Anda di halaman 1dari 14

Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT… 1

PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN


KALSIUM KARBONAT DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP
PEROLEHAN ASAM LAKTAT DARI KULIT PISANG
Fani Ferdaus1), Meliani Okta Wijayanti1), Ery Susiani Retnonigtyas 2), Wenny Irawati2)

ABSTRAK

Asam laktat mempunyai kelarutan yang tinggi dan mudah dipolimerisasi, oleh karenanya asam laktat
banyak dibutuhkan di berbagai industri seperti pada industri makanan, minuman, kosmetik maupun farmasi.
Prinsip utama pembuatan asam laktat pada penelitian ini adalah proses fermentasi gula dengan proses glikolisis.
Kulit pisang kepok ditimbang, ditambahkan akuades kemudian diblender dan disaring. Setelah itu
dilakukan pengukuran pH filtrat kulit pisang kepok dan dikondisikan pada pH 3, 4, 5 dan 6. Ke dalam filtrat kulit
pisang kepok ditambahkan nutrisi dan starter yang sudah diinokulasikan dengan 2 ose bakteri Lactobacillus
plantarum, kemudian diinkubasi dengan kondisi anaerob pada 35oC selama 23 hari. Setelah proses fermentasi
selesai, dilakukan pengamatan jumlah bakteri dan diberhentikan proses fermentasinya kemudian diuji kadar
glukosa dan dilakukan proses pemurnian asam laktat. Pada proses pemurnian asam laktat digunakan resin
Amberlite IRA 400. Resin Amberlite IRA-400 memberikan kapasitas adsorpsi yang besar.
pH, konsentrasi substrat, dan penambahan CaCO3 berpengaruh terhadap kadar asam laktat, kadar
glukosa sisa dan jumlah bakteri yang dihasilkan. Kondisi optimum proses fermentasi filtrat kulit pisang kepok
dengan menggunakan Lactobacillus plantarum dicapai pada konsentrasi substrat 75 mg/L, dengan pH awal
media fermentasi =5 dan dengan waktu fermentasi selama 20 hari. Untuk tahap kedua kondisi optimumnya
berada pada penambahan CaCO3 sebanyak 0,2%
Kata kunci: kulit pisang, Lactobacillus plantarum, fermentasi, asam laktat

PENDAHULUAN menjadi glukosa, dan selanjutnya glukosa diubah


Asam laktat mempunyai sifat kelarutan menjadi asam laktat dengan bantuan enzim yang
yang tinggi dan mudah dipolimerisasi untuk dihasilkan oleh bakteri asam laktat. Beberapa
pembuatan berbagai jenis polimer dan resin. parameter penting dalam proses fermentasi
Oleh karena itu, asam laktat banyak dibutuhkan adalah pH media, konsentrasi substrat sebagai
di berbagai industri seperti pada industri sumber energi yang diperlukan oleh bakteri
makanan, minuman, kosmetik maupun farmasi. untuk berkembang biak dan waktu fermentasi.
Mengingat penggunaannya yang cukup luas, Untuk menjaga stabilitas pH, ke dalam media
diharapkan melalui penelitian ini dapat fermentasi ditambahkan kalsium karbonat[3].
dikembangkan industri asam laktat di Indonesia. Jumlah asam laktat yang dihasilkan berhubungan
Pada tahun 2004, kebutuhan industri nasional erat dengan pH media fermentasi, jumlah bakteri
terhadap asam laktat mencapai satu juta ton per yang berkembang biak dalam media fermentasi
tahun yang semuanya diimpor dari sejumlah dan jumlah glukosa yang dikonsumsi oleh
negara. Nilai impor asam laktat di Indonesia bakteri asam laktat.
mencapai 2 juta dolar Amerika Serikat[1].
Asam laktat dapat dibuat dari berbagai TINJAUAN PUSTAKA
sumber yang mengandung karbohidrat. Pada Pisang (Musa Paradisiaca)
penelitian ini digunakan limbah buah pisang, Buah pisang berasal dari Asia Tenggara.
yaitu kulit pisang sebagai bahan baku pembuatan Kini tanaman pisang telah menyebar ke seluruh
asam laktat karena kulit pisang mengandung negara. Buah pisang sangat populer dan
karbohidrat[2]. Selama ini limbah kulit pisang digemari oleh semua lapisan masyarakat. Pisang
hanya dibuang begitu saja dan belum yang dikonsumsi sebagai buah meja ini berasal
dimanfaatkan secara optimal. Melalui dari hasil persilangan alamiah antara Musa
pemanfaatan kulit pisang ini, diharapkan dapat acuminata dengan Musa balbisana yang kini
mengurangi dampak limbah kulit pisang. Prinsip turunannya dikenal lebih dari ratusan jenis
utama pembuatan asam laktat pada penelitian ini pisang, yakni pisang meja, pisang rebus
adalah proses fermentasi glukosa dengan proses (olahan), dan pisang hias. Pisang meja yang
glikolisis. Karbohidrat mengalami pemecahan terkenal antara lain pisang raja, pisang mas,

1)
Mahasiswa di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
2)
Staf Pengajar di Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

pisang ambon kuning, pisang ambon putih, Metabolisme Karbohidrat


pisang ambon hijau, cavendiz, dan pisang sere. Karbohidrat adalah komponen dalam
Pisang merupakan tanaman semak berbatang makanan yang merupakan sumber energi utama
semu (pseudostem) tingginya bervariasi antara 1- bagi makhluk hidup. Karbohidrat juga berfungsi
4 m, tergantung varietasnya. Tanaman pisang sebagai penyangga di dalam dinding sel bakteri.
dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga Karbohidrat mengalami proses hidrolisis
dataran tinggi 1.000 m di atas permukaan laut sehingga menghasilkan glukosa, fruktosa,
yang bertipe iklim basah. Curah hujan berkisar galaktosa, dan manosa serta monosakarida
1.000-30.000 mm per tahun. Tanaman ini lebih lainnya[5]. Pati merupakan jenis karbohidrat yang
senang tumbuh di tanah yang subur dengan pH jarang dapat dihidrolisis menjadi glukosa oleh
tanah berkisar 4,5-7,5. Di daerah yang iklimnya bakteri asam laktat. Proses hidrolisis pati
agak kering dengan musim kemarau berkisar 4-6 menjadi glukosa dengan enzim amilase hanya
bulan, tanaman pisang masih tumbuh asalkan dapat dilakukan oleh beberapa jenis bakteri asam
ketinggian air tanah kurang dari 150 cm di atas laktat, salah satu diantaranya adalah
permukaan laut. Lahan yang air tanahnya sangat Lactobacillus plantarum[3]. Metabolisme
dangkal kurang baik untuk tanaman pisang. Bila karbohidrat yang paling utama adalah proses
pada lahan ini ditanami tanaman pisang, glikolisis. Pada dasarnya proses glikolisis dapat
tanaman akan tumbuh kerdil dan akan terserang dibagi ke dalam 2 bagian yaitu yang tidak
penyakit layu. Tanaman pisang lebih senang menggunakan oksigen atau anaerob dan yang
ditanam di tempat terbuka, tetapi tidak tahan menggunakan oksigen atau aerob. Reaksi
terhadap tiupan angin kencang karena daunnya anaerob yang disebut juga alur Embden-
mudah sobek. Daun yang sobek kurang mampu Meyerhof yang mengacu pada homofermentatif
melakukan fotosintesis. Buah pisang yang belum karena menghasilkan sebagian besar asam laktat
matang dapat dibuat sebagai keripik, sedangkan (95%) sebagai produk utama. Sedangkan reaksi
buah yang telah matang dapat dibuat sale dan aerob merupakan alur pentose-phosphate yang
pisang goreng. Buah yang masih muda dapat mengacu pada heterofermentatif karena selain
dibuat tepung dengan harga jual tinggi. Di menghasilkan asam laktat, reaksi pada alur ini
Indonesia Timur, seperti Sumba, Timor, dan menghasilkan produk samping seperti etanol,
Kupang, batang pisang digunakan sebagai asetat, dan CO2 [5,6]. Produksi asam laktat pada
makanan ternak kerbau. Daun pisang batu biasa percobaan ini dilakukan dengan proses
digunakan untuk pembungkus karena tahan fermentasi dengan menggunakan bakteri
sobek[3]. Selain yang dijelaskan di atas, Lactobacillus plantarum. Lactobacillus
kegunaan pisang masih banyak. Umbi pisang plantarum cenderung merupakan bakteri
dapat digunakan sebagai bahan utama anaerob. Oleh karena itu, reaksinya merupakan
pembuatan hiasan pernikahan adat jawa, sebagai alur Embden-Meyerhof yang mengacu pada
media untuk meletakkan wayang, bahkan saat ini homofermentatif. Proses yang terjadi pada
serat dari bonggol pisang dapat ditenun menjadi metabolisme karbohidrat yaitu:
kain dan dibuat produk kerajinan tangan. Secara Heksokinase
sederhana kulit pisang juga dapat digunakan Tahap pertama proses glikolisis adalah
sebagai bahan baku pembuatan alkohol, namun pengubahan glukosa menjadi glukosa-6-fosfat
pada kesempatan ini dicoba untuk dengan reaksi fosforilasi. Enzim heksokinase
memanfaatkan kulit pisang sebagai bahan baku merupakan katalis dalam reaksi tersebut dibantu
pembuatan asam laktat. Seperti diketahui, kalau oleh ion Mg2+ sebagai kofaktor. Apabila
di desa kulit pisang digunakan sebagai makanan glukosa-6-fosfat terbentuk dalam jumlah banyak,
ternak, sedangkan di kota hanya dibuang sebagai maka senyawa ini akan menjadi inhibitor bagi
sampah yang cukup banyak jumlahnya, yaitu enzim tersebut. Selanjutnya enzim akan aktif
kira-kira 1/3 dari buah pisang itu sendiri. kembali apabila glukosa-6-fosfat menurun pada
Komposisi kulit pisang yaitu air 68,9(%), tingkat tertentu.
karbohidrat 18,5(%), lemak 2,11(%), protein Fosfoheksoisomerase
0,32(%), kalsium 715(mg/100gr), fosfor 117 Reaksi berikutnya ialah isomerisasi, yaitu
(mg/100gr), dan besi 1,6 (mg/100gr)[3]. pengubahan glukosa-6-fosfat menjadi fruktosa-
6-fosfat, dengan enzim fosfoglukoisomerase.

2
Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT…

Aldolase akibat berkurangnya ion Mg2+, maka efektivitas


Reaksi tahap keempat dalam rangkaian reaksi berkurang.
reaksi glikolisis adalah penguraian molekul Piruvat kinase
fruktosa-1,6-difosfat membentuk 2 molekul Enzim ini merupakan katalis pada reaksi
triosa fosfat, yaitu dihidroksi aseton dan D- pemindahan gugus fosfat dari asam
gliseral-dehida-3-fosfat. Dalam tahap ini enzim fosfonolpiruvat kepada ADP, sehingga terbentuk
aldolase berperan sebagai katalis. molekul asam piruvat.
Triosafosfat Isomerase Laktat Dehidrogenase
Dalam reaksi penguraian oleh enzim Reaksi yang menggunakan enzim laktat
aldolase terbentuk 2 macam senyawa yaitu D- dehidrogenase ini ialah reaksi tahap akhir
gliseraldehida-3-fosfat dan dihidroksi- glikolisis, yaitu pembentukan asam laktat
asetonfosfat. Yang mengalami reaksi lebih lanjut dengan cara reduksi asam piruvat. Dalam reaksi
dalam proses glikolisis ialah D-gliseraldehida-3- ini digunakan NADH sebagai koenzim.
fosfat. Jika dihidroksiasetonfosfat tidak dapat Asam Laktat
diubah menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat, maka Pembuatan asam laktat dapat dilakukan
dihidroksiasetonfosfat tertimbun. Hal ini tidak dengan 2 cara yaitu dengan cara sintesis kimia
akan berlangsung lama, karena adanya enzim dan dengan cara fermentasi karbohidrat. Sintesis
triosafosfat isomerase yang dapat mengubahnya kimia yaitu dengan cara menambahkan hidrogen
menjadi D-gliseraldehida-3-fosfat. sianida pada asetaldehid untuk memproduksi
Gliseraldehida-3-fosfat Dehidrogenase laktonitril. Laktonitril kemudian mengalami
Enzim ini bekerja sebagai katalis pada proses pemurnian dengan distilasi dan untuk
reaksi oksidasi gliseraldehida-3-fosfat menjadi menghasilkan asam laktat, ditambahkan asam
asam 1,3 difosfogliserat. Dalam reaksi ini klorida pekat atau asam sulfat dengan garam
digunakan koenzim NAD+, sedangkan gugus amonium sebagai hasil sampingnya[7]. Prinsip
fosfat diperoleh dari asam fosfat. Reaksi oksidasi utama dalam pembuatan asam laktat dengan
ini mengubah aldehida menjadi asam proses fermentasi adalah pemecahan karbohidrat
karboksilat. menjadi bentuk monosakarida dan dari
Fosfogliseril kinase monosakarida dengan bantuan enzim yang
Reaksi yang menggunakan enzim ini ialah dihasilkan oleh Lactobacillus sp akan diubah
reaksi perubahan asam 1,3 difosfogliserat menjadi asam laktat. Untuk industri makanan
menjadi asam 3 fosfogliserat. Dalam reaksi ini dan minuman, biasanya diperlukan asam laktat
terbentuk 1 molekul ATP, dan ADP serta ion berkadar 50-80%, sedangkan untuk industri
Mg2+ diperlukan sebagai kofaktor. farmasi diperlukan kadar yang lebih tinggi yaitu
Fosfogliseril Mutase berkadar 85-90%. Dalam produksi asam laktat,
Fosfogliseril Mutase bekerja sebagai dihasilkan asam laktat yang tidak murni.
katalis pada reaksi pengubahan asam3- Kemurniannya mencapai 80% hingga 95%[8].
fosfogliserat menjadi asam 2-fosfogliserat. Sifat–sifat asam laktat: spesifik graviti pada
Enzim ini berfungsi untuk memindahkan gugus 15°C dengan pembanding air pada 4°C=1,249;
fosfat dari 1 atom C kepada atom C lain dalam titik leleh = 16,8°C; titik didih = 122°C; dapat
satu molekul. larut dalam air, alkohol, eter, dan gliseril; tidak
Enolase larut dalam kloroform, eter disulfida, dan karbon
Reaksi berikutnya ialah reaksi disulfida. Asam laktat murni tidak berbau, tidak
pembentukan asam fosfoenolpiruvat dari asam berwarna, dan bersifat higroskopis pada suhu
2-fosfogliserat dengan katalis enzim enolase dan kamar. Asam laktat tidak murni berwarna
ion Mg2+ sebagai kofaktor. Reaksi kekuningan karena mengandung pigmen
pembentukan asam fosfoenolpiruvat ini ialah karoten[9].
reaksi dehidrasi. Adanya ion F- dapat
menghambat kerjanya enzim enolase, sebab ion Bakteri Asam Laktat
F- dengan Mg2+ dan fosfat dapat membentuk Untuk mengubah asam piruvat hasil reaksi
kompleks magnesium fluoro fosfat. Dengan glikolisis menjadi asam laktat, diperlukan enzim
terbentuknya kompleks ini akan mengurangi laktat dehidrogenase. Enzim tersebut dihasilkan
jumlah ion Mg2+ dalam campuran reaksi dan oleh bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat

3
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

dibagi menjadi 2 yaitu homofermentatif dan 1. Kondisi pH


heterofermentatif[10]. Kondisi pH media sangat berpengaruh
1. Produksi asam laktat untuk homofermentatif pada jenis mikroba yang tumbuh. Mikroba pada
dihasilkan dari glukosa melalui alur umumnya dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6
Embden–Meyerhof. unit. Kebanyakan mikroba dipengaruhi oleh pH
2. Produksi asam laktat untuk heterofermentatif optimum yang menyebabkan pertumbuhannya
dihasilkan dari glukosa melalui alur pentose- menjadi optimum. Berdasarkan daerah pH
phosphate. Selain dihasilkan asam laktat, kehidupannya, mikroba dibagi menjadi 3
dihasilkan pula etanol dan karbon dioksida golongan yaitu mikroba asidofilik (mikroba yang
sebagai produk samping. dapat tumbuh pada pH berkisar 2,0-5,0);
Pada proses fermentasi secara mikroba mesofilik (mikroba yang dapat tumbuh
heterofermentatif atau homofermentatif, pada pH berkisar 5,5-8,0) dan mikroba alkalifilik
digunakan jenis bakteri yang berbeda. Bakteri (mikroba yang dapat tumbuh pada pH berkisar
yang digunakan pada heterofermentatif 8,4-9,5)[14]. Bakteri Lactobacillus plantarum
menghasilkan asam laktat dalam jumlah yang merupakan jenis mikroba mesofilik, karena
sedikit, sedangkan bakteri yang digunakan hidup pada pH berkisar 4,5-6,5[11].
dalam homofermentatif menghasilkan asam 2. Suhu
laktat yang lebih banyak. Beberapa jenis mikroba dapat hidup pada
daerah suhu yang luas, sedangkan jenis yang
Lactobacillus plantarum
lainnya pada daerah suhu yang terbatas. Pada
Lactobacillus plantarum merupakan
umumnya batas daerah suhu bagi kehidupan
bakteri gram positif berbentuk batang. Bakteri
mikroba terletak antara 0 sampai dengan 90oC.
gram positif adalah bakteri yang tampak biru
Daya tahan mikroba terhadap suhu tidak sama
atau ungu setelah mengalami pewarnaan gram.
untuk tiap-tiap spesies. Masing-masing
Lactobacillus plantarum hidup dengan kisaran
mempunyai suhu optimum, minimum, dan
suhu 5-53°C dan pada kondisi pH 4,5–6,5, suhu
maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini
optimum biasanya berkisar 30-40°C[11]. Gardner
disebabkan karena di bawah suhu minimum dan
dan kawan-kawan melakukan penelitian
di atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan
produksi asam laktat dengan menggunakan 4
berhenti, bahkan pada suhu yang terlalu tinggi
macam bakteri yang berbeda yaitu Lactobacillus
akan terjadi denaturasi enzim. Berdasarkan
plantarum, Pediococus acidilactici, L.brevis,
daerah suhu, mikroba dapat dibagi menjadi 3
dan Ln.mesenteroides. Dari keempat bakteri
golongan, yaitu mikroba psikrofil (mikroba yang
tersebut yang dapat menghasilkan asam laktat
dapat tumbuh pada suhu berkisar 0-30oC);
yang paling tinggi yaitu Lactobacillus
mikroba mesofil (mikroba yang tumbuh pada
plantarum[12]. Lactobacillus plantarum
suhu berkisar 30-60oC) dan mikroba termofil
merupakan salah satu bakteri penghasil asam
(mikroba yang tumbuh pada suhu berkisar 40-
laktat dengan kecenderungan hidup pada kondisi
80oC)[14]. Bakteri Lactobacillus plantarum
anaerob[10], sehingga hasil akhir fermentasi
merupakan jenis mikroba mesofil, karena dapat
hanya berupa asam laktat. Maka pada penelitian
beraktivitas optimum pada suhu berkisar 30-
ini digunakan bakteri Lactobacillus plantarum.
40oC[11].
3. Kandungan Oksigen
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tersedianya oksigen mempengaruhi jenis
Fermentasi
mikroba yang dapat tumbuh. Mikroba dapat
Istilah fermentasi sering diartikan sama
dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu mikroba
dengan semua istilah mengenai berbagai
yang bersifat aerob (membutuhkan oksigen);
aktivitas mikroba. Dalam mikrobiologi,
anaerob (tidak membutuhkan oksigen), dan
bagaimanapun fermentasi hanya mengenai
anaerob fakultatif (dapat hidup pada keadaan ada
spesifikasi aktivitas mikroba. Oleh karena itu,
atau tidak adanya oksigen). Lactobacillus
proses fermentasi sangat berhubungan dengan
plantarum merupakan jenis mikroba anaerob
aktivitas mikroba. Faktor-faktor yang
fakultatif[10].
mempengaruhi aktivitas mikroba antara lain;
4. Substrat
kondisi pH, suhu, kandungan oksigen dan
Mikroba membutuhkan substrat untuk
adanya substrat[13].
kehidupannya, yaitu sebagai sumber karbon dan

4
Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT…

sumber energi. Pada proses fermentasi, fermen 2. Adsorbsi menggunakan penukar ion
atau enzim dapat mengubah substrat menjadi Pengambilan asam laktat dapat juga
bahan lain dengan mendapat keuntungan berupa dilakukan melalui sebuah penukar ion atau yang
energi[14]. sering disebut dengan resin. Resin penukar ion
merupakan poli elektrolit yang dapat menukar
Kalsium Karbonat (CaCO3)
ion-ion yang muatannya sama dengan ion-ion
Untuk mencapai kondisi yang optimum
sekelilingnya. Reaksi penukaran ion ini adalah
bagi pertumbuhan dan metabolisme bakteri asam
stoikiometri dan reversibel. Ada dua macam
laktat, lingkungan, dan keadaan media
resin penukar ion, yaitu penukar positif dan
fermentasi dijaga dengan baik. Suhu optimum
negatif. Resin Amberlite IRA-400 merupakan
berkisar 28-40oC dengan pH dipertahankan
jenis resin penukar ion negatif dan merupakan
berkisar 5-5,8. Kalsium karbonat ditambahkan
resin penukar ion amonium kuarterner yang
untuk menjaga derajat keasaman tersebut[15].
bersifat basa kuat. Resin ini mempunyai muatan
Kalsium karbonat adalah reagen yang umum
positif dan dapat membentuk ikatan ion dengan
digunakan untuk menetralkan asam laktat selama
ion sulfat, karena pasangan elektron bebas dari
fermentasi. Kelarutannya yang rendah di dalam
atom nitrogen memungkinkan atom nitrogen
air menyebabkannya dapat menetralkan asam
untuk membentuk ikatan hidrogen dengan ion
laktat dan mempertahankan pH pada tingkat
sulfat. Ion sulfat yang terbentuk dari resin
tertentu secara otomatis. Tellez-Luis dan kawan-
penukar ion amonium kuarterner ini mempunyai
kawan melakukan penelitian produksi asam
sifat basa yang sangat lemah dan dapat
laktat dengan menggunakan Lactobacillus
mengadsorb asam laktat melalui interaksi asam-
delbrueckii dengan menambahkan 90 g/L
basa. Selama proses adsorbsi ini, hanya asam
kalsium karbonat untuk mempertahankan pH
laktat saja yang diadsorp oleh resin, sehingga
selama proses fermentasi[16].
untuk mengambil kembali asam laktatnya hanya
diperlukan pengaliran air melewati resin
Pemurnian Asam Laktat
tersebut. Resin Amberlite IRA-400 memiliki
Media hasil fermentasi asam laktat
ukuran pori yang tepat dan memberikan
mengandung asam laktat, dan impuritas lainnya
kapasitas adsorbsi yang besar. Asam laktat yang
seperti asam asetat, etanol, dan lain-lain.
dapat diambil dengan menggunakan resin
Impuritas-impuritas ini, meskipun dalam jumlah
Amberlite IRA-400 adalah 92,11 %[19].
kecil, dapat mempengaruhi proses penggunaan
3. Distilasi Vakum
asam laktat tersebut. Oleh karena itu, perlu
Pada proses ini, asam laktat hasil
adanya suatu langkah lanjut untuk mendapatkan
fermentasi direaksikan dengan metanol sehingga
asam laktat dengan kemurnian tinggi. Ada
terbentuk metil laktat. Secara simultan metil
beberapa metode yang digunakan untuk
laktat ini dihidrolisis menjadi asam laktat dan
memurnikan asam laktat, yaitu:
didistilasi[7].
1. Ekstraksi menggunakan pelarut
4. Pemisahan menggunakan membran
Proses konvensional pengambilan asam
Pemisahan asam laktat dari media hasil
laktat dari media hasil fermentasi dilakukan
fermentasi dengan menggunakan membran
dengan cara penambahan kapur, sehingga
merupakan teknik yang paling efisien. Hal ini
terbentuk endapan kalsium laktat. Endapan ini
disebabkan pada teknik ini tidak dibutuhkan alat
disaring dan ditambahkan asam sulfat, sehingga
dan prosedur yang kompleks. Proses ini dikenal
terbentuk asam laktat. Proses ini sangat
dengan membran filtrasi. Membran filtrasi
kompleks dan membutuhkan beberapa tahap
sering digunakan untuk proses kontinyu. Pada
pemurnian. Ekstraksi menggunakan pelarut
prinsipnya, media hasil fermentasi ditampung
dapat memperpendek proses pengambilan asam
dalam sebuah tangki untuk menjamin
laktat. Untuk mengekstrak asam laktat
kontinuitas, kemudian dialirkan menuju modul
digunakan pelarut organik. Berbagai pelarut
filtrasi untuk memisahkan asam laktat dari
organik telah dicoba seperti tri-N-
campuran lainnya. Filtrasi atau penyaringan
ctylphoshineoxide[17], diisodecylamine tri-N-
berlangsung pada suhu cukup tinggi, sekitar
octyl, N-decylamine, phosphine oxide, dan tri-N
60oC untuk mempercepat penyaringan. Produk
hexylphosphinoxides[18].
asam laktat selajutnya dipekatkan sehingga

5
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

konsentrasinya 90 %, dikemas dan sebagainya. Kemudian dilakukan pemurnian asam laktat


Sisa larutannya didinginkan dan digabung dengan mengalirkan 30 mL larutan hasil
dengan umpan untuk disaring kembali dalam sentrifuge pada resin Amberlite IRA-400. Resin
modul filtrasi[20]. Berdasarkan penjelasan selanjutnya dibilas dengan 60 mL akuades dan
beberapa metode di atas, pemurnian asam laktat diperoleh larutan asam laktat, kemudian
menggunakan resin penukar ion adalah yang ditentukan kadar asam laktatnya.
paling mungkin dilakukan. Hal ini disebabkan Pada penelitian tahap pertama ini
prosedurnya paling sederhana dan resin yang digunakan variabel-variabel sebagai berikut:
digunakan dapat diregenerasi. Investasi awal 1. Variabel tetap:
yang diperlukan memang agak mahal untuk - Jenis kulit pisang yang digunakan yaitu kulit
pembelian resin, tetapi dengan adanya regenerasi pisang kepok. Dari hasil penelitian pendahuluan,
resin ini menyebabkan biaya operasi pemurnian di antara filtrat kulit pisang kepok, filtrat kulit
asam laktat tidak terlalu besar. pisang raja, filtrat kulit pisang hijau, dan filtrat
kulit pisang susu, yang paling lama teroksidasi
METODE PENELITIAN adalah filtrat kulit pisang kepok.
Rancangan Penelitian - Volume media fermentasi 120 mL pada
Penelitian ini dibagi menjadi 2 tahap. erlenmeyer 100 mL. Hal ini dilakukan untuk
Tahap pertama dilakukan untuk mempelajari mengkondisikan media fermentasi pada kondisi
pengaruh pH awal fermentasi, konsentrasi anaerob, karena walaupun Lactobacillus
substrat, dan waktu fermentasi terhadap plantarum dapat hidup pada kondisi aerob dan
perolehan asam laktat, sisa gula reduksi dan anaerob, tetapi Lactobacillus plantarum
jumlah bakteri Lactobacillus plantarum. Tahap cenderung hidup pada kondisi anaerob.
kedua dilakukan berdasarkan pada kondisi - Suhu fermentasi yang dipakai pada penelitian
optimum dari tahap pertama ditinjau dari pH ini adalah 35oC, sebab suhu tersebut merupakan
awal media, jumlah kulit pisang yang dipakai, suhu rata-rata dari suhu optimum Lactobacillus
dan waktu fermentasi, yang bertujuan untuk plantarum hidup dan berkembang biak.
mempelajari pengaruh penambahan kalsium 2. Variabel berubah:
karbonat terhadap perolehan asam laktat, pH - Waktu fermentasi yang digunakan adalah
media fermentasi, glukosa sisa dan jumlah selama 23 hari. Hal ini dilakukan karena dari
bakteri Lactobacillus plantarum. pengamatan jumlah bakteri setelah fermentasi,
Penelitian Tahap Pertama jumlah bakteri terlihat menurun pada hari ke-19
Kulit pisang kepok yang telah dianalisis atau ke-20. Untuk memastikan bahwa bakteri
komposisinya ditimbang sebanyak 600, 800 dan sudah tidak beraktifitas lagi, maka fermentasi
1500 gr. Masing-masing ditambahkan 1 L dilakukan hingga pada hari ke-23.
akuades kemudian diblender dan disaring. - pH awal media fermentasi yang dipakai adalah
Setelah itu dilakukan pengukuran pH filtrat kulit 3, 4, 5, dan 6. Hal ini dilakukan untuk mencari
pisang kepok dan dikondisikan pada pH 3, 4, 5 pH optimum bakteri Lactobacillus plantarum
dan 6. Ke dalam filtrat kulit pisang kepok hidup dan berkembang biak. Lactobacillus
selanjutnya ditambahkan nutrisi: 0,8% KH2PO4, plantarum hidup pada kondisi pH 4,5 sampai 6,5
[11]
0,3% MgSO4, 0,06% ZnSO4, dan 0,01% .
Fe2(SO4) (dalam % b/v) atau yang disebut media - Jumlah kulit pisang yang dipakai adalah 600,
fermentasi. Ke dalam erlenmeyer 100 mL, 800, dan 1.500 gr yang diekstrak masing-masing
dimasukkan 100 mL media fermentasi dan 20 dengan 1 L akuades. Filtrat kulit pisang yang
mL starter yang sudah diinokulasikan dengan 2 dihasilkan, mengandung glukosa sebanyak
ose bakteri Lactobacillus plantarum, kemudian 50,99, 69,82, dan 150 gr/L. Pada filtrat kulit
diinkubasi dengan kondisi anaerob pada 35oC pisang terdapat glukosa yang menjadi sumber
selama 23 hari. Setelah proses fermentasi energi bagi bakteri Lactobacillus plantarum.
selesai, dilakukan pengamatan jumlah bakteri Konsentrasi substrat sebagai sumber energi yang
dengan metode cawan tuang dan diuji kadar diperlukan oleh bakteri untuk bereproduksi akan
glukosa dengan metode Somogyi-Nelson. Media mempengaruhi banyaknya asam laktat yang
hasil fermentasi yang sudah diberhentikan proses dihasilkan.
fermentasinya dan disentrifuge, selanjutnya
disebut sebagai larutan hasil sentrifuge.

6
Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT…

Penelitian Tahap Kedua fermentasi ke-20, sedangkan sampai pada hari


Berdasarkan hasil penelitian pada tahap ke-23 jumlah bakteri konstan.
pertama bahwa hasil kadar asam laktat tertinggi Pertumbuhan bakteri memiliki beberapa
berada pada kondisi pH awal 5 dan pada tahapan fase yaitu fase lag, percepatan,
penggunaan kulit pisang kepok sebanyak 1.500 eksponensial, perlambatan, stationer dan fase
gr, maka pada tahap kedua ini dilakukan kematian[21]. Fase lag merupakan fase adaptasi
penelitian lebih lanjut dengan menggunakan dari bakteri dengan kondisi lingkungan media
kulit pisang kepok sebanyak 1.500 gr dan pada fermentasi. Pada penelitian ini, fase lag ini
pH awal 5. Kulit pisang kepok ditimbang seberat terdapat ketika pada tahap permulaan. Fungsi
1.500 gram dan ditambahkan akuades sebanyak starter adalah mempercepat fase adaptasi. Fase
1 L, kemudian diblender dan disaring. Setelah percapatan adalah fase pembelahan sel bakteri
itu dilakukan pengukuran pH dan kadar glukosa. dengan kecepatan yang rendah. Pada penelitian
Kemudian ditambahkan nutrisi seperti pada ini, fase percepatan terdapat selama hari ke-4
tahap pertama. Pada media fermentasi sampai hari ke-12. Pada hari ke-13 sampai hari
ditambahkan CaCO3 dengan konsentrasi yang ke-19 bakteri mengalami fase eksponensial,
bervariasi yaitu 0, 0,2, dan 0,4%. Selanjutnya sedangkan pada hari ke- 19 sampai ke-21
dilakukan hal yang sama dengan tahap pertama. bakteri mengalami fase perlambatan dan fase
Setelah proses fermentasi selesai, dilakukan stationer. Selama fase eksponensial,
pengamatan pH media, jumlah bakteri pertumbuhan sel berada pada keadaan
ditentukan dengan metode cawan tuang, dan maksimum. Hal ini berlanjut sampai nutrien
dilakukan uji kadar glukosa. Kemudian dalam media habis. Pada fase perlambatan,
dilakukan pemurnian asam laktat dengan cara bakteri mengalami perlambatan pertumbuhan.
yang sama dengan tahap pertama dan ditentukan Hal ini disebabkan zat nutrisi yang terdapat pada
kadar asam laktatnya. Pada penelitian tahap media sudah sangat berkurang. Dan akhirnya
kedua ini digunakan variabel-variabel sebagai bakteri mengalami fase kematian yang
berikut: disebabkan sudah tidak adanya nutrisi yang ada
1. Variabel tetap: dalam media. Pertumbuhan bakteri sangat
- Jenis kulit pisang yang digunakan yaitu kulit dipengaruhi oleh kondisi pH media. Jika kondisi
pisang kepok; pH media kurang sesuai, maka bakteri yang
- Volume media fermentasi 120 mL pada hidup juga tidak optimal.
erlenmeyer 100 mL;
- Suhu fermentasi = 35oC; 3.50E+09
- Jumlah kulit pisang yang dipakai adalah 1.500 3.00E+09
jumlah koloni (cfu/ml)

gram yang diekstrak dengan 1 L akuades. 2.50E+09


pH awal 3
Filtrat kulit pisang yang dihasilkan 2.00E+09 pH awal 4
mengandung glukosa sebanyak 86,64 gr/L. 1.50E+09 pH awal 5

2. Variabel berubah: 1.00E+09


pH awal 6

- Waktu fermentasi yang digunakan adalah 5.00E+08

selama 23 hari; 0.00E+00

- Jumlah CaCO3 yang ditambahkan ke dalam 0 5 10 15 20


waktu fermentasi (hari)
25

media fermentasi yaitu 0, 0,2, dan 0,4%


(dalam % b/v). (a)
3.50E+09
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 3.00E+09
jumlah koloni(cfu/ml)

2.50E+09
Pengaruh pH Awal Media, Konsentrasi pH awal 3
2.00E+09 pH awal 4
Substrat dan Waktu Fermentasi Terhadap 1.50E+09 pH awal 5
Jumlah Bakteri 1.00E+09
pH awal 6

Hasil penelitian hubungan antara waktu 5.00E+08


fermentasi dengan jumlah bakteri disajikan pada 0.00E+00
Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat bahwa jumlah 0 5 10 15 20 25

bakteri yang terdapat pada media hasil waktu fermentasi(hari)

fermentasi semakin meningkat hingga hari (b)

7
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

3.50E+09 dilakukan dengan penambahan H2SO4 1 M


3.00E+09 beberapa tetes, dan untuk mengkondisikan pH 6,
jumlah koloni (cfu/ml)
2.50E+09 dilakukan dengan penambahan CaCO3.
pH awal 3
2.00E+09 pH awal 4
Penambahan H2SO4 pada media fermentasi
1.50E+09 pH awal 5 sangat berpengaruh pada kadar glukosa awal,
1.00E+09
pH awal 6
yaitu menurunkan kadar glukosa awal. Hal ini
5.00E+08 mungkin disebabkan oleh hidrolisis karbohidrat
0.00E+00 yang berkelanjutan. Hidrolisis karbohidrat dalam
0 5 10 15 20 25
proses fermentasi yang umum digunakan adalah
waktu fermentasi(hari)
hidrolisis dengan larutan asam atau asam pekat
(c) atau hidrolisis dengan enzim. Dalam proses
Gambar 1. Hubungan antara waktu fermentasi hidrolisis dengan larutan asam, biasanya
dengan jumlah koloni bakteri pada berbagai pH awal digunakan asam sulfat dengan kadar mulai dari 1
fermentasi dengan konsentrasi substrat (a) 51mg/L, sampai 70%. Pada proses hidrolisis asam ini,
(b)70mg/L, dan (c)75mg/L dapat terjadi 2 reaksi. Reaksi yang pertama
adalah mengubah karbohidrat menjadi gula dan
Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa pertumbuhan reaksi yang kedua terjadi jika reaksi yang
bakteri yang paling signifikan terdapat pada pH pertama berkelanjutan yaitu perubahan gula
awal 5. Hal ini menunjukkan bahwa pada pH menjadi bentuk karbon yang lain[21]. pH awal
awal 5 Lactobacillus plantarum bertumbuh dan media sangat berpengaruh pada pertumbuhan
bereproduksi secara optimal. Pada pH awal bakteri, sehingga berpengaruh juga pada
fermentasi 3, 4, dan 6, jumlah bakteri lebih konsumsi glukosa oleh bakteri dan kadar
sedikit daripada jumlah bakteri pada pH awal glukosa sisa yang terdapat pada media hasil
fermentasi 5. Hal ini menunjukkan bahwa pH 3, fermentasi. Jika kondisi pH tidak sesuai untuk
4, dan 6 bukan merupakan pH optimum bakteri pertumbuhan Lactobacillus plantarum, maka
Lactobacillus plantarum. Lactobacillus massa glukosa yang dikonsumsi sedikit. Seperti
plantarum hidup pada kisaran pH 4,5-6,5[11]. ditunjukkan pada Gambar 5 bahwa pada pH
Pengaruh pH Awal Media, Konsentrasi awal 5 konsumsi glukosa oleh Bakteri paling
Substrat dan Waktu Fermentasi Terhadap banyak daripada pH awal 3, 4, dan 6.
Kadar Glukosa Sisa dan Konsumsi Glukosa
oleh Bakteri 14.00

Kadar glukosa pada media hasil fermentasi 12.00

berhubungan erat dengan jumlah bakteri yang


Kadar glukosa(%)

10.00

8.00
terdapat dalam media fermentasi. Glukosa yang 6.00
pH awal 3
pH awal 4

ada pada media fermentasi akan diubah menjadi 4.00


pH awal 5
pH awal 6

asam laktat oleh bakteri. Seiring dengan 2.00

berjalannya waktu fermentasi, konsumsi glukosa 0.00


0 5 10 15 20 25
oleh bakteri meningkat, sehingga glukosa yang Waktu fe rme ntasi (hari)

ada pada media fermentasi akan semakin (a)


berkurang. Hal ini tampak pada Gambar 2 dan 3.
Pada Gambar 2 terlihat kecenderungan yang 14.00
sama pada berbagai variasi konsentrasi substrat, 12.00
yaitu semakin lama waktu, kadar glukosa pada 10.00
Kadar glukosa (%)

media hasil fermentasi semakin menurun. Hal ini 8.00


pH awal 3
pH awal 4
disebabkan oleh meningkatnya konsumsi pH awal 5
6.00 pH awal 6
glukosa oleh Bakteri dari hari ke hari seperti
4.00
yang disajikan pada Gambar 4 dan 5. Konsumsi
2.00
glukosa yang dimaksud adalah banyaknya
glukosa yang dimanfaatkan oleh bakteri
0.00
0 5 10 15 20 25

dibandingkan dengan glukosa awal. pH filtrat Waktu fe rme ntasi (hari)

kulit pisang kepok mula-mula adalah 5, oleh (b)


karena itu untuk mengkondisikan pH 4 dan pH 3

8
Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT…

14.00 3.50

Kadar asam laktat (%)


12.00 3.00

2.50
Kadar glukosa (%)
10.00 pH awal 3
51 mg/L
pH awal 4 2.00
8.00 70 mg/L
pH awal 5 1.50
6.00 75 mg/L
pH awal 6
1.00
4.00
0.50
2.00
0.00
0.00 0 5 10 15 20 25
0 5 10 15 20 25 Waktu fermentasi (hari)
Waktu fermentasi (hari)
(d)
(c)
Gambar 2. Hubungan antara waktu fermentasi Gambar 3. Hubungan antara waktu fermentasi
terhadap kadar glukosa pada berbagai pH dengan terhadap kadar glukosa pada berbagai konsentrasi
konsentrasi substrat (a) 50,99 gr/L, (b) 69,82 gr/L, substrat dengan pH awal (a)3, (b)4, (c)5, dan (d)6
dan (c) 150 gr/L
60.00
3.50
50.00

konsumsi glukosa(%)
Kadar asam laktat (%)

3.00
40.00 pH awal 3
2.50 pH awal 4
51 mg/L 30.00 pH awal 5
2.00
70 mg/L pH awal 6
1.50 20.00
75 mg/L
1.00 10.00
0.50
0.00
0.00 0 5 10 15 20 25
0 5 10 15 20 25 waktu fermentasi (hari)

Waktu fermentasi (hari) (a)


(a) 60.00
konsumsi glukosa(%)

50.00
3.50
pH awal 3
40.00
Kadar asam laktat (%)

3.00 pH awal 4
2.50 30.00 pH awal 5
51 mg/L pH awal 6
2.00 20.00
70 mg/L
1.50 10.00
75 mg/L
1.00 0.00
0.50 0 5 10 15 20 25
waktu fermentasi(hari)
0.00
0 5 10 15 20 25 (b)
Waktu fermentasi (hari)
60.00
(b)
konsumsi glukosa(%)

50.00
pH awal 3
40.00
pH awal 4
3.50
30.00 pH awal 5
3.00
Kadar asam laktat (%)

pH awal 6
20.00
2.50

2.00
51 mg/L 10.00
70 mg/L
1.50 0.00
75 mg/L
0 5 10 15 20 25
1.00
waktu fermentasi(hari)
0.50
(c)
0.00
0 5 10 15 20 25
Gambar 4. Hubungan antara waktu fermentasi
Waktu fermentasi (hari) terhadap konsumsi glukosa pada berbagai pH
dengan konsentrasi substrat (a) 50,99 gr/L,
(c) (b) 69,82 gr/L, dan (c) 150 gr/L

9
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

bahwa dari hari ke hari asam laktat yang


60.00
dihasilkan semakin meningkat sampai hari ke-
Konsumsi glukosa (%) 50.00
20. Untuk waktu fermentasi yang lebih lama
40.00
51 mg/L
daripada 20 hari, tidak ada peningkatan
30.00
70 mg/L perolehan asam laktat. Hal ini disebabkan seiring
dengan bertambahnya waktu fermentasi, bakteri
20.00 75 mg/L

Lactobacillus plantarum terus bertumbuh dan


10.00

0.00
0 5 10 15 20 25
berkembang biak sehingga enzim laktat
Waktu fermentasi (hari) dehidrogenase yang dihasilkan semakin
bertambah dan semakin banyak pula asam laktat
(a)
yang dihasilkan. Ketika sumber karbon yang
60.00 digunakan habis dan Lactobacillus plantarum
sudah tidak bertumbuh dan berkembang biak
Konsumsi glukosa (%)

50.00

40.00
51 mg/L
lagi, maka enzim yang dihasilkan menurun
30.00 70 mg/L sehingga tidak dapat memproduksi asam laktat
75 mg/L
20.00
lebih banyak lagi. Untuk mendapatkan kondisi
10.00
optimum proses fermentasi, dilakukan variasi
0.00
0 5 10 15 20 25
pH awal fermentasi yaitu pH 3, 4, 5, dan 6. Pada
Waktu fermentasi (hari) Gambar 6 disajikan juga hasil penelitian yang
(b)
merupakan hubungan antara pH awal media
dengan kadar asam laktat. Pada Gambar 6
60.00 terlihat bahwa terjadi kecenderungan yang sama
pada setiap variasi konsentrasi substrat yaitu
Konsumsi glukosa (%)

50.00

40.00
51 mg/L
asam laktat yang paling banyak terbentuk pada
30.00 70 mg/L pH awal 5, diikuti dengan pH awal 6, 4,
20.00
75 mg/L
dan yang paling sedikit pada pH awal 3. Hal
10.00 ini terjadi karena kondisi pH awal media
0.00 mempengaruhi pertumbuhan Lactobacillus
0 5 10 15 20 25

Waktu fermentasi (hari)


plantarum.
3.50
(c) 3.00
Kadar asam laktat (%)

2.50
60.00
2.00 pH awal 3
Konsumsi glukosa (%)

50.00 1.50 pH awal 4


pH awal 5
40.00 1.00
51 mg/L pH awal 6
30.00 70 mg/L 0.50
75 mg/L 0.00
20.00
0 5 10 15 20 25
10.00
Waktu fermentasi (hari)
0.00
0 5 10 15 20 25 (a)
Waktu fermentasi (hari)

3.50
(d)
Gambar 5. Hubungan antara waktu fermentasi 3.00
Kadar asam laktat (%)

terhadap konsumsi glukosa pada berbagai konsentrasi 2.50

substrat dengan pH awal (a) 3, (b) 4, (c) 5, dan (d) 6 2.00 pH awal 3
pH awal 4
1.50
pH awal 5
1.00
Pengaruh pH Awal Media, Konsentrasi pH awal 6
0.50
Substrat dan Waktu Fermentasi Terhadap
0.00
Perolehan Asam Laktat 0 5 10 15 20 25
Hasil penelitian yang merupakan Hari fermentasi (hari)

hubungan antara waktu fermentasi terhadap


kadar asam laktat yang diperoleh, disajikan pada (b)
Gambar 6, dan 7. Dalam Gambar 6 terlihat

10
Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT…

3.50 3.50
3.00

Kadar asam laktat (%)


3.00

Kadar asam laktat (%)


2.50
2.50
2.00 pH awal 3
51 mg/L
pH awal 4 2.00
1.50 70 mg/L
pH awal 5
1.50
1.00 pH awal 6 75 mg/L
0.50 1.00

0.00 0.50
0 5 10 15 20 25
0.00
Waktu fermentasi (hari)
0 5 10 15 20 25

(c) Waktu fermentasi (hari)

Gambar 6. Hubungan antara waktu fermentasi dan (d)


asam laktat pada berbagai pH awal media dengan
dengan pH awal (a) 3, (b) 4, (c) 5, dan (d) 6 Gambar 7. Hubungan antara waktu fermentasi dan
kadar asam laktat pada berbagai konsentrasi substrat
konsentrasi substrat (a) 50,99 gr/L, (b) 69,82 gr/L,
dan (c) 150 gr/L
3.50

Jika kondisi pH tidak sesuai untuk


Kadar asam laktat (%)

3.00

2.50 pertumbuhan Lactobacillus plantarum, maka


2.00
51 mg/L
70 mg/L
enzim yang dihasilkan juga sedikit.
1.50
75 mg/L Lactobacillus plantarum hidup pada pH 4,5 –
1.00 6,5[11]. Pembentukan produk asam laktat yang
0.50 dihasilkan oleh mikroba dengan proses
0.00 fermentasi terjadi pada fase lambat dan fase
0 5 10 15 20 25
stationer atau pada saat bakteri berada pada fase
Waktu fermentasi (hari)
pertumbuhan[21]. Pada proses fermentasi, bakteri
(a) Lactobacillus plantarum menghasilkan enzim
laktat dehidrogenase. Enzim memerlukan
3.50 kondisi yang optimal untuk aktifitas
maksimumnya, salah satu di antaranya adalah
K adar asam laktat (% )

3.00

2.50
pH. Pada Gambar 6 terlihat bahwa terjadi
51 mg/L perbedaan jumlah asam laktat yang terbentuk
2.00
70 mg/L pada setiap pH awal fermentasi. Hal ini
1.50
75 mg/L disebabkan karena variasi pH media
1.00
menyebabkan perubahan aktifitas enzim,
0.50 sehingga mempengaruhi laju reaksi
0.00 enzimatisnya. Dengan demikian, enzim hanya
0 5 10 15 20 25
aktif pada daerah pH tertentu. Jadi, pH media
Waktu fermentasi (hari) mempengaruhi laju reaksi enzimatis dan
stabilitas enzim[21].
(b)
Asam laktat terbanyak diperoleh dari
penggunaan konsentrasi substrat 150 gr/L
(dihitung sebagai konsentrasi glukosa) yang
3.50

3.00
Kadar asam laktat (%)

dihasilkan dari ekstraksi 1.500 gram kulit pisang


2.50
51 mg/L
dengan 1 L air. Pada hasil ekstraksi dari 1.500
2.00

1.50
70 mg/L gram kulit pisang tersedia lebih banyak
1.00
75 mg/L
karbohidrat daripada hasil ekstraksi 800 gram
0.50
atau 600 gram kulit pisang yang memiliki
0.00
konsentrasi substrat 50,99, dan 69,82 gr/L. Hasil
0 5 10 15 20 25 penelitian yang merupakan hubungan antara
Waktu fermentasi (hari)
konsentrasi substrat dengan kadar asam laktat
(c) disajikan pada Gambar 7. Semakin sedikit

11
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

kandungan air pada filtrat kulit pisang, variasi konsentrasi CaCO3, yaitu semakin lama
kandungan glukosanya semakin banyak. Melalui hari kadar glukosa dalam media hasil semakin
rangkaian proses yang panjang, terbentuk asam menurun. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya
laktat dari glukosa oleh enzim laktat konsumsi glukosa oleh Lactobacillus plantarum
dehidrogenase, sehingga dengan konsentrasi dari hari ke hari seperti yang disajikan pada
substrat yang semakin besar, asam laktat yang Gambar 10. Berhentinya penurunan kadar
dihasilkan juga akan lebih banyak. glukosa dalam media fermentasi, terjadi pada
waktu fermentasi yang berbeda untuk setiap
Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat konsentrasi CaCO3. Hal ini terjadi karena
Terhadap Jumlah Bakteri peranan CaCO3 pada media fermentasi yang
Pada proses fermentasi, waktu fermentasi, mengoptimalkan pertumbuhan bakteri, sehingga
pH media, dan konsentrasi CaCO3 sangat mempengaruhi kecepatan konsumsi glukosa
berpengaruh terhadap jumlah bakteri yang pada media. Pada hasil penelitian ini, kadar
dihasilkan. Hasil penelitian yang merupakan glukosa yang ada dalam media fermentasi tidak
hubungan antara waktu fermentasi terhadap mendekati nol. Hal ini karena terjadinya proses
jumlah bakteri disajikan pada Gambar 8. Dari sakarifikasi yang berkaitan dengan proses
Gambar 8 terlihat bahwa jumlah bakteri yang perubahan pati menjadi glukosa[3]. Proses ini
terdapat pada media hasil fermentasi semakin kemungkinan terjadi pada saat glukosa telah
meningkat, konstan dan kemudian menurun. hampir habis dikonsumsi, sehingga terjadi
Pertumbuhan bakteri memiliki beberapa tahapan penambahan kadar glukosa.
fase. Terdapat perbedaan waktu tempuh antara Didasarkan pada konsentrasi CaCO3 0%
tahapan fase pada konsentrasi CaCO3 0%, 0,2%, (b/v), bahwa pH media paling drastis
dan 0,4%. berkurangnya dibandingkan dengan konsentrasi
Pertumbuhan bakteri sangat dipengaruhi CaCO3 0,2%, dan 0,4%. Sedangkan pada
oleh kondisi pH media tempat bakteri tersebut Gambar 10 terlihat bahwa pada konsentrasi
hidup. Dalam hal ini, pH media telah sangat CaCO3 0%, terjadi penurunan kadar glukosa
sesuai dengan bakteri, maka akan memacu yang paling kecil di antara konsentrasi CaCO3
bakteri untuk mempercepat konsumsi glukosa, 0,2%, dan 0,4%. Hal ini terjadi karena pH media
sehingga glukosa menjadi cepat berkurang yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Pada
menimbulkan pencapaian keadaan maksimum keadaan tersebut pH media kurang sesuai
dari pertumbuhan bakteri menjadi lebih cepat. dengan bakteri, sehingga jika bakteri tidak
2.5E+05 bertumbuh secara optimal, maka glukosa yang
dikonsumsi juga sedikit. Penurunan kadar
Jumlah koloni / mL sampel

2.0E+05
glukosa yang paling mendekati nol adalah
1.5E+05 CaCO3 0%(b/v)
CaCO3 0,2%(b/v)
konsentrasi CaCO3 0,2% (b/v), hal ini terjadi
1.0E+05 CaCO3 0,4%(b/v) karena pada konsentrasi CaCO3 0,2 %, pH media
5.0E+04
telah sangat sesuai dengan bakteri, sehingga
memacu bakteri untuk mempercepat konsumsi
0.0E+00
0 5 10 15 20 25
glukosa sebagai sumber energi utamanya.
W aktu Fermentasi (hari) 9.00
8.00
Gambar 8. Hubungan antara waktu fermentasi 7.00
Kadar Glukosa (%)

terhadap jumlah bakteri pada berbagai konsentrasi 6.00


CaCO3 0%(b/v)
CaCO3. 5.00
CaCO3 0,2%(b/v)
4.00
Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat 3.00
CaCO3 0,4%(b/v)

Terhadap Kadar Glukosa Sisa 2.00

Glukosa yang ada dalam media akan 1.00

diubah menjadi asam laktat oleh Lactobacillus 0.00


0 5 10 15 20 25
plantarum[15]. Seiring dengan berjalannya waktu, Waktu fermentasi (hari)

glukosa yang ada dalam media akan semakin


Gambar 9. Hubungan antara waktu fermentasi
berkurang karena dikonsumsi oleh bakteri. Hal terhadap kadar glukosa sisa setelah fermentasi pada
ini tampak pada Gambar 9. Pada Gambar 9 berbagai konsentrasi CaCO3.
terlihat kecenderungan yang sama pada berbagai

12
Ferdaus: PENGARUH pH, KONSENTRASI SUBSTRAT, PENAMBAHAN KALSIUM KARBONAT…

90 kondisi yang optimal untuk aktifitas maksimum

Kadar Konsumsi Glukosa (%)


80
mereka, salah satu di antaranya adalah pH. Pada
70
60 Gambar 11 terlihat bahwa terjadi perbedaan
massa asam laktat yang terbentuk pada setiap
CaCO3 0% (b/v)
50
CaCO3 0,2% (b/v)
40
30
CaCO3 0,4% (b/v) konsentrasi CaCO3. Hal ini disebabkan karena
20 variasi konsentrasi CaCO3 menimbulkan
bervariasinya pH media yang kemudian
10
0
0 5 10 15 20 25 menyebabkan perubahan aktifitas enzim,
sehingga mempengaruhi laju reaksinya. Maka
W a ktu Fe rm e nta si (ha ri)

Gambar 10. Hubungan antara waktu fermentasi enzim hanya aktif pada kisaran pH tertentu[21].
terhadap konsumsi glukosa pada berbagai konsentrasi Jadi, konsentrasi CaCO3 mempengaruhi laju
CaCO3. reaksi maksimum dan stabilitas enzim sehingga
kecepatan pembentukan asam laktat berbeda
Pengaruh Penambahan Kalsium Karbonat untuk konsentrasi CaCO3 yang berbeda.
Terhadap Kadar Asam Laktat 6.00
Akibat penambahan CaCO3, maka proses 5.00

Kadar Asam Laktat (%)


fermentasi akan menghasilkan kalsium laktat. 4.00
Untuk melepaskan kalsium dari kalsium laktat, 3.00
CaCO3 0% (b/v)
CaCO3 0,2% (b/v)
maka ditambahkan asam sulfat, sehingga 2.00
CaCO3 0,4% (b/v)

terbentuk kalsium sulfat dan asam laktat.


Reaksinya adalah[15]:
1.00

0.00
Ca(CH3CHOHCOO)2 + H2SO4 → 0 5 10 15 20 25

2CH3CHOHCOOH + CaSO4 (1) W ak tu Ferm entas i (hari)

Hasil penelitian yang merupakan Gambar 11. Hubungan antara waktu fermentasi
hubungan antara waktu fermentasi terhadap terhadap kadar asam laktat yang dihasilkan pada
kadar asam laktat yang diperoleh, disajikan pada berbagai konsentrasi CaCO3
Gambar 11. Dari Gambar 11 terlihat bahwa
dengan bertambahnya hari asam laktat yang KESIMPULAN
dihasilkan semakin meningkat, kemudian pH awal fermentasi, konsentrasi substrat,
konstan. Hal ini disebabkan seiring dengan dan waktu fermentasi berpengaruh terhadap
bertambahnya waktu fermentasi, bakteri kadar asam laktat, kadar glukosa sisa dan jumlah
Lactobacillus plantarum terus bertumbuh dan bakteri yang dihasilkan. Kondisi optimum proses
berkembang biak sehingga enzim laktat fermentasi filtrat kulit pisang kepok dengan
dehidrogenase yang dihasilkan semakin menggunakan Lactobacillus plantarum yang
bertambah dan semakin banyak pula asam laktat didasarkan pada perolehan kadar asam laktat
yang dihasilkan. Ketika sumber karbon yang terbesar dicapai pada konsentrasi substrat 75
digunakan habis dan Lactobacillus plantarum mg/L, dengan pH awal media fermentasi = 5 dan
sudah tidak bertumbuh dan berkembang biak dengan waktu fermentasi selama 20 hari.
lagi, maka enzim yang dihasilkan menurun, Kondisi optimum proses fermentasi filtrat
sehingga tidak dapat memproduksi asam laktat kulit pisang kepok dengan menggunakan
lebih banyak lagi. Untuk mendapatkan kondisi Lactobacillus plantarum yang didasarkan pada
optimum proses fermentasi, dilakukan variasi perolehan kadar asam laktat terbesar dicapai
konsentrasi CaCO3 yaitu 0, 0,2, dan 0,4% (b/v). pada konsentrasi substrat 86,64 g/L, dengan pH
Dari Gambar 11 terlihat bahwa kadar asam laktat awal media fermentasi = 5, konsentrasi CaCO3
tertinggi yang dihasilkan yaitu pada konsentrasi 0,2%, dan dengan waktu fermentasi selama 10
CaCO3 0,2% (b/v). Hal ini terjadi karena kondisi hari
pH media mempengaruhi pertumbuhan
Lactobacillus plantarum. Jika kondisi pH tidak DAFTAR PUSTAKA
sesuai untuk pertumbuhan Lactobacillus [1] Ant, D., “BPPT teliti sagu untuk industri
plantarum, maka enzim yang dihasilkan juga Asam Laktat”, Teknologi dan Sains,
sedikit. Pada proses fermentasi, bakteri Gatra.com, diakses 24 April 2004
Lactobacillus plantarum menghasilkan enzim [2] Munadjim, ”Teknologi Pengolahan Pisang”,
laktat dehidrogenase. Enzim memerlukan hlm. 14, 16, 63, PT Gramedia, Jakarta, 1984

13
WIDYA TEKNIK Vol. 7, No. 1, 2008 (1-14)

[3] Anuradha, R., Suresh, A.K., Venkatesh, York, 1951


K.V., “Simultaneous Saccharification and [14] Waluyo, L., “Mikrobiologi Umum”, hlm.
Fermentation of Starch to Lactic Acid”, 112, 114,116, 122, 128, 160, UMM Press.,
Process Biochemistry, Vol 35, hlm.367-375, Malang, 2005
1999 [15] Huang, L.P., Jin, B., Lant, P., Zhou, J.,
[4] Sunarjono, H., “Berkebun 21 Jenis Tanaman ”Simultaneous saccharification and
Buah”, hlm.66-72, Penebar Swadaya, fermentation of potato starch wastewater
Depok, 2005 to lactic acid by Rhizopus oryzae and
[5] Poedjiadi, A., “Dasar-Dasar Biokimia”, Rhizopus arrhizus”, Biochemical
hlm. 247-255, Penerbit Universitas Engineering Journal, Vol. 23, hlm. 265-
Indonesia (UI-Press), Jakarta, 1994 276, 2005
[6] Seppo Salminen, A. W., “Lactic Acid [16] Tellez-Luis,S.J., Moldes, A.B.,
Bacteria”, hlm. 4-88, 20-33, 295-296, Vazquez.M., Alonso.J.L., “Evaluation of
Marcel Dekker, Inc., New York, 1993 culture media with corn steep liquor on
[7] Narayanan, N., Roychoudhury, P.K., lactic acid production by Lactobacillus
Srivastava, A., “L (+) lactic acid delbrueckii”, Sess. 46E-16, Annual
fermentation and its product Meeting and Food Expo, Anaheim-
polymerization”, Electronic Journal of California, 2002
Biotechnology, Vol.7, No.2., 2004 [17] Tong, Y., Hirata, M., Takanashi, H., Hano,
[8] Budiyanto, M.A.K., ”Mikrobiologi T., Kubota, F., Goto, M., Nakashio, F.,
Terapan”, Edisi Pertama, hlm. 45,46,47, Matsumoto, M., “Extraction of Lactic
UMM Press., Malang, 2002 Acid From Fermented Broth With
[9] Perry, R.H., Don Green, “Perry’s Chemical Microporous Hollow Fiber Membranes”,
Engineer’s Hand Book”, Edisi Ketujuh, hlm. Journal of Membrane Science, Vol. 143,
141, Mc Graw–Hill Book Co., Toronto, 1997 hlm. 81-91, 1998
[10] Anonim, “Fermented fruits and [18] Frieling, P., Schügerl, K., “Recovery of
vegetables. A global perspective”, Chapter lactic acid from aqueous model solutions
5, FAO Corporate Document Repository, and fermentation broths”, Process
http://www.fao.org/docrep/- Biochemistry, Vol. 34, hlm. 685-696, 1999
x0560e/x0560e10.htm diakses 24 April [19] Cao, X., Yun, H.S., Koo, Y.M., “Recovery
2007 of L-(+)-lactic acid by anion exchange
[11] Pelczar, C., “Dasar-dasar Mikrobiologi 2”, resin Amberlite IRA-400”, Journal of
hlm. 896, 897, 901, 950, Penerbit UI- Biochemical Engineering, Vol. 11, hlm.
Press., Jakarta, 1988 189-196, 2002
[12] Gardner, J.N., Savard, T., Obermier, P., [20] Milcent, S., Carrère, H., “Clarification of
Caldwell, G., Champagne, C.P., Lactic Acid Fermentation Broths”,
“Selection and characterization of mixed Separation and Purification Technology,
starter cultures for lactic acid fermentation Vol. 22-23, hlm. 393-401, 2001
of carrot, cabbage, beet and onion [21] Anonim, “Oregon Cellulose-Ethanol
vegetable mixtures”, International Journal Study”, Appendix B , 1-3,
of Food Microbiology, Vol. 64, hlm. 261- "http://www.leds.state.or.us/ENERGY/RE
275. NEW/Biomass/docs/OCES/OCES_B.F"
[13] Kirk, R.E. dan Othmer, D.F., diakses 8 Juni 2007
“Encyclopedia of Chemical Technology”,
Vol. 6, hlm. 318-319, 322, The
Interscience Encyclopedia, Inc., New

14

Anda mungkin juga menyukai