Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

SISTEM PEMERINTAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mapel PKN

Disusun oleh: 1. Dimas Noviansyah

2. Eni Astini

SMK CENDEKIA WANASARI

Teknik Kejuruan Komputer dan Jaringan

Jl. Wanasari – Tugu Km.1 Kec. Bangodua Kab. Indramayu – 45272


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem
Pemerintahan dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.

Kami sangat berhaap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai sistem pemerintahan yang ada di Indonesia serta memahami
seluruh isi dan maksud dari makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab it, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.

i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Sistematika Penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

a. Pengertian Sistem Pemerintahan


b. Sistem Pemrintahan Indonesia
c. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia
d. Asas Sistem Pemerintahan
e. Etika Pemerintahan di Indonesia

BAB III : PENUTUP

a. Kesimpulan
b. Saran

Daftar Pustaka .............................................................................................. vi

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara
yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia
disebut juga sebagai Nusantara. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada
tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia
dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia meskipun secara resmi
bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih
langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi
oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting
setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan
agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang
membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur
untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era
penjelajahan samudra.

Setelah berada di bawah penjajahan Belanda, Indonesia menyatakan


kemerdekaannya di akhir Perang Dunia II. Selanjutnya Indonesia mendapat
berbagai hambatan, ancaman dan tantangan dari bencana alam, korupsi,
separatisme, proses demokratisasi dan periode perubahan ekonomi yang pesat.
Dari Sabang sampai Merauke, Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa dan
agama yang berbeda. Suku Jawa adalah grup etnis terbesar dan secara politis
paling dominan. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika" ("Berbeda-
beda tetapi tetap satu"), berarti keberagaman yang membentuk negara. Jati diri
suatu bangsa bukan saja dapat kita lihat dari bagaimana karakter pokok dari para
warga bangsa, tetapi juga dari pilihan ideologi dan sistem pemerintahan yang
dipilih oleh bangsa tersebut.

Setiap negara memiliki sistem untuk menjalankan kehidupan


permerintahannya. Sistem tersebut adalah sistem pemerintahan. Ada beberapa
macam sistem pemerintahan di dunia ini seperti presidensial dan parlementer.
Setiap sistem pemerintahan memiliki kelebihan dan kekurangan, karakteristik,
dan perbedaan masing-masing. Sejak tahun 1945 Indonesia pernah berganti
sistem pemerintahan. Indonesia pernah menerapkan kedua sistem pemerintahan
ini. Selain itu terjadi juga perubahan pokok-pokok sistem pemerintahan sejak
dilakukan amandemen UUD 1945. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945,
Indonesia adalah negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial.
Namun dalam perjalannannya, Indonesia pernah menerapkan sistem
pemerintahan parlementer karena kondisi dan alasan yang ada pada waktu itu.
Berikut adalah sistem pemerintahan Indonesia dari 1945 hingga sekarang.

Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan tujuan untuk menjaga suatu


kestabilan negara itu. Namun di beberapa negara sering terjadi tindakan
separatisme karena sistem pemerintahan yang dianggap memberatkan rakyat
ataupun merugikan rakyat. Sistem pemerintahan mempunyai fondasi yang kuat
dimana penerapannya kebanyakan sudah mendarah daging dalam kebiasaan
hidup masyarakatnya dan terkesan tidak bisa diubah serta cenderung statis. Jika
suatu pemerintahan mempunya sistem pemerintahan yang statis dan absolut
maka hal itu akan berlangsung selamanya sehingga adanya desakan kaum
minoritas untuk memprotes hal tersebut. Secara luas, sistem pemerintahan itu
menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun
minoritas, menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan,
ekonomi dan keamanan sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan
bersifat demokrasi dimana seharusnya masyarakat bisa turut andil dalam
pembangunan sistem pemerintahan tersebut. Hingga saat ini hanya sedikit negara
yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara menyeluruh. Secara
sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk menjalankan
roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan
mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem
pemerintahan, sistem pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut
sistem pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa
pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto. Ciri dari
sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat besar pada
lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang di atur
menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan atau
persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya pengawasan dan
tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat besar dan cenderung
dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan, kekuasaan yang besar pada
presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden dapat mengendalikan seluruh
penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu menciptakan pemerintahan
yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau
berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat negara dapat dihindari. Namun,
dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan
yang besar dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara
daripada keuntungan yang didapatkanya.

Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk


menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun
pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada
konstitusi. Dalam menjalankan sistem pemerintahan perlu memperhatikan asas
pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap
kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan.
Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari
suatu sistem pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan
konstitusi yang membentuk sistem pemerintahannya. Ilmu pemerintahan itu
sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan lainnya yang banyak berkonotasi pada
masalah kekuasaan, maka di khawatirkan timbul kecenderungan pada
kesewenang-wenangan, oleh karena itu diperlukan etika yang berakhir dari moral
dan norma agama.
Dengan demikian kita perlu memperhatikan semua aspek yang
berhubungan dengan sistem pemerintahan agar sistem pemerintahan di
Indonesia dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan konstitusi negara
Indonesia.

B. Tujuan
Untuk mengkaji makalah ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu:

1. Mengetahui definisi sistem pemerintahan.


2. Memahami sistem pemerintahan di Indonesia.
3. Memahami pelaksanaan sistem pemerintahan negara Indonesia.
4. Memahami sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD
1945.

C. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:

BAB I: PENDAHULUAN, Menyajikan latar belakang, tujuan dan sistematika


penulisan.

BAB II: PEMBAHASAN, Membahas tentang sistem pemerintahan yang meliputi:


Pengertian Sistem Pemerintahan, Sistem Pemrintahan Indonesia, Pelaksanaan
Sistem Pemerintahan di Indonesia, Asas Sistem Pemerintahan, Etika
Pemrintahan di Indonesia

BAB III : PENUTUP, Menyajikan Kesimpulan dan Saran.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Pemerintahan
Sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata sistem dan
pemerintahan. Kata sistem merupakan terjemahan dari bahasa Latin (systēma)
dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi. Sistem berarti suatu keseluruhan yang terdiri
atas beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional. Sistem juga
merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada
dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum
misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa
elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga
membentuk suatu negara dimana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu
rakyat yang berada di negara tersebut. Kata „sistem‟ banyak sekali digunakan
dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah.
Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga
maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah
sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.
Dari penjabaran pengertian tentang sistem di atas bisa kita ambil kesimpulan
bahwa sistem itu memang kompleks dan sangat terkait dengan hal yang ada di
dalamnya, karena sistem tidak akan jalan apabila salah satu elemen sistem
tersebut tidak jalan. Atau dapat juga dikatakan bahwa pengertian sistem
adalah sekumpulan unsur atau elemen yang saling berkaitan dan saling
mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu
tujuan. Pemerintah merupakan kemudi, dalam bahasa Latin asalnya
Gubernaculum. Dalam bahasa Indonesia, kata dasar pemerintah adalah
perintah, kemudian ditambahkan
Imbuhan em dan an. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia perintah
adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah
adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, negara;
pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah.
Pemerintah adalah organisasi yang mencakup aparatur negara yang meliputi
semua organ-organ, badan atau lembaga, alat kelengkapan negara memiliki
kewenangan untuk membuat kebijakan dalam bentuk (penerapan hukum dan
undang-undang) di kawasan tertentu. Kawasan tersebut adalah wilayah yang
berada di bawah kekuasaan mereka. Kekuasaan dalam suatu negara menurut
Montesquieu diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu kekuasaan eksekutif yang
berarti kekuasaan menjalankan undang-undang atau kekuasaan menjalankan
pemerintahan; kekuasaan legislatif yang berarti kekuasaan membentuk
undang-undang; dan kekuasaan yudikatif yang berarti kekuasaan mengadili
terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut
secara garis besar meliputi lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
Pemerintah berbeda dengan pemerintahan. Pemerintah merupakan organ
atau alat pelengkap jika dilihat dalam arti sempit pemerintah hanyalah
lembaga eksekutif saja. Pemerintahan dalam arti sempit adalah semua
aktivitas, fungsi, tugas dan kewajiban yang dijalankan oleh lembaga untuk
mencapai tujuan negara. Pemerintahan dalam arti luas adalah semua aktivitas
yang terorganisir yang bersumber pada kedaulatan dan kemerdekaan,
berlandaskan pada dasar negara, rakyat, atau penduduk dan wilayah negara
itu demi tercapainya tujuan negara. Pemerintahan juga dapat didefinisikan
dari segi struktural fungsional sebagai sebuah sistem struktur dan organisasi
dari berbagai dari berbagai macam fungsi yang dilaksanakan atas dasar-dasar
tertentu untuk mencapai tujuan negara (Haryanto dkk, 1997:2-3). C.F Strong
mendefinisikan pemerintahan dalam arti luas sebagai segala aktivitas badan-
badan publik yang meliputi kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam
usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan pemerintahan dalam arti sempit
adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya meliputi kekuasaan
eksekutif.
Dari pengertian di atas, maka dalam melakukan pembahasan mengenai
pemerintahan negara titik tolak yang dipergunakan adalah dalam konteks
pemerintahan dalam arti luas. Yaitu meliputi pembagian kekuasaan dalam
negara. Dengan demikian, jika pengertian pemerintahan tersebut dikaitkan
dengan pengertian sistem, maka yang dimaksud dengan sistem pemerintahan
adalah suatu tatanan atau susunan pemerintahan yang berupa suatu struktur
yang terdiri dari organ- organ pemegang kekuasaan di dalam negara dan saling
melakukan hubungan fungsional di antara organ-organ tersebut baik secara
vertikal maupun horisontal untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki.
Jadi, sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga
negara, hubungan antar lembaga negara, dan bekerjanya lembaga negara
dalam mencapai tujuan pemerintahan negara yang bersangkutan. Tujuan
pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau tujuan
negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Lembaga-lembaga yang berada dalam satu sistem pemerintahan Indonesia
bekerja secara bersama dan saling menunjang untuk terwujudnya tujuan dari
pemerintahan di negara Indonesia.

Menurut ruang lingkup, pengertian sistem pemerintahan dapat dijelaskan


sebagai berikut:

1) Sistem pemerintahan dalam arti sempit

Sistem pemerintahan adalah sebuah kajian yang melihat hubungan legislatif


dan eksekutif dalam sebuah negara. Berdasarkan kajian ini dibedakan dua
model pemerintahan yakni, system parlementer dan system presidensial .

2) Sistem pemerintahan dalam arti luas

Sistem pemerintahan adalah suatu kajian pemerintahan negara yang bertolak


dari hubungan antara semua organ negara, termasuk hubungan antara
pemerintah pusat dengan bagian-bagian yang ada didalam negara. Sistem
pemerintahan negara dibedakan menjadi negara kesatuan, negara serikat
(federal), dan negara konfederasi.

3) Sistem pemerintahan dalam arti sangat luas

Sistem pemerintahan adalah suatu system pemerintahan yang menitik


beratkan hubungan antara negara dan rakyat. Sistem ini dibedakan menjadi
system pemerintahan monarki, pemerintahan aristokrasi, dan pemerintahan
demokrasi.

Menurut para ahli, sistem pemerintahan dapat diklasifikan sebagai berikut:

1) Aristoteles Menurut jumlah orang yang memerintah dan sifat


pemerintahannya dibagi menjadi enam, yakni monarki, tirani, aristokrasi,
oligarki, republik (politea) dan demokrasi.

2) Polybius Menurut jumlah orang yang memerintah serta sifat


pemerintahannya dibedakan menjadi enam jenis pemerintahan, yakni
monarki, tirani, aristokrasi, oligarki, demokrasi, dan anarki (oklokrasi).

3) Kranenburg Adanya ketidakpastian penggunaan istilah monarki dan


republik untuk menyebutkan bentuk negara atau pemerintahan.

4) Leon Duguit Membagi bentuk pemerintahan berdasarkan cara penunjukkan


kepala negaranya, yakni sistem republik yang kepala negaranya diangkat lewat
pemilihan dan sistem monarki yang kepala negaranya diangkat secara turun
menurun.

5) Jellinec Membagi bentuk pemerintahan menjadi dua, yakni republik dan


monarki. Sistem pemerintahan negara-negara di dunia ini berbeda-beda sesuai
dengan keinginan dari negara yang bersangkutan dan disesuaikan dengan
keadaan bangsa dan negaranya. Sistem pemerintahan presidensial dan sistem
pemerintahan parlementer merupakan dua model sistem pemerintahan yang
dijadikan acuan oleh banyak negara. Amerika Serikat dan Inggris masing-
masing dianggap pelopor dari sistem pemerintahan presidensial dan sistem
pemerintahan parlementer.

Dari dua model tersebut, kemudian dicontoh oleh negara-negara lainnya.


Sistem pemerintahan suatu negara berguna bagi negara lain. Salah satu
kegunaan penting sistem pemerintahan adalah sistem pemerintahan suatu
negara menjadi dapat mengadakan perbandingan oleh negara lain. Suatu
negara dapat mengadakan perbandingan sistem pemerintahan yang dijalankan
dengan sistem pemerintahan yang dilaksakan negara lain. Negara-negara
dapat mencari dan menemukan beberapa persamaan dan perbedaan
antarsistem pemerintahan. Tujuan selanjutnya adalah negara dapat
mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik dari
sebelumnya setelah melakukan perbandingan dengan negara-negara lain.
Mereka bisa pula mengadopsi sistem pemerintahan negara lain sebagai sistem
pemerintahan negara yang bersangkutan. Dengan demikian, sistem
pemerintahan suatu negara dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau
model yang dapat diadopsi menjadi bagian dari sistem pemerintahan negara
lain. Amerika Serikat dan Inggris masing-masing telah mampu membuktikan
diri sebagai negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer seara ideal. Sistem pemerintahan dari kedua negara tersebut
selanjutnya banyak ditiru oleh negara-negara lain di dunia yang tentunya
disesuaikan dengan negara yang bersangkutan.

Sesuai dengan kondisi negara masing-masing, sistem pemerintahan dibedakan


menjadi dua klasifikasi besar, yaitu:

1. Sistem Pemerintahan Presidensial

Sistem presidensial (presidensiil), atau disebut juga dengan sistem


kongresional, merupakan sistem pemerintahan negara republik di mana
kekuasan eksekutif dipilih melalui pemilu dan terpisah dengan kekuasan
legislatif. Sistem pemerintahan ini dianut oleh Amerika Serikat, Filipina,
Indonesia dan sebagian besar negara-negara Amerika Latin dan Amerika
Tengah. Menurut Rod Hague, pemerintahan presidensiil terdiri dari 3 unsur
yaitu: i) Presiden yang dipilih rakyat memimpin pemerintahan dan mengangkat
pejabat-pejabat pemerintahan yang terkait. ii) Presiden dengan dewan
perwakilan memiliki masa jabatan yang tetap, tidak bisa saling menjatuhkan.
iii) Tidak ada status yang tumpang tindih antara badan eksekutif dan badan
legislatif. iv) Dalam sistem presidensial, presiden memiliki posisi yang relatif
kuat dan tidak dapat dijatuhkan karena rendah subjektif seperti rendahnya
dukungan politik.

Namun masih ada mekanisme untuk mengontrol presiden. Jika presiden


melakukan pelanggaran konstitusi, pengkhianatan terhadap negara, dan
terlibat masalah kriminal, posisi presiden bisa dijatuhkan. Bila ia diberhentikan
karena pelanggaran-pelanggaran tertentu, biasanya seorang wakil presiden
akan menggantikan posisinya.

Ciri-ciri pemerintahan presidensial yaitu:

i) Dikepalai oleh seorang presiden sebagai kepala pemerintahan sekaligus


kepala negara.

ii) Kekuasaan eksekutif presiden diangkat berdasarkan demokrasi rakyat dan


dipilih langsung oleh mereka atau melalui badan perwakilan rakyat.

iii) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.

iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan eksekutif


(bukan kepada kekuasaan legislatif).

v) Kekuasaan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.


vi) Kekuasaan eksekutif tidak dapat dijatuhkan oleh legislatif.

Kelebihan sistem pemerintahan presidensial yaitu:

a. Badan eksekutif lebih stabil kedudukannya karena tidak tergantung pada


parlemen.

b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima
tahun.

c. Penyusun program kerja kabinet mudah disesuaikan dengan jangka waktu


masa jabatannya.

d. Legislatif bukan tempat kaderisasi untuk jabatan-jabatan eksekutif karena


dapat diisi oleh orang luar termasuk anggota parlemen sendiri.

Kekurangan sistem pemerintahan presidensial yaitu:

a. Kekuasaan eksekutif diluar pengawasan langsung legislatif sehingga dapat


menciptakan kekuasaan mutlak.

b. Sistem pertanggungjawaban kurang jelas.

c. Pembuatan keputusan atau kebijakan publik umumnya hasil tawar-


menawar antara eksekutif dan legislatif sehingga dapat terjadi keputusan tidak
tegas

d. Pembuatan keputusan memakan waktu yang lama.

2. Sistem Pemerintahan Parlementer


Sistem parlementer adalah sebuah sistem pemerintahan di mana parlemen
memiliki peranan penting dalam pemerintahan. Dalam hal ini parlemen
memiliki wewenang dalam mengangkat perdana menteri dan parlemen pun
dapat menjatuhkan pemerintahan, yaitu dengan cara mengeluarkan semacam
mosi tidak percaya. Berbeda dengan sistem presidensiil, di mana sistem
parlemen dapat memiliki seorang presiden dan seorang perdana menteri, yang
berwenang terhadap jalannya pemerintahan. Dalam presidensiil, presiden
berwenang terhadap jalannya pemerintahan, namun dalam sistem
parlementer presiden hanya menjadi simbol kepala negara saja. Sistem
parlementer dibedakan oleh cabang eksekutif pemerintah tergantung dari
dukungan secara langsung atau tidak langsung cabang legislatif, atau
parlemen, sering dikemukakan melalui sebuah veto keyakinan. Oleh karena
itu, tidak ada pemisahan kekuasaan yang jelas antara cabang eksekutif dan
cabang legislatif, menuju kritikan dari beberapa yang merasa kurangnya
pemeriksaan dan keseimbangan yang ditemukan dalam sebuah republik
kepresidenan. Sistem parlemen dipuji, dibanding dengan sistem presidensiil,
karena kefleksibilitasannya dan tanggapannya kepada publik.

Kekurangannya adalah dia sering mengarah ke pemerintahan yang kurang


stabil, seperti dalam Republik Weimar Jerman dan Republik Keempat Perancis.
Sistem parlemen biasanya memiliki pembedaan yang jelas antara kepala
pemerintahan dan kepala negara, dengan kepala pemerintahan adalah
perdana menteri, dan kepala negara ditunjuk sebagai dengan kekuasaan
sedikit atau seremonial. Namun beberapa sistem parlemen juga memiliki
seorang presiden terpilih dengan banyak kuasa sebagai kepala negara,
memberikan keseimbangan dalam sistem ini. Negara yang menganut sistem
pemerintahan parlementer adalah Inggris, Jepang, Belanda, Malaysia,
Singapura dan sebagainya.

Ciri-ciri pemerintahan parlementer yaitu:

i) Dikepalai oleh seorang perdana menteri sebagai kepala pemerintahan


sedangkan kepala negara dikepalai oleh presiden/raja.
ii) Kekuasaan eksekutif presiden ditunjuk oleh legislatif sedangkan raja
diseleksi berdasarkan undang-undang.

iii) Perdana menteri memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk


mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri yang memimpin
departemen dan non- departemen.

iv) Menteri-menteri hanya bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

v) Kekuasaan eksekutif bertanggung jawab kepada kekuasaan legislatif.

vi) Kekuasaan eksekutif dapat dijatuhkan oleh legislatif.

Kelebihan sistem pemerintahan parlementer:

a. Membuat kebijakan dapat ditangani secara cepat karena mudah terjadi


penyesuaian pendapat antara eksekutif dan legislatif. Hal ini karena kekuasaan
eksekutif dan legislatif berada pada satu partai atau koalisi partai.

b. Garis tanggung jawab dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik


jelas.

c. Adanya pengawasan yang kuat dari parlemen terhadap kabinet sehingga


kabinet menjadi berhati-hati dalam menjalankan pemerintahan.

Kekurangan sistem pemerintahan parlementer:

a. Kedudukan badan eksekutif/kabinet sangat tergantung pada mayoritas


dukungan parlemen sehingga sewaktu-waktu kabinet dapat dijatuhkan oleh
parlemen.

b. Kelangsungan kedudukan badan eksekutif atau kabinet tidak bisa ditentukan


berakhir sesuai dengan masa jabatannya karena sewaktu-waktu kabinet dapat
bubar.
c. Kabinet dapat mengendalikan parlemen. Hal itu terjadi apabila para
anggota kabinet adalah anggota parlemen dan berasal dari partai meyoritas.
Karena pengaruh mereka yang besar diparlemen dan partai, anggota kabinet
dapat mengusai parlemen.

d. Parlemen menjadi tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif.


Pengalaman mereka menjadi anggota parlemen dimanfaatkan dan manjadi
bekal penting untuk menjadi menteri atau jabatan eksekutif lainnya.

B. Sistem Pemerintahan Indonesia


Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal
itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan,
sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara
kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan.

Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial.

Kekuasaan pemerintahan negara Indonesia menurut UUD pasal 1 sampai


dengan pasal 16, pasal 19 sampai dengan pasal 23 ayat (1) dan ayat (5), serta
pasal 24 adalah:

a) Kekuasaan menjalani perundang–undangan negara atau kekuasaan


eksekutif yang dilakukan oleh pemerintah.
b) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah atau
kekuasaan konsultatif yang dilakukan oleh DPA.

c) Kekuasaan membentuk perundang–undangan negara atau kekuasaan


legislatif yang dilakukan oleh DPR.

d) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan negara atau kekuasaan


eksaminatif atau kekuasaan inspektif yang dilakukan oleh BPK.

e) Kekuasaan mempertahankan perundang–undangan negara atau kekuasaan


yudikatif yang dilakukan oleh MA.

Berdasarkan ketetapan MPR nomor III/MPR/1978 tentang kedudukan dan


hubungan tata kerja lembaga tertinggi negara dengan atau antara lembaga –
lembaga Tinggi Negara ialah sebagai berikut.

i) Lembaga tertinggi negara adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat. MPR


sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam negara dengan pelaksana
kedaulatan rakyat memilih dan mengangkat presiden atau mandataris dan
wakil presiden untuk melaksanakan Garis–garis Besar Haluan Negara (GBHN)
dan putusan–putusan MPR lainnya. MPR dapat pula diberhentikan presiden
sebelum masa jabatan berakhir atas permintaan sendiri, berhalangan tetap
sesuai dengan pasal 8 UUD 1945, atau sungguh–sungguh melanggar haluan
egara yang ditetapkan oleh MPR.

ii) Lembaga–lembaga tinggi negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam
UUD 1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK
(pasal 23), dan MA (pasal 24).

a) Presiden adalah penyelenggara kekuasaan pemerintahan tertinggi dibawah


MPR. Dalam melaksanakan kegiatannya dibantu oleh seorang wakil presiden.
Presiden atas nama pemerintah (eksekutif) bersama–sama dengan DPR
membentuk undang-undang termasuk menetapkan APBN. Dengan
persetujuan DPR, presiden dapat menyatakan perang.
b) Dewan Pertimbangan Agung (DPA) adalah sebuah bahan penasehat
pemerintah yang berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden.
Selain itu DPA berhak mengajukan pertimbangan kepada presiden.

c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah badan legislatif yang dipilih
oleh masyarakat berkewajiban selain bersama-sama dengan presiden
membuat undang-undang juga wajib mengawasi tindakkan-tindakan presiden
dalam pelaksanaan haluan Negara.

d) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) ialah badan yang memeriksa tanggung


jawab tentang keuangan negara. Dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari
pengaruh kekuasaan pemerintah. BPK memriksa semua pelaksanaan APBN.
Hasil pemeriksaannya dilaporkan kepada DPR.

e) Mahkamah Agung (MA) adalah badan yang melaksanakan kekuasaan


kehakiman yang dalam pelaksanaan tugasnya terlepas dari pengaruh
kekuasaan pemerintah dan pengaruh lainnya. MA dapat mempertimbangkan
dalam bidang hukum, baik diminta maupun tidak diminta kepada kepada
lembaga – lembaga tinggi negara.

C. Pelaksanaan Sistem Pemerintahan di Indonesia

Secara teori, berdasarkan UUD 1945, Indonesia menganut sistem


pemerintahan presidensiil. Namun dalam prakteknya banyak bagian-bagian
dari sistem pemerintahan parlementer yang masuk ke dalam sistem
pemerintahan di Indonesia. Sehingga secara singkat bisa dikatakan bahwa
sistem pemerintahan yang berjalan di Indonesia adalah sistem pemerintahan
yang merupakan gabungan atau perpaduan antara sistem pemerintahan
presidensiil dengan sistem pemerintahan parlementer. Apalagi bila dirunut
dari sejarahnya, Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem
pemerintahan.
i) Tahun 1945 – 1949 Pemerintahan yang diterapkan saat itu adalah sistem
parlementer.

Terjadi penyimpangan dari ketentuan UUD 1945 antara lain:

a. Berubah fungsi komite nasional Indonesia pusat dari pembantu presiden


menjadi badan yang diserahi kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan GBHN
yang merupakan wewenang MPR.

b. Terjadinya perubahan sistem kabinet presidensial menjadi kabinet


parlementer berdasarkan usul BP – KNIP.

ii) Tahun 1949 – 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang
diterapkan saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy
Parlementary). Sistem pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS
bukan kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer murni,
parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap
kekuasaan pemerintah.

iii) Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS
1949. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan
demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya ialah sebagai
berikut:

a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat.

b. Menteri bertanggung jawab atas kebijakan pemerintahan.

c. Presiden berhak membubarkan DPR.

d. Perdana Menteri diangkat oleh Presiden.

iv) Tahun 1959 – 1966 Pada masa ini Indonesia menganut sistem
pemerintahan demokrasi terpimpin. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu
kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.
Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik
dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. Presiden mempunyai
kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-
kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol (10 parpol yang diakui)
ditentukan oleh presiden. Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.

v) Tahun 1966 – 1998 Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik
Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian
dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988,
1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik
Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam
negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde
Baru berlangsung selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang
merajalela di negara ini. Lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan


utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang
didominasi militer namun dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat.
DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali
dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana.
Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat.
Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap
tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang
pembangunan antara pusat dan daerah. Dikarenakan sistem pemerintahan
yang sangat terpusat dan krisis finansial Asia yang menyebabkan ekonomi
Indonesia melemah, maka terjadi demonstrasi besar-besaran yang dilakukan
berbagai organ aksi mahasiswa di berbagai wilayah Indonesia. Pemerintahan
Soeharto semakin disorot setelah Tragedi Trisakti pada 12 Mei 1998 yang
kemudian memicu Kerusuhan Mei 1998 sehari setelahnya. Gerakan mahasiswa
pun meluas hampir diseluruh Indonesia. Di bawah tekanan yang besar dari
dalam maupun luar negeri, Soeharto akhirnya memilih untuk mengundurkan
diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. vi) Tahun 1998 – Sekarang Pelaksanaan
demokrasi pancasila pada era reformasi telah banyak memberikan ruang gerak
pada partai politik maupun DPR untuk mengawasi pemerintah secara kritis dan
dibenarkan untuk unjuk rasa.

Perubahan dalam sistem pemerintahan tidak hanya berhenti sampai di situ


saja karena terjadi perbedaan pelaksanaan sistem pemerintahan menurut
UUD 1945 sebelum UUD 1945 diamandemen dan setelah terjadi amandemen
UUD 1945 pada tahun 1999 - 2002.

1) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut Konstitusi RIS Sistem


Pemerintahan Indonesia menurut konstitusi RIS adalah sistem Pemerintah
Parlementer yang tidak murni. Pasal 118 konstitusi RIS antara lain:

a. Presiden tidak dapat di ganggu gugat

b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan


pemerintah

2) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUDS 1950 UUDS 1950 masih


tetap mempergunakan bentuk sistem pemerintahan seperti yang diatur dalam
konstitusi RIS. Di dalam pasal 83 UUDS 1950 dinyatakan sebagai berikut:

a. Presiden dan wakil presiden tidak dapat diganggu gugat

b. Menteri-menteri bertanggung jawab atas seluruh kebijaksanaan


pemerintah, baik bersama-sama untuk seluruhnya maupun masing-masing
untuk bagiannya sendiri-sendiri.

3) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Sebelum Amandemen


Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 sebelum
diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.

a. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat) Suatu


negara dapat dikatakan sebagai negara yang didasarkan atas hukum apabila
alat-alat perlengkapan yang ada di dalamnya senantiasa bertindak dengan
sesuai dan terikat pada aturan-aturan yang ditentukan terlebih dahulu oleh
alat-alat perlengkapan yang dikuasakan untuk mengadakan aturan-aturan
tersebut. Suatu negara yang menyatakan diri sebagai negara hukum harus
mengakui dan melindungi hak-hak asasi manusia. Selain itu negara hukum juga
harus menjalankan peradilan yang bebas dari pengaruh suatu kekuasaan atau
kekuatan lain dan tidak memihak.

b. Sistem Konstitusional Konstitusi menjadi pondasi negara yang mengatur


pemerintahannya, membagi kekuasaan dan mengatur tindakan-tindakannya.
Dengan sistem konstitusional dapat memperkuat dan mempertegas terhadap
sistem negara hukum seperti yang digariskan dalam sistem pemerintahan
Indonesia.

c. Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR MPR mempunyai


tugas dan kewenangan untuk mengubah, menetapkan UUD, melantik kepala
negara (presiden) dan wakil kepala negara (wakil presiden). MPR juga
mempunyai kewenangan untuk memberhentikan presiden dan atau wakil
presiden atas usul DPR, apabila terbukti telah melakukan pelanggaran akum
berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela.

d. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah


MPR Berdasarkan hasil amandemen UUD 1945, yaitu pasal 6A disebutkan
bahwa presiden dan wakil presiden dipilih dalam satu pasangan secara
langsung oleh rakyat. Dalam pasal 3 ayat 2 juga dinyatakan bahwa “Majelis
Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan Wakil Presiden.”

e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR Dalam Penjelasan UUD 1945
dinyatakan dengan jelas bahwa Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR
untuk membentuk UU dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan
belanja negara, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan.

f. Menteri negara sebagai pembantu presiden Presiden mengangkat dan


memberhentikan menteri-menteri negara. Menteri-menteri negara tidak
bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, melainkan kepada
Presiden.

g. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas Setiap negara demokrasi


memiliki konstitusi untuk membatasi kekuasaan seorang kepala negara.
Indonesia sebagai negara hukum (sistem pemerintahan yang pertama)
menganut sistem konstitusional (sistem pemerintahan yang kedua) dan
adanya fungsi pengawasan (kontrol) DPR. Pemerintahan orde baru dengan
tujuh kunci pokok diatas berjalan sangat stabil dan kuat. Pemerintah memiliki
kekuasaan yang besar. Sistem Pemerintahan Presidensial yang dijalankan pada
era ini memiliki kelemahan pengawasan yang lemah dari DPR namun juga
memiliki kelebihan kondisi pemerintahan lebih stabil.

4) Sistem Pemerintahan Indonesia Menurut UUD 1945 Setelah Amandemen Di


akhir era orde baru muncul pergerakan untuk mereformasi sistem yang ada
menuju pemerintahan yang lebih demokratis. Untuk mewujudkan hal itu
dibutuhkan sebuah pemerintahan yang konstitusional. Pemerintahan yang
konstitusional adalah yang didalamnya terdapat pembatasan kekusaaan dan
jaminan hak asasi. Kemudian dilakukanlah amandemen Undang-undang Dasar
1945 sebanyak 4 kali, tahun: 1999, 2000, 2001, 2002. Berdasarkan konstitusi
yang telah diamandemen ini diharapkan sebuah sistem pemerintahan yang
lebih demokratis akan terwujud.

Adapun pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia setelah amandemen


yakni sebagai berikut:

a. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.

b. Bentuk pemerintahan adalah republik konstitusional, sedangkan sistem


pemerintahan presidensial.

c. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden


dan wakil presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam satu paket.
d. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab
kepada presiden.

e. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat


(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan
anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan.

f. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan


dibawahnya.

g. Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem


pemerintahan parlementer dan melakukan pembaharuan untuk
menghilangkan kelemahan-kelemahan yang ada dalam sistem presidensial.

Beberapa variasi dari sistem pemerintahan presidensial di Indonesia adalah


sebagai berikut;

a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.

b. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau


persetujuan dari DPR.

c. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau


persetujuan dari DPR. k. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal
membentuk undang- undang dan hak budget (anggaran)

D. Asas Sistem Pemerintahan


1. Asas Pemerintahan Umum

Asas adalah dasar, pedoman atau sesuatu yang dianggap kebenaraannya,


yang menjadi tujuan berpikir dan prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan
demikian yang menjadi asas ilmu pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem
pemerintahan seperti ideologi suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang
membentuk sistem pemerintahannya. Untuk itu dalam membahas asas suatu
pemerintahan, kita perlu melihat berbagai prinsip-prinsip, pokok-pokok
pikiran, tujuan, struktur organisasi, faktor- faktor kekuatan dan proses
pembentukan suatu negara. Hal ini karena sebagaimana sifat dari pada ilmu
pemerintahan itu sendiri, maka dalam menetukan asas ilmu pemerintahan ini,
yang diselidiki hanyalah asas pemerintahan dari suatu negara tertentu, bukan
pemerintahan pada umumnya.

Tentang asas-asas pemerintahan yang berlaku secara umum, Dr. Talizi


mengatakan sebagai berikut bahwa “Pengertian asas dalam hubungannya ini
adalah dalam arti khusus. Secara umum dapat dikatakan bahwa asas-asas
pemerintahan tercantum didalam pedoman-pedoman, peraturan-peraturan
dan jika diusut sampai tingkat tertinggi.” Beberapa asas pemerintahan yaitu:

i) Asas Aktif Pemerintah memiliki sumber utama pembangunan. Di negara-


negara berkembang pemerintah senantiasa berada pada posisi sentral, oleh
karena itu pemerintah memegang peran inovatif dan inventif. Bahkan
pemerintah mengurus semua permasalahan pembangunan, pemerintahan,
dan kemasyarakatan, mulai dari orang-orang yang belum lahir kedunia, sampai
dengan orang-orang yang telah meninggal dunia. Jadi pemerintah selalu aktif
di mannapun berada.

ii) Asas Vrij Bestuur Vrij berarti kosong, sedangkan Bestuur berarti
pemerintahaan. Jadi Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintahaan. Hal ini
timbul karena melihat bahwa tidak seluruhnya penjabaran setiap departemen
dan non departemen sampai ke kecamatan-kecamatan, apalagi kelurahan-
kelurahan dan desa-desa. Asas ini biasanya disebut juga sebagai asas mengisi
kekosongan.

iii) Asas Freies Eremessen Berlainan dengan asas Vrij Bestuur, bila mana
pekerjaan itu ada tetapi aparat pelaksanaannya tidak ada. Maka pada asas
Freies Eremessen, pekerjaan itu memang belum ada dan mesti dicari serta
ditemukan sendiri. Jadi terlepas hanya sekedar mengurus hal-hal yang secara
tegas telah digariskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat
yang lebih di atas, untuk dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini
pemerintah bebas mengurus dan menemukan inisiatif pekerjaan baru,
sepenjang tidak ada pertentangan dengan peraturan peundang-undangan
yang berlaku ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan
norma kebiasaan suatu tempat.

iv) Asas Historis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintaha, bila terjadi
suatu peristiwa pemerintah, maka untuk menanggulanginya pemerintah
berpedoman kepada penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu,
yang sudah pernah terjadi.

v) Asas Etis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintahaan, pemerintah


tidak lepas pemperhatikan kaidah norma. Oleh karenanya dinegara Indonesia,
pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila senang tiasa
digalakan, disamping masing-masing agama berlomba menyampaikan bahwa
pemerintah bukan masalah sekuler yang tepisah jauh dari etika dan moral,
tetapi merupakan amanah Allah yang harus dipertanggungjawabkan di akhirat
nanti.

vi) Asas Otomatis Asas dengan sendirinya, bila ada suatu kegiataan baru yang
diluar tanggung jawab suatu departemen atau non departemen, baik sifatnya
rutin atau sewaktu-waktu, maka dengan sendirinya pekerjaan itu dipimpin
oleh parat Departemen Dalam Negeri sebagai poros pemerintahan dalam
negeri, walaupun dengan tetap melihatkan aparat lain. Misalnya, kepanitian
Hari- Hari Besar Nasional, penyambut tamu Negara, dan lain-lain. Di daerah
dikelola oleh Pemerintah Daerah.

vii) Asas Detournement De Pauvoir Asas Detournement De Pauvoir adalah


asas kesewenang-wenangan pemerintah dalam penyelenggaraan
pemerintahannya atau sebaliknya ketidakpedulian pemerintah terhadap
masyarakatnya. Jadi asas ini merupakan pertentangan dari semua asas yang
telah di sampaikan di atas karena menyalahgunakan kekuasaan yang di
peroleh.
2. Asas Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia

Ada tiga asas penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia yang harus


diseimbangkan pemakaiannya sebagai berikut:

i) Asas Negara Hukum Yaitu asas yang mempedomani peraturan perundang-


undangan yang berlaku. Ini mengandung arti bahwa negara, termasuk di
dalamnya pemerintah dan lembaga-lembaga negara lainnya, dalam
melaksanakan tindakan apapun harus di landasi oleh hukum atau harus dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Prinsip dari asas ini terdapat dalam
rumusan Peraturran yang diwujudkan dari cita-cita hukum (rechssidee), kalau
tidak demikian muncul kesemena-menaan yang bermula dari subjektifitas
penguasa.

ii) Asas Semangat Kekeluargaan Yaitu asas yang mempedomani rasa


kemanusiaan dan cinta kasih senasib sepenanggungan. Istilah kekeluargaan itu
berasal dari kata “keluarga”. Keluarga itu terdapat dalam masyarakat, bangsa
apa saja, selain ditentukan oleh ikatan darah juga terdapat ikatan lainnya yang
terjadi karena rasa cinta kasih antara semua anggota yang sudah dianggap
keluarga, yang membawa akibat saling bantu-membantu, saling menghormati
dan saling memberikan perlindungan. Demikianlah jika ikatan-ikatan itu
ditingkatkan dalam hubugan antar keluarga sampai pada hubungan antar
anggota keluarga yang lebih besar, disebut kekeluargaan. Kekeluargaan ini
sebagai pengobjektifan dari keluarga yang subjektif.

iii) Asas Kedaulatan Rakyat Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan
tertinggi adalah hati nurani rakyat kecil yang selama ini walaupun jumlah
mereka besar, tetapi mereka diam (silent majority). Asas ini berasal dari
keinginan untuk dibedakan demokrasi dengan kebebasan, kendatipun
demokrasi membicarakan berbagai kebebasan seperti kebebasan
berpendapat, kebebasan menuntut ilmu dan mengusahakan mata pencaharian
yang layak serta lain-lain.

Namun kebebasan pada gilirannya dapat mencapai dekadensi moral karena


bagaimanapun manusia ingin bebas bahkan hidup sendiri, peraturan dan
hukum tetap perlu diadakan sendiri. Ketiga asas tersebut di atas mutlak harus
diseimbangkan, karena bila di laksanakan sendiri-sendiri cenderung akan
meiliki ekses negatif. Misalnya hukum yang dilaksanakan secara berlebih-
lebihan akan menyingkirkan kemanusiaan dan kekeluargaan, nilai-nilai
kekeluargaan bila dilakukan berlebihan akan melupakan hukum yang harus
dijalankan, dan kebebasan rakyat yang dibiarkan berlebihan akan
menimbulkan pelanggaran syariah agama yang trasendental. Namun demikian
apabila dijalankan berbarengan secara seimbang akan menciptakan hasil yang
luar biasa baiknya, dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan Indonesia. Ini
memang merupakan sifat dan asas yang dianut oleh undang-undang dasar
1945, yang di cetuskan dari pola piker oendiri Negara kesatuan republik
Indonesia ini dulu. Itulah sebabnya dalam ketatanegaraan Indonesia kita kenal
hukum yang bersumber dari nilai-nilai luhur pancasila, kekeluargaan leluhur
yang berbhineka tunggal ika, dan keberadan Dewan Perwakilan Rakyat yang
walaupun sampai saat ini masih tetap mencari bentuk keindonesiaannya.

3. Asas Pemerintahan di Daerah

Dalam hubungan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah, kita


mengenal beberapa kali pergantian undang-undang pemerintah daerah.
Menurut undang-undang No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintah
di daerah, yang masih berlaku sampai saat ini, dikenal beberapa asas
penyelenggaraan pemerintah di daerah sebagai berikut:

i) Asas desentralisasi Asas desentralisasi adalah asas penyerahan sebagian


urusan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri.

ii) Asas dekonsentrasi Asas dekonsentrasi adalah asas pelimpahan wewenang


dari pemerintah pusat atau kepala wilayah, atau kepala instansi vertikal
tingkat atasnya, kepada pejabat-pejabatnya di Daerah.

iii) Tugas Pembantuan Tugas pembantuan adalah asas untuk turut sertanya
Pemerintah Daerah bertugas dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Pusat
yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerinah Pusat atau
Pemerintah Daerah Tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskannya.

Konsekuensi dari ketiga asas tersebut di atas, maka diadakan sebagai


berikut:

i) Otonomi daerah, yaitu akibat adanya desentralisasi lalu diadakan daerah


otonomi yant diberikan hak wewenang dan kewajiaban untuk mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri sesuai peraturan berlaku

ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah
daerah-daerah otonomi, baik untuk tingkat 1 maupun tingkat 2. Daerah
otonom itu sendiri berarti kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
wilayah terntentu yang hendak berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dakam ikatan Negara kesatuan republic
ndoneisa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

iii) Wilayah adminsitratif, yaitu akibat adanya asas dekonsentrasi. Wilayah


administratif itu sendiri, berarti lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat
yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintah umum di daerah.
Tugas pemerintahan umum adalah urusan pemerintahan yang meliputi bidang
letenramanm, ketertiban, politik, kordinasi, pengawasan dan urusan
pemerintahan lainnya (seperti peradilan keamanan, moneter, dan luar negeri)
yang tidak termasuk tugas suatu instansi dan tidak termasuk urusan rumah
tangga daerah.

iv) Kata “mengurus” dan “mengatur “ dalam pemberian otonomi kepada


daerah dapat di bedakan, yaitu mengurus berarti fungsi penyelenggaraan
pemerintahan yang di jalankan oleh pihak eksekutif daerah yaitu kepala
daerah, sedangkan mengatur berarti fungsi pengaturan yang di jalankan oleh
pihak pembuat peraturan daerah yaitu legislatif yang dipegang Dewan
Perwakilah Rakyat Daerah.
E. Etika Pemerintahan di Indonesia
Karena ilmu pemerintahan itu sama sebagaimana ilmu-ilmu kenegaraan
lainnya yang banyak berkonotasi pada masalah kekuasaan, maka
dikhawatirkan timbul kecenderungan pada kesewenang-wenangan, oleh
karena itu diperlukan etika yang berakhir dari moral dan norma agama.
Kebanyakan orang merasa bahwa norma-norma dan hukum-hukum
mempunyai peranan yang besar dalam bidang etika. Karena kalau tidak
demikian apapun yang diatur akan menemukan kesewenang-wenangan, dan
akhirnya gilirannya menjadi ketiranian. Etika artinya sama dengan kata
Indonesia “Kesusilaan”, kata dasarnya adalah, susila kemudian diberi awalan
ke dan akhiran an. “Susila” berasal dari bahasa Sansekerta, “Su” berarti baik,
dan “Sila” berarti norma kehidupan. Jadi “Etika” berarti menyangkut kelakuan
yang menuruti norma-norma kehidupan yang baik. Asal kata “etika” itu sendiri
sebenarnya berasal dari perkataan Yunani “Ethos” yang berarti watak atau
adat. Kata ini identik dengan asal kata “Moral” dari bahasa Latin “Mos”
(bentuk jamaknya adalah “Mores”) yang berarti adat atau moral hidup. Jadi
kedua kata tersebut (etika dan moral) menunjukkan cara berbuat yang
menjadi adat karena persetujuan atau praktek sekelompok manusia.

Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan
jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat
peraturan-peraturan kesusilaan. Berbagai kasus yang non etis (tidak beretika)
terjadi di sekililing kita, beberapa diantaranya yang dapat tercatat antara lain
sebagai berikut:

i) Seorang tukang becak yang matanya terasa sedikit gatal berobat ke rumah
sakit. Oleh dokter serta merta mata tersebut dioperasi, dengan catatan setelah
pulang jangan dibuka balutnya sampai kemudian datang lagi untuk diperiksa
dalam berobat jalan. Sayang, di rumah balut mata tersebut terbuka dan sang
istri menyaksikan sendiri rongga mata suaminya bolong berlubang. Rupanya
sang dokter lebih butuh uang hasil penjualan kornea mata yang melekat pada
mata pasiennya, daripada menghargai organ tubuh terpenting pasiennya itu.
ii) Masih dari segi medis, seorang perawat menjawab dengan tegas
permintaan seorang ibu yang datang menggendong anaknya karena demam
panas. “Ibu tidak disiplin, mengapa datang jam segini, besok saja kembali lagi.”
Sang ibu dengan berhiba menjawab: “Bukankah besok hari Minggu”. Dengan
gamblang petugas yang disiplin ini menangkis: “Kalau begitu ibu kembali lagi
hari Senin, sekarang saya harus mengerjakan tugas lain, saya bukan hanya
melayani ibu saja, banyak tugas yang harus diselesaikan”.

iii) Kejadian perampokan, pencurian, pencolongan dan penodongan di suatu


kota sulit sekali dideteksi, karena pelakunya selalu tidak diketahui ke mana
larinya dan di mana tempat tinggalnya. Tetapi ketika suatu kali seseorang
berhasil melacaknya, orang tersebut menjadi terperangah karena menyaksikan
sang perampok dengan mulus lari dari penjara tempat tinggalnya. Ia memang
sengaja dilepas oleh petugas penjara, untuk mencari tambahan penghasilan
mereka bersama, sudah barang tentu hasilnya dibagi-bagi.

iv) Seorang wakil rakyat yang duduk di majelis, mewakili kaum buruh yang
diperjuangkan haknya agar tidak senantiasa ditekan dan dirugikan. Tetapi yang
bersangkutan pada kenyataannya sehari-hari terlibat kasus penyiksaan pada
pembantu rumah tangganya sendiri. Betapa memprihatinkan seorang
pembantu yang lugu ternyata mendapat perlakuan yang sangat menyedihkan,
gajinya tidak dibayarkan, ia juga mendapat siksaan berat sekujur tubuhnya
penuh dengan bekas tindakan kekerasaan. Seperangkat perlakuan yang
dilakukan majikannya antara lain menyiram dengan air panas, menyetrika
punggung, menendang, menembak kakinya dengan senapan angin,
memborgol, tidak memberi makan, tidak membayarkan gaji, serta
memperkosa.

v) Beberapa orang petugas keamanan dan ketertiban, mengejar sekelompok


anak muda yang baru saja dilaporkan habis memperkosa seorang gadis belia.
Tetapi sewaktu gerombolan anak-anak muda itu masuk ke rumah ayahnya
yang menjadi pejabat teras daerah pemerintah setempat, para petugas
keamanan dan ketertiban tersebut tidak lagi melanjutkan pengejaran
buruannya, mereka hanya berputar- putar saja sekeliling rumah, gentar untuk
masuk ke dalam. Kejadian itu kemudian hanya hilang begitu saja.

vi) Para pejabat keuangan dan kebendaharawan berusaha untuk ikut


melakukan pembelian, yang seharusnya dipesan bagian pengadaan
perlengkapan dan pembelian. Sehingga pemborong dan toko yang merasa
dijadikan langganan, untuk melancarkan perdagangannya memberikan komisi
pada sang pejabat.

Pada giliranya terjadi kerancuan, barang yang dipesan tidak lagi memenuhi
target permintaan, asal jadi dan merugikan negara, karena sang pejabat yang
disogok tidak mempunyai keberanian untuk membantah, tender telak
dimenangkan secara kolega atau bahkan primordial. Seluruh kejadian di atas
dilakukan oleh aparat pemerintah yang sempat disajikan oleh berbagai media
massa. Sepertinya kasus-kasus non etis di atas sudah menjadi hal yang tidak
asing lagi di dekitar kita. Sudah seharusnya kita membenahi diri masing-
masing di saat aparat pemerintah pun tidak lagi bisa dijadikan sebagai acuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem
pemerintahan negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga
yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju
tercapainya tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam
suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif,
legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti
parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Dalam sistem pemerintahan Indonesia,
lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis.
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan
bentuk pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara kesatuan dan
bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.

Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda
dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat
juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara. Misalnya, dua
negara memiliki sistem pemerintahan yang sama. Perubahan pemerintah di
negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau
kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi
antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter
dan krisis ekonomi.

Indonesia mengalami beberapa kali perubahan sistem pemerintahan. Pada


tahun 1945-1949 Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer.
Kemudian pada tahun 1949-1950 Indonesia menganut sistem parlementer
kabinet semu yang didasarkan pada konnstitusi RIS. Pada tahun 1950-1959
Indonesia menganut sistem pemerintahan parlementer kabinet dengan
demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Indonesia pernah menganut
sistem pemerintahan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1966. Setelah itu,
Indonesia dibawah kepemimpinan Soeharto dari tahun 1968-1988
menjalankan sistem pemerintahan orde baru. Setelah jatuhnya pemerintahan
Soeharto, Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi Pancasila
hingga sekarang. Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem
pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan
presidensial. Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde
Baru di bawah kepemimpinan Presiden Suharto.

Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang
di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan
atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya
pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat
besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu
presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan
sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem
pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan
pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar
dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada
keuntungan yang didapatkanya. Memasuki masa Reformasi ini, bangsa
Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis.
Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam menjalankan sistem pemerintahan
perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau
sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan
prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu
pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi
suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya.

B. Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan
demokrasi yang telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-
tokoh Indonesia. Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar
permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep
demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia harus bersifat dinamis
dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang menggunakannya
sebagai asas negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering
dilakukan dan sayangnya malah menjadi ancaman bukan kenyamanan. Rakyat
perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan alat kekuasaan yang dengan
mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa bekerja
sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
- C. S. T. Kansil, S.H. dan Christine S. T. Kansil, S.H., M.H. 2005.
Sistem Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: Bumi Aksara.
- Setiadi, M. Elly. 2005. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Sidjabat, W. Bonar. 1968. “Notulen Rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia”. Ragi Buana. Syafiie, Inu Kencana. 2011.
- Makalah Dj. Ronalko Laburunci: MAKALAH SISTEM
PEMERINTAHAN INDONESIA ( http://kumpulan-makalah-
adinbuton.blogspot.co.id/2014/11/makalah-sistem-
pemerintahan-di-indonesia.html)

vi

Anda mungkin juga menyukai