Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB)

III
Keperawatan Gawat Darurat Tentang
Asuhan Keperawatan Luka Bakar

Dosen Pengampu : Noor Hidayah,A.Kep.,M.Kes


Disusun Oleh:

1. Efif Lula Fidayanti


2. Eka Puspa Marlena
3. Etiek Nafisa
4. Fenny Cahaya Khaerani
5. Fikrotus Shofah
6. Fina Audina Sofiana

KELAS 3A
SI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

Alamat : Jl. Ganesha I, Purwosari, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah 59316


Website: http://www.stikesmuhkudus.ac.id
Email: secretariat@stikesmuhkudus.ac.id

1|Page
KATA PENGANTAR

َّ ‫بِ ۡس ِمٱللَّ ِه‬


َّ ِ‫ٱلر ۡح َٰمن‬
ِ‫ٱلر ِح ِيم‬

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat taufik dan hidayah-Nya,
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah pengetahuan bagi mahasiswa/i
Stikes Muhammadiyah Kudus maupun para pembaca untuk bidang Ilmu Pengetahuan.

Makalah ini sendiri dibuat guna memenuhi salah satu tugas kuliah dari dosen mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah (KBM) III Tentang “Asuhan Keperawatan Luka Bakar”

Dalam penulisan makalah ini penulis berusaha menyajikan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh para pembaca.

Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan.
oleh karenanya, penulis menerima kritik dan saran yang positif dan membangun dari rekan-rekan
pembaca untuk penyempurnaan makalah ini.

Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini dan apabila ada salah kata penulis mohon maaf.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Kudus, 14 Maret 2019

Penulis

2|Page
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................................... 1


KATA PENGANTAR ........................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI....................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang ................................................................................................................................. 4-5
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 5
1.3.Tujuan ............................................................................................................................................ 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Asuhan Keperawatan Keperawatan Luka Bakar

A. Definisi ............................................................................................................................... 6
B. Etiologi ............................................................................................................................ 6-7
C. Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis .............................................................................. 7-9
D. Patofisiologi ....................................................................................................................... 9
E. Pathway ........................................................................................................................... 10
F. Pemeriksaan Penunjang ................................................................................................... 11
G. Penatalaksanaan .......................................................................................................... 11-12
H. Pengkajian ................................................................................................................... 12-13
I. Diagnosa .......................................................................................................................... 13
J. Intervensi..................................................................................................................... 13-16

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan .................................................................................................................................. 17
3.2.Saran ............................................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 18

3|Page
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat meluas melebihi
kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks
ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan.
Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan
mengalami komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini
mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka
bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk
mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan hidup pada
sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan khusus yang
berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka
bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih
dalam, memerlukan tindakan yang lebih intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan
superficial. Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai
perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh
api atau paparan radiasi ionisasi.
Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan
karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang mengenai genetalia
menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang
sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien
dan memerlukan tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain.
Pengetahuan umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang menyertai.

4|Page
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan lokasi dan
ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap
dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.

1.2 RUMUSAN MASALAH


A. Apa yang dimaksud dengan Luka Bakar
B. Bagaimana Etiologi dari Luka Bakar
C. Bagaimana Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis dari Luka Bakar
D. Bagaimana Patofisiologi dari Luka Bakar
E. Bagimana Pathway dari Luka Bakar
F. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Luka Bakar
G. Bagaimana Penatalaksanaan dari Luka Bakar
H. Bagaimana Pengkajian dari Luka Bakar
I. Bagaimana Diagnosa dari Luka Bakar
J. Bagaimana Intervensi dari Luka Bakar

1.3 TUJUAN
A. Untuk Mengetahui Definisi dari Luka Bakar
B. Untuk Mengetahui Etiologi dari Luka Bakar
C. Untuk Mengetahui Tanda dan Gejala/Manifestasi Klinis dari Luka Bakar
D. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Luka Bakar
E. Untuk Mengetahui Pathway dari Luka Bakar
F. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Luka Bakar
G. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan dari Luka Bakar
H. Untuk Mengetahui Pengkajian dari Luka Bakar
I. Untuk Mengetahui Diagnosa dari Luka Bakar
J. Untuk Mengetahui Intervensi dari Luka Bakar

5|Page
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik, bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
(Padila,2012)
Luka bakar adalah kerusakan pada jaringan kulit dan tubuh karena nyala, panas,
dingin fiksi. Luka bakar bisanya terbagi 3 kategori, tergantung pada keparahannya.
(Oigiulia, 2014)

B. ETIOLOGI
Menurut Musliha (2010) sebagai berikut :
1. Luka bakar suhu tinggi ( thermal Burn)
Disebabkan karena terpaparnya atau kontak dengan gas (inhalasi) yang menyebabkan
cedera thermal pada saluran nafas bagian atau oklusi jalan nafas akibat edema cairan,
bahan padat ( sold)
2. Luka bakar karena bahan kimia (Hemical Burn)
Disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat, misalnya
karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industry
pertanian dan militer
3. Luka bakar sengatan listrik (Elektrical Burn)
Disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energy listrik yang dihantarkan melalui
tubuh, berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan
gelombang elektronik itu sampai mengenai tubuh.
4. Luka bakar radiasi ( Radiasi Injury)

6|Page
Disebabkan oleh terpaparnya dengan sumber radioaktif, tipe injury ini sering kali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industry atau dari sumber radiasi
untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari
akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

C. TANDA DAN GEJALA/MANIFESTASI KLINIS


1. Berdasarkan kedalaman luka bakar
a. Luka bakar derajat 1
 Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis
 Kulit kering, hiperemi berupa eritema
 Tidak dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
 Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari
b. Luka bakar derajat II
 Kerusakan meliputi epidermis dan dermis
 Dijumpai bullae
 Nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi
 Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi diatas
kulit normal
Luka bakar derajat II dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Derajat II dangkal (superficial)
– Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
– Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea masih utuh.
– Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
b. Derajat II dalam (deep)
– Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
– Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar
sebasea sebagian besar masih utuh.

7|Page
– Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c. Luka bakar derajat III
 Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam
 Tidak dijumpai bullae
 Kulit terbakar berwarna abu-abu dan pucat
 Tidak terjadi rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf
sensorik mengalami kerusakan/kematian
 Penyembuhan lama

2. Berdasarkan tingkat keseriusan luka, Menjadi 3 kategori (American Burn


Association) :
a. Luka bakar mayor
– Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20%
pada anak-anak.
– Luka bakar full thickness lebih dari 20%.
– Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
– Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan
luasnya luka.
– Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
– Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-
anak.
– Luka bakar fullthickness kurang dari 10%.
– Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
– Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak
(1992) adalah : Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan
kurang dari 10 % pada anak-anak.
– Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
– Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.

8|Page
– Luka tidak sirkumfer.
– Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

D. PATOFISIOLOGI
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung
atau radiasi elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat
mengakibatkan gangguan hemodinamika, jantung, paru, ginjal serta metabolik akan
berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah terjadi jejas yang
bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks
yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium
tidak mengalami gangguan.
Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat,
sebagai akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah
masuk ke dalam jarigan interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak
mengalami luka. Kehilangan ini terjadi secara berlebihan dalam 12 jam pertama
setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume darah. Selama 4
hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan
demikian kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya
merupakan masalah yang sering didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma
dan laju filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi
hormon antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan
penurunan pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang,
ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal. Albumin
dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta beberapa
macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam
jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju
filtrasi glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon
antideuretika dan aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan
pembentukan kemih, penyerapan natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium
diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara maksimal.

9|Page
10 | P a g e
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah
yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada
Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht
turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap
pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida (PaCO2)
mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan
cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila
mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari
10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium.
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

G. PENATALAKSANAAN
Menurut Padila (2012) sebagai berikut :
1. Resusitasi A,B,C
a. (Airway) = jalan nafas

11 | P a g e
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera pasang
endrotracheal tube (ET), tanda-tanda adnya trauma inhalsi : riwayat terkurung dalam
api. Luka bakar pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b. Pernafasan (Breathing)
Kaji adanya trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan pernafasan, misalnya
: fraktur costac pneumothorax, hemathorax.
c. Sirkulasi (Circulation)
Gangguan permebilitas kapiler : cairan dari intravaskuler pindah ke ekstravaskuler
hipovolemi relative syok ANT gagal ginjal.
2. Infus, kateter, CVP, Oksigen, laboratorium, kultur luka
3. Resusitasi cairan
4. MonItor urine dan JVP
5. Topikal dan tutup luka
6. Obat-obatan

H. PENGKAJIAN
Menurut Padila (2012), Kartikawati (2011) adalah sebagai berikut :
1. Pengkajian primer
a. Airway (jalan nafas)
b. Breathing (pernafasan)
c. Circulation (sirkulasi)
d. Disability
e. Exposure
2. Pengkajian sekunder
a. Head to toe
1. Keadaan umum
2. TTV
3. Pemeriksaan fisik
b. AMPLE
1. A : alergi adanya alergi obat-obatan , plester, makanan.

12 | P a g e
2. M : Medikasi / obat obatan obat obata yang diminum ketika sedang
menjalani pengobatan
3. P : Partinent Medical History riwayat medis pasien seperti (penyakit yang
pernah diderita, obat apa, berapa dosisnya, penggunaan obat obatan herbal)
4. L : Last meal obat / makanan apa yang dikonsumsi, berapa jam setelah
kejadian
5. E : Events penyebab cedera

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit b.d agens cedera kimiawi (Domain 11 : keamanan atau
perlindungan, kelas 2 : kode 00047)
2. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (Domain 12 : kenyamanan, kelas 1 : kode 00132)
3. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif (Domain 2 : nutrisi, kelas 5, kode
00027)

J. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO Hari/ Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Tangg Keperawat
al an
1 1 Setelah dilakukan tindakan O:
keperawatan 2x24 jam,  Monitor aktivitas dan
diharapkan dapat menjaga mobilisasi pasien
integritas kulit dengan baik  Monitor adanya
dengan KH : kemerahan pada kulit
a. Perfusi jaringan normal  Observasi luka :
b. Tidak ada tanda-tanda lokasi,
infeksi dimensi,kedalaman
c. Ketebalan dan tekstur luka,jaringan nekrotik
jaringan normal & tanda-tanda infeksi
d. Menunjukkan local
pemahaman dalam N:

13 | P a g e
proses perbaikan kulit  Lakukan teknik
dan mencegah perawatan luka dengan
terjadinya cidera steril
berulang  Berikan posisi yang
e. Menunjukkan terjadinya mengurangi tekanan
proses penyembuhan pada luka
luka E:
 Ajarkan pasien untuk
menjaga kulit agar
tetap bersih & kering
C:
 Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
diet TKTP (Tinggi
Kalori Tinggi Protein)
 Kolaborasi dengan im
medis lain dalam
pemberian obat topikal
2 2 Setelah dilakukan tindakan O:
keperawatan 2x24 jam,  Monitor nyeri (lokasi,
diharapkan nyeri dapat karakteristik, durasi,
berkurang dengan KH : frekuensi, kualitas)
a. Mampu mengontrol  Monitor penerimaan
nyeri (tahu penyebab pasien tentang
nyeri, mampu manajemen nyeri
menggunakan teknik N:
nonfarmakologi untuk  Lakukan control
mengurangi nyeri, lingkungan yang dapat
mencari bantuan) mempengaruhi nyeri
b. Melaporkan bahwa seperti suhu ruangan,
nyeri berkurang dengan

14 | P a g e
menggunakan pencahayaan dan
manajeman nyeri kebisingan.
c. Mampu mengenali nyeri E:
(skala, intensitas,  Ajarkan tentang teknik
fekuensi dan tanda nonfarmakologi (
nyeri) teknik relaksasi nafas
d. Menyatakan rasa dalam / distraksi
nyaman setelah nyeri C:
bekurang  Kolaborasi dengan tim
medis lainnya dalam
pemberian obat
analgesic.
3 3 Setelah dilakukan tindakan O:
keperawatan 2x24 jam  Monitor status hidrasi
diharapkan dapat menjaga (kelembapan
status cairan dengan baik membrane mukosa,
dengan KH : nadi adekuat, tekanan
a. Mempertahankan urin darah dalam batas
output sesuai dengan normal
usia, BB  Monitor status cairan
b. Tekanan darah, nadi, termasuk intake &
suhu tubuh dalam batas output cairan
normal N:
c. Tidak ada tanda-tanda  Timbang berat badan,
dehidrasi, ukur lengan
d. Elastisitas turgor kulit ekstermitas yang
baik, membrane mukosa terbakar sesuai
lembab, tidak ada rasa indikasi
haus yang berlebihan E:
 Ajarkan / dorong

15 | P a g e
pasien untuk
menambah intake oral
C:
 Kolaborasi dengan
tim medis untuk
pemberian cairan IV
 Kolaborai dengan tim
medis ahli gizi dalam
pemenuhan intake.

16 | P a g e
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil penanganan harus
cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan penanganan secara holistik dari
berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan luka bakar didasarkan pada luas luka bakar,
kedalaman luka bakar, faktor penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar
yang luas dan dalam akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka
bakar yang dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan sosial
bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara penanganan luka bakar sehingga
makin meningkatkan kesempatan untuk sembuh bagi penderita luka bakar.

3.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip steril dan sesuai
medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa mempengaruhi waktu kesembuhan
luka bakar. Setiap individu baik tua, muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada
dan berhati-hati setiap kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat
memicu luka bakar.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

1. Amin Huda Nurarif, Hardi Kusuma, (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN


KEPERAWATAN BERDASARKAN NANDA & NIC-NOC, Jogyakarta : Mediaction.

2. T. Heather Herdman, Shigemi Kamitsuhu. (2018-2020). NANDA -1 Diagnosis


Keperawatan. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.

3. Gloria M. Bulcheck, Howard K. Butcher, Joanne M. Dochterman, Cheryl M. Wagner.


(2016). Nursing Intervention Classification (NIC)

4. https://www.academia.edu/29950808/Makalah_Luka_Bakar

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai