Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

PENGONTROLAN PERTUMBUHAN MIKROORGARNISME

Oleh
Kelompok sasbel 6
Erda febriza
Riska ramadani
Resky hidayat
Poppy oktavia agustin
Muklis

Program Studi Ilmu Keperawatan


Stikes Payung Negeri
Pekanbaru
2019
2.1 Pengontrolan Pertumbuhan Mikroorganisme

Ada 4 macam fase pertumbuhan mikroorganisme yaitu fase lag, fase log
(fase eksponensial) fase stasioner dan fase kematian( T. Pratiwi 2008)
1. Fase lag
Merupakan fase adaptasi,yaitu fase penyesuaian
mikroorganisme pada suatu lingkungan baru ciri fase lag adalah
tidak adanya peningkatan jumlah sel, yang ada hanyalah
peningkatan ukuran sel. Lama fase lag tergantung pada kondisi dan
jumlah mikroorganisme dan media pertumnbuhan.
2. Fase log
(fase eksponensial) merupakan fase mikroorganisme tumbuh
dfan membelah pada kecepatan maksimum, tergantung pada
genetika mikroorganisme, sifat media, dan kondisi pertumbuhan.
3. Fase stasioner
Pertumbuhan mikroorganisme berhenti dan terjadi
keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah sel
yg mati. Pada fase ini terjadi gabungan produk toksin pada bagian
kasus besar pergantian sel terjadi dalam fase ini.
4. Fase kematian
Pada fase ini jumlah sel yang mati meningkat faktor
penyebabnya ketidaktersediaan nutrisi dan penggabungan produk
buangan yang toksik.
Pengontoral mikroorgarnisme
1) Virus
Menurut H monangan, aswan (2009)
Pengontrolan virus dilakukan dengan cara:
1. karentina: pemisahan manusia atau hewan yang terinveksi
dengan melihat tanda-tanda yang mencurigakan virus(akut).
2. Kontrol impor: melakukan pengontrolan impor seperti
memblokir impor hewan dari negara yang terinveksi.
3. Pemberitahuan: melaporkan dan menyebarkan informasi
tentang wilayah atau daerah yang rentan inveksi virus
kepada seluruh elemen masyarakat.
4. Isolasi: menghindari kontak dengan virus, memisahkan
hewan yyang diduga terinveksi dengan hewan lain ddalam
suatu peternakan.
5. Vaksinasi: untuk melindungi dari infeksi virus.

2) Bakteri
Menurut H monangan, aswan (2009)
Pengontrolan bakteri bertujuan untuk mennghambat
pertumbuhan bakteri dan mencegah kontabinasi bakteri yang tidak
dikehendaki kehadirannya didalam suatu media.

3) Jamur
Menurut black, jacquglyn G (2002)
Pengontrolan jamur biasanya masih dilakukan secara
konvesional. Proses pengontrolan secara konvesional dirasakan
tidak efektif karena membutuhkan perhatian secara serius agar suhu
ruangan pasteurisasi tetap stabil sekitar 70 ℃.faktor kelupaan
manusia, sebagai operator pengontrolannya disamping
menyebabkan proses pasteurisasi tidak berhasil juga kan
menyebabkan pemborosan penggunaan bahan bakar.
4) Parasit
Pengontrolan parasit dapat dilakukan secara biologis dan
mekanis. Secara biologis dilakukan dengan menggunakan predator
dan parasit hama tersebut. Contohnya nyamuk dikendalikan dengan
menebarkan bakteri bacillus thuringiensis subspesies israelensis
(dikenal dengan bubuk abate) untik membunuh larva nyamuk
diperairan. Sedangkan secara mekanis dilakukan secara langsung
dengan menggunakan tangan maupun dengan bantuan alat dan mesin
pertanian, juga memasang pelindung antara tumbuhan hama( misal
dengan rumah tanaman dan plastikultura). gulma bisa dihilangkan
dari lahhan pertanian dengan pengolahan tanah( pembajakan).

5) Riketsia
Pengontrolan pengendalian dapat dilakukan melalui
penggunaan insektisida N, N, diethylmetatoluamide ( rDEET)
untuk menurunkan populasi tungau, caplak, pinjal, permethrin
untuk mencegah gigitan caplak dan kutu.

6) Clamidia
Pengontrolan clamidia dengan menggunakan regimen antibiotik
yang bertujuan untuk mengeradikasi bakteri klamedia dari dalam
tubuh, sehingga todak terus menyebabkan gangguan, dimana
mungkin saja terjadi penyebaraan asending yang menimbulkan
berbagai keluhan pada organ reproduksi, dan menghentikan serta
mencegah penularan infeksi penyakit ini.
DAFTAR PUSTAKA

Black, Jacquelyn G. 2002. microbiology. John wiley dan sons. INC.


Sylvia T. Pratiwi. 2008. mikrobiologi farmasi. EMS.
Hamonangan, Aswan. 2009. operational Amplifir.

Anda mungkin juga menyukai