Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kelompok merupakan bagian dari kehidupan manusia. Tiap hari manusia akan
terlibat dalam aktivitas kelompok. Keberhasilan suatu perusahaan tergantung dari
kohesivitas kelompok kerja. Kohesivitas kelompok kerja merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi kemajuan perusahaan, membentuk karyawan dengan kohesivitas
tinggi adalah tugas pimpinan. Karyawan dipandang sebagai sumber daya yang penting
dan merupakan salah satu unsur pokok yang menentukan tercapainya tujuan organisasi.
Harapan perusahaan terhadap tiap karyawan dipekerjakan dalam perusahaannya. Agar
karyawan memberikan hasil kerja yang baik pada perusahaan.
Kohesivitas kelompok kerja sangat diutamakan untuk menjalin hubungan sesama
anggota kelompok lain, adanya interaksi, hubungan yang harmonis, hubungan yang
baik bawahan dengan pimpinan dan sebaliknya pimpinan menjalin hubungan yang
harmonis dengan bawahannya.
Kohesivitas merupakan unsur penting dari lingkungan kerja di perusahaan, di
mana sebuah kelompok kerja karyawan memerlukan kohesivitas dalam mewujudkan
kemenangan , visi dan misi. Salah satu faktor yang turutmenentukan kohesivitas adalah
kepemimpinan di perusahaanIdealnya karyawan yang memiliki kohesivitas tinggi akan
selalu senang dan membaur dengan kelompok lain di lingkungan kerja yang sama.
Meningkatkan hasil kerja yang dilakukan dengan secara berkelompok, semangat yang
tinggi. Tanpa adanya kohesivitas kelompok kerja maka perusahaan atau organisasi tidak
akan bisa maju dan tidak bisa tercapai tujuan yang diinginkan perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dalam tugas ini yaitu :
1. Apa pengertian dan jenis kelompok ?
2. Bagaimana tahap–tahap pertumbuhan kelompok ?
3. Bagaimana model perilaku dan prestasi kelompok ?
4. Bagaimana kohesivitas atau kepaduan dalam kelompok ?
5. Bagaimana efek kepaduan atau kohesivitas pada produktivitas kelompok ?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari tugas ini yaitu :

1
1. Untuk mengetahui pengertian dan jenis kelompok.
2. Untuk mengetahui tahap–tahap pertumbuhan kelompok.
3. Untuk mengetahui model perilaku dan prestasi kelompok.
4. Untuk mengetahui kohesivitas atau kepaduan dalam kelompok.
5. Untuk mengetahui efek kepaduan atau kohesivitas pada produktivitas kelompok.

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Pengertian dan Jenis Kelompok
1. Pengertian Kelompok
a. Menurut Robbins dan Coulter (2004)
Kelompok adalah gabungan/ kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi
dan saling bergantung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu.
b. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996).
Kelompok adalah kumpulan individu di mana perilaku dan atau kinerja satu
anggota dipengaruhi oleh perilaku dan / atau prestasi anggota lainnya.
c. Menurut Shaw (dalam Nimran, 1999)

Kelompok adalah kumpulan dua atau lebih orang yang berinteraksi satu sama lain
sedemikian rupa sehingga perilaku dan atau kinerja dari seseorang dipengaruhi
oleh perilaku/ kinerja anggota yang lain.
2. Jenis-jenis Kelompok
Ada beberapa pandangan yang dipakai untuk membedakan jenis-jenis kelompok.
Duncan yang dikutip oleh Adam I. Indrawijaya (1999) membedakannya berdasarkan
apakah kelompok itu bersifat formal atau informal, berdasarkan keanggotaan, kesukaan,
serta berdasarkan besarnya. Berikut akan memakai pendapatnya Duncan dalam
membedakan jenis-jenis kelompok itu yang uraiannya adalah sebagai berikut.
1) Kelompok formal, kelompok yang terbentuk dan berlangsung berdasarkan
ketentuan resmi, seperti struktur organisasi dan penugasan organisasi.
Maka dari sini ada:
a) Kelompok komando: Manajer dengan bawaharmya
b) Kelompok tugas, mereka bekerjasama untuk menyelesaikan suatu tugas
pekerjaan
c) Kelompok informal, kelompok yang tidak terstruktur dan ditetapkan secara
organisasi yang muncul sebagai respon terhadap kebutuhan akan kontak
sosial.

Maka akan ada:


a) Kelompok minat/ kepentingan, mereka bekerjasama untuk mencapai suatu
sasaran khusus yang menjadi kepedulian dari tiap orang di antara mereka.
b) Kelompok persahabatan, bergabung karena satu karakteristik/ lebih.
2) Kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan

3
a) Kelompok berdasarkan keanggotaan, merupakan kelompok yang lahir atas
dasar ketentuan formal atau karena seseorang telah memenuhi ketentuan
formal.
b) Kelompok berdasarkan kesukaan, adalah kelompok di mana perasaan para
anggotanya begitu terikat kepada ketentuan dan kepentingan kelompok.
3) Kelompok berdasarkan jumlah/besarnya anggota
a) Kelompok dua orang (dind)
b) Kelompok tiga orang (triad)

c) Kelompok yang terdiri atas lebih dari dari tiga orang.

2.2 Tahap – Tahap Pertumbuhan Kelompok


1. Menurut B.W. Tuckman dan M.A.C. Jensen dalam Robbins dan Coulter (2004)
dengan model 5 tahap yaitu:
a. Pembentukan (forming) adalah fase awal yang dicirikan dengan ketidakpastian
tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok.
b. Badai (storming) adalah tahapan kedua yang dicirikan oleh banyaknya konflik
dalam kelompok.
c. Penormaan (norming) adalah tahapan ketiga yang dicirikan adanya hubungan
yang akrab dan suasana keterpaduan dalam kelompok.
d. Pelaksanaan (reforming) adalah tahapan keempat, dimana kelompok telah
berfungsi dan diterima anggota.
e. Pembubaran (adjourning) adalah tahapan terakhir untuk kelompok yang sifatnya
sementara, yang dicirikan oleh adanya kepedulian untuk menuntaskan kegiatan-
kegiatan penutupan bukannya melaksanakan tugas atau pekerjaan.

2. Menurut Gibson dan kawan-kawan (1996), dengan model empat tahapan, sebagai
berikut:
a. Penerimaan bersama, adalah fase dimana anggota menolak untuk berkomunikasi
satu dengan yang lain. Tak mau mengekspresikan ide, sikap dan keyakinan
mereka.
b. Komunikasi dan pengambilan keputusan, adalah fase di mana telah mulai ada
komunikasi yang terbuka, diskusi, interaksi untuk menyelesaikan tugas.
c. Motivasi dan produktivitas, pada fase ini ada upaya menyelesaikan tujuan
kelompok.

4
d. Pengendalian dan organisasi, sudah tercipta afiliasi, regulasi dan norma
kelompok. Lebih mengedepankan tujuan kelompok dibanding individu.
3. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), dengan model empat
tahap, yaitu sebagai berikut.
a. Tahap orientasi, suatu tahapan di mana anggota mencoba untuk memahami
tujuan kelompok dan peranan masing-masing anggota.
b. Tahap konfrontasi, yang ditandai adanya konflik karena perebutan kekuasaan
dan pengaruh. Jika konflik dapat diatasi maka perjalanan kelompok menuju
kematangan semakin mendekati kenyataan.
c. Tahap deferensiasi suatu tahapan di mana perbedaan masing-masing individu
diakui, tugas pekerjaan berbasis keahlian dan kemampuan masing-masing
individu. Pada fase ini anggota sudah mulai merasakan sukses yang dicapai
kelompoknya.
d. Tahap kolaborasi, adalah suatu fase dimana kelompok sudah mencapai tingkat
kematangan yang tinggi. Komitmen dan kekompakan begitu tinggi. Keputusan
dan solusi masalah dilakukan melalui diskusi yang rasional.

2.3 Model Perilaku dan Prestasi Kelompok

5
Sumber: Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita.

1. Faktor Eksternal yang Menentukan Prestasi Kelompok


Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) faktor eksternal yang
menentukan prestasi kelompok adalah sebagai berikut :
a) Strategi organisasi-visi, misi, tujuan organisasi akan mempengaruhi perilaku
kelompok yang ada.
b) Struktur otoritas atau wewenang menyangkut penempatan suatu kelompok
dalam hiraki organisasi.
c) Peraturan formal, yang membakukan perilaku karyawan. Makin formal aturan,
makin konsisten dan dapat termalkan perilaku anggota.
d) Sumber daya organisasi. Besar kecilnya sumber daya seperti modal, peralatan,
bahan baku dan sumber daya lainnya yang disiapkan kepada kelompok akan
mempengaruhi perilaku dan prestasi kelompok.
e) Proses seleksi SDM. Proses seleksi yang berkualitas menjadi faktor penting
untuk memperoleh orang-orang yang berkualitas yang bila menjadi anggota
kelompok akan berkontribusi terhadap prestasi kelompok.
f) Penilaian prestasi dan sistem imbalan. Adanya sistem imbalan yang berbasis
prestasi atau kinerja akan berpengaruh terhadap perilaku kelompok.
g) Budaya organisasi. Setiap organisasi memiliki budaya organisasi tersendiri yang
akan menghantarkan anggota organisasi tersebut berperilaku dalam kelompok
maupun organisasi.

6
h) Lingkungan fisik tempat kerja. Kenyamanan lingkungan kerja seperti ruangan
yang tertata baik, tidak bising, sejuk, tenang dan aman akan berkontribusi
terhadap daya tahan dan semangat kerja angota.

2. Sumber Daya Internal Anggota Kelompok


Selain faktor-faktor eksternal diatas, perilaku dan prestasi kelompok juga
ditentukan oleh faktor internal anggota kelompok itu sendiri, seperti :
a) Kemampuan (baik itu kemampuan fisik, dan kemampuan intelektual).
b) Karakteristik kepribadian seperti kemahiran bergaul, kemandirian, kebebasan
atau sebaliknya, yang akan mempengaruhi individu dan kelompok dalam
berinteraksi dan memiliki efek terhadap prestasi kelompok. Sejumlah studi yang
dilakukan oleh para pakar telah memberi petunjuk bahwa ada hubungan antara
sifat-sifat kepribadian dan sikap terhadap perilaku.

3. Struktur Kelompok
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) struktur kelompok yang
meliputi kepemimpinan formal, peran, norma-norma, status kelompok, dan komposisi
kelompok dapat membentuk perilaku dari anggota dan memungkinkan dapat
menjelaskan sebagaian besar dari perilaku seseorang dan kelompok demikian juga
prestasi dari kelompok tersebut sebagai berikut :
a) Kepemimpinan Formal
Setiap kelompok kerja pasti punya pimpinan yang sah/formal yang akan
berperan penting dalam mempengaruhi perilaku anggota kelompok demi
keberhasilan kelompok.
b) Peran
Seperangkat pola perilaku diharapkan, dan yang dikaitkan pada seseorang yang
menduduki suatu posisi tertentu dalam suatu unit organisasi. Semua anggota
diharapkan dapat memainkan sejumlah peran baik di dalam kantor atau diluar.
Misalnya disamping kepala bagaian, bisa menjadi juru bicara dan bisa berperan
sebagai juru dakah, dan lain-lainnya. Peran menurut Robbins dan Coulter (2004)
adalah serangkaian pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang
menduduki posisi tertentu dalam sebuah organisasi. Seorang individu yang
diharapkan dengan harapan-harapan peran yang berlainan akan mengalami
konflik peran.
c) Norma

7
Adalah pedoman-pedoman yang diterima dan diikuti oleh anggota-anggota
sebuah kelompok (Robbins dan Coulter, 2004). Jika norma telah diterima oleh
anggota kelompok, maka norma itu dapat berfungsi sebagai alat untuk
mempengaruhi dan mengendalikan perilaku anggota kelompok.
d) Status Kelompok
Posisi atau peringkat yang didefnisikan secara sosial yang diberikan kepada
kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain. Status penting dipahami
karena salah satu motivator perilaku individu.
e) Ukuran Kelompok
Kelompok besar sangat baik untuk memperoleh mauskan yang beraneka.
Kelompok kecil lebih baik dalam melakukan sesuatu yang produktif dengan
masukan tersebut. Ukuran kelompok baik besar maupun kecil penting dipahami
karena terkait dengan produktivitas. Ada halnya kelompok besar anggota lebih
malas ketimbang yang kecil.
f) Proses Kelompok

Beberapa proses pentinng perlu dipahami diantaranya adalah seperti pola


komunikasi, pengambilan keputusan, perilaku pemimpin, dinamika kekuasaan
dan konflik yang terjadi dalam kelompok. Dalam berinteraksi antar anggota
kelompok bisa menghasilkan sinergi yang positif ataupun negatif.

4. Tugas Kelompok
Secara umum tugas kelompok dibagi menjadi dua yaitu tugas kompleks dan tugas
sederhana. Semakin kompleks suatu tugas akan membutuhkan lebih banyak anggota
untuk mendiskusikan alternatif metode kerja dan yang lainnya. Tugas sederhana
biasanya yang bersifat rutin dan standar yang tidak perlu banyak berdiskusi sehingga
anggotanya relatif sedikit.

2.4 Kohesivitas atau Kepaduan Dalam Kelompok


1. Kohesivitas Dalam Kelompok
Kohesivitas / kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa diwujudkan
dalam bentuk keramahan, kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau
pendapat, mau berkorban dan bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan (Indriyo
Gitosudarmo dan Nyoman Sudita, 1997). Robbins dan Coulter (2004) mengatakan

8
keterpaduan kelompok adalah tingkat sejauh mana anggota-anggota tertarik satu dengan
yang lain dan berbagai tujuan dalam kelompok tersebut.
2. Faktor- Faktor Yang Dapat Mendorong Kepaduan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) faktor-faktor yang
mendorong kepaduan adalah sebagai berikut :
a. Kesamaan Nilai Dan Tujuan
Kebersamaan nilai dan tujuan akan menimbulkan sebuah kebersamaan senasib
sepenanggungan sehingga para anggota kelompok akan bertanggung jawab satu
dengan yang lain serta melakukan perfoma dan perilaku yang tepat. Dalam hal
ini kepercayaan antar anggota akan terbentuk melalui pengungkapan ide, pikiran
dan perasaan.
b. Keberhasilan Dalam Mencapai Tujuan
Keberhasilan pencapaian tujuan dapat terjadi karena setiap Individu mampu
menunda kepuasan dan melepaskan ikatan dalam rangka mencapai tujuan
bersama, mampu membina dan memperluas pola, serta individu terlibat secara
emosional untuk mengungkapkan pengalaman, pengetahuan dan
kemampuannya.
c. Status Kelompok
Kelompok yang memiliki status atau kedudukan yang lebih tinggi lebih menarik
bagi anggota kelompoknya. Baik keberhasilan dalam mencapai tujuan maupun
status yang tinggi dapat menimbulkan adanya rasa kebanggaan dan kepuasan di
kalangan anggota kelompoknya.
d. Penyelesaian Perbedaan
Perbedaan yang ada ditangani dengan adaptasi satu sama lainnya dan pemecahan
masalah daripada dengan konflik. Ketidaksetujuan diselesaikan secara terbuka.

e. Kecocokan Terhadap Norma


Kelenturan setiap anggota kelompok untuk menerima ide, pandangan, norma
dan kepercayaan anggota kelompok lain tanpa merasa integritasnya terganggu
f. Daya Tarik Pribadi
Minat dan ketertarikan individu yang berasal dari diri pribadi untuk tetap berada
dalam kelompok dan melakukan hal-hal yang sekiranya dapat membawa
dampak positif terhadap kelompoknya.
g. Persaingan Antar Kelompok

9
Persaingan antar kelompok dapat memotivasi anggota kelompok untuk
menjadikan kelompoknya menjadi kelompok terbaik diantara kelompok yang
lainnya
h. Pengakuan Dan Penghargaan
Pengakuan dan penghargaan cenderung membuat individu merasa dibutuhkan
karena kinerjanya di dalam kelompok dihargai dan dipandang penting.

Menurut Mc Dougal faktor-faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok,


antara lain:
a. Kelangsungan Keberadaan Kelompok (berlanjut dalam waktu lama) dalam arti
keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi dan kebiasaan.
b. Adanya Organisasi dalam kelompok, yaitu deferensiasi dan spesialisasi fungsi
c. Kesadaran diri kelompok, dimana setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk
kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok
d. Pengetahuan tentang kelompok dan keterikatan (attachment) dalam kelompok.
3. Faktor-Faktor Yang Dapat Menurunkan Kepaduan
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), faktor- faktor yang
dapat menurunkan kepaduan adalah sebagai berikut :
a. Ketidaksamaan Tujuan
Sudah jelas sekali bahwa jika terdapat perbedaan tujuan para anggota kelompok
maka akan terjadi konflik. Bila konflik yang terjadi tidak dapat dikendalikan
dapat menyebabkan adanya penurunan tingkat kohesivitas.

b. Besarnya Anggota Kelompok


Sejalan dengan bertambah besarnya kelompok, maka frekuensi interaksi di
antara anggota kelompok akan menurun dengan demikian dapat menurunkan
tingkat kohesivitas.
c. Pengalaman Yang Tidak Menyenangkan Dengan Kelompok
Ketika anggota kelompok tidak menarik antara satu sama lainnya, atau
kurangnya kepercayaan di antara mereka atau adanya pengalaman yang tidak
menyenangkan dapat menurunkan adanya tingkat kepaduan.
d. Persaingan Di Dalam Anggota Kelompok
Jika terjadi persaingan intern anggota kelompok akan menyebabkan persaingan
dan permusuhan dan mendorong adanya perpecahan di antara anggota
kelompok.
e. Dominan

10
Jika satu atau lebih anggota kelompok mendominasi kelompok, atau karena sifat
kepribadian tertentu yang cenderung tidak senang berinteraksi dengan anggota
kelompok, maka kepaduan/kohesivitas tidak akan berkembang. Perilaku seperti
ini dapat menimbulkan adanya klik-klik dalam kelompok yang dapat
menurunkan tingkat kepaduan.

2.5 Efek Kepaduan atau Kohesivitas Pada Produktivitas Kelompok


Anggota kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan
produktivitasnya, karena mereka menikmati kepuasan kerja, sehingga menurunkan
tingkat absensi, mampu mengurangi tingkat perpindahan karyawan. Kelompok yang
padu akan mempersepsikan dirinya sebagai bagian dari kelompok, dan bahagia berada
di dalamnya, dan bangga terhadap kelompoknya. Hasil studi membuktikan hal tersebut.
Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen
anggota terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok begitu
kuat maka motif-motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi pada
kelompok. Selama norma kelompok mendorong produktivitas yang tinggi maka
kohesivitas dan produktivitas secara positif berhubungan (makin kohesif suatu
kelompok, makin besar produktivitas), tetapi jika norma kelompok mendorong
produktivitas yang rendah maka hubungannya negatif.
Kohesivitas kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-
orang yang ada didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai
cara yang lebih positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi
kegelisahan dan ketegangan. Seseorang dalam kohesivitas kelompok akan lebih siap
dalam menerima tujuan, keputusan dan norma kelompok. Selanjutnya, penyesuaian
terhadap tekanan akan lebih banyak pada kohesivitas kelompok, sehingga penolakan
individu pada tekanan tersebut akan melemah.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Pengertian dan Jenis Kelompok
Kelompok adalah gabungan/ kumpulan dua atau lebih individu yang berinteraksi
dan saling bergantung sehingga perilaku dan atau kinerja dari seseorang dipengaruhi
oleh perilaku/ kinerja anggota yang lain.
Adapun jenis kelompok adalah kelompok formal dan kelompok informal.
kelompok formal, maka dari sini ada: kelompok komando, kelompok tugas, dan
kelompok informal, maka akan ada: kelompok minat/ kepentingan dan kelompok
persahabatan. kelompok berdasarkan keanggotaan dan berdasarkan kesukaan yaitu :
kelompok berdasarkan keanggotaan dan kelompok berdasarkan kesukaan. dan
kelompok berdasarkan jumlah/besarnya anggota ada kelompok dua orang (dind),
kelompok tiga orang (triad) dan kelompok yang terdiri atas lebih dari dari tiga orang.

12
2. Tahap-Tahap Pertumbuhan Kelompok
Tahap- tahap Pertumbuhan Kelompok Menurut B. W. Tuckmandan M. A. C.
Jensendalam Robbins dan Coulter (2004) dengan model 5 tahap yaitu : Pembentukan
(forming), Badai (storming), Penormaan (norming), Pelaksanaan (performing),
Pembubaran (adjourning). Menurut Gibson dan kawan- kawan (1996), dengan model
empat tahapan, sebagai berikut: Penerimaan bersama, Komunikasi dan pengambilan
keputusan, Motivasi dan produktifitas, Pengendalian dan organisasi, Menurut Indriyo
Gito sudarmo dan NyomanSudita (1997), dengan model empat tahap, yaitu sebagai
berikut : Tahap orientasi, Tahap konfrontasi, Tahap deferensiasi, Tahap kolaborasi.

3. Model Perilaku dan Prestasi Kelompok


Model perilaku dan prestasi kelompok terdiri dari : faktor eksternal yang
menentukan prestasi kelompok, sumber daya internal anggota kelompok, struktur
kelompok dan tugas kelompok. Faktor eksternal yang menentukan prestasi kelompok,
menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) faktor eksternal yang
menentukan prestasi kelompok adalah sebagai berikut, strategi organisasi, struktur
otoritas, peraturan formal, sumber daya organisasi, proses seleksi SDM, penilaian
prestasi dan sistem imbalan, budaya organisasi dan lingkungan fisik tempat kerja. Selain
faktor-faktor eksternal diatas, perilaku dan prestasi kelompok juga ditentukan oleh
faktor internal anggota kelompok itu sendiri, seperti : kemampuan dan karakteristik
kepribadian. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) struktur
kelompok yang meliputi kepemimpinan formal, peran, norma-norma, status kelompok,
ukuran kelompok dan proses kelompok. Secara umum tugas kelompok dibagi menjadi
dua yaitu tugas kompleks dan tugas sederhana.
4. Kohesivitas atau Kepaduan Dalam Kelompok
Kohesivitas / kepaduan adalah kekuatan suatu kelompok yang bisa diwujudkan
dalam bentuk keramahan, kekompakan, antusias dalam mengemukakan saran atau
pendapat, mau berkorban dan bertanggung jawab atas apa yang dikerjakan. Menurut
Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997) faktor-faktor yang mendorong
kepaduan adalah kesamaan nilai dan tujuan, keberhasilan dalam mencapai tujuan, status
kelompok, penyelesaian perbedaan, kecocokan terhadap norma, daya tarik pribadi,
persaingan antar kelompok, pengakuan dan penghargaan. Menurut Mc Dougal faktor-
faktor yang mempengaruhi kohesivitas kelompok, antara lain: kelangsungan keberadaan

13
kelompok, adanya organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok dan
pengetahuan tentang kelompok dan keterikatan (attachment) dalam kelompok.
Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Nyoman Sudita (1997), faktor- faktor yang
dapat menurunkan kepaduan adalah ketidaksamaan tujuan , besarnya anggota kelompok
, pengalaman yang tidak menyenangkan dengan kelompok, persaingan di dalam anggota
kelompok dan dominan.
5. Efek Kepaduan atau Kohesivitas Pada Produktivitas Kelompok
Anggota kelompok yang tingkat kepaduannya tinggi biasanya akan meningkatkan
produktivitasnya, karena mereka menikmati kepuasan kerja, sehingga menurunkan
tingkat absensi, mampu mengurangi tingkat perpindahan karyawan. Kohesivitas
kelompok menciptakan suasana kerja yang lebih sehat. Karena orang-orang yang ada
didalamnya lebih menaruh perhatian pada orang lain dengan berbagai cara yang lebih
positif serta seseorang akan lebih berpengalaman dalam mengurangi kegelisahan dan
ketegangan.

DAFTAR PUSTAKA

I Komang Ardana, dan Ni Wayan Mujiati. 2009. Perilaku Keorganisasian. Graha


Ilmu: Yogyakarta.

Robbins, Stephen P. 2015. Perilaku Organisasi. Jakarta :Salemba Empat.

14

Anda mungkin juga menyukai