SISTEM PEMERINTAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mapel PKN
2. Eni Astini
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem
Pemerintahan dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Kami sangat berhaap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai sistem pemerintahan yang ada di Indonesia serta memahami
seluruh isi dan maksud dari makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab it, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
i
Daftar Isi
Kata Pengantar ............................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
b. Tujuan
c. Sistematika Penulisan
BAB II : PEMBAHASAN
a. Kesimpulan
b. Saran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara
yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia
serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara
kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu ia
disebut juga sebagai Nusantara. Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada
tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia
dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia meskipun secara resmi
bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih
langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Sejarah Indonesia banyak dipengaruhi
oleh bangsa lainnya. Kepulauan Indonesia menjadi wilayah perdagangan penting
setidaknya sejak abad ke-7, yaitu ketika Kerajaan Sriwijaya menjalin hubungan
agama dan perdagangan dengan Tiongkok dan India. Kerajaan-kerajaan Hindu dan
Buddha telah tumbuh pada awal abad Masehi, diikuti para pedagang yang
membawa agama Islam, serta berbagai kekuatan Eropa yang saling bertempur
untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah Maluku semasa era
penjelajahan samudra.
B. Tujuan
Untuk mengkaji makalah ini ada beberapa tujuan yang akan dicapai, yaitu:
C. Sistematika Penulisan
Makalah ini disusun dengan sistematika pembahasan yang meliputi:
iii) Presiden memiliki hak prerogratif (hak istimewa) untuk mengangkat dan
memberhentikan menteri-menteri yang memimpin departemen dan non-
departemen.
b. Masa jabatan badan eksekutif lebih jelas dengan jangka waktu tertentu.
Misalnya, masa jabatan Presiden Amerika Serikat adalah empat tahun,
Presiden Filipina adalah enam tahun dan Presiden Indonesia adalah lima
tahun.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial.
ii) Lembaga–lembaga tinggi negara sesuai dengan urutan yang terdapat dalam
UUD 1945 ialah presiden (pasal 4 – 15), DPA (pasal 16), DPR (pasal 19-22), BPK
(pasal 23), dan MA (pasal 24).
c) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah sebuah badan legislatif yang dipilih
oleh masyarakat berkewajiban selain bersama-sama dengan presiden
membuat undang-undang juga wajib mengawasi tindakkan-tindakan presiden
dalam pelaksanaan haluan Negara.
ii) Tahun 1949 – 1950 Didasarkan pada konstitusi RIS. Pemerintahan yang
diterapkan saat itu adalah sistem parlementer kabinet semu (Quasy
Parlementary). Sistem pemerintahan yang dianut pada masa konstitusi RIS
bukan kabinet parlementer murni karena dalam sistem parlementer murni,
parlemen mempunyai kedudukan yang sangat menentukan terhadap
kekuasaan pemerintah.
iii) Tahun 1950 – 1959 Landasannya adalah UUD 1950 pengganti konstitusi RIS
1949. Sistem Pemerintahan yang dianut adalah parlementer kabinet dengan
demokrasi liberal yang masih bersifat semu. Adapun ciri-cirinya ialah sebagai
berikut:
iv) Tahun 1959 – 1966 Pada masa ini Indonesia menganut sistem
pemerintahan demokrasi terpimpin. Era “Demokrasi Terpimpin”, yaitu
kolaborasi antara kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam
menekan pergerakan-pergerakan independen kaum buruh dan petani, gagal
memecahkan masalah-masalah politis dan ekonomi yang mendesak.
Pendapatan ekspor menurun, cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik
dan korupsi birokrat dan militer menjadi wabah. Presiden mempunyai
kekuasaan mutlak dan dijadikannya alat untuk melenyapkan kekuasaan-
kekuasaan yang menghalanginya sehingga nasib parpol (10 parpol yang diakui)
ditentukan oleh presiden. Tidak ada kebebasan mengeluarkan pendapat.
v) Tahun 1966 – 1998 Pada 27 Maret 1968, MPR secara resmi melantik
Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian
dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988,
1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik
Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam
negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya. Orde
Baru berlangsung selama 30 tahun. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi
Indonesia berkembang pesat meski hal ini dibarengi praktek korupsi yang
merajalela di negara ini. Lama kelamaan banyak terjadi penyimpangan-
penyimpangan. Kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin
melebar.
e. Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR Dalam Penjelasan UUD 1945
dinyatakan dengan jelas bahwa Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR
untuk membentuk UU dan untuk menetapkan anggaran pendapatan dan
belanja negara, akan tetapi Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan.
a. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi.
a. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari DPR.
Jadi, DPR tetap memiliki kekuasaan mengawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.
ii) Asas Vrij Bestuur Vrij berarti kosong, sedangkan Bestuur berarti
pemerintahaan. Jadi Vrij Bestuur adalah kekosongan pemerintahaan. Hal ini
timbul karena melihat bahwa tidak seluruhnya penjabaran setiap departemen
dan non departemen sampai ke kecamatan-kecamatan, apalagi kelurahan-
kelurahan dan desa-desa. Asas ini biasanya disebut juga sebagai asas mengisi
kekosongan.
iii) Asas Freies Eremessen Berlainan dengan asas Vrij Bestuur, bila mana
pekerjaan itu ada tetapi aparat pelaksanaannya tidak ada. Maka pada asas
Freies Eremessen, pekerjaan itu memang belum ada dan mesti dicari serta
ditemukan sendiri. Jadi terlepas hanya sekedar mengurus hal-hal yang secara
tegas telah digariskan oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah tingkat
yang lebih di atas, untuk dipertanggungjawabkan hasilnya. Dalam hal ini
pemerintah bebas mengurus dan menemukan inisiatif pekerjaan baru,
sepenjang tidak ada pertentangan dengan peraturan peundang-undangan
yang berlaku ataupun ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dengan
norma kebiasaan suatu tempat.
iv) Asas Historis Asas yang dalam penyelenggaraan pemerintaha, bila terjadi
suatu peristiwa pemerintah, maka untuk menanggulanginya pemerintah
berpedoman kepada penanggulangan dan pemecahan peristiwa yang lalu,
yang sudah pernah terjadi.
vi) Asas Otomatis Asas dengan sendirinya, bila ada suatu kegiataan baru yang
diluar tanggung jawab suatu departemen atau non departemen, baik sifatnya
rutin atau sewaktu-waktu, maka dengan sendirinya pekerjaan itu dipimpin
oleh parat Departemen Dalam Negeri sebagai poros pemerintahan dalam
negeri, walaupun dengan tetap melihatkan aparat lain. Misalnya, kepanitian
Hari- Hari Besar Nasional, penyambut tamu Negara, dan lain-lain. Di daerah
dikelola oleh Pemerintah Daerah.
iii) Asas Kedaulatan Rakyat Yaitu asas yang mempedomani bahwa kekuasaan
tertinggi adalah hati nurani rakyat kecil yang selama ini walaupun jumlah
mereka besar, tetapi mereka diam (silent majority). Asas ini berasal dari
keinginan untuk dibedakan demokrasi dengan kebebasan, kendatipun
demokrasi membicarakan berbagai kebebasan seperti kebebasan
berpendapat, kebebasan menuntut ilmu dan mengusahakan mata pencaharian
yang layak serta lain-lain.
iii) Tugas Pembantuan Tugas pembantuan adalah asas untuk turut sertanya
Pemerintah Daerah bertugas dalam melaksanakan urusan Pemerintahan Pusat
yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerinah Pusat atau
Pemerintah Daerah Tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggung
jawabkan kepada yang menugaskannya.
ii) Daerah otonom, yaitu akbiat adanya otonomi daerah lalu dibentuklah
daerah-daerah otonomi, baik untuk tingkat 1 maupun tingkat 2. Daerah
otonom itu sendiri berarti kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas
wilayah terntentu yang hendak berwenang dan berkewajiban mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri dakam ikatan Negara kesatuan republic
ndoneisa sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dengan demikian etika dapat diartikan sebagai suatu atau setiap kesediaan
jiwa seseorang untuk senantiasa taat dan patuh kepada seperangkat
peraturan-peraturan kesusilaan. Berbagai kasus yang non etis (tidak beretika)
terjadi di sekililing kita, beberapa diantaranya yang dapat tercatat antara lain
sebagai berikut:
i) Seorang tukang becak yang matanya terasa sedikit gatal berobat ke rumah
sakit. Oleh dokter serta merta mata tersebut dioperasi, dengan catatan setelah
pulang jangan dibuka balutnya sampai kemudian datang lagi untuk diperiksa
dalam berobat jalan. Sayang, di rumah balut mata tersebut terbuka dan sang
istri menyaksikan sendiri rongga mata suaminya bolong berlubang. Rupanya
sang dokter lebih butuh uang hasil penjualan kornea mata yang melekat pada
mata pasiennya, daripada menghargai organ tubuh terpenting pasiennya itu.
ii) Masih dari segi medis, seorang perawat menjawab dengan tegas
permintaan seorang ibu yang datang menggendong anaknya karena demam
panas. “Ibu tidak disiplin, mengapa datang jam segini, besok saja kembali lagi.”
Sang ibu dengan berhiba menjawab: “Bukankah besok hari Minggu”. Dengan
gamblang petugas yang disiplin ini menangkis: “Kalau begitu ibu kembali lagi
hari Senin, sekarang saya harus mengerjakan tugas lain, saya bukan hanya
melayani ibu saja, banyak tugas yang harus diselesaikan”.
iv) Seorang wakil rakyat yang duduk di majelis, mewakili kaum buruh yang
diperjuangkan haknya agar tidak senantiasa ditekan dan dirugikan. Tetapi yang
bersangkutan pada kenyataannya sehari-hari terlibat kasus penyiksaan pada
pembantu rumah tangganya sendiri. Betapa memprihatinkan seorang
pembantu yang lugu ternyata mendapat perlakuan yang sangat menyedihkan,
gajinya tidak dibayarkan, ia juga mendapat siksaan berat sekujur tubuhnya
penuh dengan bekas tindakan kekerasaan. Seperangkat perlakuan yang
dilakukan majikannya antara lain menyiram dengan air panas, menyetrika
punggung, menendang, menembak kakinya dengan senapan angin,
memborgol, tidak memberi makan, tidak membayarkan gaji, serta
memperkosa.
Pada giliranya terjadi kerancuan, barang yang dipesan tidak lagi memenuhi
target permintaan, asal jadi dan merugikan negara, karena sang pejabat yang
disogok tidak mempunyai keberanian untuk membantah, tender telak
dimenangkan secara kolega atau bahkan primordial. Seluruh kejadian di atas
dilakukan oleh aparat pemerintah yang sempat disajikan oleh berbagai media
massa. Sepertinya kasus-kasus non etis di atas sudah menjadi hal yang tidak
asing lagi di dekitar kita. Sudah seharusnya kita membenahi diri masing-
masing di saat aparat pemerintah pun tidak lagi bisa dijadikan sebagai acuan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari seluruh pembahasan makalah ini, kami dapat simpulkan bahwa sistem
pemerintahan negara Indonesia menggambarkan adanya lembaga-lembaga
yang bekerja dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju
tercapainya tujuan penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam
suatu sistem politik meliputi empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif,
legislatif, dan yudikatif. Selain itu, terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti
parlemen, pemilu, dan dewan menteri. Dalam sistem pemerintahan Indonesia,
lembaga-lembaga negara berjalan sesuai dengan mekanisme demokratis.
Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia
yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat. Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat
disimpulkan bahwa bentuk negara Indonesia adalah kesatuan, sedangkan
bentuk pemerintahannya adalah republik. Selain bentuk negara kesatuan dan
bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik Indonesia memegang
kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan.
Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial. Sistem pemerintahan negara Indonesia berbeda
dengan sistem pemerintahan yang dijalankan di negara lain. Namun, terdapat
juga beberapa persamaan antarsistem pemerintahan negara. Misalnya, dua
negara memiliki sistem pemerintahan yang sama. Perubahan pemerintah di
negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan kekuasaan atau
kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia terjadi
antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter
dan krisis ekonomi.
Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah adanya kekuasaan yang amat
besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua kewenangan presiden yang
di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa melibatkan pertimbangan
atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu tidak adanya
pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden sangat
besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu
presiden dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan
sehingga mampu menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem
pemerintahan lebih stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan
pertentangan antarpejabat negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik
perjalanan sistem pemerintahan di Indonesia ternyata kekuasaan yang besar
dalam diri presiden lebih banyak merugikan bangsa dan negara daripada
keuntungan yang didapatkanya. Memasuki masa Reformasi ini, bangsa
Indonesia bertekad untuk menciptakan sistem pemerintahan yang demokratis.
Untuk itu, perlu disusun pemerintahan yang konstitusional atau pemerintahan
yang berdasarkan pada konstitusi. Dalam menjalankan sistem pemerintahan
perlu memperhatikan asas pemerintahan. Asas adalah dasar, pedoman atau
sesuatu yang dianggap kebenaraannya, yang menjadi tujuan berpikir dan
prinsip yang menjadi pegangan. Jadi dengan demikian yang menjadi asas ilmu
pemerintahan adalah dasar dari suatu sistem pemerintahan seperti ideologi
suatu bangsa, filsafah hidup dan konstitusi yang membentuk sistem
pemerintahannya.
B. Saran
Sudah saatnya, kita bersama-sama bergerak untuk mencapai angan
demokrasi yang telah dicita-citakan oleh para pemimpin-pemimpin dan tokoh-
tokoh Indonesia. Unsur-unsur demokrasi yang kadang menjadi akar
permasalahan harus bisa diselesaikan dan diperbaiki, karena konsep
demokrasi bukan hak paten yang tidak bisa diubah. Ia harus bersifat dinamis
dan bisa mengikuti kultur sosial- politik-budaya Negara yang menggunakannya
sebagai asas negara. Usaha perubahan tersebutsebenarnya telah sering
dilakukan dan sayangnya malah menjadi ancaman bukan kenyamanan. Rakyat
perlu diperkuat kembali bahwa mereka bukan alat kekuasaan yang dengan
mudah diatur kesana ke mari. Elit penguasa dan rakyat harus bisa bekerja
sama selama tujuan demokrasi menjadi patokan utama bernegara yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
- C. S. T. Kansil, S.H. dan Christine S. T. Kansil, S.H., M.H. 2005.
Sistem Pemerintahan Indonesia. Yogyakarta: Bumi Aksara.
- Setiadi, M. Elly. 2005. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan
Tinggi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
- Sidjabat, W. Bonar. 1968. “Notulen Rapat Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia”. Ragi Buana. Syafiie, Inu Kencana. 2011.
- Makalah Dj. Ronalko Laburunci: MAKALAH SISTEM
PEMERINTAHAN INDONESIA ( http://kumpulan-makalah-
adinbuton.blogspot.co.id/2014/11/makalah-sistem-
pemerintahan-di-indonesia.html)
vi