Anda di halaman 1dari 20

Laporan Praktikum Pengelasan

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Praktikum Pengelasan

Pada Program Studi Diploma III Teknik Perkapalan

Program Diploma Fakultas Sekolah Vokasi

Universitas Diponegoro

Semarang

Disusun Oleh :

Rifardy Raharjo 21090115060040

Dosen Pengampu :

Sulaiman, AT, MT

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK PERKAPALAN

PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS SEKOLAH VOKASI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2018
KATA PENGANTAR

Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena
memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik
pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Kualitas dari
hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan persiapan sebelum
pelaksanaan pengelasaan.
Seiring dengan perkembangan dunia teknologi dan industri, maka peningkatan
ketrampilan dan pengetahuan tentang penyambungan sangatlah diperlukan oleh karena itu
mahasiswa D-III Teknik Perkapalan sebagai bekal mahasiswa untuk terjun di dunia kerja. Di
dalam dunia kerja sangatlah beranekaragam proses pengelasan. Seiring dengan masalah
tersebut maka perlu diadakannya mata kuliah praktek pengelasan yang didalamnya
diantaranya mempelajari tentang bagaimana menggunakan las dalam proses pembuatan
benda kerja baik menggunakan las listrik maupun menggunakan las asetilin. Diharapkan
dengan adanya mata kuliah praktek pengelasan akan dapat mempersiapkan mahasiswa untuk
terjun kedunia kerja dalam bidang industri maupun dalam bidang pendidikan.

Semarang, 29 September 2018

Penulis,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Praktikum........................................................................................... 1

1.2 Tujuan Praktikum ........................................................................................................ 1

1.3 Tempat & Tanggal Pelaksanaan Praktikum ................................................................ 1

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................... 2

2.1 Mengidentifikasi Spesifikasi dan Menyiapkan Mesin Las Busur Manual .................. 2

2.2 Teknik Pengelasan Busur Listrik ................................................................................ 3

BAB III LAPORAN PRAKTIKUM .......................................................................................... 9

3.1 Persiapan Alat & Bahan .............................................................................................. 9

3.1.1 Alat ....................................................................................................................... 9

3.1.2 Bahan ................................................................................................................... 9

3.2 Prosedur Pengelasan .................................................................................................... 9

3.2.1 Proses Persiapan Material .................................................................................... 9

3.2.2 Proses Persiapan alat ............................................................................................ 9

3.2.3 Proses Pengelasan .............................................................................................. 10

BAB IV PENUTUP ................................................................................................................. 14

4.1 Kesimpulan................................................................................................................ 14

4.2 Saran .......................................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktikum

Suatu alternatif teknik penyambungan yang banyak digunakan dewasa ini adalah
pengelasan, yang merupakan suatu proses penggabungan dua logam sejenis maupun lain
jenis. Dengan teknik ini diharapkan kekuatan logam hasil pengelasan minimum sama dengan
kekuatan logam induknya. Hasil pengelasan banyak digunakan dalam bidang industri dan
memiliki banyak keuntungan dibandingkan teknik penyambungan lain seperti keling atau
mur – baut, antara lain dari segi teknis, pengelasan memiliki banyak variasi posisi pengelasan
dan pengoperasian. Selain itu lebih cepat dan singkat dari segi ekonomi.

Melaksanakan rutinitas dasar pengelasan dengan proses las SMAW (Shield Metal Arc
Welding) ,erupakan salah satu dari beberapa proses pengelasan dan posisi pengelasan dimana
pengelasan rutinitas dsar ini merupakan proses pengelasan yang biasa dipergunakan dalam
proses pengelasan tingkat dasar yaitu posisi mendatar atau dibawah tangan dari sambungan
1F (Fillet Joint) dan sambungan tumpul 1G (Butt Joint), dilakukan untuk membentuk suatu
knstruksi dan merupakan posisi pengelasan yang paling banyak digunakan pada dunia
pengelasan. Pengelasan dengan proses las SMAW atau disebut dengan pengelasan busur
listrik yang mengalir sebagai pemanas dalam kawat las (Electrode). Kawat las yang
digunakan berbentuk potongan kawat baja dengan ukuran tertentu yang dilapisi flux padat.

1.2 Tujuan Praktikum

Melaksanakan praktikum pengelasan dengan proses las busur manual (SMAW) ini bertujuan
agar mahasiswa mampu untuk melaksanakan sesuai dengan SOP (Standar Operasional
Prosedur)

1.3 Tempat & Tanggal Pelaksanaan Praktikum

Pelaksanaan pengujian visual cacat pengelasan dilaksanakan di :

Tempat : Workshop DIII – Teknik Perkapalan

Tanggal : 10 - 11 September 2017

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Mengidentifikasi Spesifikasi dan Menyiapkan Mesin Las Busur Manual


2.1. Las Listrik Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan
disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga
elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat
terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan
disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung,
kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut. Mesin las busur listrik
dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi dengan tegangan yang aman (kurang
dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi
sehingga akan mudah mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur
sesuai dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya. Pada
las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh busur listrik yang terjadi
antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau logam pengisi dipanaskan sampai
mencair dan diendapkan pada sambungan sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula
terjadi kontak antara elektroda dan benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian
dengan memisahkan penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi
panas dalam busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C. (Wikipedia. 2016) 5 2.2.

Pengertian SMAW Shielded Metal Arc Welding (SMAW) atau Las elektroda
terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi
suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan
tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus (fluks). Fungsi fluks pada pengelasan ini
adalah membentuk slag diatas hasil lasan yang berfungsi sebagai pelindung hasil lasan
dari udara(Oksigen, hidrogen,dsb.) selama proses las berlangsung. 2.3. Prinsip Kerja
SMAW Ketika ujung elektroda didekatkan pada logam induk akanterjadibusur api listrik
yang akan menghasilkan panas. Panas inilah yang mencairkan ujungelektroda (kawat las)
dan benda kerja secara setempat. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan
terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah
cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag).
Instalasi SMAW Gambar 2.2 Peralatan Pengelasan SMAW (Purwaka E. A. Ibrahim,
2010) Peralatan yang digunakan untuk pengelasan SMAW adalah sebagai berikut: 1.
Workpiece or Base Metal Benda kerja yang digunakan untuk melakukan proses
pengelasan. 2. Electrode Elektroda atau kawat las ialah suatu benda yang dipergunakan
untuk melakukan pengelasan listrik yang berfungsi sebagai pembakar yang akan
menimbulkan busur nyala. 3. Electrode Holder Perlengkapan ini berfungsi untuk
menjepit atau memegang elektroda. Alat ini harus memenuhi syarat diantaranya tidak
mudah panas, ringan, dan isolator cukup aman bagi sipemakai. 4. Electrode Lead Cabel

2
Kabel yang menghubungkan mesin las dengan elektroda. Kabel massa menghubungkan
pesawat las dengan benda kerja.
. Plug to Power Source Sebuah peralatan listrik yang menghubungkan suatu alat
untuk pasokan listrik melalui soket dinding atau kabel ekstensi 6. Input Power Lead
(kabel listrik) Kabel yang menghubungkan mesin las dengan socket dinding 7. Workpiece
Lead Kabel yang menghubungkan mesin las dengan clamp. Kabel massa
menghubungkan mesin las dengan meja las. 8. Workpiece Connection (Clamp) Sebuah
tang penjepit yang di aliri arus negatif dari mesin las listrik ke meja las 9. Welding Table
Meja las adalah alat yang di gunakan untuk menaruh benda kerja yang akan di las 10.
Arc Welding Power Source Salah satu bagian komponen dari sistem pengelasan yang
menyediakan arus listrik untuk melakukan pengelasan.

Perbedaan Mesin Las Busur Listrik AC dengan DC

Jenis Perbedaan Mesin Las Busur DC Mesin Las Busur AC


Stabilitas Busur Sempurna Kurang stabil
Perubahan polaritas Memungkinkan Tidak memungkinkan
Hembusan busur Terjadi Jarang terjadi
Tegangan tanpa beban Relatif rendah Tinggi
Bahaya kejutan listrik Relatif tidak da Sering terjadi
Konstruksi Kompleks Sederhana
Agak sering untuk tipe
Pembongkaran Minimal
berputar (Rotating)
Tipe berputar agak bising,
Kebisingan Tidak bising
tetapi rektifier tidak
Harga Mahal Lebih murah

2.2 Teknik Pengelasan Busur Listrik

a) Klasifikasi dan Kodifikasi Elektroda

A. Elektroda Berselaput

Elektroda berselaput yang dipakai pada Ias busur listrik mempunyai perbedaan
komposisi selaput maupun kawat Inti. Pelapisan fluksi pada kawat inti dapat dengah
cara destrusi, semprot atau celup. Ukuran standar diameter kawat inti dari 1,5 mm
sampai 7 mm dengan panjang antara 350 sampai 450 mm. Jenis-jenis selaput fluksi
pada elektroda misalnya selulosa, kalsium karbonat (Ca C03), titanium dioksida
(rutil), kaolin, kalium oksida mangan, oksida besi, serbuk besi, besi silikon, besi
mangan dan sebagainya dengan persentase yang berbeda-beda, untuk tiap jenis
elektroda.
Tebal selaput elektroda berkisar antara 70% sampai 50% dari diameter elektroda
tergantung dari jenis selaput. Pada waktu pengelasan, selaput elektroda ini akan
turut mencair dan menghasilkan gas CO2 yang melindungi cairan las, busur listrik
dan sebagian benda kerja terhadap udara luar. Udara luar yang mengandung O2
dan N akan dapat mempengaruhi sifat mekanik dari logam Ias. Cairan selaput yang

3
disebut terak akan terapung dan membeku melapisi permukaan las yang masih
panas.
B. Klasifikasi Elektroda
Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik manurut
klasifikasi AWS (American Welding Society) dinyatakan dengan tanda E XXXX yang
artInya sebagai berikut :
 E : menyatakan elaktroda busur listrik
 XX (dua angka) : sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las
dalam ribuan Ib/in2 lihat table.
 X (angka ketiga) : menyatakan posisi pangelasan.
 angka 1 untuk pengelasan segala posisi. angka 2 untuk pengelasan posisi
datar di bawah tangan
 X (angka keempat) menyataken jenis selaput dan jenis arus yang cocok
dipakai untuk pengelasan lihat table.
Contoh : E 6013 Artinya:
 Kekuatan tarik minimum den deposit las adalah 60.000 Ib/in2 atau 42
kg/mm2
 Dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi
 Jenis selaput elektroda Rutil-Kalium dan pengelasan dengan arus AC atau
DC + atau DC –
C. Elektroda Baja Lunak
Dan bermacam-macam jenis elektroda baja lunak perbedaannya hanyalah pada
jenis selaputnya. Sedang kan kawat intinya sama.
1. E 6010 dan E 6011
Elektroda ini adalah jenis elektroda selaput selulosa yang dapat dipakai untuk
pengelesan dengan penembusan yang dalam. Pengelasan dapat pada segala posisi
dan terak yang tipis dapat dengan mudah dibersihkan. Deposit las biasanya
mempunyai sifat sifat mekanik yang baik dan dapat dipakai untuk pekerjaan dengan
pengujian Radiografi. Selaput selulosa dengan kebasahan 5% pada waktu
pengelasan akan menghasilkan gas pelindung. E 6011 mengandung Kalium untuk
mambantu menstabilkan busur listrik bila dipakai arus AC.
2. E 6012 dan E 6013
Kedua elektroda ini termasuk jenis selaput rutil yang dapat manghasilkan
penembusan sedang. Keduanya dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi, tetapi
kebanyakan jenis E 6013 sangat baik untuk posisi pengelesan tegak arah ke bawah.
Jenis E 6012 umumnya dapat dipakai pada ampere yang relatif lebih tinggi dari E
6013. E 6013 yang mengandung lebih benyak Kalium memudahkan pemakaian pada
voltage mesin yang rendah. Elektroda dengan diameter kecil kebanyakan dipakai
untuk pangelasan pelat tipis.
3. E 6020
Elektroda jenis ini dapat menghasilkan penembusan las sedang dan teraknya mudah
dilepas dari lapisan las. Selaput elektroda terutama mengandung oksida besi dan
mangan. Cairan terak yang terlalu cair dan mudah mengalir menyulitkan pada
pengelasan dengan posisi lain dari pada bawah tangan atau datar pada las sudut.
4. Elektroda dengan Selaput Serbuk Besi
Selaput elektroda jenis E 6027, E 7014. E 7018. E 7024 dan E 7028 mengandung
serbuk besi untuk meningkatkan efisiensi pengelasan. Umumnya selaput elektroda
akan lebih tebal dengan bertambahnya persentase serbuk besi. Dengan adanya

4
serbuk besi dan bertambah tebalnya selaput akan memerlukan ampere yang lebih
tinggi.
5. Elektroda Hydrogen Rendah
Selaput elektroda jenis ini mengandung hydrogen yang rendah (kurang dari 0,5 %),
sehingga deposit las juga dapat bebas dari porositas. Elektroda ini dipakai untuk
pengelasan yang memerlukan mutu tinggi, bebas porositas, misalnye untuk
pengelasan bejana dan pipa yang akan mengalami tekanan. Jenis-jenis elektroda
hydrogen rendah misalnya E 7015, E 7016 dan E 7018.
C. Kondisi Pengelasan
Berikut ini diberikan daftar kondisi pengelasan untuk elektroda Philips baja lunak
dan baja paduan rendah.
 Elektroda Untuk Besi Tuang
Elektroda yang dipekai untuk mengelas besi tuang adalah elektroda Baja, elektroda
nikel, elektrode perunggu dan elektroda besi tuang
 Elektroda nikel
Elektroda jenis ini dipakai untuk mengelas besi tuang, bila hasil las masih dikerjakan
lagi dengan mesin. Elektroda nikel dapat dipakai dalam sagala posisi pengelasan.
Rigi-rigi las yang dihasilkan elektroda ini pada besi tuang adalah rata dan halus bila
dipakai pada pesawat las DC kutub terbalik. Karakteristik elektroda nikel dapat
dilihat pada tabel dibawah ini.

 Elektroda Baja
Elektroda jenis ini bila dipakai untuk mengelas besi tuang akan menghasilkan
deposit las yang kuat sehingga tidak dapat dikerjakan dengan mesin. Dengan
demikian elektroda ini dipakai bila hasil las tidak dikerjakan lagi. Untuk mengelas
besi tuang dengan elektroda baja dapat dipakai pesawat las AC atau DC kutub
terbalik.
 Elektroda perunggu
Hasil las dengan memakai elektroda ini tahan terhadap retak, sehingga panjang las
dapat ditambah. Kawat inti dari elektroda dibuat dari perunggu fosfor dan diberi
selaput yang menghasilkan busur stabil.
 Elektroda dengan Hydrogen rendah
Elektroda jenis ini pada dasarnya dipakai untuk baja yang mengandung karbon
kurang dari 1,5%. Tetapi dapat juga dipakai pada pengelasan besi tuang dengan
hasil yang baik. Hasil lasnya tidak dapat dikerjakan dengan mesin.
 Elektroda Untuk Aluminium.
Aluminium dapat dilas listrik dengan elektroda yang dibuat dari logam yang sama.
Pemilihan elektroda aluminium yang sesuai dengan pekerjaan didasarkan pada tabel
keterangan dari pabrik yang membuatnya. Elektroda aluminium AWS-ASTM AI-43
untuk las busur listrik adalah dengan pasawat las DC kutub terbalik dimana
pemakaian arus dinyatakan dalam tabel berikut
D. Elektroda untuk palapis Keras
Tujuan pelapis keras dari segi kondisi pemakaian yaitu agar alat atau bahan tahan
terhadap kikisan, pukulan dan tahan aus. Untuk tujuan itu maka Elektroda untuk
pelapis keras dapat diklasifikasikan dalam tiga macam Yaitu elektroda tahan kikisan,
elektroda tahan pukulan dan elektroda tahan aus.
 Elektroda tahan kikisan.
Elektroda jenis ini dibuat dari tabung chrom karbida yang diisi dengan serbuk-
serbuk karbida. Elektroda dengan diameter 3,25 mm – 6,5 mm dipakai peda

5
pesawat las ACatau DC kutub terbalik. Elektroda ini dapat dipakai untuk pelapis
keras permukaan pada sisi potong yang tipis, peluas lubang dan beberapa type
pisau.
 Elektroda tahan pukulan.
Elektroda ini dapat dipakai pada pesawat las AC atau DC kutub terbalik. Dipakai
untuk pelapis keras bagian pemecah dan palu.
 Elektroda tahan keausan.
Elektroda ini dibuat dari paduan-paduan non ferro yang mengandung Cobalt,
Wolfram dan Chrom. Biasanya dipakai untuk pelapis keras permukaan katup buang
dan dudukan katup dimana temperatur dan keausan sangat tinggi.
E. MEMILIH BESARNYA ARUS LISTRIK
Besarnya arus listrik untuk pengelasan tergantung pada ukuran diameter dan
macam elektroda. Pada prakteknya dipilih ampere pertengahan. Sebagai contoh;
untuk elektroda. E 6010 ampere minimum dan maximum adalah 80 amp. sampai
120 amp. Sehingga dalam hal ini ampere pertengahan 100 amp.
a. Cara-cara Menyalakan Busur
Untuk mamperoleh busur yang baik di perlukan pangaturan arur (ampere) yang
tepat sesuai dengan type dan ukuran elektroda, Menyalahkan busurd apat dilakukan
dengan 2 (dua) cara.
 Bila pesawat Ias yang dipakai pesewat Ias AC, menyalakan busur
dilakukan dengan menggoreskan elektroda pada benda kerja lihat Gbr.
 Untuk menyalakan busur pada pesawat Ias DC, elektroda disentuhkan
seperti pada Gbr

Bila elektroda harus diganti sebelum pangelasan selesai, maka untuk melanjutkan
pengelasan, busur perlu dinyalakan lagi. Menyalakan busur kembali ini dilakukan
pada tempat kurang lebih 26 mm dimuka las berhenti seperti pada gambar. Jika
busur berhenti di B, busur dinyalakan lagi di A dan kembali ke B untuk melanjutkan
pengelasan. Bilamana busur sudah terjadi, elektroda diangkat sedikit dari pekerjaan
hingga jaraknya ± sama dengan diameter elektroda. Untuk elektroda diameter 3,25
mm, jarak ujung elektroda dengan permukaan bahan dasar ± 3,25 mm.
b. Pengaruh panjang busur pada hasil las. Panjang busur (L) Yang normal
adalah kurang lebih sama dengan diameter (D) kawat inti elektroda.
Bila panjang busur tepat (L = D), maka cairan elektroda akan mengalir dan
mengendap dengan baik. Hasilnya :
o rigi-rigi las yang halus dan baik.
o tembusan las yang baik
o perpaduan dengan bahan dasar baik
o percikan teraknya halus.
Bila busur terlalu panjang (L > D), maka timbul bagian-bagian yang berbentuk bola
dari cairan elektroda. Hasilnya :
o rigi-rigi las kasar
o tembusan las dangkal
o percikan teraknya kasar dan keluar dari jalur las.

6
Bila busur terlalu pendek, akan sukar memeliharanya, bisa terjadi pembekuan ujung
elektroda pada pengelasan (lihat gambar 158 c). Hasilnya :
o rigi las tidak merata
o tembusan las tidak baik
o percikan teraknya kasar dan berbentuk bola.
c. Pengaruh Besar Arus.
Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan
menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak
stabil. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan elektroda dan bahan dasar
sehingga hasilnya merupakan rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta
penembusan yang kurang dalam.
Sebaliknya bila arus terlalu besar maka elektroda akan mencair terlalu cepat dan
menghasilkan permukaan las yang lebih lebar dan penembusan yang dalam. Besar
arus untuk pengelasan tergantung pada jenis kawat las yang dipakai, posisi
pengelasan serta tebal bahan dasar.
d. Gerakan Elektroda.
Gerakan elektroda pada saat pengelesan ada tiga macam yaitu :
1. Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan
untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.
2. Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar
jalur las yang dikehendaki. Ayunan keatas menghasilkan alur las yang
kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar.
Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan
kehawah. Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah
untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat.
Beberapa bentuk-bentuk ayunan diperlihatkan pada gambar dibawah ini. Titik-titik
pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat
tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
sambungan.
Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan
lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga
dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar. Dengan
alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar.
Alur Spiral

Alur Zig-zag

7
Alur Segitiga

e. Pengaruh Kecepatan Elektroda Pada Hasil Las.


Kecepatan tangan menarik atau mendorong elektroda waktu mengelas harus stabil,
sehingga menghasilkan rigi-rigi las yang rata dan halus. Tidak dibolehkan rigi-rigi las
yang berbentuk gergaji. Jika elektroda digerakkan tarlalu lambat, akan dihasilkan
jalur yang kuat dan lebar. Hal ini dapat pula menimbulkan kerusakan sisi las, ter-
utama bila bahan dasar tipis. Bila elektroda digerakkan terlalu cepat, tembusan
lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan kurang
waktu untuk cairan elektroda monembus bahan dasar. Bila kecepatan gerakan
elektroda tepat, daerah perpaduan dengan bahan dasar dan tembusan lasnya baik.
f. Las Catat (Las Ikat)
Las catat (tack weld) adalah las kecil (pendek) yang digunakan-untuk semua
pakerjaan las permulaan sebagai pengikat bagian-bagian yang akan dilas, untuk
mempertahankan posisi benda kerja.
Panjang las catat :
 Untuk las catat pada ujung-ujung sambungan biasanya tiga sampai empat
kali tebal pelat dan maximum 35 mm.
 Untuk las catat yang berada diantara ujung ujung sambungan, biasanya
dua sampai tiga kali tebal pelat dan maximum 35 mm.
Jarak normal, las catat :
 Untuk pelat baja lunak (mild steel) dengan tebal 3,0 mm, jaraknye adalah
160 mm.
 Jarak ini bertambah 25 mm untuk setiap pertambahan tebal satu
milimeter hingga jarak maximum 800 mm untuk tebal pelat diatas 33,0
mm.
Bila panjang las kurang dari dua kali jarak normal diatas, cukup dibuat las catat
pada kedua ujungnya. Pada sambungan las T, jarak las catat dibuat dua kali jarak
normal diatas.

8
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM

3.1 Persiapan Alat & Bahan


3.1.1 Alat
 Peralatan las listrik :
1. Mesin Las AC 1 unit
2. Mesin Las DC EP EN 1 unit
 Alat-alat bantu las :
1. Gerinda tangan
2. Tang
3. Kapur
4. Ember
5. Palu terak
6. Sikat baja
7. Penggaris siku
8. Meteran
 Peralatan keselamatan :
1. Kacamata pelindung
2. Topeng las
3. Sarung tangan las
4. Wearpack
5. Sepatu Safety
3.1.2 Bahan
Bahan yang disediakan oleh workshop DIII – Teknik Perkapalan antara lain :
1. Baja Plat Strip ukuran 50 x 100 x 5 mm
2. Elektroda RD, Tipe E 6013 Ø2,6 dan Ø3,2 mm
3. Mata gerinda potong

3.2 Prosedur Pengelasan


3.2.1 Proses Persiapan Material
Berikut proses persiapan material sebelum material siap di las :
1. Siapkan plat baja strip ukuran 50 x 100 x 5 mm
2. Tandai plat baja menggunakan kapur sepanjang ukuran yang ditentukan, yaitu sebesar
100 mm/10cm
3. Setelah di garis plat baja kemudian dipotong menggunkan gerinda tangan yang sudah
terpasang dengan mata gerinda potong
4. Plat baja yang sudah dipotong pun kami ukur kembali untuk mengecek ukurannya sudah
sesuai atau belum
5. Ulangi cara diatas sampai dihasilkan potongan plat baja sepanjang 100mm/10cm
sebanyak 4 potongan
6. Kemudian pinggiran baja plat di haluskan agar tidak melukai tangan

9
3.2.2 Proses Persiapan alat
Setelah mempersiapkan material kami berlanjut untuk mempersiapkan mesin las,
berikut tahapan kami dalam mempersiapkan mesin las :

1. Memastikan saklar tenaga dalam keadaan mati (off)


2. Memeriksa sambungan kabel las bila ada yang lepas
3. Memeriksa isolasi sambungan antar kabel dan yakinkan bahwa isolasi dalam keadaan
aman
4. Memeriksa kondisi stang las dengan memasang elektroda dan pastikan bahwa elektroda
tidak goyang saat sudah terpasang di stang las
5. Menhidupkan saklar tenaga (on)
6. Hidupkan saklar mesin las
7. Putar tuas ampere untuk pengaturan ampere yang benar atau sesuai yang dikehendaki. Di
sini kami menggunakan ampere sekitar 80 – 100 A.
8. Lakukan sentuhan antar elektroda dengan material dasar untuk mengetahui pengisian
aliran listrik yang terjadi, normal atau tidak
9. Matikan saklar mesin las (off)

3.2.3 Proses Pengelasan


Sebelum proses pengelasan dilakukan, kami memastikan telah menggunakan alat
pelindung diri untuk meminimalisasi kecelakaan saat praktikum. Setelah memastikan alat
pelindung diri terpasang dengan benar kami melanjutkan proses pengelasan, berikut tahapan
kami dalam proses pengelasan :

1. Memastikan arus polaritas yang digunakan pada mesin las sudah sesuai dengan standar
(polaritas DC EN)
2. Menyetel arus pengelasan sampai dengan 100 A, tebal plat 5 mm
3. Membersihkan permukaan plat strip
4. Mengatur plat strip secara merata pada meja kerja
5. Menyalakan busur las
 Ketukan ujung elektroda pada material dan pertahanankan jarak terhadap plat strip
kurang lebih 2 – 3 mm
 Goreskan elektroda pada plat strip dan pertahankan jarak antara plat strip kurang lebih
2 – 3 mm
6. Melakukan proses tack welding untuk merekatkan material yang digunakan pada ujung
permukaan plat strip
 Untuk plat sambungan I kita merapatkan plat strip lalu melakukan proses tack weld
pada ujung sambungan.

10
 Untuk plat strip sambungan sudut kami menggunakan alat bantu tang untuk
melakukan tack weld pada tepian plat strip.

7. Setelah proses tack weld, material sambungan I dapat digunakan untuk proses pengelasan
dengan posisi 1G (bawah tangan)
 Tempatkan plat strip sambungan I pada meja kerja pada posisi stabil dan bersihkan
permukaannya
 Atur arus menjadi 100A
 Atur posisi tubuh
 Penyalaan busur sesuai dengan tahap 5
 Setelah busur menyala tempatkan elektroda 90° terhadap permukaan plat strip
sambungan I dan 70-80° terhadap arah pengelasan
 Tetapkan bahwa panjang busur kira – kira 2-3 mm
 Arahkan elektroda las pada jalur pengelasan dengan lurus

 Mematikan busur las ketika sudah sampai tepi ujung plat strip sambungan I, dengan
mengurangi gerakan busur agar lebih pendek dan angkat secepat mungkin elektroda
dari plat strip sambungan I dengan posisi balik dan sedikit di miringkan.

11
 Setelah proses pengelasan selesai, tunggu beberapa detik agar plat strip sambungan I
mendingin.
 Bersihkan hasil pengelasan dari terak dengan menggunakan palu terak dan sikat baja
 Periksa rigi – rigi dan permukaan hasil pengelasan

8. Seteah proses tack weld plat strip sambungan sudut dapat digunakan proses pengelasan
dengan posisi 1F
 Tempatkan plat strip sambungan sudut pada meja kerja pada posisi stabil dan
bersihkan permukaannya

 Atur arus menjadi 100A


 Atur posisi tubuh
 Penyalaan busur sesuai dengan tahap 5
 Setelah busur menyala tempatkan elektroda 90° terhadap permukaan plat strip
sambungan sudut dan 70-80° terhadap arah pengelasan

12
 Tetapkan bahwa panjang busur kira – kira 2-3 mm
 Arahkan elektroda las pada jalur pengelasan dengan lurus
 Mematikan busur las ketika sudah sampai tepi ujung plat strip sambungan sudut,
dengan mengurangi gerakan busur agar lebih pendek dan angkat secepat mungkin
elektroda dari plat strip sambungan sudut dengan posisi balik dan sedikit di
miringkan.

 Setelah proses pengelasan selesai, tunggu beberapa detik agar plat strip sambungan I
mendingin.
 Bersihkan hasil pengelasan dari terak dengan menggunakan palu terak dan sikat baja
 Periksa rigi – rigi dan permukaan hasil pengelasan
9. Setelah selesai proses pengelasan kami membersihkan workshop dan mengembalikan alat
– alat yang kami pinjam

13
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Proses pengelasan bawah tangan 1G dan 1F merupakan posisi standar yang sering
digunakan untuk berlatih pengelasan. Selain mudah dan cepat dipraktekan, posisi pengelasan
1F dan 1G merupakan posisi pengelasan yang masih umum digunakan pada pekerjaan
konstruksi juga.

4.2 Saran

setelah melaksanakan proses pengelasan di workshop selama 2 hari pada tangga 10 –


11 september 2017, kami merasa bahwa workshop di DII teknik perkapalan masih sangat
kurang lengkap untuk digunakan proses belajar pengelasan. Selain mesin las yang sudah tua,
mesin las juga sudah tidak terawat dan peletakkan mesin ls yang tidak sesuai dengan standar.
Maka dari itu kami saranakan kepada pengurus mata kuliah praktikum pengelasan dimohon
untuk memperbaiki fasiflitas daripada workshop DII teknik perkapalan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Sunaryo, Heri. Dkk, Melaksanakan Rutinitas (Dasar) Pengelasan Dengan Proses Las Busur

Manual, Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I, 2009, Jakarta Selatan

Sunaryo, Heri. Dkk, Mengelas Pelat Posisi Dibawah Tangan Flat Dengan Proses Las Busur

Manual, Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi R.I, 2009, Jakarta Selatan
Proses Pengukuran

Proses Pemberian Tanda

Proses Pemotongan

Proses Pengelasan

2
Gunakan Alat Pengaman

Hasil Kerja Las

Anda mungkin juga menyukai