Makalah Antikonvulsi
Makalah Antikonvulsi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic seizure ).
Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala
konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah di tinggalkan
karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek
antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek
hipnotiknya.
B. Tujuan
6. Untuk mengertahui daftar nama obat berbahaya untuk ibu hamil dan menyusui .
C. Manfaat
3. Sebagai bahan untuk efek samping, perhatian, rute, dan dosis pemberian obat Antikonvulsi .
D. Identifikasi Masalah
E. Rumusan Masalah
1. Bagaimana epilepsi bisa terjadi .
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Antikonvulsi
Antikonvulsi digunakan terutama untuk mencegah dan mengobati bangkitan epilepsi (Epileptic seizure ).
Golongan obat ini lebih tepat dinamakan antiepilepsi, sebab obat ini jarang digunakan untuk gejala
konvulsi penyakit lain. Bromida, obat pertama yang digunakan untuk terapi epilepsi telah di tinggalkan
karena ditemukanya berbagai antiepilepsi baru yang lebih efektif. Fenobarbital diketahui memiliki efek
antikonvulsi spesifik, yang berarti efek antikonvulsinya tidak berkaitan langsung dengan efek
hipnotiknya. Di Indonesia fenobarbital ternyata masih digunakan, walaupun di luar negeri obat ini mulai
banyak di tinggalkan. Fenitoin (difenilhidantoin), sampai saat ini masih tetap merupakan obat utama
antiepilepsi. Di samping itukarbamazepin yang relatif lebiih baru makin banyak digunakan, krena
dibandingkan denganf enobarbital pengaruhnya terhadap perubahan tingkah laku maupun kemampuan
kognitif lebih kecil.
Epilepsi adalah gangguan neurologis umum kronis yang ditandai dengan kejang berulang tanpa alasan.
Ini adalah tanda-tanda kejangsementara dan / atau gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal,
berlebihan atau sinkron diotak. Sekitar 50 juta orang di seluruh dunia memiliki epilepsi, dengan hampir
90% dari orang-orang yang di negara-negara berkembang.Epilepsi lebih mungkin terjadi pada anak-anak
muda, atau orang di atas usia 65 tahun,namun dapat terjadi setiap saat. Epilepsi biasanya dikontrol, tapi
tidak sembuh, denganpengobatan, meskipun operasi dapat dipertimbangkan pada kasus yang sulit.
Namun, lebih dari30% orang dengan epilepsi tidak memiliki kontrol kejang bahkan dengan obat terbaik
yang tersedia. Tidak semua sindrom epilepsi seumur hidup - beberapa bentuk terbatas pada stadium
tertentu dari masa kanak-kanak. Epilepsi tidak harus dipahami sebagai gangguan tunggal, tetapilebih
sebagai sindrom dengan gejala jauh berbeda tetapi semua yang melibatkan aktivitas listrik episodik
abnormal di otak.Epilepsi adalah sebuah kondisi otak yang dicirikan dengan kerentanan untuk kejang
berulang(peristiwa serangan berat, dihubungkan dengan ketidaknormalan pengeluaran elektrik dari
neuron pada otak). Kejang merupakan manifestasi abnormalitas kelistrikan pada otak yang
menyebabkan perubahan sensorik, motorik, tingkah laku.
Konsep terjadinya epilepsi telah dikemukakan satu abad yang lalu oleh John Hughlings Jackson, bapak
epilepsi modern. Pada fokus epilepsi di korteks serebri terjadi letupan yang timbul kadang-kadang,
secara tiba-tiba, berlebihan dan cepat, letupan ini menjadi bangkitan umum bila neuron normal di
sekitarnya terkena pengaruh letupan tersebut. Konsep ini masih tetap di anut dengan beberapa
perubahan kecil. Adanya letupan depolarisasi abnormal yang menjadi dasar diagnosis diferensial epilepsi
memang dapat dibuktikan.
Terdapat 2 mekanisme antikonvulsi yang penting yaitu (1) dengan mencegah timbulnya letupan
depolarisasi eksesif pada neuron epileptik dalam fokus epilepsi (2) dengan mencegah terjadinya letupan
depolarisasi pada neuron normal akibat pengeruh fokus epilepsi. Bagian terbesar antiepilepsi yang
dikenal termasuk dalam golongan terakhir ini.Mekanisme kerja antiepilepsi hanya sedikit yang di
mengerti secara baik. Berbagai obat antiepilepsi diketahui mempengaruhi berbagai fungsi
neurofisiologik otak, terutama yang mempengaruhi system inhibisi yang melibatkan GABA dalam
mekanisme kerja berbagai antiepilepsi.
Antiepilepsi
Obat Antiepilepsi terbagi dalam 8 golongan. Empat golongan antiepilepsi mempunyairumus dengan inti
berbentuk cincin yang mirip satu sama lain yaitu golongan hidantoin,barbiturate, oksazolidindion dan
suksinimid.Akhir-akhir ini karbamazepin dan asam valproat memegang peran penting dalam pengobatan
epilepsy, karbamazepin untuk bangkitan parsial sederhana maupun kompleks,sedangkan asam valproat
terutama untuk bangkitan lena maupun bangkitan kombinasi lena dengan bangkitan tonik-klonik.
6. Golongan Benzodiazepin
DIAZEPAM
2. Benzodiazepin short-acting, dengan waktu paruh kurang dari 6 jam. Termasuk didalamnya
triazolam, zolpidem dan zopiclone.
4. Benzodiazepin long-acting, dengan waktu paruh lebih dari 24 jam. Termasuk didalamnya
flurazepam, diazepam dan quazepam.
Dipasaran, diazepam tersedia dalam bentuk tablet, injeksi dan gel rectal, dalam berbagaidosis sediaan.
Beberapa nama dagang diazepam dipasaran yaitu Stesolid®,Valium®, Validex® dan Valisanbe®, untuk
sediaan tunggal dan Neurodial®, Metaneuron®dan Danalgin®, untuk sediaan kombinasi dengan
metampiron dalam bentuk sediaan tablet.
MEKANISME KERJA
Bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron GABA.Reseptor
Benzodiazepin dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan kerapatan yang tinggiterutama dalam
korteks otak frontal dan oksipital, di hipokampus dan dalam otak kecil. Padareseptor ini, benzodiazepin
akan bekerja sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai
benzodiazepin dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanyainteraksi benzodiazepin, afinitas
GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan inikerja GABA akan meningkat. Dengan
aktifnya reseptor GABA, saluran ion klorida akan terbukasehingga ion klorida akan lebih banyak yang
mengalir masuk ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel
bersangkutan dan sebagai akibatnya,kemampuan sel untuk dirangsang berkurang. Akibatnya,
PROFIL FARMAKOKINETIKA
t½ : Diazepam 20-40 jam, DMDZ 40-100 jam. Tergantung pada variasi subyek. t½meningkat pada
mereka yang lanjut usia dan bayi neonatus serta penderita gangguanliver. Perbedaan jenis kelamin juga
harus dipertimbangkan.
Volume Distribusi : Diazepam dan DMDZ 0,3-0,5 mL/menit/Kg. Juga meningkat padamereka yang
lanjut usia.
Distribusi dalam Darah : Plasma (perbandingan dalam darah) Diazepam 1,8 danDMDZ 1,7.Ikatan
Protein : Diazepam 98 – 99% dan DMDZ 97%. Didistribusi secaraluas. Menembus sawar darah otak.
Menembus plasenta dan memasuki ASI.
Jalur metabolisme : Oksidasi Dimetabolisme terutama oleh hati. Beberapa produk metabolismenya
bersifat aktif sebagai depresan SSP.
PENGGUNAAN TERAPI
Indikasi
Diazepam digunakan untuk memperpendek mengatasi gejala yang timbul seperti gelisah yang
berlebihan, diazepam juga dapat diinginkan untuk gemeteran, kegilaan dan dapat menyerangsecara
tiba-tiba. Halusinasi sebagai akibat mengkonsumsi alkohol. diazepam juga dapatdigunakan untuk kejang
otot, kejang otot merupakan penyakit neurologi. dizepam digunakansebagai obat penenang dan dapat
juga dikombinasikan dengan obat lain.
Kontraindikasi
1. Hipersensitivitas
3. Pasien koma
Efek Samping
Sebagaimana obat, selain memiliki efek yang menguntungkan diazepam juga memiliki efek samping
yang perlu diperhatikan dengan seksama. Efek samping diazepam memiliki tigakategori efek samping,
yaitu :1. Efek samping yang sering terjadi, seperti : pusing, mengantuk 2. Efek samping yang jarang
terjadi, seperti : Depresi, Impaired Cognition3. Efek samping yang jarang sekali terjadi,seperti : reaksi
alergi, amnesia, anemia,angioedema, behavioral disorders, blood dyscrasias, blurred vision,
kehilangankeseimbangan, constipation, coordination changes, diarrhea, disease of liver,
drugdependence, dysuria, extrapyramidal disease, false Sense of well-being, fatigue, generalweakness,
headache disorder, hypotension, Increased bronchial secretions, leukopenia,libido changes, muscle
spasm, muscle weakness, nausea, neutropenia disorder,polydipsia, pruritus of skin, seizure disorder,
sialorrhea, skin rash, sleep automatism,tachyarrhythmia, trombositopenia, tremors, visual changes,
vomiting, xerostomia.
Perhatian
Peringatan
1. Pada ibu hamil diazepam sangat tidak dianjurkan karena dapat sangat berpengaruh pada janin.
Kemampuan diazepam untuk melalui plasenta tergantung pada derajat relativitasdari ikatan protein
pada ibu dan janin. Hal ini juga berpengaruh pada tiap tingkatankehamilan dan konsentrasi asam lemak
bebas plasenta pada ibu dan janin. Efek sampingyang dapat timbul pada bayi neonatus selama beberapa
hari setelah kelahiran disebabkanoleh enzim metabolism obat yang belum lengakp. Kompetisi antara
diazepam danbilirubin pada sisi ikatan protein dapat menyebabkan hiperbilirubinemia pada
bayineonatus.
3. Jika berusia diatas 65 tahun dosis yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi karena dapat
membahayakan jiwa pasien tersebut. Usia lanjut dapat mempengaruhi distribusi,eliminasi dan klirens
dari benzodiazepine.
4. Obat ini tidak diperbolehkan diminum pada saat membawa kendaraan karena obat ini
menyebabkan mengantuk.
5. Pada pasien yang merokok harus konsultasi pada dokter lebih dahulu sebelummenggunakan
diazepam, karena apabila digunakan secara bersamaan dapat menurunkanefektifitas diazepam.
8. Hindarkan penggunaan pada pasien dengan depresi CNS atau koma, depresi
pernafasan,insufisiensi pulmonari akut,, miastenia gravis, dan sleep apnoea
9. Hati-hati penggunaan pada pasien dengan kelemahan otot serta penderita gangguan hatiatau
ginjal, pasien lanjut usia dan lemah.
10. Diazepam tidak sesuai untuk pengobatan psikosis kronik atau obsesional states .
INTERAKSI OBAT
Obat-obat :
4. Rifampicin atau barbiturat dapat meningkatkan metabolisme dan mengurangi efektifitas diazepam.
7. Diazepam yang diberikan secara oral akan sangat cepat diabsorbsi stelah pamberian
metoclorpropamida secara intravena. Perubahan motilitas dari gastrointestinal jugamemberikan
pengaruh terhadap proses absorbsi.
- Antiansietas, Antikonvulsan.
1. PO (Dewasa) : 2-10 mg 2-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat sekalisehari.
3. IM, IV (Dewasa) : 2-10 mg, dapat diulang dalam 3-4 jam bila perlu
.- Pra-kardioversi
- Pra-endoskopi
- Status Epileptikus
1. IV (Dewasa) : 5-10 mg, dapat diulang tiap 10-15 menit total 30 mg, programpengobatan ini dapat
diulang kembali dalam 2-4 jam (rute IM biasanya digunakanbila rute IV tidak tersedia).
2. IM, IV (Anak-anak > 5 tahun) : 1 mg tiap 2-5 menit total 10 mg, diulang tiap 2-4 jam.
3. IM, IV (Anak-anak 1 bulan – 5 tahun) : 0,2-0,5 mg tiap 2-5 menit sampai maksimum 5mg, dapat
diulang tiap 2-4 jam.
1. PO (Dewasa) : 2-10 mg 3-4 kali sehari atau 15-30 mg bentuk lepas lambat satu kalisehari. 2-2,5 mg
1-2 kali sehari diawal pada lansia atau pasien yang sangat lemah.
2. IM, IV (Dewasa) : 5-10 mg (2-5 mg pada pasien yang sangat lemah) dapat diulangdalam 2-4 jam.
-Putus Alkohol
1. PO (Dewasa) : 10 mg 3-4 kali pada 24 jam pertama, diturunkan sampai 5 mg 3-4 kalisehari.
2. IM, IV (Dewasa) : 10 mg di awal, keudian 5-10 mg dalam 3-4 jam sesuai keperluan
OVER DOSIS
Keracunan benzodiazepin dapat menyebabkan lemahnya kesadaran secara cepat. Koma yang
mendalam atau manifestasi lain depresi berat pada fungsi batang otak yang terganggu, padakeadaan ini
pasien seperti tidur dan dapat sadar sesaat dengan rangsangan yang cepat. Pada keadaan ini biasanya
disertai sedikit atau tanpa depresi pernapasan, curah dan irama jantung tetap normal pada saat anoxia
atau hipertensi berat. Toleransi benzodiazepin terjadi dengan cepat, keadaan sering kembali pada saat
konsentrasi obat dalam darah tinggi kemudian dapat diikuti dengan terjadinya koma. Pada overdosis
akut selama pemulihannya dapat terjadi ansietasdan insomnia, yang dapat berkembang menjadi
withdrawal syndrome (gangguan mental akibatpenghentian penggunaan zat psikoaktif), dapat pula
diikuti dengan kejang yang hebat, ini dapatterjadi pada pasien yang sebelumnya menjadi pemakai
kronik.- Sejak tahun 1980-1989, 1576 keracunan fatal di Inggris dihubungkan dengan penggunaan
benzodiazepin. 891 kasus dihubungkan dengan over dosis benzodiazepin sendiri dan 591 kasuslainnya
over dosis terjadi karena dikombinasikan dengan alkohol. Perbandingan tingkat kematian dengan data
penulisan resep pada periode yang sama, untuk menghitung indeks kematian karena keracunan per
sejuta resep, pada individu yang overdosis benzodiazepin memberikan kesankeracunan yang relatif
berbeda. Studi terakhir dari 303 kasus keracunan benzodiazepine didukung oleh perbedaan penemuan
dalam menilai keracunan akibat overdosis benzodiazepine yang relatif aman.- Pada over dosis
benzodiazepine, penanganan secara umum dengan monitoring pernafasan dantekanan darah. Reaksi
muntah diinduksi (selama 1 jam) bila pasien tetap sadar. Mempertahankan keluar masuknya udara
adalah hal yang penting apabila pasien dalam keadaan tidak sadar. Tidak ada keuntungan khusus
dengan pengosongan lambung, pemberian arang aktif (carbo adsorben)untuk mereduksi absorbsi.
Flumazenil, merupakan antagonis spesifik reseptor benzodiazepine,diindikasikan untuk penanganan
parsial atau menyeluruh pada efek sedative benzodiazepine dan digunakan pada keadaan over dosis
benzodiazepine.
TOKSISITAS
Efek toksis dapat terjadi bila konsentrasi dalam darah lebih besar dari 1,5 mg/L; kondisifatal yang
disebabkan oleh penggunaan tunggal diazepam jarang ditemukan, tetapi dapat terjadibila konsentrasi
dalam darah lebih besar dari 5 mg/L.LD5 oral dari diazepam adalah 720 mg/Kg pada mencit dan 1240
mg/Kg pada tikus.Pemberian intraperitoneal pada dosis 400 mg/Kg menyebabkan kematian pada hari
keenamsetelah pemberian pada hewan coba, monyet.
7. Asam Valproat
Asam valproat merupakan pilihan pertama untuk terapi kejang parsial, kejang absens,kejang mioklonik,
dan kejang tonik-klonik (11). Asam valproat dapat meningkatkan GABAdengan menghambat degradasi
nya atau mengaktivasi sintesis GABA. Asam valproat jugaberpotensi terhadap respon GABA post sinaptik
yang langsung menstabilkan membran serta mempengaruhi kanal kalium (10). Dosis penggunaan asam
valproat 10-15 mg/kg/hari (11).Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan pencernaan (>20%),
termasuk mual,muntah,anorexia dan peningkatan berat badan. Efek samping lain yang mungkin
ditimbulkan adalah pusing, gangguan keseimbangan tubuh, tremor, dan kebotakan. Asamvalproat
mempunyai efek gangguan kognitif yang ringan. Efek samping yang berat dari penggunaan asam
valproat adalah hepatotoksik.
Hyperammonemia
(gangguan metabolism yang ditandai dengan peningkatan kadar amonia dalam darah) umumnya terjadi
50%, tetapitidak sampai menyebabkan kerusakan hati (10).Interaksi valproat dengan obat antiepilepsi
lain merupakan salah satu masalah terkaitpenggunaannya pada pasien epilepsi. Penggunaan fenitoin
dan valproat secara bersamaan dapatmeningkatkan kadar fenobarbital dan dapat memperparah efek
sedasi yang dihasilkan. Valproat sendiri juga dapat menghambat metabolisme lamotrigin, fenitoin, dan
karbamazepin. Obat yang dapat menginduksi enzim dapat meningkatkan metabolisme valproat. Hampir
1/3 pasien mengalami efek samping obat walaupun hanya kurang dari 5% saja yang menghentikan
penggunaan obat terkait efek samping tersebut (12).
8. Antiepilepsi Lain
FENASEMID
Fenasemid suatu derivat asetilures,merupakan suatu analog dari 5 fenilhidantoin, tetapi tidak berbentuk
cincin, efeknya baik digunakan terhadap bangkitan tonik-klonik.
FARMAKIDINAMIK.
Fenasemid memiliki antikonvulsi yang berspektrum luas, mekanismekerja fenasemid ialah dengan
peningkatan ambang rangsang fokus serebral, sehinggahipereksitabilitas dan letupan abnormal neuron
sebagai akibat rangsang beruntun dapat ditekan.
Fenasemid merupakan obat toksik, Efek sampingtesering ialah psikosis. Efek samping yang mungkin fatal
ialah nekrosis hati, anemia aplastik,dan neutropenia.
INDIKASI.
Fenasemid efektif terhadap bangkitan tonik-klonik, bangkitan lena dan bangkitan parsial. Indikasi utama
fenasemid ialah untuk terapi bangkitan parsial kompleks .
DOSIS.
Untuk orang dewasa ialah 1,5-5,0 g sehari, sedangkan untuk anak yang berumur antara5-10 tahun
hasilnya sudah memuaskan dengan ½ dosis orang dewasa. Fenasemid sampai saat inibelum di pasarkan
di Indonesia.
Strategi terapi untuk epilepsi yaitu menggunakan terapi non farmakologis dan terapifarmakologis.
Terapi non farmakologi bisa dengan melakukan diet, pembedahan dan vagal nervestimulation (VNS),
yaitu implantasi dari perangsang saraf vagal, makan makanan yang seimbang(kadar gula darah yang
rendah dan konsumsi vitamin yang tidak mencukupi dapat menyebabkanterjadinya serangan epilepsi),
istrirahat yang cukup karena kelelahan yang berlebihan dapatmencetuskan serangan epilepsi, belajar
mengendalikan stress dengan menggunakan latihan tarik nafas panjang dan teknik relaksasi lainnya.
Sedangkan untuk terapi farmakologis yaitu denganmenggunakan Obat Anti Epilepsi (OAE). Pengobatan
dilakukan tergantung dari jenis kejang yang dialami. Pemberian obat anti epilepsi selalu dimulai dengan
dosis yang rendah, dosis obatdinaikkan secara bertahap sampai kejang dapat dikontrol atau tejadi efek
kelebihan dosis. Pada pengobatan kejang parsial atau kejang tonik-klonik rata-rata keberhasilan lebih
tinggimenggunakan fenitoin, karbamazepin, dan asam valproat. Pada sebagian besar pasien dengan
1tipe/jenis kejang, kontrol memuaskan dapat dicapai dengan 1 obat anti epilepsi. Pengobatandengan 2
macam obat mungkin ke depannya mengurangi frekuensi kejang, tetapi biasanya toksisitasnya lebih
besar. Pengobatan dengan lebih dari 2 macam obat, hampir selalu membantu penuh kecuali kalau
pasien mengalami tipe kejang yang berbeda.Untuk mencapai hasil terapi yang optimal perlu
diperhatikan hal berikut ini. Pengobatan awal harus dimulai dengan obat tunggal. Obat perlu di mulai
dengan dosis kecil dan di naikkan secara bertahap sampai efek terapi tercapai atau timbul efek samping
yng tidak dapat di toleransi lagi oleh pasien. Kombinasi beberapa obat sesekali di perlukan. Kombinasi
yang paling di sukaiuntuk bangkitan tonik-klonik adalah fenitoin dan fenobarbital yang masing-masing
dapat diberikan dalam dosis penuh , bila diperlukan , karena toksisitasnya berbeda.
ü Bangkitan fokus lobus temporalis bagian anterior Obat pilihan : Fenitoin, karbamazepin, dan asam
valproat
ü Serangan diensefalik Obat pilihan : Kombinasi Fenitoin dan fenobarbitalPada stasus epileptikus
diperlukan efek obat yang cepat, diazepam merupakan obat pilihan utama, fenobarbital juga sangat
efektif, disamping anastetik yang menguap atau depresansentral lainnya
KEJANG DEMAM
Kejang yang terjadi pada anak-anak usia 5 bulan- 5 tahun yang mengalamidema, tanpa disertai infeksi
intrakarnial serta tidak ditemukan gejala kejang lain. Pengobatan profilaksis tidak dianjurkan kecuali
disertai gangguan berikut. :
ü Bila kejang demam terakhir berlangsung lebih dari 15 menit atau disertai gejalaneurologik
ü Bila ada riwayat kejang pada orang tua nya atau keluarga
ü Bila anak dirawat untuk suatu kegawatan.Fenobarbital atau asam valproat merupakan obat pilihan
yang tepat. Pemberian berlangsung 1-2 tahun setelah kejang terakhir. Profilaksis kejang demam
lainnyayang dianjurkan ialah pemberian diazepam per rectal sewaktu kejang
G. PENJELASAN DAN DAFTAR NAMA OBAT BERBAHAYA UNTUK IBU HAMIL DAN MENYUSUI
Dewasa ini banyak sekali produk-produk kesehatan yang ditawarkan kepada masyarakat. Dan tidak
sedikit pula yang menyasar ibu-ibu hamil. Sekiranya muncul pertanyaan dalam benak ibu-ibu hamil
tersebut, apakah produk ini aman untuk mereka dan apa bahayanya mengkonsumsi obat tanpa seijin
dokter. Berikut ini akan dibahas mengenai obat-obat yang dapat menimbulkan dampak negatif bagi
kehamilan, baik itu terhadap ibu maupun janinnya, jika digunakan tanpa petunjuk dokter.
Pada wanita hamil, adalah penting untuk menjaga kesehatannya dengan jalan mengkonsumsi makanan
yang bergizi, istirahat yang cukup serta melakukan olahraga secara teratur. Dan yang tidak kalah penting
adalah menghindari berbagai zat yang dapat membahayakan dirinya maupun janinnya. Zat-zat yang
dimaksud seperti: obat-obatan, alkohol, dan rokok.
Sekitar lebih dari 90% wanita hamil menggunakan obat-obatan, baik yang diresepkan oleh dokter
ataupun tanpa resep. Secara umum, kecuali benar-benar dibutuhkan dan dengan ijin dokter,
penggunaan obat-obatan bebas sebaiknya dihindari karena akan berdampak buruk pada janin yang
dikandung. Diketahui pula bahwa di Amerika Serikat sekitar 2-3% dari seluruh kelainan yang muncul
pada bayi baru lahir disebabkan karena penggunaan obat yang tidak sesuai.
Pada beberapa kasus, pemberian obat dapat memberikan dampak yang baik pada ibu dan janinnya.
Walaupun demikian, seorang ibu seharusnya berkonsultasi dahulu dengan dokter mengenai resiko dan
keuntungan menggunakan obat-obat tersebut.
Obat-obatan yang diminum oleh wanita hamil dapat sampai ke janin dengan melewati plasenta/ari-ari,
yang juga merupakan jalur yang digunakan untuk menyalurkan oksigen dan nutrisi guna pertumbuhan
dan perkembangan janin. Obat-obatan yang dikonsumsi wanita hamil tanpa petunjuk dokter dapat
berdampak buruk pada janinnya oleh karena disebabkan oleh hal-hal berikut ini:
Secara langsung berdampak pada janin, menyebabkan kerusakan, perkembangan dan pertumbuhan
janin yang abnormal, sampai dengan menyebabkan kematian.
Mengubah fungsi plasenta (ari-ari) dengan jalan mengecilkan atau mempersempit pembuluh darah
sehingga menurunkan suplai oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Hal ini selanjutnya akan menyebabkan
bayi menjadi kurang berat badannya dan perkembangannya juga terganggu.
Menyebabkan otot rahim berkontraksi secara dini, sehingga menurunkan suplai darah ke janin atau
memicu kelahiran prematur.
Bagaimana suatu obat dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin tergantung pada
tahap perkembangan janin itu sendiri dan juga pada kekuatan dan dosis obat yang dikonsumsi. Obat
tertentu yang dikonsumsi pada awal masa kehamilan (dalam 20 hari setelah pembuahan) dapat
berdampak negatif atau malah tidak berdampak sama sekali pada janin. Pada masa tiga sampai delapan
minggu setelah pembuahan, janin sangat rentan mengalami defek pada pertumbuhannya karena pada
masa tersebut organ-organ sedang dibentuk (organogenesis). Pada periode ini, obat-obatan yang
dikonsumsi tidak dengan petunjuk dokter bisa jadi tidak berdampak apa pun pada janin, atau malah
menyebabkan keguguran, defek pertumbuhan yang nyata, atau pun defek yang permanen yang baru
terlihat setelah bayi lahir. Sedangkan apabila obat-obatan tersebut dikonsumsi setelah proses
organogenesis selesai akan dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin.
Food and Drug Administration (FDA), yang berpusat di Amerika Serikat mengklasifikasikan obat menurut
derajat resiko yang dapat ditimbulkan pada janin jika obat-obat tersebut digunakan secara bebas.
Beberapa obat tergolong sangat toksik (highly toxic) dan sangat dilarang penggunaannya pada wanita
hamil. Sebagai contoh adalah thalidomide. Beberapa dekade yang lalu, obat ini diketahui dapat
menyebabkan gangguan pembentukan lengan atas dan tungkai bawah, serta defek pada usus halus,
jantung dan pembuluh darah.
Sering pula beberapa jenis obat disubstitusi dengan obat jenis lainnya karena lebih aman digunakan
selama kehamilan, sebagai contoh: untuk jenis antibiotika, golongan penicillin cenderung aman
digunakan pada masa kehamilan. Kemudian apabila harus memberikan obat-obatan antihipertensi
(pada wanita hamil yang menderita preeklampsia dan atas petunjuk dokter) juga harus diperhatikan
secara ketat, dan dihindari pemberian obat angiotensin converting enzyme (ACE) inhibitor dan diuretik
thiazide, karena kedua obat ini dapat menyebabkan masalah yang serius pada janin.
Berikut ini beberapa jenis obat ANTIKONVULSI yang dapat menyebabkan masalah jika digunakan pada
masa kehamilan :
Carbamazepine, phenobarbital, phenytoin: menyebabkan perdarahan pada bayi baru lahir. Namun
dapat dicegah apabila ibu mengkonsumsi vitamin K setiap hari sebelum persalinan berlangsung atau
dengan memberikan injeksi vitamin K pada bayi baru lahir.
Valproate: dapat menyebabkan bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak, tulang belakang.
Trimethadione: menyebabkan keguguran, bibir sumbing dan defek pada jantung, tengkorak, maupun
pada organ abdomen.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Anti konvulsan adalah suatu kelompok obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati bangkitan
epilepsi (epiletic seizure) dan bangkitan non-epilepsi. AntiKonvulsi merupakan golongan obat yang
identik dan sering hanya digunakan pada kasus-kasus kejang karena Epileptik. Oleh karena itu, anti
konvulsi berhubungan erat dengan kasus epilepsi. Pada penderita epilepsi, terkadang sinyal-sinyal
untuk menyampaikan rangsangan tidak beraktivitas sebagaimana mestinya.
Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala,
strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsy bukan penyakit
keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui. Pada umunya sebagian obat antiepilepsi di
metabolisme di hati, kecuali vigabatrin dangan bapentin yang dieliminasi oleh ekskresi ginjal.Pentingnya
pencegahan dengan menangani obat dan pemeriksaan klinis yang tepat dapat membantu
penyembuhan penyakit ini
B.Saran –Saran
Antiepilepsi dan efektifitasnya belum mapan ,sebaiknya tidak digunakan dalam praktek umum. Tetapi
diserahkan penggunaannya kepada para ahli neurologi, guna memastikan nilai manfaat yang
sebenarnya .
DAFTAR PUSTAKA
http://aziemarchzinc.wordpress.com/2010/07/16/informasi-penggunaan-obat-antikonvulsan-anti-
konvulsi/ .
BENZODIAZEPIN
Benzodiazepin adalah sekelompok obat golongan psikotropika yang mempunyai efek antiansietas atau
dikenal sebagai minor tranquilizer, dan psikoleptika. Benzodiazepin memiliki lima efek farmakologi
sekaligus, yaitu anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medula spinalis, dan amnesia
retrograde.
Benzodiazepin dikembangkan pertama kali pada akhir tahun 1940-an dengan derivat pertama kali yang
dipasarkan adalah klordiazepoksid (semula dinamakan methaminodiazepokside) pada tahun 1960,
kemudian dilakukan biotransformasi menjadi diazepam (1963), nitrazepam (1965), oksazepam (1966),
medazepam (1971), lorazepam (1972), klorazepat (1973), flurazepam (1974), temazepam (1977),
triazolam dan clobazam (1979), ketazolam (1980), lormetazepam (1981), flunirazepam, bromazepam,
prazepam (1982), dan alprazolam (1983).
Penggolongan Benzodiazepin
Berdasarkan kecepatan metabolismenya dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu short acting, long
acting, ultra short acting.
1) Long acting.
Obat-obat ini dirombak dengan jalan demetilasi dan hidroksilasi menjadi metabolit aktif (sehingga
memperpanjang waktu kerja) yang kemudian dirombak kembali menjadi oksazepam yang dikonjugasi
menjadi glukoronida tak aktif.
2) Short acting
Obat-obat ini dimetabolisme tanpa menghasilkan zat aktif. Sehingga waktu kerjanya tidak diperpanjang.
Obat-obat ini jarang menghasilkan efek sisa karena tidak terakumulasi pada penggunaan berulang.
Benzodiazepin adalah obat hipnotik-sedatif terpenting. Semua struktur yang ada pada benzodiazepine
menunjukkan 1,4-benzodiazepin. Kebanyakan mengandung gugusan karboksamid dalam dalam struktur
cincin heterosiklik beranggota 7. Substituen pada posisi 7 ini sangat penting dalam aktivitas hipnotik-
sedatif.
Efek farmakologi benzodiazepine merupakan akibat aksi gamma-aminobutyric acid (GABA) sebagai
neurotransmitter penghambat di otak. Benzodiazepine tidak mengaktifkan reseptor GABA A melainkan
meningkatkan kepekaan reseptor GABA A terhadap neurotransmitter penghambat sehingga kanal
klorida terbuka dan terjadi hiperpolarisasi sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran
sel tidak dapat dieksitasi. BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada alpha sub-unit, tetapi
meningkatkan frekuensi pembukaan saluran yang mengarah ke peningkatan konduktansi ion klorida dan
penghambatan potensial aksi. Hal ini menghasilkan efek anxiolisis, sedasi, amnesia retrograde,
potensiasi alkohol, antikonvulsi dan relaksasi otot skeletal.
Farmakodinamik
Hampir semua efek benzodiazepine merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama :
sedasi, hypnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot, dan anti konvulsi.
Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan perifer : vasodilatasi koroner
(setelah pemberian dosis terapi golongan benzodiazepine tertentu secara iv), dan blokade
neuromuskular (yang hanya terjadi pada pemberian dosis tinggi).
Farmakokinetik
Sifat fisikokimia dan farmakokinetik benzodiazepine sangat mempengaruhi penggunaannya dalam klinik
karena menentukan lama kerjanya. Semua benzodiazepine dalam bentuk nonionic memiliki koefesien
distribusi lemak : air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya daoat bervariasi lebih dari 50 kali, bergantung
kepada polaritas dan elektronegativitas berbagai senyawa benzodiazepine.
Semua benzodiazepin pada dasarnya diabsorpsi sempurna, kecuali klorazepat; obat ini cepat mengalami
dekarboksilasi dalam cairan lambung menjadi N-desmetil-diazepam (nordazepam), yang kemudian
diabsorpsi sempurna. Setelah pemberian per oral, kadar puncak benzodiazepin plasma dapat dicapai
dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi benzodiazepin melalui suntikan IM tidak tratur.
Secara umum penggunaan terapi benzodiazepine bergantung kepada waktu paruhnya, dan tidak selalu
sesuia dengan indikasi yang dipasarkan. Benzodiazepin yang bermanfaat sebagai antikonvulsi harus
memiliki waktu paruh yang panjang, dan dibutuhkan cepat masuk ke dalam otak agar dapat mengatasi
status epilepsi secara cepat. Benzodiazepin dengan waktu paruh yang pendek diperlukan sebagai
hipnotik, walaupun memiliki kelemahan yaitu peningkatan penyalahgunaan dan dan berat gejala putus
obat setelah penggunaannya secara kronik. Sebagai ansietas, benzodiazepine harus memiliki waktu
paruh yang panjang, meskipun disertai risiko neuropsikologik disebabkan akumulasi obat.
Daftar Pustaka
Joewana, satya, 2003, Gangguan Mental Dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Psikoaktif :
Penyalahgunaan Napza/Narkoba Edisi 2, Jakarta, Penerbit Buku kedokteran EGC
Goodman & Gillman (2007). Dasar Farmakologi dan Terapi ed. 10. Jakarta: EGC.