Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH PEREKONOMIAN INDONESIA

PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI

DISUSUN OLEH :

Ade Irma Safitri (A11115027)

ST. Nur Rabiah (A11115030)

Andi Nur Ildha Arfanita (A11115039)

Siti Marwa R (A11115320)

Hasvia Nabila (A11115523)

Darmawati (A21115016)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, tuhan yang maha esa karena


berkat rahmat, taufik, dan hidayah-Nya lah sehingga kami
berhasil menyelesaikan makalah mengenai “Pembangunan
Sektor Industri” ini.

Adapun materi yang akan kami bahas dalam makalah ini


yaitu mengenai konsep industri, urgensi pembangunan sektor
industri terhadap perekonomian, kondisi perindustrian di
Indonesia, masalah perindustrian di Indonesia, strategi
pengembangan industri, dan kebijakan pembangunan industri
di Indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan, maka dari itu kami berharap mendapatkan
saran dan kritik dari pembaca makalah ini.

Makalah ini dapat kami selesaikan berkat kerjasama dan


diskusi kami serta beberapa sumber dari buku dan internet.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan kepada seluruh pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
untuk kita semua.Amin.

Makassar, 15 Maret 2018

Penulis,

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................iii

Daftar Tabel ..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................2

C. Tujuan...............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................3

A. Pengertian dan Jenis Industri ………………………………………………...3

B. Urgensi Pembangunan Sektor Industri Terhadap Perekonomian ……………5

C. Kondisi Perindustrian di Indonesia…………………………...........................7

D. Masalah Pembangunan Industri di Indonesia…………………………...........13

E. Strategi Pengembangan Industri……………...................................................13

F. Kebijakan Pembangunan Industri di Indonesia…………………………….....15

BAB III PENUTUP.............................................................................................17

A. Kesimpulan…………………………………………………….......................17

B. Saran…………………………………………………….................................17

3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................18

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan
Usaha di Indonesia 2012- 2016………………………………………...7

Tabel 2.2 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Produk Domestik Bruto 2012-
2016………………………………………………………………….....8

Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Sub Sektor
Tahun 2013-2015……………………………………………………....9

Tabel 2.4 Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Output, Biaya Input, dan Nilai Tambah
Industri Besar dan Sedang, 2013- 2015…………………………….....10

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada saat ini, negara Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan
pembangunan nasional. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara untuk mewujudkan tujuan nasional
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UndangUndang Dasar 1945,
Alinea ke 4. Tujuan negara tersebut, pada hakekatnya adalah untuk
mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur yang merata, materiil
dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia.
Guna mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia tersebut di atas,
pemerintah telah berupaya melakukan berbagai kegiatan, termasuk salah satu
diantaranya adalah mendorong laju pertumbuhan industri guna meningkatkan
pertumbuhan perekonomian nasional.
Perekonomian di Indonesia tidak akan berkembang tanpa dukungan dari
peningkatan perindustrian sebagai salah satu sektor perekonomian yang sangat
dominan di jaman sekarang. Arti penting perindustrian terhadap
perkembangan perekonomian dapat dilihat dari arah kebijakan ekonomi yang
tertuang dalam RPJPN (Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Nasional),
yaitu “Mengembangkan perekonomian yang berorientasi global sesuai
kemajuan teknologi dengan membangun keunggulan kompetitif berdasarkan
keunggulan komparatif sebagai negara maritim dan agraris sesuai kompetensi
dan produk unggulan di setiap daerah, terutama pertanian dalam arti luas,
kehutanan, kelautan, pertambangan, pariwisata serta industri kecil dan
kerajinan rakyat, serta mengembangkan kebijakan industri, perdagangan dan
investasi dalam rangka meningkatkan daya saing global dengan membuka
aksesbilitas yang sama terhadap kesempatan kerja dan berusaha bagi segenap
rakyat dan seluruh daerah melalui keunggulan kompetitif terutama berbasis
keunggulan SDA dan SDM dengan menghapus segala bentuk perlakuan
diskriminatif dan hambatan”.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka rumusan masalah
dari makalah ini antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan industri dan apa saja jenis dari industri ?
2. Mengapa pembangunan sektor industri penting bagi perekonomian ?
3. Bagaimanakah kondisi perindustrian di Indonesia ?
4. Apa saja masalah pembangunan industri di Indonesia ?
5. Bagaimana strategi pengembangan industri yang dapat diterapkan di
Indonesia?
6. Bagaimana kebijakan pemerintah dalam meningkatkan perindustrian di
Indonesia?

C. Tujuan
Dalam penulisan makalah ini, tujuan yang diharapkan dapat dicapai adalah
sebagai berikut:
1. Memahami definisi dari industry beserta dengan jenis-jenisnya.
2. Memahami pentingnya pembangunan sektor industry bagi
perekonomian.
3. Mengetahui kondisi perindustrian di Indonesia.
4. Mengetahui masalah pembangunan industri di Indonesia.
5. Mengetahui strategi pengembangan industri yang dapat diterapkan di
Indonesia.
6. Mengetahui kebijakan pemerintah dalam meningkatkan perindustrian
di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN DAN JENIS INDUSTRI

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau
barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah
untuk mendapatkan keuntungan. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi
juga dalam bentuk jasa. Industri adalah bidang mata pencaharian yang
menggunakan keterampilan dan ketekunan kerja dan penggunaan alat-alat di
bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka

2
industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-usaha
mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah
pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah.

Industri di Indonesia dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis industry


berikut :

 Jenis Industri berdasarkan bahan baku

1. Industri ekstraktif, yaitu industri yang bahan baku diambil langsung dari
alam sekitar. Contoh: pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan,
peternakan, pertambangan, dan lain lain.

2. Industri nonekstaktif, yaitu industri yang bahan bakunya diperoleh dari


tempat lain selain alam sekitar.

3. Industri fasilitatif, yaitu industri yang produk utamanya adalah berbentuk


jasa yang dijual kepada para konsumennya. Contoh: Asuransi, perbankan,
transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.

 Jenis industri berdasarkan besar kecil modal

1. Industri padat modal, yaitu industri yang dibangun dengan modal yang
jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya

2. Industri padat karya, yaitu industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah
besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.

 Jenis industri berdasarkan klasifikasi SK Menteri Perindustrian


No.19/M/I/1986

1. Industri kimia dasar contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas,


pupuk, dan lain-lain.

2. Industri mesin dan logam dasar misalnya seperti industri pesawat terbang,
kendaraan bermotor, tekstil, dan lain-lain.

3. Industri kecil Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan,
es, minyak goreng curah, dan lain-lain.

3
4. Aneka industri misal seperti industri pakaian, industri makanan dan
minuman, dan lain-lain.

 Jenis industri berdasarkan jumlah tenaga kerja

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja
berjumlah antara 1-4 orang.

2. Industri kecil, yaitu industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 5-19 orang.

3. Industri sedang atau industri menengah, yaitu industri yang jumlah karyawan
atau tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.

4. Industri besar yaitu industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah
antara 100 orang atau lebih.

 Jenis industri berdasakan pemilihan lokasi

1. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada pasar (market oriented


industry), yaitu industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target
konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana
konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi
lebih baik.

2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor


(man power oriented industry) yaitu industri yang berada pada lokasi di
pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut
membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.

3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply


oriented industry), yaitu industri yang mendekati lokasi di mana bahan
baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang
besar.

 Jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan

4
1. Industri primer, yaitu industri yang barang-barang produksinya bukan hasil
olahan atau tanpa diolah terlebih dahulu. Misalnya hasil produksi pertanian,
peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.

2. Industri sekunder, yaitu industri yang bahan mentahnya diolah sehingga


menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali. Misalnya minyak,
benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.

3. Industri tersier, yaitu industri yang produk atau barangnya berupa layanan
jasa. Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan
lain-lain.

B. URGENSI PEMBANGUNAN SEKTOR INDUSTRI TERHADAP


PEREKONOMIAN

Telah disebutkan dalam Undang-Undang No 25 tahun 2001 tentang


Program Pembangunan Ekonomi Nasional (Propenas) yang mengamanatkan
bahwa dalam rangka memacu penigkatan daya saing global, dirumuskan lima
strategi utama, yaitu pengembangan ekspor, pengembangan industri,
penguatan institusi pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan
kemampuan ilmu pengetahuan.

Diketahui bahwa pembangunan industri sangat penting untuk


menghadapi persaingan ketat, baik di pasar dalam negeri maupun pasar ekspor
dalam era globalisasi dan liberalisasi perdagangan dunia. Hal tersebut kembali
dipertegas dalam konsiderans Undang-Undang Perindustrian (Undang-
Undang Nomor 5 Th. 1984) yang menyatakan bahwa untuk mencapai sasaran
pembangunan di bidang ekonomi dalam pembangunan nasional, industri
memegang peranan yang penting dan oleh karenanya perlu lebih
dikembangkan secara seimbang dan terpadu dengan meningkatkan peran serta
masyarakat secara aktif serta mendayagunakan secara optimal seluruh sumber
daya alam, manusia, dan dana yang tersedia.

Peranan sektor industri dalam pembangunan ekonomi di berbagai


negara sangat penting karena sektor industri memiliki beberapa keunggulan
dalam hal akselerasi pembangunan. Keunggulan-keunggulan sektor industri

5
tersebut diantaranya memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan
mampu menciptakan nilai tambah (value added) yang lebih tinggi pada
berbagai komoditas yang dihasilkan.

Telah sering pula didengarkan pendapat bahwa industri mempunyai


peranan sebagai sector pemimpin (leading sector). Leading sector maksudnya
adalah dengan adanya pembangunan industry, maka akan memacu dan
mengangkat pembangunan sektor-sektor lainnya seperti sektor pertanian
maupun sektor jasa. Pertumbuhan industri yang pesat akan merangsang
pertumbuhan sektor pertanian untuk menyediakan bahan-bahan baku bagi
industri. Sector jasa pun berkembang dengan adanya industrialisasi tersebut,
misalnya berdirinya lembaga-lembaga keuangan, lembaga-lembaga
pemasaran/perikanan, dan sebagainya, yang akan mendukung pertumbuhan
industri. Seperti yang telah diungkapkan diatas, berarti keadaan menyebabkan
meluasnya peluang kerja yang ada pada akhirnya akan meningkatkan
pendapatan dan permintaan masyarakat (daya belinya). Kenaikan pendapatan
dan peningkatan daya beli (permintaan) tersebut menunjukkan bahwa
perekonomian itu tumbuh dan sehat. Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa
industri memegang peranan penting dalam perkembangan perekonomian
sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan perkembangannya.

Tolak ukur yang terpenting antara lain : sumbangan sektor industri


pengolahan (manufacturing) terhadap PDB, jumlah tenaga kerja yang terserap
di sektor industri, dan sumbangan komoditi industri terhadap ekspor barang
dan jasa.

Menurut criteria UNIDO (United Natians for Industry Development


Organization) negara-negara dikelompokkan sebagai berikut:

1. Kelompok Negara non-industri (non-industry country) apabila sumbangan


sector industry terhadap PDB kurang dari 10 persen.

2. Kelompok Negara dalam proses industrialisasi (industrializing country)


apabila sumbangan tersebut antara 10-20 persen.

6
3. Kelompok negara semi industry (semi industrialized country) jika
sumbangan tersebut antara 20-30 persen, dan

4. Kelompok Negara industry (industry country) jika sumbangan tersebut


lebih dari 30 persen.

C. KONDISI INDUSTRI DI INDONESIA


Kondisi perindustrian di Indonesia dapat ditinjau melalui data-data
seperti nilai produksi sektor industri dalam produk domestik bruto
Indonesia, kontribusi atau share sektor industri terhadap produk domestik
bruto nasional, jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor industri,
maupun jumlah perusahaan industry dan nilai tambah produksi perusahaan
tersebut. Secara jelas, kondisi perindustrian di Indonesia dapat dilihat
melalui tabel berikut :
Tabel 2.1 Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Konstan Menurut
Lapangan Usaha di Indonesia 2012-2016

PRODUK DOMESTIK BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2010 MENURUT LAPANGAN
USAHA DI INDONESIA (MILIAR RUPIAH) 2012-2016

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1039440.70 1083141.80 1129052.70 1171578.70 1209687.20

Pertambangan dan Penggalian 771561.60 785016.30 794489.50 767327.20 775485.60

Industri Pengolahan 1697787.20 1774097.30 1854256.70 1934533.20 2017555.10

Pengadaan Listrik dan Gas 84393.00 88805.10 94047.20 94894.80 100009.90


Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
6329.80 6587.10 6788.00 7369.00 7634.60
Limbah, dan Daur Ulang
Konstruksi 728226.40 772719.60 826615.60 879163.90 925062.50
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
1067911.50 1118207.00 1177297.50 1207751.10 1255224.90
Mobil dan Sepeda Motor
Transportasi dan Pergudangan 284662.60 308521.20 326933.00 348773.80 375764.40

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 228232.60 243748.30 257815.50 268922.40 282200.40

Informasi dan Komunikasi 316278.70 349150.20 384475.60 421741.40 459169.60

Jasa Keuangan dan Asuransi 280896.10 306432.20 319825.50 347308.60 378234.70

Real Estate 229254.20 244237.50 256440.20 266979.60 278472.90

Jasa Perusahaan 116293.30 125490.70 137795.30 148395.50 159321.70


Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
282235.30 288963.30 296329.70 310054.20 319953.00
Jaminan Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 232704.30 251784.60 263685.00 283020.10 293877.60

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 78380.10 84518.40 91357.10 97463.00 102338.30

Jasa Lainnya 115675.40 123088.80 134070.10 144902.40 156198.50

7
Produk Domestik Bruto 7727083.40 8158193.70 8564866.60 8982511.30 9433034.40
Sumber : Badan Pusat Statistik

Tabel 2.2 Kontribusi Sektor Industri Terhadap Produk Domestik Bruto 2012-2016

LAPANGAN USAHA 2012 2013 2014 2015 2016


Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 13.45 13.28 13.18 13.04 12.82
Pertambangan dan Penggalian 9.99 9.62 9.28 8.54 8.22
Industri Pengolahan 21.97 21.75 21.65 21.54 21.39
Pengadaan Listrik dan Gas 1.09 1.09 1.10 1.06 1.06
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah,
dan Daur Ulang
0.08 0.08 0.08 0.08 0.08
Konstruksi 9.42 9.47 9.65 9.79 9.81
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor
13.82 13.71 13.75 13.45 13.31
Transportasi dan Pergudangan 3.68 3.78 3.82 3.88 3.98
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.95 2.99 3.01 2.99 2.99
Informasi dan Komunikasi 4.09 4.28 4.49 4.70 4.87
Jasa Keuangan dan Asuransi 3.64 3.76 3.73 3.87 4.01
Real Estate 2.97 2.99 2.99 2.97 2.95
Jasa Perusahaan 1.51 1.54 1.61 1.65 1.69
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan, dan
Jaminan Sosial Wajib
3.65 3.54 3.46 3.45 3.39
Jasa Pendidikan 3.01 3.09 3.08 3.15 3.12
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 1.01 1.04 1.07 1.09 1.08
Jasa Lainnya 1.50 1.51 1.57 1.61 1.66
Produk Domestik Bruto 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Berdasarkan data diatas terlihat dengan jelas bahwa selama tahun 2012-
2016, sektor industri masih menjadi penyumbang terbesar dalam produk
domestic bruto Indonesia. Di tahun 2016, nilai produksi sektor industri dalam
PDB bahkan mencapai 2.017.555.10 miliar atau sebesar 21,39% dari total
PDB. Besarnya kontribusi sektor industri tersebut didukung oleh tingginya
tingkat konsumsi masyarakat, meningkatnya investasi di sektor industri secara
sangat signifikan, dan semakin berkembang pesatnya kinerja sektor industri
manufaktur hingga saat ini.

Sebagai informasi tambahan, dengan kontribusi tersebut pula


menyebabkan Indonesia menempati peringkat empat dunia untuk kontribusi
industri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kontribusi Industri terhadap
PDB Indonesia jauh di atas negara-negara maju seperti Amerika Serikat yang

8
hanya 12% dan juga Inggris Raya sebesar 10%. Indonesia hanya kalah dari
negara negara industri maju seperti Korea, China dan juga Jerman.

Tabel 2.3 Jumlah Tenaga Kerja Industri Besar dan Sedang Menurut Sub
Sektor Tahun 2013-2015

Subsektor 2013 2014 2015

Makanan 901550 877791 858170


Minuman 51 628 52 681 59973
Pengolahan Tembakau 362 933 356 117 346082
Tekstil 477 985 546 946 513743
Pakaian Jadi 571 458 636 684 684023
Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki 266 918 279 064 313949
Kayu, Gabus (Tidak Termasuk Furnitur) dan Anyaman dari 229 819 228 201 243072
Bambu, Rotan dsj
Kertas dan Barang dari Kertas 136 114 180 712 133199
Pencetakan dan Reproduksi Media Rekaman 51 334 50 505 54561
Produk dari Batu Bara dan Pengilangan Minyak Bumi 6 470 6 352 7283
Bahan Kimia dan Barang dari Bahan Kimia 203 413 193 261 193629
Farmasi, Produk Obat Kimia dan Obat Tradisional 61 179 58 024 58348
Karet, Barang dari Karet dan Plastik 365 958 390 555 443250
Barang Galian Bukan Logam 182 420 177 082 186423
Logam Dasar 73 258 73 255 68864
Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya 173 210 160 849 156134
Komputer, Barang Elektronik dan Optik 150 564 144 895 154349
Peralatan Listrik 118 963 125 090 104065
Mesin dan Perlengkapan ytdl 58 679 61 720 70584
Kendaraan Bermotor, Trailer dan Semi Trailer 138 179 140 107 147553
Alat Angkutan Lainnya 86 350 89 992 103057
Furnitur 165 307 171 789 167436
Pengolahan Lainnya 153 603 159 864 166089
Jasa Reparasi dan Pemasangan Mesin dan Peralatan 17 620 18 995 13465
Jumlah 5 004 912 5 180 531 5247301

Berdasarkan data kementerian perindustrian tersebut terlihat bahwa jumlah


penyerapan tenaga kerja di sektor industri juga terus mengalami peningkatan dari
tahun ke tahun. Adapun sub sektor industri yang paling banyak menyerap tenaga
kerja adalah industri makanan yakni sebesar 858.170 orang. Kemudian disusul
oleh industri pakaian jadi, tekstil, karet, dan pengolahan tembakau.

Tabel 2.4 Perusahaan, Tenaga Kerja, Nilai Output, Biaya Input, dan Nilai Tambah
Industri Besar dan Sedang, 2013-2015

9
Kode Jumlah Tenaga Nilai
Tahun Nilai Tambah
Industri Perusahaan Kerja Output Biaya Input

Makanan 2013 5 795 901 550 901 892 607 374 2


2014 5 974 877 771 923 855 598 829 3
e
2015 5 438 719 116 1 260 847 837 126 4

Minuman 2013 367 51 628 27 339 11 053


2014 374 52 681 34 790 13 939
e
2015 310 46 379 34 068 13 158

Pengolahan 2013 866 362 933 198 783 73 196 1


Tembakau
2014 863 356 137 192 102 57 961 1
e
2015 894 331 071 270 249 96 770 1

Tekstil 2013 2 287 477 985 171 971 91 971


2014 2 555 546 946 214 966 130 172
e
2015 2 534 542 305 195 404 99 367

2013 2 075 571 458 94 865 39 870


Pakaian
2014 2 141 636 684 102 045 48 675
Jadi
e
2015 2 197 594 717 123 805 50 812

Kulit, Barang 2013 671 266 918 58 094 29 924


dari Kulit
dan Alas
2014 694 279 064 52 545 18 520
Kaki 2015 e
890 324 668 65 605 33 363

Kayu, 2013 1 067 229 819 50 770 28 325


gabus,
2014 1 106 228 201 55 181 32 980
anyaman
e
2015 1 039 195 934 65 645 36 170

Kertas dan 2013 477 136 114 149 427 90 090


Barang dari
Kertas 2014 485 180 712 148 066 89 191
e
2015 636 194 769 180 474 104 345

Pencetakan 2013 533 51 334 17 190 7 908


dan
Reproduksi 2014 528 50 505 24 239 12 320
Media
Rekaman 2015 e
739 130 978 20 707 9 243

Produk dari 2013 72 6 470 16 139 12 622


Batu Bara
dan 2014 80 6 352 6 814 4 247
Pengilangan 2015 e
168 78 801 20 375 15 857
Minyak

10
Bumi

Bahan 2013 978 203 413 453 209 270 330 1


Kimia dan
2014 1 002 193 261 419 321 208 316
Barang dari
e
Bahan Kimia 2015 1 200 218 698 583 017 336 898

Farmasi, 2013 236 61 179 23 611 11 679


Produk Obat
Kimia dan 2014 239 58 024 28 584 13 157
Obat
Tradisional 2015 e
272 65 485 34 433 16 505

Karet, 2013 1 729 365 958 205 744 116 900


Barang dari
Karet dan 2014 1 794 390 555 313 202 176 138 1
Plastik e
2015 1 799 390 316 258 335 143 822

Barang 2013 1 581 182 420 82 158 34 841


Galian Bukan
Logam 2014 1 618 177 082 122 361 43 466
e
2015 1 552 169 186 106 984 45 068

Logam Dasar
2013 306 73 258 132 219 69 524
2014 323 73 255 169 430 102 213
e
2015 407 85 814 176 753 89 821

Barang 2013 958 173 210 98 228 57 568


Logam,
Bukan Mesin 2014 951 160 849 99 913 58 479
dan
Peralatannya 2015 e
1 061 186 912 133 131 75 941

Komputer, 2013 351 150 564 95 285 54 851


Barang
Elektronik 2014 342 144 895 96 973 58 061
dan Optik e
2015 414 142 067 114 246 63 530

Peralatan
2013 333 118 963 128 762 53 009
Listrik 2014 336 125 090 181 196 110 308
e
2015 358 113 309 165 968 67 576

2013 364 58 679 41 648 17 920


Mesin dan
Perlengkapan
2014 379 61 720 60 624 27 019
e
2015 456 80 545 54 292 23 143

Kendaraan 2013 366 138 179 186 980 56 416 1


Bermotor,
Trailer dan 2014 380 140 107 207 261 58 685 1
Semi Trailer e
2015 453 142 464 246 815 68 746 1

11
Alat 2013 315 86 350 100 764 49 557
Angkutan
Lainnya
2014 331 89 992 102 796 44 703
e
2015 334 75 200 106 267 51 801

2013 1 284 165 307 21 364 10 120


Furnitur
2014 1 327 171 789 34 160 12 337
e
2015 1 388 173 533 27 201 12 537

Pengolahan
2013 602 153 603 28 338 17 026
Lainnya 2014 602 159 864 28 219 12 636
e
2015 604 145 917 37 197 22 059

Jasa Reparasi 2013 85 17 620 4 423 1 793


dan
Pemasangan 2014 105 18 995 4 967 1 801
Mesin dan
Peralatan 2015 e
86 8 488 5 045 2 018

Jumlah 2013 23 698 5 004 912 3 289 204 1 813 867 14


2014 24 529 5 180 531 3 623 609 1 934 153 16
e
2015 25 249 5 156 672 4 286 862 2 315 675 19
Sumber : bps

Berdasarkan tabel di atas, terlihat pula nilai output dan nilai tambah untuk
semua sub sektor industri terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Nilai
output dan nilai tambah terbesar masih dipegang oleh sub sektor makanan dengan
nilai masing-masing 1.260.847 dan 423.721 di tahun 2015. kemudian diposisi
kedua ditempati oleh sub sektor bahan kimia dengan nilai output sebesar 583 017
dan nilai tambah 246 119 di tahun yang sama.

D. MASALAH PERINDUSTRIAN DI INDONESIA

Beberapa masalah perindustrian yang masih dihadapi oleh Negara Indonesia


dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Basis Ekspor dan Pasarnya yang sempit


Hal ini menyangkut pada produk pruduk yang di hasilkan industri
ini memiliki kualitas yang menurun sehingga standar ekspor yang ada
tidak terpenuhi. Terlebih lagi pasaran yang mulai berkurang yang
menyebabkan barang produksi menumpuk tak terdistribusi.
b. Ketergantungan Pada Impor yang sangat tinggi

12
Indonesia sangat kurang dalam segi SDMnya, sehingga banyak
meg-impor tenaga kerja asing beserta mesin mesin produksi. Dalam hal
ini, membuat tenaga kerja Indonesia bukan bertambah maju, akan tetapi
semakin anjlok nilainya.
c. Konsentrasi Regional
Pada permasalahan ini, industri tidak sepenuhnya berkaembang
secara merata. Artinya di Indonesia hanya terpusat akan satu daerah saja
yang dikembangkan dalam sector industri manufaktur ini.
d. Tidak adanya Industri yang Berteknologi menengah
Seperti disebutkan sebelumnya, ketergantungan terhadap teknologi
juga amat sangat mempengaruhi lajunya pertumbuhan industri ini, maka
dari itu dibutuhkannya alat-alat yang berteknologi menengah keatas agar
bisa menciptakan hasil produk yang bermutu tinggi serta mempunyai
kualitas ekspor yang baik pula.

E. STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI

 Industri Substitusi Impor (ISI)

Salah satu strategi pembangunan industri yang dilaksanakan di


indonesia adalah industri substitusi impor (ISI). ISI ini mengharapkan bisa
menghasilhan barang-barang baru di dalam negeri yang semula di impor
menjadi diproduksi di dalam negeri. Setelah substitusi impor ini berhasil,
baru kemudian sebagian hasil produknya diekspor. Jadi substitusi impor
ini memegang peranan penting dalam mengenalkan barang-barang baru
yang dulunya diimpor dan kemudian dihasilkan sendiri. Alasan untuk
mengadakan ISI ini sebenarnya berbeda-beda antara suatu negara dengan
negara lain. Berikut ini dijelaskan beberapa alasan penting:

1. ISI dilakukan untuk mengurangi atau menghemat penggunaan devisa.


Seperti diketahui, hampir semua di negara berkembang sering kali
mengalami kekurangan devisa. Oleh karena itu devisa yang sedikit
tersebut harus digunakan secara efektif dan efisien.

13
2. ISI dapat merangsang kegiatan ekonomi para pengusaha di dalam
negeri. Dengan adanya ISI ini, biasanya pemerintah melakukan
proteksi dengan cara pembatasan barang impor, sementara permintaan
barang-barang dalam negeri itu masih tetap besar, sehingga pada
akhirnya para pengusaha dalam negeri terdorong untuk meningkatkan
barang produksi barang-barang yang terkena pembatasan impor
tersebut.

3. ISI dapat dimaksudkan untuk segera dapat memenuhi kebutuhan


sendiri akan berbagai barang dan jasa sehingga dapat mengurangi
ketergantungan terhadap Negara lain.

4. Alasan lain bagi ISI adalah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi


dalam negeri.

 Industri Promosi Ekspor (IPE)

Promosi ekspor (PE) merupakan salah satu alternatif mengatasi cepat


jenuhnya pasar domestik, sebab pasar luar negeri relatif jauh lebih besar
dari pada pasar domestik. Kebijakan PE umumnya dilakukan setelah
berhasil melaksanakan SI, kendati ada juga yang melakukan secara
bersamaan.

Tujuan kegiatan promosi ekspor yang dilakukan oleh perusahaan


adalah untuk mengenalkan perusahaan dan produk yang diproduksi kepada
calon pembeli di Luar Negeri. Hal ini berperan penting dalam daur
kehidupan usaha yang dilakukan perusahaan. Seperti dalam pengertian
promosi, yaitu seperangkat tehnik pemasaran untuk mengkomunikasikan
segala sesuatu tentang produk atau komoditas kepada kelompok sasaran
atau pasar untuk mencapai tujuan akhir upaya pemasaran yaitu produk
atau komoditas kita menjadi pilihan utama bagi pelanggan (Jabbar:2007).

Menurut Terence A. Stamp (2003) sebagai produsen suatu komoditi


ekspor, yang penting diperhatikan adalah bahwa komoditi apapun yang

14
diproduksi harus sesuai dengan selera calon pembeli. Pembeli hanya
berminat membeli suatu barang dengan komoditi itu sesuai dengan
kebutuhan, keinginan dan harga. Aktifitas promosi ekspor mempunyai
pengaruh penting atas penjualan yang dicapai oleh perusahaan.
Pengelolaan yang efektif atas sumber daya yang mahal tersebut adalah
esensi untuk mencapai hasil imbalan optimal dan pengeluaran promosi
ekspor. Karena setiap bentuk promosi ekspor memiliki kekuatan dan
kelemahan sendiri, strategi promosi ekspor yang terintegrasi memasukkan
keunggulan dari setiap komponen dalam perancangan suatu bauran
promosi ekspor yang efektif biaya. Untuk meningkatkan transaksi ekspor,
diperlukan kegiatan promosi yang tepat. Kegiatan ini dilakukan oleh para
eksportir dan badan-badan khusus serta pemerintah sendiri.

F. Kebijakan Pemerintah Dalam Meningkatkan Perindustrian Di Indonesia.


Kebijakan pemerintah mengembangkan perekonomian di
Indonesia berorientasi global membangun keunggulan kompetitif dengan
mengedepankan kebijakan industri, perdagangan dan investasi dalam
meningkatkan daya saing dengan membuka akses yang sama terhadap
kesempatan berusaha dan kesempatan kerja bagi segenap rakyat dari
seluruh daerah dengan menghapuskan seluruh perlakuan dikriminatif dan
hambatan. Pengembangan sektor industri pengolahan mengacu kepada
arahan pembangunan ekonomi, khusunya yang berkaitan dengan
pembangunan sektor industri dan perdagangan.
Berbagai kebijakan telah dilakukan oleh pemerintah dalam
upayanya mendorong laju perkembangan perindustrian di Indonesia. Baik
kegiatan di bidang penyusunan regulasi yang diperkirakan dapat
mendorong laju perkembangan perindustrian, maupun kebijakan riil
melalui pemberdayaan departemen yang terkait. Kebijakan tersebut antara
lain :
1. Pembangunan industri diarahkan pada industri-industri yang
berbasis pertanian dan pertambangan, dan kelautan yang
mampu memberikan nilai tambah yang tinggi dan mampu bersaing
dalam pasar lokal, regional, nasional, maupun global.

15
2. Pengembangan IKM dan Industri Mikro (Industri Rumah Tangga)
menjadi usaha yang makin berkembang dan maju melalui bantuan
pembangunan infrastruktur, permudahan perizinan usaha, dan bantuan
teknis sehingga mampu mandiri dan dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha.
3. Meningkatkan kualitas SDM dan kemampuan masyarakat dilokasi
industri tersebut, sehingga masyarakat dituntut untuk melakukan
investasi di bidang pendidikan dengan dukungan fasilitas yang
disediakan oleh pemerintah dan swasta, sehingga akan memberikan
dampak positif bagi pembangunan industri yang semakin efisien dan
efektif serta memberikan dampak berguna bagi daerah setempat.
4. Meningkatkan penggunaan teknologi dan meningkatkan investasi baik
investasi infrastruktur maupun investasi financial di sektor industri
yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta
5. Meningkatkan dan mengoptimalkan perolehan devisa ekspor
produk industri kehutanan, pertambangan, dan pertanian.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah


atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai
tambah untuk mendapatkan keuntungan. Industri dapat digolongkan kedalam
beberapa jenis yaitu berdasarkan bahan baku, berdasarkan besar kecilnya
modal, berdasarkan klasifikasi SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986,
berdasarkan jumlah tenaga kerja, berdasakan pemilihan lokasi, dan
berdasarkan produktivitas perorangan. Pengaruh atau dampak perkembangan
industri sangat besar sekali terhadap perkembangan perekonomian Indonesia.
Industri memegang peranan yang menentukan dalam perkembangan
perekonomian sehingga benar-benar perlu didukung dan diupayakan
perkembangannya. Kebijakan pemerintah dalam dengan cara meningkatkan

16
pengembangan industry berbasis pertanian, pertambangan, dan kelautan,
meningkatkan kualitas SDM dan mempermudah pengurusan ijin usaha,
meningkatkan penggunaan teknologi demi memperoleh nilai tambah yang
lebih besar, dan meningkatkan investasi di sektor industry baik yang
dilakukan oleh pemerintah maupun swasta.

3.2 Saran

Dengan melihat pengaruh perindustrian terhadap perkembangan


perekonomian, maka sudah selayaknya apabila pemerintah bersikap serius dan
segera melakukan perubahan, baik terhadap regulasi maupun birokrasi yang
terkait dengan perindustrian agar pendapatan ekonomi nasional ikut semakin
meningkat seiring berkembangnya era globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 2010. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kementerian Perindustrian. www.kemenperin.go.id/


Badan Pusat Statistik. www.bps.go.id
http://www.organisasi.org/1970/01/pengertian-definisi-macam-jenis-dan-
penggolongan-industri-di-indonesia-perekonomian-bisnis.html

17

Anda mungkin juga menyukai