Anda di halaman 1dari 80

MANAJEMEN PEMELIHARAAN JEMBATAN OLEH DINAS

PEKERJAAN UMUM, ENERGI DAN SUMBER DAYA


MINERAL UPT WILAYAH TEGALREJO,
KABUPATEN MAGELANG

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan


Dalam Memperoleh Gelar Kesarjanaan pada Program Strata Satu (S1)
Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara

SKRIPSI

OLEH :

PRASETIYO IMAN NUGROHO


NPM: 1310201012

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TIDAR
2017

i
IDENTITAS DAN PENGESAHAN

ii
HALAMAN PENGESAHAN

iii
ABSTRAK

MANAJEMEN PEMELIHARAAN JEMBATAN OLEH DINAS PEKERJAAN


UMUM, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL UPT WILAYAH
TEGALREJO, KABUPATEN MAGELANG

iv
Oleh:
Prasetiyo Iman Nugroho
1310201012

Berbagai usaha dan kegiatan di berbagai sektor telah tumbuh dan berkembang
melakukan bermacam-macam aktivitas yang sadar atau tidak sadar, mengetahui atau
tidak mengetahui telah menimbulkan dampak adanya kerusakan dan perusakan
jembatan atau jalan.Hal ini dapat dilihat dari faktor cuaca yang mudah berubah,
coretan disisi jembatan yang dibuat oleh manusia, banyaknya volume kendaraan
yang melintas, dan beban kendaraan yang berlebih sehingga membutuhkan renovasi
atau pemeliharaan dan perbaikan setiap tahunnya
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan manajemen pemeliharaan
jembatan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT
Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang dan mengidentifikasi faktor-faktor yang
mempengaruhi Proses manajamen pemeliharaan oleh Dinas Pekerjaan Umum,
Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo di KecamatanTegalrejo,
Kabupaten Magelang. Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif.
Sasaran atau subjek penelitian yang terdiri dari Kepala UPT Wilayah
Tegalrejo, pengawas dan pekerja pemeliharaan jembatan, serta masyarakat sekitar
daerah lokasi jembatan. Teknik analisis data dilakukan berdasarkan identifikasi dari
informan, baik yang bersumber dari wawancara, observasi, dokumentasi. Tahapan
analisis penelitian adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan. Triangulasi yang dilakukan untuk menjelaskan keabsahan
data dengan menggunakan sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen
pemeliharaan jembatanUPT Wilayah Tegalrejo 2016 berjalan dengan baik, namun
memerlukan strategi-strategi khusus untuk melaksanakannya karena lokasi dan
kebutuhan yang berbeda-beda pada setiap pemeliharaan jembatan. Terutama pada
struktur organisasi kantor yang terdapat banyak kekosongan. Ditambah dengan
anggaran dari DPU Kabupaten yang berbelit-belit dalam pencairan anggaran,
sedangkan UPT Wilayah Tegalrejo tidak mempunyai anggaran sendiri. Kurangnya
partisipasi masyarakat dalam pemeliharaan jembatan membuat UPT Wilayah
Tegalrejo harus mampu melaksanakan pemeliharaan jembatan dengan rutin.
Manajemen pemeliharaan jembatan UPT Wilayah Tegalrejo tahun 2016 ditemukan
tiga faktor utama yang mempengaruhi yaitu anggaran, kekurangan sumber daya
manusia dan kurangnya partisipasi masyarakat.

Kata kunci : Manajemen Pemeliharaan, Perencanaan, Pengorganisasian,


Pelaksanaan dan Pengawasan.
ABSTRACT

BRIDGE MAINTENANCE MANAGEMENT BY PUBLIC WORKS


EMPLOYEE, ENERGY AND MINERAL RESOURCES
UPT TEGALREJO AREAMAGELANG DISTRICT

v
Oleh:
Prasetiyo Iman Nugroho
1310201012

Businesses and activities in various sectors have grown and developed various
activities that are conscious or unconscious, knowing or not knowing that they have
caused damage and damage to bridges or roads. This can be seen from the weather
factors that are volatile, the bridge side scheme made by humans, the volume of
passing vehicles, and excessive vehicle loads that require renovation or maintenance
and repair every year.
This research aims to describe bridge maintenance management by Public
Works Employee, Energy and Mineral Resources UPT Tegalrejo Area Magelang
District, Magelang Regency and identify factors influencing bridge maintenance
management process by Public Works Employee, Energy and Mineral Resources of
UPT Tegalrejo Area Magelang District, Magelang Regency. This research method
uses descriptive research type with qualitative approach.
Target or subject of research consisting of Head of UPT Tegalrejo Area,
supervisor and bridge maintenance worker, and community around the location of
the bridge. Data analysis technique is done based on identification from informant,
either from interview, observation, documentation. Stages of research analysis is data
collection, data reduction, data presentation, and conclusion. Triangulation is done to
explain the validity of the data by using the source. The results show that the
management of bridge maintenance UPT Tegalrejoarea 2016 runs well, but requires
special strategies to implement it because of the location and the different needs in
every bridge maintenance. Especially in the office organization structure that there
are many vacancies. Coupled with the budget of the DPU District convoluted in the
disbursement of the budget, while UPT Tegalrejo area does not have its own budget.
Lack of public participation in the maintenance of the bridge to make UPT Tegalrejo
area should be able to carry out routine maintenance of the bridge. Management of
maintenance bridge UPT Tegalrejo area in 2016 found three main factors that affect
the budget, lack of human resources and lack of community participation.

Keywords : Maintenance Management, Planning, Organizing, Actuating,


Controlling.

vi
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan YME, yang telah memberikan segala

rahmat dan karuniaNya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi di

susun sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Sosial di

Universitas Tidar. Dalam penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan

dukungan beberapa pihak. Maka pada kesempatan ini peneliti menyampaikan

terimakasih kepada:

1. Dr. Samodra Wibawa, M.Sc, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Tidar.

2. Dra. Sri Mulyani, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan

semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

3. Wahyu Prabowo, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah memberikan

memberikan semangat dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

4. Joko Tri Nugroho, S.Sos., M.Si, selaku Ketua Jurusan Administrasi Negara

Universitas Tidar dan sebagai Penguji yang telah memberikan semangat dan

motivasi dalam penyusunan skripsi.

5. Segenap dosen dan karyawan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Tidar atas ilmu dan jasa yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu tersayang yang telah memberikan motivasi dan doanya.

7. Segenap Pegawai DPU UPT Wilayah Tegalrejo yang telah memberikan

tanggapan yang sangat baik dalam penelitian skripsi ini.

vii
8. Serta teman-teman FISIP angkatan '13 yang telah bersedia berbagi ilmu dan

masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

Demikian semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang

membutuhkan.

Magelang,..............................

Peneliti

Prasetiyo Iman Nugroho

viii
DAFTAR ISI

SKRIPSI ........................................................................................................................ i

IDENTITAS DAN PENGESAHAN ........................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... iii

ABSTRAK .................................................................................................................. iv

ABSTRACT ................................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ............................................................................................... vii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 5

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................... 5

1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 7

2.1 Kebijakan Publik ................................................................................................ 7

2.2 Manajemen Publik ............................................................................................. 9

ix
2.3 Pemeliharaan .................................................................................................... 16

2.4 Jembatan........................................................................................................... 18

2.5 Manajemen Pemeliharaan Jembatan ................................................................ 22

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan ......................................................................... 28

2.7 Kerangka pikir .................................................................................................. 30

BAB III. METODE PENELITIAN............................................................................ 32

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ................................................................. 32

3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................................. 32

3.3 Sasaran Penelitian ............................................................................................ 33

3.4 Fokus Kajian .................................................................................................... 34

3.5 Teknik Keabsahan Data ................................................................................... 34

3.6 Sumber Data ..................................................................................................... 35

3.7 Teknik Pemilihan Informan ............................................................................. 36

3.8 Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 36

3.9 Teknik Analisis Data ........................................................................................ 38

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 40

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian .......................................... 40

4.2 Deskripsi Data Penelitian ................................................................................. 42

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Manajemen Pemeliharaan Jembatan

................................................................................................................................ 59

x
BAB V. KESIMPULAN ............................................................................................ 61

5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 61

5.2 Saran ................................................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 64

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 HasilPenelitian yang Relevan............................................................. 28

Tabel 3.1 Fokus Kajian ...................................................................................... 34

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Komponen-komponenAnalisis Data Model Interaktif .................... 39

xii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan otonomi daerah yang diatur dalam Undang Undang nomor

23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagai salah satu bentuk

desentralisasi oleh pemerintah yang pada hakikatnya ditujukan untuk

memenuhi kepentingan negara secara menyeluruh. Hal ini sebagai upaya untuk

mendekatkan pada tujuan dari penyelenggaraan pemerintahan serta

mewujudkan cita-cita masyarakat menjadi lebih baik, berkeadilan, makmur dan

sejahtera.

Selanjutnya dalam Undang-Undang nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah, bahwa prinsip otonomi daerah menggunakan prinsip

otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan dan mengatur

semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan pemerintah yang di

tetapkan dalam Undang-undang. Daerah memiliki kewenangan untuk membuat

kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa,

dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan

rakyat termasuk perencanaan pembangunan di daerah. Daerah didalam era

otonomi diharapkan menjadi wadah yang tepat bagi pertumbuhan dan

perkembangan pembangunan di berbagai sektor. Hal ini bertujuan agar daerah

bersangkutan dapat memaksimalkan potensi sumber daya manusia dan sumber

daya alam di daerahnya.

1
Peran pemerintah sebagai pelaku ekonomi tersirat di dalam Pasal 33

UUD 1945, yaitu pemerintah bertanggung jawab atas kemakmuran rakyat.

Dalam perekonomian, peran utama pemerintah adalah sebagai pengatur

kegiatan ekonomi agar kegiatan perekonomian berjalan dengan lancar, seperti

halnya dalam menyediakan fasilitas umum. Fasilitas umum itu seperti jalan dan

jembatan.

Undang-Undang RI Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan dan Jembatan

pasal 1 menjelaskan bahwa jembatan adalah bagian dari jalan, dan jalan sangat

berpengaruh dalam segala kehidupan masyarakat. Jalan sebagai sistem

transportasi nasional mempunyai peran penting terutama dalam mendukung

bidang ekonomi, sosial dan budaya serta lingkungan dan dikembangkan

melalui pendekatan pengembangan wilayah agar tercapai keseimbangan dan

pemerataan pembangunan antar daerah, membentuk dan memperkukuh

kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan nasional,

serta membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran

pembangunan nasional.

Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 6 Tahun 2002 Tentang

Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Pasal 1 poin f

disebutkan bahwa tanah jalan adalah tanah-tanah di bawah penguasaan

Pemerintah Kabupaten Magelang yang dipergunakan dalam tugas-tugas

pelaksanaan urusan jalan/jembatan.

Jembatan merupakan bagian yang penting dalam suatu sistem jaringan

jalan, karena pengaruhnya yang berarti bila jembatan itu runtuh atau tidak

2
berfungsi dengan baik. Jembatan merupakan struktur yang melintasi sungai

atau penghalang lalulintas lainnya, maka keruntuhanjembatan akan mengurangi

atau menahan lalulintas, yang berarti mengganggu kelancaran transportasi

orang dan barang (Hariman, 2007).

Jembatan adalah suatu struktur konstruksi yang berfungsi untuk

menghubungkan dua bagian jalan yang terputus oleh adanya rintangan-

rintangan seperti lembah yang dalam, alur sungai saluran irigasi dan

pembuangan, jalan yang melintang yang tidak sebidang dan lain-lain.

Kecamatan Tegalrejo merupakan daerah yang dilalui banyak sungai

dengan perkembangan sosial ekonomi yang pesat. Hal ini ditunjukkan dengan

pengaruh yang cukup besar dari adanya pondok pesantren yang telah dikenal

oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia, sehingga daerah Tegalrejo

banyak dilintasi oleh masyarakat dengan berkendara yang melalui jalan dan

jembatan yang ada di Tegalrejo. Kondisi ini membutuhkan pemeliharaan

jembatan yang ekstra agar masyarakat dapat menggunakan jalan dan jembatan

secara aman dan nyaman.

Setelah jembatan telah dibangun maka setiap tahun atau kurun waktu

tertentu jembatan pasti memerlukan perawatan atau pemeliharaan untuk

melindungi besi agar tidak mudah karat dan keropos. Pemeliharaan jembatan

seperti memperbaharui warna cat, membersihkan bahu jalan dari semak dan

rumput yang mulai tumbuh sehingga pengguna jalan tidak merasa takut saat

melintasi dijalur tersebut ketika malam hari karena jalan dan jembatan sudah

bersih.

3
Manajemen pemeliharaan jembatan dimaksudkan untuk menjaga dan

mempertahankan kondisi jembatan beserta elemen dan pelindung yang

terpasang di jembatan tersebut agar dapat berfungsi sesuai rencana serta

menjaga terhadap pengaruh yang merusak sehingga mencapai ataupun

melebihi umur rencana yang telah ditentukan dan akan memberikan nilai lebih

berkaitan dengan kualitas jembatan dan juga keamanan bagi pengguna.

Berbagai usaha dan kegiatan di berbagai sektor telah tumbuh dan

berkembang melakukan bermacam-macam aktivitas yang sadar atau tidak

sadar, mengetahui atau tidak mengetahui telah menimbulkan dampak adanya

kerusakan dan perusakan jembatan atau jalan. Hal ini dapat dilihat dari faktor

cuaca yang mudah berubah, coretan disisi jembatan yang dibuat oleh manusia,

banyaknya volume kendaraan yang melintas, dan beban kendaraan yang

berlebih sehingga membutuhkan renovasi atau pemeliharaan dan perbaikan

setiap tahunnya.

Penting bahwa semua perencanaan umum didasarkan kepada data yang

dapat dipercaya dan prosedur yang seragam digunakan untuk penyiapan

program pekerjaan jembatan juga penting dalam pelaksanaan dan pemantuan.

Pekerjaan jembatan dilaksanakan untuk suatu perencanaan yang pantas

sehubungan dengan standar yang tinggi, teknik pelaksanaan dan pemeliharaan

jembatan secara maksimum.

4
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan

masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana prosesmanajemen pemeliharaan jembatan oleh Dinas

Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah

Tegalrejo, Kabupaten Magelang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses manajemen

pemeliharaan jembatan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber

Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan manajemen pemeliharaan jembatan oleh Dinas

Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah

Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses

manajemen pemeliharaan jembatan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Energi

dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang nanti akan dicapai pada penelitian ini diharapkan memberi

manfaat sebagai berikut:

5
1. Secara teoretis, hasil penelitian diharapkan dapat mengembangkan ilmu

administrasi negara dibidang manajemen publik.

2. Secara praktis,

a. Hasil dari penelitian yang akan dilakukan ini dapat memberikan

masukan pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya

Mineral UPT Wilayah Tegalrejo Kabupaten Magelang dalam hal

meningkatkan manajemen pemeliharaan jembatan dilingkungan

Tegalrejo.

b. Memberikan informasi dan gambaran kepada masyarakat untuk

mengetahui bagaimana manajemen pemeliharaan jembatan.

c. Dapat memberikan referensi untuk membantu peneliti lainnya.

6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008: 7)

mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang

diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan

kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa

ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan

merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan,karena bagaimanapun

kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa

yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Wahab (2008: 40-50) mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri

masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka

untuk memahami istilah kebijakan, Wahab memberikan beberapa pedoman

sebagai berikut:

1. Kebijakan harus dibedakan dari keputusan.

2. Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi.

3. Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan.

4. Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan.

5. Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai.

7
6. Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit

maupun implisit.

7. Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu.

8. Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan

yang bersifat intra organisasi.

9. Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-

lembaga pemerintah.

10. Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Pengertian kebijakan publik (public policy) menurut David Easton

(1965: 212) seperti yang telah dikutip oleh Dwidjowijoto (2006: 23) adalah

sebagai pengalokasian secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat.

Pressman dan Widavsky sebagaimana dikutip Winarno (2002: 17)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai hipotesis yang mengandung kondisi-

kondisi awal dan akibat-akibat yang bias diramalkan. Kebijakan publik itu

harus dibedakan dengan bentuk-bentuk kebijakan yang lain misalnya kebijakan

swasta. Hal ini dipengaruhi oleh keterlibatan faktor-faktor bukan pemerintah.

Robert Eyestone sebagaimana dikutip Agustino (2008: 6) mendefinisikan

kebijakan publik sebagai “hubungan antara unit pemerintah dengan

lingkungannya”. Banyak pihak beranggapan bahwa definisi tersebut masih

terlalu luas untuk dipahami, karena apa yang dimaksud dengan kebijakan

publik dapat mencakup banyak hal.

Thomas R Dye sebagaimana dikutip Dwidjowijoto (2006: 23)

mendefinisikan kebijakan publik sebagai apapaun yang dipilih pemerintah

8
untuk dilakukan atau untuk tidak dilakukan. Menurut Dwidjowijoto (2006:

176), ada dua karakteristik dari kebijakan publik,yaitu:1) kebijakan publik

merupakan sesuatu yang mudah untuk dipahami,karena maknanya adalah hal-

hal yang dikerjakan untuk mencapai tujuannasional; 2) kebijakan publik

merupakan sesuatu yang mudah diukur, karena ukurannya jelas yakni sejauh

mana kemajuan pencapaian cita-cita sudah ditempuh.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemerintah

untuk memecahkan masalah publik dan kepentingan publik. Kebijakan

pemerintah termuat dalam peraturan atau perundang-undangan yang dibuat

pemerintah sehingga memiliki dasar yang kuat untuk dilaksanakan.

2.2 Manajemen Publik

Pada dasarnya manajemen publik, yaitu manajemen instansi

pemerintah. Samuel E Overman dalam Keban (2004:85), mengemukakan

bahwa manajemen publik bukanlah “scientific management”, meskipun sangat

dipengaruhi “scientific management”. Manajemen publik bukanlah “policy

analysis”, bukan juga administrasi publik, merefleksikan tekanan-tekanan

antara orientasi “rational-instrumental” pada satu pihak, dan orientasi politik

kebijakan dipihak lain. Manajemen publik adalah suatu studi interdisipliner

dari aspek-aspek umum organisasi dan merupakan gabungan antara fungsi

manajemen seperti planning, organizing, dan controlling satu sisi dengan

SDM, keuangan, fisik, informasi dan politik disisi lain (Pasolong, 2011: 83).

9
Manajemen publik dan kebijakan publik merupakan dua bidang

administrasi publik yang saling tumpang tindih. Tetapi untuk membedakan

keduanya secara jelas maka dapat dikemukakan bahwa kebijakan publik

merefleksikan sistem otak dan syaraf, sementara manajemen publik

merepresentasikan sistem jantung dan sirkulasi dalam tubuh manusia. Dengan

kata lain, manajemen publik merupakan proses menggerakkan SDM dan non

SDM sesuai perintah kebijakan publik. Manajemen Publik berkaitan dengan

fungsi dan proses manajemen yang berlaku baik pada sektor publik

(pemerintahan) maupun sektor diluar pemerintahan yang tidak bertujuan

mencari untung (nonprofit sector)(Pasolong, 2011:83).

Mahmudi (2010: 38-40) mengungkapkan setidaknya ada tujuh

karakteristik manajemen sektor publik yang membedakannya dengan sektor

swasta, antara lain:

1. Sektor publik tidak mendasarkan keputusan pada pilihan individual dalam

pasar, akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan dimana tuntutan

masyarakat yang sifatnya kolektif (massa) akan disampaikan melalui

perwakilannya yang dalam hal ini adalah partai politik atau DPR.

2. Penggerak sektor publik adalah karena adanya kebutuhan sumber daya,

seperti air bersih, listrik, kemanan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan

sebagainya yang menjadi alasan utama sektor publik untuk

menyediakannya.

3. Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada publik

seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik,

10
yang artinya sektor publik sifatnya terbuka kepada masyarakat

dibandingkan dengan sektor swasta.

4. Organisasi sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya

kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama

hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan,

transportasi dan sarana-sarana umum lainnya.

5. Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi

kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung

jawab untuk melakukan keadilan seperti itu.

6. Dalam organisasi sektor publik, kekuasaan tertinggi adalah masyarakat.

Dalam hal tertentu masyarakat adalah pelanggan, akan tetapi dalam

keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan.

7. Dalam sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrumen pasar,

sedangkan dalam sektor publik tindakan kolektif menjadi instrument

pemerintahan. Sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi keinginan

dan kepuasan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan adalah

pemenuhan keinginan kolektif.

Menurut Amsyah (2005: 26) untuk mencapai tujuannya organisasi

memerlukan dukungan manajemen dengan fungsinya sesuai kebutuhan.

Kegiatan fungsi manajemen diperjelas secara ringkas, yaitu:

1. Perencanaan (Planning) merupakan konsep dasar dari suatu manajemen,

yang dengannya tugas-tugas manajemen disusun, tujuan dan sasaran

ditetapkan, kebijaksanaan dan tata cara pelaksanaan dibuat, dan

11
perencanaan jangka panjang dan jangka pendek dirumuskan. Proses

perencanaan ini juga meliputi informasi-informasi dasar dan merupakan

fase awal yang berkelanjutan.

2. Pengorganisasian (Organizing) merupakan tahapan manajemen yang

dengannya struktur organisasi dan tanggung jawab masing-masing bagian

dibentuk, garis komunikasi, koordinasi, dan wewenang ditetapkan, serta

sumber daya yang dialokasikan.

3. Pelaksanaan (Actuating) merupakan proses koordinasi kegiatan-kegiatan

yang dilakukan. Proses ini berkaitan erat dengan upaya memotivasi para

pekerja untuk mencapai tujuan organisasi.

4. Pengawasan (Controlling), fungsi ini mencakup pengawasan terhadap

standar kerja dan metode pelaksanaan yang dilakukan serta mengawasi

apakah semua berjalan sesuai dengan tujuan dan kebijakan yang telah

ditetapkan, dan juga mencakup pelaporan, evaluasi yang berkelanjutan,

serta pengambilan langkah-langkah yang tepat dalam melakukan

perbaikan atau antisipasi program.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

manajemen publik adalah proses untuk melayani, mengelola dan mengatur

segala urusan publik. Manajemen publik merupakan bagian dari administrasi

publik, dimana proses administrasi publik merupakan kegiatan manajemen itu

sendiri. Manajemen publik lebih memfokuskan pada bagaimana organisasi

publik mengimplementasikan kebijakan publik. Perencanaan, pengorganisasian

dan pengontrolan merupakan perangkat utama dalam rangka

12
menyelenggarakan pelayanan pemerintah ataupun publik. Manajemen publik

lebih mencurahkan perhatiannya pada sektor publik maupun sektor di luar

pemerintahan yang tidak bertujuan mencari untung.

Konsep manajemen publik dalam penelitian ini dipaparkan dalam 3

paradigma, yaitu sebagai berikut:

1. Old Public Administration

Wodrow Wilson dalam Thoha (2008:72-73) mengemukakan

konsep pemerintahan dalam konsep Old Public Administration (yang

kemudian dikenal dengan OPA) mempunyai tugas melaksanakan

kebijakan dan memberikan pelayanan yang pada pelaksanaannya

dilaksanakan dengan netral, professional, dan lurus mengarah pada tujuan

yang telah ditetapkan. Ada setidaknya dua tema kunci memahami OPA

yang telah diletakkan oleh Wilson. Pertama, ada perbedaan yang jelas

antara politik dengan administrasi. Perbedaan itu dikaitkan dengan

akuntabilitas yang harus dijalankan oleh pejabat terpilih dan kompetensi

yang netral dimiliki oleh administrator. Kedua, adanya perhatian untuk

menciptakan struktur danstrategi pengelolaan administrasi yang

memberikan hak organisasi publik dan manajernya yang memungkinkan

untuk menjalankan tugas-tugas secara efektif dan efisien.

Adapun konsep Old Public Administration adalah sebagai berikut

(Thoha: 2008:73-74):

13
a. Titik perhatian pemerintah adalah pada jasa pelayanan yang diberikan

langsung oleh dan melalui instansi-instansi pemerintah yang

berwenang;

b. public policy dan administration berkaitan dengan merancang dan

melaksanakan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan

politik;

c. administrasi publik hanya memainkan peran yang lebih kecil dari

proses pembuatan kebijakan-kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan

politik;

d. upaya memberikan pelayanan harus dilakukan oleh para administrator

yang bertanggung jawab kepada pejabat politk danyang diberikan

diskresi terbatas untuk melaksanakan tugasnya;

e. para administrator bertanggung jawab kepada pemimpin politik yang

dipilih secara demokratis;

f. program-program kegiatan di administrasikan secara baik melaui garis

hierarki organisasi dan dikontrol oleh para pejabat dari hirearki atas

organisasi;

g. nilai-nilai utama (the primary values) dari administrasi publik adalah

efisiensi dan rasionalitas;

h. administrasi publik dijalankan sangat efisien dan sangat tertutup,

karena itu warga negara keterlibatannya amat terbatas;

i. peran dari administrasi publik dirumuskan secara luas.

14
2. New Public Management

Organisasi sektor publik sering di visualisasikan sebagai organisasi

yang kaku, tidak inovatif, minim kualitas, dan beberapa kritikan lainnya

hingga memunculkan sebuah gerakan reformasi di sektor publik yaitu

dengan adanya konsep New Public Management (NPM). Ditinjau dari

perspektif historis, istilah New Public Management pada awalnya

dikenalkan di Eropatahun 1980 sampai tahun 1990 sebagai reaksi terhadap

tidak memadainya model administrasi publik tradisional (Mahmudi,

2010:33-34). Konsep OPAperlahan tergantikan dengan konsep NPM yang

mampu menjawab adanya tuntutan masyarakat yang semakin besar agar

sektor publik dapat menghasilkan produk (barang/jasa) yang memiliki

kualitas lebih baik atau minimal sama dengan yang dihasilkan sektor

swasta.

Diungkapkan oleh Islamy (2003:55-56) bahwa paradigma

manajemen publik mengkritisi nilai-nilai administrasi publik yang

dianggap fundamental dengan menegaskan beberapa hal, yaitu:

a. Birokrasi bukanlah satu-satunya penyedia (provider) atas barang dan

jasa publik karena sesuai dengan prinsip generic management yang

fleksibel, sektor swasta telah lama menjadi pionir dalam menyediakan

juga barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat;

b. sistem manajemen swasata yang fleksibel itu bisa diterapkan atau

diadopsi oleh sektor publik;

15
c. peran ganda sektor publik di bidang politik dan administrasi yang

telah lama terjadi bisa lebih terwujud di dalam paradigma baru,

manajemen publik;

d. akuntabilitas publik dapat diwujudkan secara lebih nyata.

3. New Public Service

Periode ketiga dalam perkembangan manajemen publik yaitu

periode New Public Service atau NPS. Berbeda dengan konsep model

klasik dan NPM, konsep NPS adalah konsep yang menekankan berbagai

elemen. Walaupun demikian NPS mempunyai normatif model yang dapat

dibedakan dengan konsep-konsep lainnya. Thoha (2008:84) menyatakan

bahwa ide dasar dari NPS dibangun dari konsep-konsep; (1) teori

democratic citizenship; (2) model komunitas dan civil society; (3)

organisasi humanism; (4) postmodern ilmu administrasi publik.

Pemahaman mengenai manajemen dalam sektor publik merupakan adopsi

dari unsur-unsur manajemen pada sektor swasta. Oleh karena itu, senada

diungkapkan oleh Mahmudi (2010:36) organisasi sektor publik perlu

mengadopsi prinsip-prinsip sektor swasta.

2.3 Pemeliharaan

Menurut Assauri (2004) pemeliharaan adalah kegiatan untuk

memelihara atau menjaga fasilitas dan mengadakan perbaikan atau

penyesuaian/penggantian yang diperlukan agar supaya terdapat suatu keadaan

yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan. Menurut Corder

16
(1996: 38) pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang

dilakukan untuk menjaga suatu aset, atau memperbaikinya sampai pada suatu

kondisi yang bisa diterima dengan merujuk pada standar yang ditentukan oleh

organisasi yang melakukan pemeliharaan. Hal ini penting terutama bagi negara

berkembang karena kurangnya sumber daya modal untuk penggantian aset

dimaksud.

Menurut Sehwarat dan Narang (2001: 7) dalam bukunya “Production

Management” pemeliharaan (maintenance) adalah sebuah pekerjaan yang

dilakukan secara berurutan untuk menjaga atau memperbaiki fasilitas yang ada

sehingga sesuai dengan standar (sesuai dengan standar fungsional dan

kualitas). Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 Tentang

Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah pasal 1, menjelaskan

bahwa pemeliharaan adalah kegiatan atau tindakan yang dilakukan agar semua

barang milik daerah selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan

secara berdaya guna dan berhasil guna.

Menurut Ransun (2017) definisi pemeliharaan termasuk penilaian

kondisi, inventarisasi dan manajemen pemeliharaan (pemeliharaan pencegahan

dan pemeliharaan perbaikan atau major and corrective maintenance). Kegiatan

penilaian kondisi merupakan penghubung antara fungsi operasi dan

pemeliharaan, dan menggambarkan mengapa fungsi tersebut harus

dikoordinasikan. Jika kondisi dimulai dengan keadaan buruk, maka operasi

akan terpengaruhi sehingga membutuhkan jadwal perbaikan dan pemeliharaan

17
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan

adalah kegiatan yang dilakukan untuk merawat ataupun memperbaiki fasilitas

atau sarana prasarana yang ada agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan dan

manfaat dibuatnya fasilitas atau sarana prasarana tersebut.

2.4 Jembatan

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan

menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak

sama tinggi permukaannya. Dalam perencanaan dan perancangan jembatan

sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan

teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi: aspek lalu lintas, aspek teknis,

aspek estetika (Supriyadi dan Muntohar, 2007: 1).

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 41/PRT/M/2015 Tentang Penyelenggaraan

Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan disebutkan bahwa jembatan adalah

jalan yang terletak di atas permukaan air dan/atau di atas permukaan tanah.

Menurut Struyk (1995: 1) dalam bukunya “Jembatan”, jembatan adalah suatu

konstruksi yang gunanya untuk meneruskan jalan melalui rintangan yang

berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain (jalan air atau jalan lalu

lintas biasa). Jembatan merupakan suatu bangunan struktural yang berfungsi

untuk meneruskan arus lalu lintas dari satu sisi ke sisi lain melalui rintangan

baik itu sungai, lembah-lembahan yang dalam, perlintasan kereta api, teluk-

teluk, selat atau laut bahkan jalan raya yang lain.

18
Secara umum, komponen jembatan dibagi menjadi dua komponen

utama, yaitu bangunan atas dan bangunan bawah. Tiap-tiap komponen utama

disusun oleh beberapa komponen yang terintegrasi menjadi satu kesatuan

sistem. Tiap-tiap komponen memiliki fungsi yang spesifik dalam mendukung

fungsi jembatan secara keseluruhan(Supriyadi dan Muntohar, 2007: 3).

1. Bangunan Atas

Bangunan atas merupakan komponen utama yang menerima

langsung beban lalu lintas. Bangunan atas terdiri dari semua komponen

suatu jembatan yang terletak di atas dukungan abutmen dan pilar.

Komponen-komponen bangunan atas yaitu:

a. Plat Lantai

Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi

utama untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintang

jembatan. Plat lantai merupakan bagian yang menyatu dengan sistem

struktur yang lain, yang didesain untuk mendistribusikan beban-beban

sepanjang bentang jembatan.

b. Gelagar Induk

Gelagar induk merupakan komponen utama yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban-beban secara longitudinal dan biasanya

didesain untuk menahan lendutan. Gelagar induk identik dengan

penamaan dari tipe bangunan atas jembatan, misal gelagar tipe balok

disebut dengan istilah girder, gelagar tipe rangka disebut dengan

istilah truss, dan sebagainya.

19
c. Gelagar Sekunder

Gelagar sekunder terdiri dari gelagar melintang dan memanjang.

Gelagar melintang merupakan pengikat antara gelagar induk yang

didesain untuk menahan deformasi melintang dari rangka struktur atas

dan membantu pendistribusian bagian dari beban vertikal antara

gelagar induk. Gelagar memanjang pada jembatan merupakan

pengikat antara gelagar melintang dan bantalan.

d. Perletakan

Perletakan merupakan komponen jembatan yang berfungsi untuk

mendistribusikan beban bangunan atas ke bangunan bawah.

Perletakan jembatan dibedakan atas perletakan tetap dan perletakan

gerak. Perletakan gerak berfungsi memfasilitasi gerakan rotas dan

translasi longitudinal. Perletakan tetap berfungsi hanya memfasilitasi

gerakan rotasi.

e. Sambungan Siar Muai

Sambungan siar muai merupakan komponen jembatan yang berfungsi

untuk menyambungkan bangunan atas dengan bagian ujung atas

abutmen atau pilar. Selain itu, berfungsi untuk menahan pergerakan

horizontal atau rotasi yang ditimbulkan oleh bangunan atas.

2. Bangunan Bawah

Bangunan bawah merupakan bagian struktur jembatan yang

langsung berdiri di atas tanah dan menyangga bangunan atas jembatan.

Bangunan bawah berfungsi untuk mendistribusikan beban dari atas ke

20
pondasi. Bangunan bawah terletak diantara dua kepala jembatan yang

disebut pilar. Pilar digunakan jika bentang jembatan terlalu panjang atau

bentang lebih dari satu, yang berfungsi untuk mendistribusikan beban

bangunan atas. Bangunan bawah meliputi komponen-komponen yang

mendukung bangunan atas. Komponen-komponen bangunan bawah, yaitu:

a. Abutmen

Abutmen merupakan struktur penahan tanah yang mendukung

bangunan atas pada bagian ujung-ujung suatu jembatan. Abutmen

berfungsi untuk menahan gaya longitudinal dari tanah di bagian

bawah ruas jalan yang melintas. Abutmen dapat didesain dalam

berbagai ukuran dan bentuk.

b. Pilar

Pilar merupakan struktur yang mendukung bagian atas pada

pertengahan antara dua abutmen. Pilar digunakan jika bentang

jembatan terlalu panjang atau bentang lebih dari satu. Seperti halnya

abutmen, pilar juga dapat didesain dalam berbagai ukuran dan bentuk.

Desain pilar perlu memperhatikan aspek estetika karena sangat

mempengaruhi keindahan tampak jembatan.

c. Pedestals

Pedestals merupakan kolom pendek yang berada di atas abutmen atau

pilar yang secara langsung menopang gelagar utama struktur atas.

21
d. Backwall

Backwall merupakan komponen utama dari suatu abutmen yang

berfungsi sebagai struktur penahan (tanah) pada tiap-tiap jalan

pendekat.

e. Wingwall

Wingwall merupakan suatu dinding samping pada dinding belakang

abutmen atau stem yang didesain untuk membantu atau menahan

keutuhan atau stabilitas tanah di belakang abutmen. Pada beberapa

struktur, wingwall didesain cenderung secara konservatif, yang

mengakibatkan dinding lebih besar pada bebarapa jembatan.

f. Poles

Jika lapisan tanah yang berada di bawah footing tak dapat memberikan

dukungan yang cukup terhadap bangunan bawah (dalam hal

bearingscapacity, stablitas keseluruhan atau penurunan), maka

perlunya penggunaan piles footing, yang merupakan penambahan

kedalaman dari footing hingga kedalaman yang memadai. Piles

memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran.

2.5 Manajemen Pemeliharaan Jembatan

Menurut Simanjuntak(2014: 85), lingkup kegiatan pemeliharaan dan

peningkatan jembatan pada dasarnya sama dengan pemeliharan jalan.

Peningkatan jembatan dapat berupa perkuatan, pelebaran, perkuatan struktur

dan penambahan atau penggantian elemen jembatan, atau bahkan penggantian

22
jembatan.Umur setiap jembatan akan berbeda-beda, bergantung pada rencana

kapasitas jembatan. Untuk jembatan besar dapat memiliki ketahanan hingga

100 tahun dan minimum dapat digunakan 50 tahun. Jembatan dapat digunakan

secara optimal sesuai umurnya apabila penggunaannya sesuai dengan kapasitas

rencana dan juga disertai dengan pemeliharaan. Penggantian jembatan

dilakukan terhadap bangunan jembatan yang umurnya sudah habis.

Menurut Daryus (2008: 111), tujuan pemeliharaan yang utama dapat

didefinisikan sebagai berikut:

1. Untuk memperpanjang kegunaan aset.

2. Untuk menjamin ketersediaan optimum.

3. Untuk menjamin kesiapan operasional.

4. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

Menurut Assauri (2004: 134), tujuan pemeliharaan yaitu:

1. Kemampuan produksi dapat memenuhi kebutuhan sesuai rencana

produksi.

2. Menjaga kualitas.

3. Untuk mencapai tingkat biaya pemeliharaan serendah mungkin dengan

melaksanakan kegiatan pemeliharaan secara efektif dan efisien.

4. Menghindari kegiatan pemeliharaan yang dapat membahayakan

keselamatan para pekerja.

Menurut Sudrajat (2011: 16) beberapa tujuan maintenance adalah:

1. Untuk menjamin keselamatan orang yang menggunakan sarana tersebut.

2. Memaksimalkan ketersediaan semua sarana.

23
3. Untuk memperpanjang umur/masa pakai.

Dalam kegiatan manajemen pemeliharaan terdapat beberapa kebijakan,

antara lain:

1. Pemeliharaan Kerusakan (Breakdown Maintenance)

Pemeliharaan kerusakan dapat diartikan sebagai kebijakan

pemeliharan aset yang dioperasikan hingga rusak, kemudian baru

diperbaiki atau diganti. Kebijakan ini merupakan strategi yang sangat

kasar dan kurang baik karena dapat menimbulkan biaya tinggi,

keselamatan tidak terjamin, dan tidak ada perencanaan yang baik

(Sudrajat, 2011: 17).

Menurut Tampubolon (2004:251), breakdown maintenance adalah

kegiatan pemeliharaan yang dilakukan setelah terjadinya kerusakan atau

kelainan pada aset sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Pada

dasarnya aktivitas ini tidak tepat untuk disebut aktivitas pemeliharaan.

Yang termasuk dalam kategori ini adalah semua aktivitas yang tak

terencana yang disebabkan oleh kerusakan aset.

2. Pemeliharaan Pencegahan(Preventive Maintenance)

Pemeliharaan pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan aset yang

dilakukan untuk mencegah timbulnya kerusakan-kerusakan yang tidak

terduga dan menemukan kondisi atau keadaan yang dapat menyebabkan

aset mengalami kerusakan. Semua aset yang diberikan perawatan

pencegahan akan terjamin kelancarannya dan selalu diusahakan dalam

kondisi atau keadaan yang siap digunakan pada setiap saat, sehingga dapat

24
dimungkinkan pembuatan suatu rencana dan jadwal pemeliharaan yang

sangat cermat dan tepat (Sudrajat, 2011: 17).

Menurut Tampubolon (2004: 251), preventive maintenance adalah

pemeliharaan yang dilakukan secara terjadwal, umumnya secara periodik,

dimana sejumlah tugas pemeliharaan seperti inspeksi, perbaikan,

penggantian, pembersihan, pelumasan dan penyesuaian dilaksanakan.

Kegiatan pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan tak terduga

yang menyebabkan fasilitas mengalami kerusakan pada waktu digunakan.

Dalam praktek di lapangan, pemeliharaan preventif dapat

dibedakan sebagai berikut (Tampubolon, 2004: 251):

a. Routine maintenance

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara rutin.

b. Periodic maintenance

Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara periodik atau dalam

jangka waktu tertentu.

3. Pemeliharaan Terjadwal (Schedule Maintenance)

Pemeliharaan terjadwal merupakan bagian dari pemeliharaan

pencegahan. Perawatan ini bertujuan mencegah terjadi kerusakan dan

pemeliharaannya dilakukan secara periodik dalam rentang waktu tertentu.

Strategi pemeliharaan ini disebut juga sebagai pemeliharaan berdasarkan

waktu (time based maintenance) (Sudrajat, 2011: 17). Menurut

Tampubolon (2004: 252), keuntungan dari pemeliharaan yang

direncanakan (scheduled maintenance) adalah memperpanjang umur aset,

25
jadwal pekerja yang lebih efektif, dan distribusi pekerja yang lebih

seimbang.

4. Pemeliharaan Prediktif

Pemeliharaan prediktif juga merupakan bagian dari pemeliharaan

pencegahan. Pemeliharaan prediktif ini dapat diartikan sebagai strategi

pemeliharaan dimana pelaksanaannya didasarkan kondisi aset tersebut.

Untuk menentukan kondisi aset dilakukan tindakan pemeriksaan secara

rutin, jika terdapat tanda atau gejala kerusakan segera diambil tindakan

perbaikan untuk mencegah kerusakan lebih lanjut (Sudrajat: 2011: 18).

Menurut Tampubolon (2004: 252), predictive maintenance adalah

pemeliharaan dimana dilakukan inspeksi terhadap aset untuk memprediksi

terhadap kerusakan yang akan terjadi.

Dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

Republik Indonesia Nomor 41/PRT/M/2015 Tentang Penyelenggaraan

Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan disebutkan bahwa pemeliharaan

jembatan digolongkan dalam beberapa macam pemeliharaan yaitu:

1. Pemeriksaan Inventarisasi

Pemeriksaan Inventarisasi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk

mendaftarkan semua detail fisik jembatan dan terowongan jalan yang

terkait yaitu panjang, lebar, jenis konstruksi, fungsi lalu lintas dan

sebagainya dan dilaksanakan hanya sekali selama umur jembatan atau

terowongan jalan.

26
2. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan Rutin adalah pemeriksaan yang dilakukan setiap tahun untuk

menjamin tidak adanya sesuatu yang tidak diharapkan terjadi dan untuk

memeriksa bahwa pemeliharaan rutin dilaksanakan secara efektif.

3. Pemeriksaan Detail

Pemeriksaan Detail adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui

kondisi jembatan dan terowongan jalan serta elemennya guna

mempersiapkan strategi penanganan untuk setiap individual jembatan atau

terowongan jalan dan membuat urutan prioritas jembatan dan terowongan

jalan sesuai dengan jenis penanganannya.

4. Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan yang dilakukan bilamana

pemeriksaan detail tidak yakin atas masalahnya atau tidak dapat

menganalisa kerusakan secara tepat dan pelaksanaannya menggunakan alat

bantu tertentu.

5. Pemeliharaan Rutin

Pemeliharaan rutin adalah kegiatan merawat serta memperbaiki kerusakan-

kerusakan kecil/sederhana yang terjadi pada struktur jembatan atau

terowongan jalan agar didapat kondisi yang mantap sesuai dengan umur

rencana yang dapat diperhitungkan serta mengikuti ketentuan yang

berlaku.

27
6. Pemeliharaan Berkala

Pemeliharaan berkala adalah kegiatan penanganan terhadap setiap

kerusakan yang diperhitungkan dalam desain agar penurunan kondisi

jembatan atau terowongan jalan dapat dikembalikan pada kondisi

kemantapan sesuai dengan rencana.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Tabel 2.1
Hasil Penelitian yang Relevan

No Peneliti Judul Metode Hasil


Penelitian
1. Arfiandi Manajemen Kualitatif Manajemen pemeliharaan jalur hijau
dan Pemeliharaan deskriptif Jalan Sudirman oleh Dinas
Zulkarnaini Jalur Hijau Kebersihan dan Pertamanan kurang
(2016) Jalan optimal, dilihat dari proses
Sudirman perencanaan, pengorganisasian,
oleh Dinas pelaksanaan dan pengawasan. Pada
Kebersihan proses perencanaan yang
dan membutuhkan waktu dan tahapan
Pertamanan cukup lama hingga sebagian rencana
Kota tersebut berakhir dengan sebuah
Pekanbaru wacana saja seperti pembuatan
vertical garden untuk trotoar,
pembuatan taman di bawah fly over
dan proses pelaksanaan
pemeliharaan jalur hijau yang
berkaitan dengan pihak lain masih
terjadi kesalahpahaman khususnya
dalam menyelesaikan masalah
pemasangan spanduk. Terdapat dua
faktor utama yang mempengaruhi
manajemen pemeliharaan jalur hijau
Jalan Sudirman oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan yaitu
pertama lemahnya implementasi
program kerja yang menyebabkan
tidak adanya inovasi yang dilakukan
oleh Dinas Kebersihan dan

28
Pertamanan dalam menciptakan
sistem atau bentuk jalur hijau yang
baru. Kedua kurangnya partisipasi
atau keikutsertaan masyarakat dalam
menjaga dan memelihara jalur hijau
serta kurangnya kesadaran dari
masyarakat sehingga perencanaan
yang dilakukan oleh Dinas
Kebersihan dan Pertamanan belum
mencapai hasil yang maksimal atau
memuaskan.

2. Suprijadi Manajemen Penelitian Tingkat kerusakan bangunan gedung


(2006) Pemeliharaan langsung dan fasilitas lingkungan rata-rata
dan di sebesar : 36,419%, tata letak
Perawatan lapangan bangunan ada perubahan yaitu :
Gedung relokasi, alih fungsi, penataan,
Rumah Sakit perluasan, perbaikan, penyesuaian,
Umum penambahan baru, terhadap
Daerah dr. bangunan maupun fasilitas
Soeroto lingkungan. Perhitungan biaya
Kabupaten sebesar : Rp. 26.164.020.000,-- ,
Ngawi skala prioritas penanganan
berdasarkan : kebutuhan mendesak,
standarisasi dan teknis, program
jangka panjang, kemampuan
keuangan, telah ditentukan menjadi
8 tahapan dan terinci dalam 56
paket.

29
2.7 Kerangka pikir

Fenomena:
1. Jembatan di wilayah Tegalrejo masih banyak terdapat
kerusakan dikarenakan dari pengguna jalan serta faktor cuaca
yang ekstrim.
2. Pengguna jalan serta masyarakat sekitar yang tidak peduli
dengan jembatan tersebut sering merusak dan mengotori
jembatan dengan berbagai tulisan di samping jembatan.
3. Ditambah dengan cuaca yang mudah berubah membuat besi
dan aspal jembatan mudah keropos dan rusak.

Manajemen Pemeliharaan Jembatan oleh


Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber
DayaMineral UPT Wilayah Tegalrejo

Indikator Manajemen(Amsyah, 2005: 26):


1. Perencanaan (Planning)
2. Pengorganisasian (Organizing)
3. Pelaksanaan (Actuating)
4. Pengawasan (Controlling)

Manajemen Pemeliharaan Berjalan


denganBaik

Jembatan di wilayah Tegalrejo masih banyak terdapat kerusakan

dikarenakan dari pengguna jalan serta faktor cuaca yang ekstrim. Pengguna

jalan serta masyarakat sekitar yang tidak peduli dengan jembatan tersebut

sering merusak dan mengotori jembatan dengan berbagai tulisan di samping

jembatan. Ditambah dengan cuaca yang mudah berubah membuat besi dan

aspal jembatan mudah keropos dan rusak.

Dalam pemeliharaan jembatan pemerintah daerah dituntut untuk

mengatasi permasalahan yang muncul diakibatkan dari jembatan yang rusak

30
dan tidak layak untuk dilewati. Untuk itu perlu adanya peningkatan manajemen

pemeliharaan jembatan, dengan serangkaian kegiatan manajemen perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),

pengawasan (controlling). Dengan manajamen pemeliharaan, jembatan akan

terawat dengan baik dan tidak cepat rusak sehingga jembatan yang layak dan

bersih membuat penggunanya merasa aman dan nyaman untuk melewatinya.

31
BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dalam Moleong (2010: 4)

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulisatau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati. Sementara ituMoleong (2010: 6)

mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan

Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo. Alasan penulis memilih tempat

tersebut karena peneliti ingin mengetahui bagaimana pemeliharaan jembatan

yang dilakukan oleh dinas yang terkait untuk mensejahterakan masyarakat

Tegalrejo, data serta manajemen pemeliharaannya, mengingat jembatan di

Wilayah Tegalrejo masih banyak terdapat kerusakan dikarenakan dari

pengguna jalan serta faktor cuaca yang ekstrim. Pengguna jalan serta

masyarakat sekitar yang tidak peduli dengan jembatan tersebut sering merusak

32
dan mengotori jembatan dengan berbagai tulisan disamping jembatan.

Ditambah dengan cuaca yang mudah berubah membuat besi dan aspal

jembatan mudah keropos dan rusak.

Perlu adanya peningkatan manajemen, dengan serangkaian kegiatan

manajemen perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan untuk

mengoptimalkan pembangunan dan pemeliharaan jembatan di Dinas Pekerjaan

Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo sebagimana

yang dijelaskan oleh Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan

dan Jembatan, sehingga dapat mengatasi masalah-masalah yang ditimbulkan

dari kerusakan jembatan.

3.3 Sasaran Penelitian

Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2011: 219), penentuan

informan dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki

lapangan dan selama penelitian berlangsung. Peneliti menggunakan informan

sebagai subjek penelitian yang terdiri dari

1. Kepala Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral

UPT Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang.

2. Tim dan pekerja pemeliharaan jembatan.

3. Masyarakat sekitar daerah lokasi jembatan.

33
3.4 Fokus Kajian

Fokus kajian penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1
Fokus Kajian

Fokus Aspek Sub Aspek


Manajemen Perencanaan (planning) Persiapan
Pemeliharaan Program Kerja
Jembatan Anggaran
Pengorganisasian Pembagian Kerja
(organizing)
Pelaksanaan (actuating) Pekerjaan Pemeliharaan
Jembatan
Pengawasan (controlling) Laporan Pelaksanaan
Pengawasan

3.5 Teknik Keabsahan Data

Menurut Moleong (2010: 324), kriteria keabsahan data ada

empatmacam yaitu: (1) kepercayaan (kredibility), (2) keteralihan

(tranferability),(3) kebergantungan (dependability), (4) kepastian

(konfirmability). Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah triangulasi. Menurut Moleong (2010: 330) triangulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatuyang lain. Diluar data

itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.

Peneliti menggunakan teknik ini untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan

konstruksi kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu

mengumpulkan data tentang berbagai kejadian dan hubungan dari berbagai

34
pandangan. Dengan kata lain, peneliti dapat meneliti kembalitemuannya

dengan jalan membandingkannya dengan berbagai sumber, metode, atau teori.

Triangulasi merupakan usaha untuk mengecek kebenaran data atau

informasi yang diperoleh peneliti dari berbagai sudut pandang yang berbeda

dengan cara mengurangi sebanyak mungkin perbedaan yang terjadi pada saat

pengumpulan dan analisis data. Melalui teknik pemeriksaan ini, penulis

menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi teori, dimana data yang

yang telah dikumpulkan kemudian dikaitkan dengan teori-teori dari

terlaksananya program pemeliharaan jembatan, diyakini fakta, data, dan

informasi yang didapat dapat dipertanggungjawabkan dan memenuhi

persyaratan keabsahan dan keandalan. Kemudian pemeriksaan melalui sumber

dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dan wawancara dengan

informan. menggunakan metode triangulasi merupakan pendekatan multi

metode yang dilakukan peneliti pada saat mengumpulkan dan menganalisa

data. Dengan ini peneliti akan melakukan crosscheck dari data-data yang

didapat dilapangan dengan berbagai pihak sebagai narasumber yang menjadi

objek peneliti. Jika terdapat data-data yang berupa angka maka data tersebut

akam dijabarkan atau diartikan dalam bentuk kalimat-kalimat.

3.6 Sumber Data

1. Data Primer

Data primer ini merupakan sumber data yang peneliti peroleh dari

responden atau peneliti langsung terjun ke lapangan. Data primer diperoleh

melalui kegiatan wawancara dengan responden dari Dinas Pekerjaan

35
Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo,

Kabupaten Magelang.

2. Data Sekunder

Data sekunder ini merupakan data yang peneliti peroleh dari pihak

ketiga yang sudah jadi dan sudah dikumpulkan oleh pihak pemeliharaan

jembatan Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT

Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Data sekunder merupakan data

tidak langsung atau data tambahan yang berguna untuk melengkapi data

primer. Data sekunder berupa pustaka dari kantor atau perpustakaan.

3.7 Teknik Pemilihan Informan

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

yang didasarkan dengan pertimbangan tertentu Sugiyono (2014: 368).

Pemilihan informan dengan cara purposive sampling ini karena peneliti

menganggap bahwa informan yang diambil tersebut memiliki informasi yang

diperlukan bagi penelitian yang akan dilakukan ini. Adapun informan dalam

penelitian yang akan dilakukan ini adalah kepala dinas, tim dan pekerja, dan

masyarakat sekitar.

3.8 Metode Pengumpulan Data

1. Wawancara

Wawancara menurut Basrowi dan Suwandi(2011: 130) adalah

percakapan dengan maksud tertentu oleh dua pihak, yaitu pewawancara

36
(interview) sebagai pemberi jawaban atas pertanyaan itu. Dari wawancara

ini nantinya akan diperoleh informasi, penelitian ini menggunakan

wawancara terstruktur untuk mengumpulkan data telah mengetahui dengan

pasti tentang informasi, alat atau instrumen yang digunakan.

2. Observasi

Observasi menurut Basrowi dan Suwandi (2011: 99)

adalahmerupakan upaya yang dilakukan oleh pelaksana penelitian

kualitatif untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi

dengan menggunakan alat bantu atau tidak. Metode obsevasi merupakan

metode dimana penulis terjun langsung kelapangan yang akan dijadikan

objek penelitian dan metode observasi ini penulis memperoleh data

langsung dari lapangan dan dapat dikatakan bahwa data ini asli.

3. Dokumentasi

Menurut Hamidi (2004:72), metode dokumentasi adalah informasi

yang berasal dari catatan penting baik dari lembaga atau organisasi

maupun dari perorangan. Dokumentasi penelitian ini merupakan

pengambilan gambar oleh peneliti untuk memperkuat hasil penelitian.

Menurut Sugiyono (2013:240), dokumentasi bisa berbentuk tulisan,

gambar atau karya-karya monumentel dari seseorang. Menurut Basrowi

dan Suwandi (2011: 158) dokumen menghasilkan catatan penting yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data

yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan.

37
3.9 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema

dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data

(Moleong 2010:280). Menurut Sugiyono (2013: 244) analisis data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah

dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Teknik analisis data dilakukan berdasarkan identifikasi dari informan,

baik yang bersumber dari wawancara,observasi, dokumentasi, untuk

menemukan aspek-aspek yang domiman mempengaruhi pemeliharaan

jembatan. Dari hasil identifikasi tersebut akan ditarik kesimpulan secara

kualitatif tentang realitas manajemen pemeliharaan jembatan oleh Dinas

Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo,

Kabupaten Magelang.

Dalam melakukan analisis data penelitian mengacu kepada beberapa

tahapan analis interaktif yang dijelaskan oleh (Miles and Huberman, 2007:

173) yang terdiri dari bebera tahapan, antara lain:

1. Pengumpulan data, yaitu mengumpulkan data di lokasi penelitian dengan

melakukan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menentukan

strategi pengumpulan data yang dipandang tepat dan untuk menentukan

fokus serta pendalaman data pada proses pengumpulan data berikutnya.

38
2. Reduksi data, yaitu sebagai proses seleksi, pemfokusan, pengabstrakan,

transformasi data kasar yang ada di lapangan langsung, dan diteruskan

pada waktu pengumpulan data, dengan demikian reduksi data dimulai

sejak peneliti memfokuskan wilayah penelitian.

3. Penyajian data, yaitu rangkaian organisasi informasi yang memungkinkan

penelitian dilakukan. Penyajian data diperoleh berbagai jenis, jaringan

kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.

4. Penarikan kesimpulan, yaitu dalam pengumpulan data, peneliti harus

mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung di lapangan

dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.

Reduksi Data
(Miles and
Huberman)
Penyajian Data

Pengumpulan
Data Kesimpulan-
kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi

Gambar 3.1
Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

39
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral

UPT Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang terletak di Jl. Kyai Abdan

Tegalrejo (Komplek Pusdiklat) Magelang. Dinas Pekerjaan Umum, Energi

dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang

memiliki pegawai sebanyak 22 orang.Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan

Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang

membawahi empat kecamatan yaitu Kecamatan Tegalrejo, Kecamatan

Candimulyo, Kecamatan Pakis, dan Kecamatan Mertoyudan dengan

jumlah jembatan sebanyak 72 buah jembatan.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Kepala Kantor Dinas Pekerjaan

Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo,

Kabupaten Magelang, Ketua tim dan pekerja pemeliharaan jembatan serta

masyarakat sekitar daerah lokasi jembatan. Kepala Kantor Dinas Pekerjaan

Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo

bernama Bapak Ripto Edi Yuwono, S.Sos. Beliau sekarang berusia 57

tahun dengan masa kerja 32 tahun dan telah menjabat sebagai Kepala

Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT

Wilayah Tegalrejo selama 5 tahun. Bapak Ripto Edi Yuwono, S.Sos

40
merupakan informan yang peneliti pertama kali wawancara, dengan

penampilan yang ramah, tegas, berwibawa, lugas dalam berbicara beliau

bersedia menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti.

Informan kedua yang peneliti wawancarai adalah Bapak Bambang

SR. Peneliti memiliki kesan bahwa beliau adalah sosok yang sangat ramah

dan murah senyum selain itu juga peneliti merasa diperlakukan sebagai

seorang anak oleh beliau dengan panggilan khasnya kepada peneliti ketika

peneliti mengajak beliau untuk berdiskusi. Beliau juga sangat antusias

membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti.

Informan ketiga yang peneliti wawancarai adalah Ibu SS, SE, MM.

Peneliti memiliki kesan bahwa beliau adalah sosok yang tidak kalah

ramahnya dengan kedua informan tersebut. Beliau juga sangat antusias

membantu peneliti dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti.

Informan lainnya adalah Kepala Desa, yaitu Kades Tegalrejo,

Kecamatan Tegalrejo Basuki, Kades Bawang Kecamatan Pakis Bambang,

Kades Rejosari Kecamatan Pakis Darmono, dan Kades Daseh Kecamatan

Pakis Edi. Semua Kades juga antusias ketika peneliti mewawancarai dan

semua menunjukkan sikap yang ramah.

41
4.2 Deskripsi Data Penelitian

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik

wawancara. Wawancara dilakukan pada 26Desember 2016 sampai 29

Desember 2016. Dimana seluruh informan yang melakukan wawancara adalah

Kepala Kantor Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT

Wilayah Tegalrejo, Kabupaten Magelang, tim dan pekerja pemeliharaan

jembatan dan masyarakat sekitar daerah lokasi jembatan.

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan langkah awal untuk mencapai tujuan

organisasi. Perencanaan adalah penentuan terlebih dahulu apa yang akan

dikerjakan. Adapun tahap proses perencanaan pemeliharaan jembatan oleh

Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah

Tegalrejo dapat dilihat dari wawancara dengan Pegawai UPT Wilayah

Tegalrejo.

Berikut hasil wawancaradengan Bapak Ripto EY yang menjabat


sebagai KUPT :
“Perencanaan di UPT Wilayah Tegalrejo meliputi persiapan dan
program kerja yang telah ditentukan dari DPU Kabupaten,
sehingga UPT hanya merencanakan hal-hal yang bersifat sekunder
saja. Perencanaan setiap pemeliharaan berbeda-beda tergantung
pada lokasi dan kebutuhan pemeliharaan jembatan. Setiap jembatan
medapatkan pemliharaan yang berbeda-beda tergantung pada
anggaran dari DPU Kabupaten, maka dari itu perlu menyesuaikan
atau pertimbngan dari segi anggaran, lokasi dan program kerja”.

Jawaban dari Bapak Ripto EY hampir sama dengan jawaban Ibu


Siti S yang menjabat sebagai Ka.Sub Bag. TU.

42
“Setiap perencanaan dapat berbeda-beda tergantung pada wilayah
jembatan yang akan dipelihara, karena setiap jembatan berbeda-
beda tempat dan mempunyai masalah yang berbeda yang perlu
dipelihara”.

Dari hasil wawancara tersebut bahwa KUPT selalu melakukan

perencanan dan pemeliharaan yang berbeda beda sesuai dengan anggaran

pemeliharaan jembatan, lokasi dan kebutuhan pemeliharaan jembatan.

UPT wilayah Tegalrejo mengukur dari banyak aspek.

a. Persiapan

Persiapan adalah suatu kegiatan yang akan dipersiapkan sebelum

melakukan kegiatan. Tanpa persiapan, kegiatan tidak akan terlaksana

dengan baik ataupun susah untuk dilaksanakannya. Sebaliknya jika

dipersiapkan , maka kegiatan itu akan terlaksana dengan baik. Hasil dari

persiapan adalah sebuah kegiatan yang memuaskan.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Bambang S.R. yang menjabat


sebagai mandor jalan :
“Persiapan UPT Wilayah Tegalrejo dalam pemeliharaan jembatan
dilakukan setelah menerima Surat Perintah Kerja dari Dinas
Pekerjaan Umum (DPU) Kabupaten untuk pemeliharaan jembatan,
UPT Wilayah Tegalrejo melakukan Perencanaan. Perencanaan
program kerja biasanya telah dibuat oleh DPU Kabupaten, namun
UPT Wilayah Tegalrejo juga melakukan perencanaan lagi. Hal-hal
yang harus direncanakan di lingkup UPT misalnya: menetapkan
tujuan dan target pemeliharaan jembatan. Untuk itu biasanya
kepada Kepala UPT yaitu Bapak Ripto sering mengajak saya untuk
berdiskusi tentang perencanaan”.

Jawaban dari Bapak Bambang S.R. hampir sama dengan jawaban


dari Ibu Siti Sholihah yang menjabat sebagai Ka. Sub Bag. TU :

43
“Memang benar kalau program kerja ditentukan dari DPU
Kabupaten, tapi di UPT harus tetap merencanakan kembali
program pemeliharaan jembatan, seperti: merumuskan strategi
untuk pemeliharaan jembatan, target, dan menentukan sumber-
sumber daya yang diperlukan, standar keberhasilan juga harus
ditetapkan”.

Dari hasil wawancara tersebut persiapan merupakan langkah

penting dalam mengatasi berbagai kendala dalam pemeliharaan jembatan,

perencanaan memang perlu dilakukan untuk merumuskan strategi target

dan menentukan sumber daya yang ditentukan.

b. Program Kerja

Program kerja dapat diartikan sebagai suatu rencana kegiatan organisasi

yang dibuat untuk jangka waktu tertentu yang sudah disepakati.

Berikut hasil wawancara dengan Bapak Bambang S.R. tentang program

kerja pemeliharaan jembatan.

“Program kerja pemeliharaan jembatan telah ditentukan dari DPU


Kabupaten. Aspek perencanaan meliputi:
a. Persiapan DPU UPT Wilayah Tegalrejo dalam pemeliharaan
jembatan.
b. Survei ke tempat yang akan dikerjakan.
c. Penelitian apakah jembatan tersebut benar-benar
membutuhkan perawatan/penelitian kebenaran.
d. Menghitung skala jembatan”.

Peneliti juga menanyakan Program Kerja kepada Bapak Ripto E.Y.

“Program kerja pemeliharaan jembatan juga ditentukan dari DPU


Kabupaten. Isinya yaitu persiapan, survei ke lokasi, penelitian dan
menghitung skala jembatan”.

Selanjutnya peneliti menanyakan rencana program kerja.

44
“Rencana program DPU Wilayah Tegalrejo menerima rencana
program kerja dari DPU Kabupaten dan CV yang telah ditunjuk
dari DPU Kabupaten”.

Peneliti juga menanyakan bagaimana prinsip pemeliharaan


jembatan. Berikut ini hasil wawancara dengan dengan Bapak Ripto E.Y.
selaku Kepala UPT Wilayah Tegalrejo.
“Prinsip pemeliharaan jembatan adalah:
a. Mencegah terlebih dahulu sebelum memperbaiki.
b. Kombinasi pencegahan dan perawatan degnan penekanan daya
dukung dari struktur dan pemeliharaan dek jembatan”.

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang tujuan dari manajemen


pemeliharaan jembatan.
Berikut ini hasil wawancara dengan dengan Bapak Ripto E.Y.
selaku Kepala UPT Wilayah Tegalrejo.
“Tujuan dari manajemen pemeliharaan jembatan adalah:
a. Menjaga jembatan dalam kondisi sehat dan beroperasi dengan
lancar.
b. Meminimalkan kerusakan pada jembatan. Begitu terjadi
kerusakan, pekerjaan perbaikan harus segera dilakukan.
c. Menjaga agar tidak terdapat halangan pada jembatan dan
memaksimalkan kapasitas lalu lintas.
d. Menjaga jembatan dalam kondisi yang bagus secara teknis.
Meningkatkan kemampuan untuk menahan aksi
lingkungan/bencana.
e. Memperpanjang keselamatan dan umur pakai jembatan sampai
maksumum.
f. Mendapatkan informasi tentang kondisi dari setiap jembatan.
g. Mengumpulkan data teknis dan manajemen akan diperlukan
sebgai dasar untuk pemeliharaan dan penggantian serta
penguatan di masa mendatang”.

Selanjutnya peneliti menanyakan tentang persyaratan manajemen


pemeliharaan jembatan. Berikut ini hasil wawancara dengan dengan Bapak
Ripto EY selaku Kepala UPT Wilayah Tegalrejo.
“Persyaratan manajemen pemeliharaan jembatan:

45
a. Kombinasi dari pencegahan, pemeliharaan dan perawatan
dngan mengkombinasikan pemeliharaan rutin harian dan
pemeliharaan secara umum.
b. Perencanaan dan persiapan harus disiapkan untuk setiap
pemeliharaan untuk mengurangi bahaya.
c. Penyiapan dan persiapan harus disiapkan untuk setiap
pemeliharaan dan untuk mengurangi bahaya.

Dari hasil wawancara tersebutProgram kerja pemeliharaan


jembatan juga ditentukan dari DPU Kabupaten. Isinya yaitu
persiapan, survei ke lokasi, penelitian dan menghitung skala
jembatan, CV sebagai penyedia jasa untuk pelaksanaan kegiatan
pemeliharaan jembatan.

Berdasarkan hasil wawancara, maka program kerja


digambarkandalam bagan berikut ini.

DPU Kabupaten

UPT Wilayah Tegalrejo

CV Tenaga Kerja

Pemeliharaan Jembatan

46
c. Anggaran

Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis

dalam bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi

seluruh kegiatan untuk jangka waktu tertentu.

Berikut adalah hasil wawancara dengan Bapak Ripto EY selaku

Kepala UPT Wilayah Tegalrejo mengenai anggaran pemeliharaan

jembatan.

“Anggaran pemeliharaan jembatan yang menjadi tanggung jawab


UPT Wilayah Tegalrejo telah ditentukan oleh DPU Kabupaten
Magelang. Anggaran kemudian akan diberikan kepada CV dari
DPU Kabupaten untuk pemeliharaan sebesar 50% dari total
anggaran.Anggaran tersebut kemudian diberikan lagi kepada DPU
UPT Wilayah Tegalreojo, kemudian akan dihitung kembali sesuai
kebutuhan pemeliharaan jembatan.Pembayaran penuh akan
dilakukan bila pemeliharaan telah dilaksanakan dan sesuai dengan
program kerja dengan disertai LPJ dari CV itu sendiri dan juga
DPU UPT Wilayah Tegalrejo.

Adapun kebijakan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan


Umum, Energi dan Sumber DayaMineral Kabupaten Magelang
adalah sebagai berikut:

a. Kebijakan pihak ketiga atau CV telah menerima surat


perjanjian kerja dalam jangka waktu tertentu untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, bila pekerjaan tidak selesai
pada waktunya maka akan dikenakan denda atau sanksi.
b. Kebijakan anggaran nominal tidak bulat akan dibulatkan
dengan membeli peralatan yang dibutuhkan untuk
pemeliharaan jembatan, sebagai contoh apabila anggaran
sebesar Rp 8.920.000,00 dibulatkan menjadi Rp 9.000.000,00,
dimanauang sebesar Rp 80.000,00dibelanjakan untuk membeli
peralatan misal kuas, cetok, skrap dan lain-lain”.

47
Dari hasil wawancara tersebut, anggaran Dinas Pekerjaan Umum,

Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo terlalu rumit

dalam pencairan anggaran, kesulitan tersebut dapat dilihat dari kebijakan

DPU Kabupaten yang mempunyai sistem berbelit belit dalam pembayaran.

UPT Wilayah Tegalrejo tidak mempunyai anggaran sendiri yang

menyulitkan dalam proses pemeliharaan jembatan dan harus mengawasi

penyedia jasa. Anggaran digambarkan dalam bagan berikut ini.

DPU Kabupaten

CV UPT Wilayah Tegalrejo

DPU Kabupaten

DPU Kabupaten

2. Pengorganisasian (Organizing)

Pengorganisasian adalah pembagian tugas yang akan dikerjakan,

dan pengembangan struktur organisasi atau struktur yang sesuai. Proses

pengorganisasian sangatlah penting, salah satunya adalah sumber dayanya,

keterampilan dan kapabilitas yang secara serius dapat menghambat kinerja

organisasi. Oleh sebab itu, pengorganisasian dapat mempengaruhi

48
keberhasilan suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Adapun

pengorganisasian dalam pemeliharaan jembatan dapat diketahui dari

indikator perincian kerja dan pembagian kerja.

Perincian kerja dibuat agar semua anggota dapat mengetahui apa

saja kegiatan yang akan dilakukan dalam pelaksanaan pemeliharaan

jembatan. Kemudian bagaimana serta kapan kegiatan tersebut akan

dilaksanakan. Sehingga semua anggota akan dapat bekerja dengan

semaksimal dan seoptimal mungkin.

a. Pembagian kerja

Pembagian kerja adalah analisis jabatan yang merupakan suatu

aktivitas dalam menentukan apa pekerjaan yang dilakukan dan siapa yang

harus melakukan tugas tersebut.

Wawancara dengan Kepala UPT yaitu Bapak Ripto Edy Yuono


tentang pembagian kerja di UPT Wilayah Tegalrejo sesuai atau tidak
dengan struktur organisasi di kantor.
“Pembagian kerja pemeliharaan jembatan biasanya sesuai dengan
struktur kantor, tapi tidak menutup kemungkinan kalau strukturrnya
harus dirubah karena harus menyesuaikan pekerjaannya, apakah
berat atau tidak, bila mandor merasa kesulitan, biasanya dibantu
oleh Bapak Budi atau Bapak Yogo yang biasanya membantu
pekerjaan Bapak Bambang. Padahal Bapak Budi dan Bapak Yogo
jabatannya sebagai mandor pengairan kurang lebih seperti itu”.

Selanjutnya wawancara kepada Bapak Bambang S. R.

Ya benar sekali, saya memang sering dibantu oleh rekan kerja saya,
dikarenakan struktur UPT Wilayah Tegalrejo memang kekurangan
sumber daya manusia. Untuk itu setiap rekan kerja pastinya wajib
untuk membantu saya. Dalam 4 wilayah kecamatan seharusnya
mempunyai 25 pegawai yang menjabat sebagai mandor jalan dan

49
juga termasuk pembantu mandor, dan minimal 4 mandor
inti/kepala mandor, tapi di UPT Wilayah Tegalrejo hanya ada 1
mandor yang mengawasi 4 kecamatan yaitu saya.

Selanjutnya wawancara kepada Ripto E. Y. tentang cara kerja


pemeliharaan jembatan.

“Kami bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,


rencana tersebut memang sudah terjadwal dan sudah disusun juga
pembagian tugasnya. Kami juga memiliki SOP sebagai pedoman
kerja dan ada tupoksi yang harus kami laksanakan.
Untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah membuat pembagian kerja
sehingga menjadi sebuah struktur organisasi,makaDinas Pekerjaan
Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah
Tegalrejomelakukan pembagian kerja sesuai struktur dengan
melakukan perincian kerja dan pembagian kerja.
a. Perincian kerja
Mendalami atau mempelajari program kerja, dan hasil survei
jembatan, maka akan ditemukan strategi pemeliharaan
jembatan, perincian juga dapat dimaksudkan dengan mencatat
segala kesulitan kerja, dan memecahkan masalah sebelum
pekerjaan dilaksanakan.
b. Pembagian kerja
Pembagian kerja yang dimaksud adalah membagi tim kerja
sesuai struktur kantor. Namun dalam pembagian kerja ini
terdapat beberapa pegawai merangkap dalam menjalankan
tugas karena terdapat kekosongan dalam struktur organisasi,
contohnya mandor. DPU UPT Wilayah Tegalrejo yang
membawahi empat kecamatan hanya ditangani oleh satu
mandor, sedangkan sesuai struktur organisasi, mandor
pemeliharaan jembatan di setiap kecamatan ditangani oleh satu
mandor. Mandor Tegalrejo yang dijabat oleh Bapak Bambang
SR harus mengawasi pemeliharaan jembatan di Kecamatan
Tegalrejo, Kecamatan Candimulyo, Kecamatan Pakis, dan
Kecamatan Mertoyudan.

1) Bila DPU Kabupaten belum menemukan penyedia jasa


(CV), maka DPU UPT Wilayah Tegalrejo dapat mencari
CV dan direkomendasikan kepada DPU Kabupaten.

50
2) Perincian kerja dan pembagian kerja akan ditulis dan
dijadikan sebagai laporan sebelum pekerjaan dimulai,
kemudian laporan tersebut diajukan pada DPU Kabupaten.
Apabila DPU Kabupaten telah menyetujui laporan
tersebut, maka pekerjaan pemeliharaan jembatan akan
dilaksanakan.
3) CV biasanya menjadi penyedia jasa dan penyedia
pinjaman/hutang bahan dalam pemeliharaan jembatan”.

Dari hasil wawancara tersebut, Untuk mencapai tujuan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pembagian kerja

sehingga menjadi sebuah struktur organisasi, maka Dinas Pekerjaan

Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo

melakukan pembagian kerja sesuai struktur dengan melakukan perincian

kerja dan pembagian kerja. Pegawai UPT Wilayah Tegalrejo juga saling

membantu dalam proses pemeliharaan jembatan untuk menutupi kekuran

pegawai dalam struktur kantor. Hal tersebut merupakanupaya untuk

pemeliharaan jembatanagar bejalan dengan baik.

3. Pelaksanaan (Actuating)

Pelaksanaan (actuating) adalah tindakan yang mengusahakan agar

seseorang atau semua kelompok mau bekerja dengan senang hati untuk

melakukan tugas pekerjaannya, sesuai dengan tugas dan wewenang, untuk

mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Wawancara tentang

pelaksanaan pemeliharaan jembatan diajukan kepada Bapak Ripto E. Y.

selaku kepala UPT Wilayah Tegalrejo.

Peneliti menanyakan tentang keterbatasan sumber daya manusia di

UPT Wilayah Tegalrejo.

51
“Secara keseluruhan pelaksanaan pemeliharaan jembatan berjalan
dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana yang sudah
ditentukan.Hambatan selalu ada, namun kami selalu berusaha
untuk dapat mengatasinya.
Saya selaku Kepala UPT memiliki tanggung jawab yang besar,
maka dari itu saya selalu memberikan motivasi dan selalu
berkomunikasi kepada bawahan. Saya memiliki prinsip bahwa
sebagai pimpinan harus memiliki visi yang jelas, karena dengan
visi yang jelas dalam suatu kepemimpinan dan sesuai dengan
kebutuhan organisasi, mampu menumbuhkan komitmen bawahan
terhadap tujuan organisasi, dan mampu memupuk semangat untuk
bekerja.
Pemimpin juga harus mampu memotivasi bawahan. Pemberian
motivasi kepada semua bawahan atau anggota yang terdapat dalam
UPT Wilayah Tegalrejo, sehingga akan terwudujnya program yang
berjalan dengan lancar sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya. Setiap pegawai yang bekerja keras dan loyal terhadap
tugasnya akan ditingkatkan jabatannya, jika terdapat seorang
pegawai mampu dan memenuhi persyaratan akan dinaikkan
jabatannya. Selain reward, pimpinan juga memberikan punishment
dengan metode yang tepat, ideal dan strategis. Pemberian hukuman
yaitu peringatan pertama, peringatan kedua, ketiga dan jika masih
mengulangi kesalahan barulah diambil keputusan yang tepat. Hal
ini akan menjadi pembelajaran untuk semua pegawai agar
bertanggung jawab terhadap tugasnya masing-masing”.

Dari hasil wawancara tersebut Secara keseluruhan pelaksanaan


pemeliharaan jembatan berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan
rencana yang sudah ditentukan. Hambatan selalu ada, namun UPT Wilayah
Tegalrejo selalu berusaha untuk mengatasinya. Pemberian motivasi kepada
semua bawahan atau anggota telah dilakukanKepala UPT Wilayah Tegalrejo,
sehingga terwujud program yang berjalan dengan lancar sebagaimana yang
telah direncanakan sebelumnya

52
a. Pemeliharaan Jembatan
Pemeliharaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk merawat ataupun

memperbaiki fasilitas atau sarana prasarana yang ada agar dapat digunakan

sesuai dengan tujuan dan manfaat dibuatnya fasilitas atau sarana prasarana

tersebut.

Peneliti menanyakan tentang contoh kegiatan pekerjaan


pemeliharaan jembatan kepada Bapak Ripto E. Y.

“Pemeliharaan jembatan meliputi pemeliharaan rutin dan perbaikan


minor, serta pemeliharaan berkala. Pemeliharaan pencegahan harus
dilakukan pada jembatan dan semua fasilitas yang ada. Jika
ditemukan bagian yang mengalami kerusakan harus segera
diperbaiki. Aktivitas ini disebut pemeliharaan rutin. Pemeliharaan
rutin pada dasarnya menjaga jembatan dalam keadaan seperti
semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, yang
secara teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai
pada waktu jembatan selesai dibangun dan dilanjutkan seumur
jembatan tersebut”.

Peneliti juga menanyakan tentang lingkup pemeliharaan jembatan

“Pemeliharaan rutin jembatan biasanya dalam pekerjaan


pemeliharaan rutin jalan dan dilaksanakan bersamaan dengan
pemeliharaan rutin jalan tersebut.
Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan adalah:
a. Pembersihan secara umum.
b. Membuang tumbuhan liar dan sampah.
c. Pembersihan dan melancarkan.
d. Penanganan kerusakan ringan drainase.
e. Pengecatan sederhana.
f. Pemeliharaan permukaan lantai kendaraan”.

Peneliti menanyakan tentang pelaksanaan pemeliharaan berkala

pemeliharaan jembatan kepada Bapak Bambang S. R.

53
“Lapis permukaan jembatan serta kerusakan lokal pada jembatan
dan fasilitas lainnya harus diperbaiki dan diperkuat agar kondisinya
kembali ke semula. Aktivitas ini harus dilakukan secara
periodik/berkala sesuai dengan rencana pemeliharaan.
Pemeliharaan berkala adalah usaha untuk menjaga jembatan tetap
dalam kondisi dan daya layak yang baik setelah pembangunan yang
mencakup beberapa kegiatan yaitu kegiatan pemeliharaan berkala
yang diduga dan perbaikan sederhana”.

kegiatan pemeliharaan berkala yang diduga dan perbaikan sederhana

“Kegiatan pemeliharaan diduga mencakup hal-hal:


a. Pengecatan ulang.
b. Penggantian lapisan permukaan.
c. Pembersihan jembatan secara keseluruhan.
d. Pemeliharaan peletakan/landasan.
e. Penggantian siar mual.

Perbaikan sederhana mencakup hal-hal:


a. Penggantian bagian-bagian kecil dan elemen yang kecil.
b. Perbaikan tiang dan sandaran.
c. Perkuatan bagian-bagian yang bergerak.
d. Perkuatan bagian yang struktural.
e. Perbaikan tebing yang longsor dan terkena erosi.
f. Perbaikan bagnunan pengaman yang sederhana”.

Dari hasil wawancara tersebut UPT Wilayah Tegalrejo telah


memahami standar pemeliharaan jembatan, sehingga tidak terjadi
kesalahan fatal dalam proses pemeliharaan jembatan. UPT Wilayah
Tegalrejo selalu berusaha melakukan pemeliharaan jembatan untuk
menjaga jembatan tetap dalam kondisi dan daya layak yang baik setelah
pembangunan yang mencakup beberapa kegiatan yaitu kegiatan
pemeliharaan berkala yang diduga dan perbaikan sederhana.

Peneliti kemudian melakukan wawancara dengan beberapa tokoh


masyarakat sekitar tentang penilaian masyarakat terhadap DPU UPT
Wilayah Tegalrejo dalam melakukan pemeliharaan jembatan. Wawancara

54
dengan tokoh masyarakat, pertama kepada Kades Tegalrejo, Kecamatan
Tegalrejo, Bapak Basuki.

“DPU UPT Wilayah Tegalrejo dalam melakukan pemeliharaan


jembatan sudah bagus.

Pertanyaan yang sama diajukan kepada Kades Bawang, Kecamatan


Pakis, Bapak Bambang.

“Kami sebagai masyarakat memberikan apresiasi kepada DPU


UPT Wilayah Tegalrejo bahwa jembatan di Desa Bawang berjalan
dengan baik dan lancar, jembatan tidak pernah mengalami
kerusakan yang parah karena pemeliharaan dilakukan secara rutin”.

Wawancara selanjutnya kepada Kades Rejosari Kecamatan Pakis,


Bapak Darmono.

“Masyarakat di Desa Rejosari menilai bahwa jembatan di wilayah


kami selalu diperhatikan oleh DPU UPT Wilayah Tegalrejo, karena
walaupun terdapat kerusakan-kerusakan kecil, selalu diperbaiki”.

Wawancara selanjutnya kepada Kades Daseh Kecamatan Pakis,


Bapak Edi.
Saya mewakili Desa Deseh mengucapkan terima kasih kepada
DPU UPT Wilayah Tegalrejo yang telah memeliharan jembatan di
desa kami. Jembatan di desa kami selalu terawat dan terpelihara,
sehingga kami dapat menggunakan jembatan dengan baik. Namun
kami juga memohon maaf apabila masih ada warga kami yang
kurang aktif berpartisipasi memelihara jembatan di desa kami
karena masih ada beberapa coretan di sisi jembatan yang dibuat
oleh warga, dan membawa beban kendaraan yang berlebih.

Dari hasil wawancara tersebut UPT Wilayah Tegalrejo telah


melakukan pemeliharaan jembatan dengan baik. Masyarakat memberikan
jawaban positif terhadap pemeliharaan jembatan yang dilakukan oleh UPT
Wilayah Tegalrejo. Namun masih ada saja masih ada beberapa coretan di

55
sisi jembatan yang dibuat oleh warga, dan membawa beban kendaraan
yang berlebih.

4. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah tindakan menilai dan mengendalikan jalannya

suatu kegiatan, dengan cara menemukan dan mengoreksi adanya

penyimpangan-penyimpangan dari hasil yang telah dicapai, dibandingkan

dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.

Berkaitan dengan pengawasan wawancara juga dilakukan kepada


Bapak Bambang S. R. tentang proses pengawasan pemeliharaan jembatan

“Pengawasan pemeliharaan dilakukan secara berjenjang. Untuk


melaksanakan pengawasan tersebut DPU UPT Wilayah Tegalrejo
memberikantugas kepada pengawas atau mandor yang bertanggung
jawab terhadap semua kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan jembatan. Pengawas atau mandor memiliki tugas
mengamati setiap pekerjaan, mengamati dan mencatat kekurangan
atau permasalahan setiap kegiatan pemeliharaan jembatan, dan
wajib melaporkan kepada pemimpin, misalnya tenaga kerja/kontrak
yang tidak berangkat (absensi)”.

Jawaban dari Ripto E. Y. hampir sama dengan jawaban dari Bapak


Bambang S. R. selaku mandor jalan.

“Pengawasan dilakukan oleh mandor yang telah ditentukanoleh


UPT Wilayah Tegalrejo. Pengawas bekerja mulai dari mengamati
setiap pekerjaan, mencatat kekurangan, mencatat permasalahan
kegiatan pemeliharaan jembatan, dan melaporkan kepada
pemimpin”.

Dari hasil wawancara tersebut Pengawasan dilakukan oleh mandor


yang telah ditentukan oleh UPT Wilayah Tegalrejo. Pengawas bekerja
mulai dari mengamati setiap pekerjaan, mencatat kekurangan, mencatat

56
permasalahan kegiatan pemeliharaan jembatan. Wilayah UPT Wilayah
sangat luas yang membawahi 4 Kecamatan, Namun UPT Wilayah
Tegalrejo hanya mempunyai 1 mandor atau pengawas.

a. Laporan Pelaksanaan Pengawasan


Laporan adalah suatu bentuk penyampaian berita, keterangan,
pemberitahuan ataupun pertanggung jawaban baik secara lisan ataupun
tertulis dari bawahan kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang
pertanggungjawaban.

Kemudian peneliti menanyakan kepada Bapak Ripto E. Y.


tentanglaporan dari pengawas kepada pimpinan.

“Setiap tim/pegawai wajib memberikan laporan kepada kepala,


membuat laporan kegiatan dan laporan pertanggungjawaban yang
akan diserahkan kepada DPU Kabupaten. Laporan
pertanggungjawaban disertai nota pembelian bahan/material dalam
pemeliharaan jembatan, membuat laporan yaitu absen atau daftar
hadir tenaga kerja, dan membuat laporan pertanggungjawaban
untuk penagihan kekurangan pembayaran kepada CV dan tenaga
kerja. Pada tahap akhir tim melakukan evaluasi terhadap segala
kegiatan pemeliharaan jembatan. Dari hasil penilaian kepala UPT
bahwa tim pengawas telah berjalan dengan baik”.

Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada Bapak Bambang S. R.,


tentanglaporan dari pengawas kepada pimpinan.
“Setiap tim/pegawai wajib memberikan laporan kepada kepala,
membuat Laporan kegiatan dan laporan pertanggungjawaban
diserahkan kepada Kepala UPT Wilayah Tegalrejo dan DPU
Kabupaten. Laporan pertanggungjawaban disertai nota pembelian
bahan/material, daftar absen tenaga kerja, dan membuat laporan
untuk penagihan kekurangan pembayaran kepada CV dan tenaga
kerja. Kemudian tim juga menyerahkan hasil evaluasi terhadap
segala kegiatan pemeliharaan jembatan kepada Kepala UPT
Wilayah Tegalrejo maupun DPU Kabupaten, laporan saya yang
diberi tanggung jawab untuk membuatnya, dari 4 kecamatan yang
saya awasi”.

Berkaitan dengan kekurangan sumber daya manusia di DPU UPT


Wilayah Tegalrejo, peneliti menanyakan bagaimana cara membagi waktu

57
bila pemeliharaan dilakukan secara serentak di titik yang berbeda, padahal
pengawas atau mandor dalam 4 kecamatan hanya terdapat 1
pengawas/mandor. Berikut wawancara dengan Bambang SR selaku
mandor jalanDPU UPT Wilayah Tegalrejo.
“Cara kami membagi waktu adalah dengan menyusun jadwal
pengecekan terhadap titik-titik jembatan yang diberikan tindakan
pemeliharaan. Walaupun jalan di daerah Candimulyo, Pakis sulit
dijangkau namun berbagai cara dilakukan untuk mengatur waktu
untuk menjangkau karena sudah menjadi tanggung jawab kami”.

Peneliti juga menanyakan bagaimana cara menyikapi dengan kekurangan


sumber daya manusia di DPU UPT Wilayah Tegalrejo. Berikut wawancara
dengan Bapak Ripto EY selaku kepala UPT Wilayah Tegalrejo.
“Cara kami menyikapi kekurangan sumber daya manusia yaitu
dengan melakukan strategi-strategi tertentu untuk melaksanakan
pemeliharaan jembatan dengan merangkap tugas dan melakukan
brifing kepada bawahan setiap hari agar dapat membagi tugas,
terutama kontrol terhadap proses pengerjaan pemeliharaan
jembatan”.

Dalam proses pemeliharaan jembatan dibutuhkan sumber daya


manusia yang sesuai di bidangnya, struktur Kantor UPT Wilayah tegalrejo
kekurangan sumber daya manusia, padahal sumber daya manusia adalah
salah saktu faktor yang sangat penting dan tidak dapat dilepaskan dari
sebuah organisasi, SDM juga merupakan kunci yang menentukan
perkembangan organisasi. Pada hakikatnya, SDM berupa manusia yang
dipekerjakan disebuah organisasi sebagai penggerak, pemikir dan
perencana untuk mencapai sebuah tujuan (Greer,Charles R. Prentice Hall,
1995). Namun pemeliharaan jembatan UPT Wilayah Tegalrejo dapat
melaksanakan pemeliharaan jembatan karena pegawai merangkap jabatan
dan saling membantu tugas rekannya,

58
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Manajemen Pemeliharaan

Jembatan

1. Anggaran

Anggaran merupakan rencana keuangan periodik yang disusun

berdasarkan program yang telah disahkan dan merupakan rencana tertulis

mengenai kegiatan suatu organisasi yang dinyatakan secara kuantitatif dan

umumnya dinyatakan dalam satuan moneter untuk jangka waktu

tertentu.Anggaran dalam pemeliharaan jembatan oleh DPU UPT Wilayah

Tegalrejo telah ditentukan oleh DPU Kabupaten. DPU UPT Wilayah

Tegalrejo tidak diberikan kewenangan membuat anggaran, dinas di tingkat

UPT hanya sebagai pelaksana sekaligus sebagai pengawas pemeliharaan

jembatan karena pekerjaan pemeliharaan jembatan dilakukan oleh CV

yang ditunjuk oleh DPU Kabupaten Magelang.DPU UPT Wilayah

Tegalrejo yang memiliki cakupan pekerjaan yang sangat luas, namun

anggaran yang terbatas dari DPU Kabupaten membuat DPU UPT Wilayah

Tegalrejo bekerja keras.

DPU UPT Wilayah Tegalrejo yang membawahi 4 kecamatan, yaitu

Tegalrejo, Candimulyo, Pakis, dan Mertoyudan. Keterbatasan anggaran ini

DPU UPT Wilayah Tegalrejo mengakibatkan pemeliharaan jembatan

dalam satu tahun rata-rata dapat memeliharan 25 jembatan dari 72

jembatan.

59
2. Sumber Daya Manusia

Menurut Purnaya(2016: 3) sumber daya manusia (SDM)

mempunyai dampak yang lebih besar terhadap efektivitas organisasi

dibanding dengan sumber daya yang lain. SDM menjadi faktor sentral

dalam satu organsasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat

berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam

pelaksanaannya, misi tersebut dikelola oleh manusia. Namun di DPU UPT

Wilayah Tegalrejo kekurangan sumber daya manusia. Hal ini terlihat

bahwa dalam struktur organisasi banyak yang kosong (struktur organisasi

terlampir). Kekurangan SDM ini membuat pegawai merangkap jabatan

dan menjadikan pekerjaan berjalan kurang maksimal dan tugas setiap

pegawai menjadi melebihi batasnya.

3. Kurangnya Partisipasi Masyarakat

Dalam pemeliharaan jembatan, partisipasi masyarakat merupakan

faktor yang tidak kalah penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya

suatu kegiatan. Sejauh ini partisipasi masyarakat sudah cukup baik, ini

karena DPU UPT Wilayah Tegalrejo selalu melakukan sosialisasi pada

masyarkat. Namun masih ada saja beberapa anggota masyarakat yang

melakukan coretan di sisi jembatan danmembawa kendaraan dengan

muatan beban yang berlebih.

60
BAB V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya tentang

manajemen pemeliharaan jembatan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan

Sumber DayaMineral UPT Wilayah Tegalrejodi Kecamatan TegalrejoKabupaten

Magelang tahun 2016 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Manajemen pemeliharaan jembatan Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan

Sumber DayaMineral UPT Wilayah Tegalrejodi Kecamatan

TegalrejoKabupaten Magelang tahun 2016 kurang optimal terutama pada

proses perencanaan dan pengorganisasian, sedangkan pada proses

pelaksanaan dan pengawasan sudah berjalan dengan baik, namun setiap

pegawai mempunyai tanggung jawab yang melebihi kapasitasnya. Pada

proses perencanaan DPU UPT Wilayah Tegalrejo masih pasif, karena

melaksanakan program maupun rencana kerja setelah mendapatkan perintah

dari DPU Kabupaten. Pada proses pengorganisasian masih terdapat

beberapa pegawai merangkap dalam menjalankan tugas karena terdapat

kekosongan dalam struktur organisasi, contohnya mandor. Soerang mandor

harus mengawasi pemeliharaan jembatan di empat kecamatan. Pada proses

pelaksanaan sudah baik karena pimpinan mempunyai visi yang jelas,

memiliki kepemimpinan yang baik, mampu memotivasi dan berkomunikasi

yang baik dengan bawahan.

61
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap manajemen pemeliharaan

jembatan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber DayaMineral

UPT Wilayah Tegalrejodi Kecamatan TegalrejoKabupaten Magelang tahun

2016 ditemukan tiga faktor utama yang mempengaruhi yaitu pertama,

anggaran ditentukan oleh DPU Kabupaten Magelang dan terbatas,

sedangkan DPU UPT Wilayah Tegalrejo memiliki cakupan pekerjaan yang

sangat luas, sehingga pemeliharaan jembatan dalam satu tahun rata-rata

hanya dapat memeliharan 25 jembatan dari 72 jembatan. Kedua, kekurangan

sumber daya manusia yang membuat beberapa pegawai merangkap jabatan

dan menjadikan pegawai mempunyai tanggung jawab yang melebihi

kapasitasnya. Ketiga, kurangnya partisipasi masyarakat hal ini ditunjukkan

masih ada saja beberapa anggota masyarakat yang melakukan coretan di sisi

jembatan danmembawa kendaraan dengan muatan beban yang berlebih.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

memberikan saran sebagai berikut:

1. Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber DayaMineral UPT Wilayah

Tegalrejohendaknya membuat program-program baru dengan melibatkan

masyarakat secara langsung agar masyarakat aktif berpartisipasi dalam

pemeliharan jembatan.

62
2. Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber DayaMineral UPT Wilayah

Tegalrejo harus memiliki anggaran sendiri, karena pencairan anggarandari

DPU Kabupatendirasa sangat rumit dan berbelit-belit.

3. Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber DayaMineral UPT Wilayah

Tegalrejomengusulkan reorganisasi kepada DPU Kabupaten agar

kekosongan dalam struktur organisasi dapat teratasi dantidak ada pegawai

yang merangkap tugas sehingga pegawai dapat menjalankan tugasnya

dengan baik.

63
DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung, Alfabeta.

Amsyah, Zulkifli. 2005. Manajemen Informasi, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

Arfiandi, Muhammad dan Zulkarnaini. 2016. Manajemen Pemeliharaan Jalur Hijau


Jalan Sudirman oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru. JOM
FISIP, Vol. 3 No. 1, Juni: 1-15.

Assauri, Sofyan. 2004. Manajemen Produksi dan Operasi, edisi revisi, Jakarta,
Lembaga Penertiban FE UI.

Basrowi dan Suwandi. 2011. Memahami Penelitian Kualitatif, Rineka Cipta, Jakarta.

Corder, A.S. Teknik Manajemen Pemeliharaan, alih bahasa Kusnul Hadi, Jakarta,
Erlangga.

Daryus A. 2008. Manajemen Pemeliharaan, Jakarta, FE UI.

Dwidjowijoto, Riant Nugroho. 2006. Kebijakan Publik untuk Negara-Negara


Berkembang, Model-Model Perumusan, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta,
PT. Elex Media Komputindo.

Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif: Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal


dan Laporan Penelitian, Malang, UMM Press.

Hariman, Ferry., Hary Christady H dan Andreas Triwiyono. 2007. Evaluasi dan
Program Pemeliharaan Jembatan dengan Metode Bridge Management System
(BMS) (Studi Kasus : Empat Jembatan Propinsi D.I. Yogyakarta). Forum
Teknik Sipil,No.XVII/3-September: 581-593.

Islamy, M. Irfan. 2003. Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanaan Negara, Jakarta,


Sinar Grafika.

Keban, T. Yeremias. 2004. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik, Konsep,


Teori dan Isu. Yogyakarta, Gava Media.

Mahmudi. 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik, Yogyakarta, UPP STIM YKPN.

Miles, Mattew B dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohisi,
Universitas Indonesia, Jakarta.

Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Remaja


Rosdakarya.

64
Pasolong, Harbani. 2011. Teori Administrasi Publik, Bandung, Alfabeta.

Peraturan Daerah Kabupaten Magelang Nomor 6 Tahun 2002 Tentang Izin


Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia


Nomor 41/PRT/M/2015 Tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan
Terowongan Jalan.

Purnaya, I Gusti Ketut. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia, Yogyakarta, CV


ANDI OFFSET.

Ransun, Yohanes F.C., Freddie Kalangie dan Yurnie Sendow. 2017. Kinerja Dinas
Pekerjaan Umum Kota Manado dalam Pemeliharaan Infrastruktur Jalan
Daerah. Jurnal Eksekutif ,Vol 1, No 1: 1-11.

Sehwarat, MS. and JS. Narang. 2001. Production Manajemen, 3rd Edition, Delhi,
Dhonpat Rai & Co. (P) Ltd.

Simanjuntak, E. 2014. Peluang Investasi Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum,


Jakarta, Dinas Pekerjaan Umum.

Struyk, H.J., and Van Der Veen.1995.Jembatan, Jakarta, PT. Pradnya Paramita.

Sudrajat, Ating. 2011. Pedoman Praktis Manajemen Perawatan, Bandung, PT.


Refika Aditama.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, CV. Alfabeta,
Bandung.

Suprijadi. 2006. Manajemen Pemeliharaan dan Perawatan Gedung Rumah Sakit


Umum Daerah Dr. Soeroto Kabupaten Ngawi. Tesis, Surakarta, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.

Supriyadi, Bambang, dan Agus Setyo Muntohar. 2007. Jembatan, Yogyakarta, Beta
Offset.

Tampubolon P, Manahan. 2004. Manajemen Operasional, Edisi Pertama, Jakarta,


Ghalia Indonesia.

Thoha, Miftah.2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer, Jakarta, Kencana.

Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan dari Formulasi ke


Implementasi Kebijaksanaan Negara, Edisi Kedua. Jakarta, PT. Bumi Aksara.

Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta, Media
Pressindo.

65
LAMPIRAN

66
Struktur Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral UPT Wilayah Tegalrejo

Kepala UPT
Ripto Edi Yuwono, S.Sos
Kepegawaian
Siti Suprapti
Ka. Sub Bag. TU
Siti Sholihah, SE, MM Keuangan
Kosong

Cita Karya Urusan Pengairan Urusan Bina Marga Kebersihan


Nama: Tugas: Nama: Tugas: Kosong
Kosong I 1. Bambang SR Mandor Tegalrejo
I 7. Yogo Utomo Mantri Peng Tegalrejo 2.
8. Sudadi PPA Dawung A 3.
9. Su’ud PPA Dawung A 4.
10. Basuki Ardi PPA Dawung B 5.
11. Syafi’i PPA/PPB Dawung B 6.
II 1. Mandor Candimulyo
12. Wardoyo PPA Dawung B 2.
II 7. Budi Amanto Mantri Mertoyudan I 3.
8. Zukanan PPA Donorojo 4.
9. Sugeng S. PPA Pasuruhan 5.
10. Warsono PPA Sumberrejo 6.
III 1. Mandor Pakis
11. Budi Sutrisno PPA Deyangan 2.
12. Muh Kundori PPA Sumberrejo 3.
III 7. Sunarto Mantri Mertoyudan II 4.
8. Suratno PPA Sek. Bondowoso 5.
9. Sudaryono PPA Sek. Sukorejo 6.
IV 1. Mandor Mertoyudan
10. Sudarman PPA Sek. Banjarnegoro 2.
11. Harsono PPA Sek. Jogonegoro 3.
12. Kaswuri PPA Sek. Kalinegoro 4.
67 5.
6.

Anda mungkin juga menyukai