan indeks bias keluar
(n2). Loss dari serat optik dapat dikurangi dengan menambah
nilai selisih dari indeks bias. Persamaan untuk jari-jari kritis
dari macrobending multimode adalah sebagai berikut:
(2.6)
Nilai loss juga dapat dicara dengan menggunakkan persamaan
yang dipengaruhu jumlah lilitan seperti berikut:
Dimana L merupakan loss yang didapat dari konstanta fitting
parameter dari sumbar cahaya 1550 nm dengan jumlah lilitan
yang diberikan pada serat optik.

Menurut rekomendasi ITU-T, kabel serat optik harus


mempunyai koefisien redaman 0.5 dB/km untuk panjang
gelombang 1310 nm dan 0.4 dB/km untuk panjang gelombang
1550 nm. Tapi besarnya koefisien ini bukan merupakan nilai
yang mutlak, karena harus mempertimbangkan proses
pabrikasi, desain komposisi serat, dan desain kabel. Untuk itu
terdapat range redaman yang masih diijinkan yaitu 0.3 - 0.4
dB/km untuk panjang gelombang 1310 nm dan 0.17 - 0.25
dB/km untuk panjang gelombang 1550 nm.

2.4 Serat Optik Sebagai Sensor

Bahan-bahan untuk membuat serat optik terdiri dari


banyak jenis, salah satunya adalah serat optik plastik. Serat
optik plastik adalah media transmisi cahaya yang dapat
diaplikasikan untuk sensor dan berkas cahaya yang
ditransmisikan lebih dari satu sehingga dapat juga disebut serat
optik multimode. Beberapa aplikasi serat optik plastik sebagai
sensor antara lain sebagai sensor pergeseran, sensor suhu,
sensor tekanan, sensor kelembaban, sensor laju aliran fluida,
sensor laju rotasi, sensor konsentrasi suatu zat, sensor medan
Iistrik, sensor medan magnet, serta sebagai sensor analisis
kimia [3].Struktur dari serat optik plastik secara umum sama
dengan serat optik pada umumnya, yaitu terdiri dari core,
cladding dan coating seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.1. Tetapi serat optik plastik mempunyai ukuran fisik yang
lebih besar dibandingkan dengan serat optik berbahan kaca.
Selain itu, serat optik plastik lebih fleksibel dan tidak mudah
patah karena serat optik plastik terbuat dari bahan polimer.
Kekurangan dari serat optik jenis ini adalah kurang cocok jika
diaplikasikan untuk transmisi data pada sistem komunikasi serat
11
12

optik karena serat optik plastik mempunyai dispersi yang besar


pada jarak yang pendek.
Sensor menggunakan serat optik pada umunya
menggunakan metode adsorbsi gelombang cahaya oleh
cladding, yaitu dengan menggatikan cladding serat optik
dengan spesimen yang akan diukur, Perubahan spesimen
cladding menyebabkan penyerapan pada cladding berubah pula.
Hal inilah yang menyebabkan intensitas cahaya yang
ditransmisikan berbeda-beda jika spesimen yang dijadikan
cladding berbeda. Saat sinar ditransmisikan pada serat optik
yang sedikit energinya masuk ke dalam cladding dan
menghilang (atenuasi).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Percobaan Bending pada Serat Optik
3.1.1 Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam eksperimen ini
adalah sebagai berikut:
a. Laser
b. Serat optik multimode
c. Serat optik singlemode
d. Penggaris
e. Optical Power Meter (OPM) Thorlabs

3.1.2 Prosedur Percobaan


Berikut adalah prosedur percobaan untuk percobaan P-2 :

Gambar 3.1 Set Up Eksperimen 1 Modul 2


a. Peralatan dirancang seperti pada gambar 2.10
b. Pengukuran dilakukan pada daya cahaya LASER yang
keluar dari serat optik sebelum diberi gangguan (bending)
menggunakan OPM.
c. Serat optik diberi gangguan berupa lekukan (bending)
dengan kelengkungan diameter 2cm dan diukur daya
cahayanya menggunakan OPM.

13
14

d. Dilakukan variasi jumlah lilitan kelengkungan berjumlah 1


kali, 2 kali, 3 kali, 4 kali dan 5 kali secara bertahap dan diukur
daya cahayanya menggunakan OPM.
e. Dilakukan perbandingan data antara hasil keluaran cahaya
laser terhadap jari-jari bending yang diberikan
menggunakan grafik.

Gambar 3.2 Set Up Eksperimen 2 Modul 2


f. Serat optik dililitkan pada silinder seperti pada gambar 2.11
dan diukur daya cahayanya menggunakan OPM (variasi
jumlah lilitan sesuai arahan asisten).
g. Dilakukan perbandingan data antara hasil keluaran cahaya
laser terhadap jumlah lilitan serat optik menggunakan
grafik.

3.1.3 Tabel Eksperimen


Dalam Eksperimen serat optik ini data yang akan diambil
adalah sebagai berikut: Tabel Eksperimen 1
Tabel 3.1 Hasil Eksperimen

3.2 Percobaan Pengaruh Suhu terhadap Daya Keluaran


Serat Optik
3.2.1 Alat dan Bahan
Adapun peralatan yang digunakan dalam eksperimen ini
adalah sebagai berikut:
a. Serat Optik MultiMode
b. Serat Optik SingleMode
c. Magnetic Stirrer
d. Optical Power Meter

3.2.2 Prosedur Percobaan


Adapun langkah-langkah dalam melakukan percobaan ini
adalah sebagai berikut:

Gambar 3.3 Skema Percobaan


a. Menyusun peralatan percobaan seperti Gambar 2.5.
b. Atur suhu pada magnetic stirrer pada suhu 50°C.
c. Salah satu bagian serat optic diletakkan pada plat
magnetic stirrer ( tidak menempel ) dan ujung lainnya
dihubungkan dengan Optical Power Meter.
d. Lakukan pengukuran sebanyak 3 kali pada
masing-masing suhu dan catat daya yang
dihasilkan oleh Optical Power Meter.
15
16

e. Ulangi langkah 3-5 dengan suhu 100°C dan 150°C


f. Buat grafik hubungan antara daya yang dihasilkan
akibat perubahan suhu yang dilakukan.
g. Analisa hasil percobaan tersebut.
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa data
Dari percobaan yang telah di lakukan di dapatkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.1 Data Hasil Percobaan Bending Serat Optik
Singlemode dengan λ 1550 nm
lilitan Pin Diameter Pout
0 -10 5,2 -10,76
1 -10 5,2 -10,75
2 -10 5,2 -10,75
3 -10 5,2 -10,71
4 -10 5,2 -10,7
5 -10 5,2 -10,69
0 -10 2,7 -10,77
1 -10 2,7 -10,79
2 -10 2,7 -10,81
3 -10 2,7 -10,86
4 -10 2,7 -10,86
5 -10 2,7 -10,93

17
18

Gambar 4.1 grafik perubahan daya pada Fiber singlemode

Tabel 4.2 Data Hasil Percobaan Bending Serat Optik


multiemode dengan λ 1550 nm
lilitan Pin Diameter Pout
0 -10 2,7 -16
1 -10 2,7 -15,56
2 -10 2,7 -15,41
3 -10 2,7 -15,54
4 -10 2,7 -15,51
5 -10 2,7 -15,51
0 -10 1,5 -15,67
1 -10 1,5 -15,63
2 -10 1,5 -15,84
3 -10 1,5 -16,04
4 -10 1,5 -15,28
5 -10 1,5 -16,21
Gambar 4.2 grafik perubahan daya pada Fiber multimode

Tabel 4.3 Data Hasil Percobaan suhu Serat Optik


singleemode
suhu Pin Pout
53 -10 -33,97
74,5 -10 -33,96
94 -10 -33,97
125 -10 -33,95
147 -10 -33,97

19
20

Gambar 4.3 grafik perubahan daya pada Fiber singlemode


Tabel 4.4 Data Hasil Percobaan suhu Serat Optik
multimode

suhu Pin Pout


50 -10 -15,39
85 -10 -11,74
110 -10 -11,75
142 -10 -11,93
180 -10 -12,05
Gambar 4.4 grafik perubahan daya pada Fiber multimode

4.2 Pembahasan
Percobaan pengaruh bending dan suhu pada fiber optik
adalah bertujuan mengetahui beda antara daya input dan daya
output karena di berika perlakuan. Kami sudah mendapatkan
data yang tertera pada gambar 4.1,4.2,4.3,4.4. Pertama kita
bahas tentang pengaruh bending pada fiber optik. Dari teori kita
tahu bahwa bending pada fiber optik membuat fiber optik
mengalami macrobending dan bias megalami atenuasi,semakin
banyak lekukan maka semakin banyak macrobending yang
terjadi dan semakin besar atenuasi. Pada FO single mode 2,7 cm
data menunjukan semakin banyak lilitan loss semakin besar dari
0,72 dBm ke 0,93 dBm. Sama seperti pada percobaan FO
multimode loss semakin besar seiring banyaknya lilitan yaitu
21
22

5,68 dBm ke 6,21dBm. Tapi dua percobaan banyak lilitan yang


lainya menunjukan hasil yang kontras. Yaitu semkin banyak
lilitan semmakin sedikit loss yang terjadi. Itu terjadi karena
teknik pengambilan data yang kurang sempurna karena FO
terus bergoyang.
Pengaruh suhu pada fiber optik sama seperti pada bending,
semakin tinggi suhu maka sifat thermooptik dan thermal optik
akan semakin besar dan itu akan mempengaruhi bentuk fiber
optic(karena FO semakin memuai) dan indeks bias dari core
akan berubah. Semakin tinggi suhu maka semakin besar loss.
Tetapi di percobaan ini kami mendapatkan hasil yang tidak
sesuai teori.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan kali ini di dapat kesimpulan :
a) Parameter yang mempengaruhi daya yang hilang
adalah jumlah lilitan,radius bending dan perubahan
suhu
b) MMF lebih sensitive terhadap perubahan daya

5.2 Saran
saran yang bias di berikan adalah:
a. Jangan merubah rubah metode pengambilan data
b. Meminimalisirkan faktor eksternal seperti ,angina dari
kipas angin
c. Lebih teliti dan tenang saat mengambil data

23
24

References

[1] P. B. R. a. F. T. S. Y. S. Yin, “Fiber Optics Sensors,” CRC Press,


2008.

[2] u. news, “pengembangan-sensor-serat-optik-sebagai-sebuah-


kebutuhan,” unair, 3 7 2017. [Online]. Available:
http://news.unair.ac.id/2017/07/03/pengembangan-sensor-serat-
optik-sebagai-sebuah-kebutuhan/. [Diakses 26 10 2018].

[3] u. s. utara, pengaruh bending dan suhu terhadap fiber optik,


surabaya: laboratorium rekayasa fotonika, 2018.

[4] i. ahmad, pengaruh bending dan suhu pada fiber optik,


surabaya: laboratorium rakayasa fotonika, 2018.

[5] j. wiley, pengarh bending dan suhu pada fiber optik, surabaya:
laboratorium rekayasa fotonika, 2018.

[6] V. Assistants, Modul Praktikum Akustik P-3 : Reverberation


Time pada Ruang, Surabaya: Laboratorium Vibrasi dan Akustik
Teknik FIsika ITS, 2015.

[7] M. t. optik, pengaruh bending dan suhu pada fiber optik,


surabaya: Universitas Sumatera Utara, 2018.
LAMPIRAN

Sensor beban berbasis fiberoptik memanfaatkan fenomena


microbending. Microbending sendiri adalah lekukan micro
karena permukaan serat optik mengalami tekanan yang
menyebabkan perbedaan radius index bias dengan sebelum
terkena tekanan dan mengakibatkat adanya kerugian daya optik.
Sensor beban ini terdiri dari bending modulator dan serat optik.

Untuk Design sensor biasanya mengunakan SMS(Singlemode-


Multimode-Singlemode) ini karena fiber optik jenis multimode
yang akan di buat sensor karena di FO jenis ini lebih sensitive
daripada SMF(Singlemode fiber). Tetapi transmisi
cahaya/sinyal akan lebih cepat saat melewati fiber SMF. Oleh
sebab itu design SMS yang di gunakan

25

Anda mungkin juga menyukai