Anda di halaman 1dari 21

REVIEW

EKONOMI POLITIK DAN GLOBALISASI

Disusun Oleh :

AHMAD JUNAEDI 20171040029


SAMSUL 20171040041

MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018
EKONOMI POLITIK DAN GLOBALISASI

Ekonomi dan politik tidak akan pernah terpisahkan dalam sistem


pemerintahan sekarang ini sebagai perumpamaan bahwa dalam sistem
pemerintahan pemerintah berhak untuk mengatur perekonomian yang ada di
wilayah tersebut, dan sebaliknya ekonomi bahkan lebih mempengaruhhi
perpolitikan di sebuah wiyalah, yang dimana kita lihat sekarang ini marak pesta-
pesta demokrasi yang pelopori oleh berbagai partai-partai politik yang dimana
sebagian besar komunikasi politik yang mereka gunakan dengan menggunakan
kalimat-kalimat yang berbau ekonomi seperti membuat sebuah lapangan kerja
agar kemiskinn mengurang. Dari hal ini pemerintahan di setiap wilayah atau
negara harus lebih jeli lagi dalam berkomunikasi dan membuat sebuah asumsi-
asumsi karena tidak terlepas dari itu diera globalisasi yang sudah berkembang
sangat pesat akan menjadi pertarungan yang sangat luar biasa dalam hal
perekonomian yang dimana dengan gaya berpolitik yang lebih luar biasa dengan
adanya pasar-pasar global. Bisa kita katakan bahwa persangingan sudah semakin
besar dan sangat ketat contoh saja di ASEAN dengan pasar bebas atau lebih kita
kenal dengan sebutan MEA .

1. EKONOMI POLITIK (PENDEKATAN-PENDEKATAN EKONOMI


POLITIK)

Ekonomi politik di disetiap pemerintahan terdapat banyak pandangan yang


begituluas dan permasalahan-permasalahan yang mencakup masalah ekonomi dan
politik itu sendiri dimana kedua hal ini tidak terlepas dari peran pemerintahan
dalam melaksanakan ekonomi politik seperti yang dikatakan dari awal bahwa
tantangan ekonomi politik sendiri harus mampu bersaing dipasar global itu sendiri
seperti apa , karena tidak dapat kita pungkiri bahwa pasar global sendiri akan
mampu membatasi pemerintahan nasional.

1
Berbicara persoalan hubungan antara negara dan pasar tidak akan terlepas
dari berbagai ajaran-ajaran ekonomi politik itu sendiri diantaranya, ekonomi
politik berpusat –negara yang dimana menceritakan sebuah gambaran bahwa
dalam menjalankan sistem perekonomian tidak terlepas dari interpensi negara
yang didalam terdapat berbagai unsur sebagai pemilik dan pengatur politik itu
sendiri dengan tujuan melindungi perekonomian yang rendah atau lemah
kemudian mempertahan dan memperkuat perekonomian nasional.

Melalui campur tangan dari pemerintah dalam hal ini negara menuut
Samuelson dan Nordhaus I, (1989:64), dimana negara memiliki otoritas dalam
mengambil dan membuat aturan-aturan untuk masyarakat umum yang dimana
untuk mengatur kembali berbagai bentuk kesalahan-kesalahan pasar khusunya
dalam mengatur dan menciptakan harga. Karena tidak dipungkiri bahwa dlaam
persaignan pasar masih banyak praktek-praktek pelaku pasar atau pedagang yang
tidak sesuai yang dengansendiri mengelola haraga tanpa melihat kebutuhan
masyarakat yang bertambah dan terjerit. Maka disinilah dibutuhkan campur
tangan pemerintah dalam mengelola pasar melalui aturan-aturan.(Huda, 2008)

Selanjutnya ajaran ekonomi politik klasik dan neo klasik , berangkat dari
ketidakpuasaan seseorang untuk mendapatkan sebuah barang dan jasa sebagai
mahluk sosial yang memiliki rasa dalam mengutamakan kepentingan diri sendiri,
ekonomi politik klasik sendiri lebih kepada lebih mengarahkan persaingan yang
seimbang yang dimana dalam mekanisme pasar sendiri negara tidak ikut campur
maupun dalam perekonomian, sedangkan neo-klasik lebih mengoptimalkan
sumber daya yang ada dimana sistem harga pasar tidak sepenuhnya dipengaruhi
oleh produsen karena mereka sudah mengetahui akan pengelolaan pasar dan harga
itu sudah mampu di analisa oleh konsumen itu sendiri.

Sedangkan dari sisi lain melihat bahwa ekonomi klasik, ajaran ekonomi ini
melihat dari segi pertumbuhan ekonomi lebih kepada bagaimana bertambahnya
tenaga buruh atau pekerja kemudian persediaaan barang dan jasa yang menjadi
banyak dalam konsumsi publik dan sumber daya yang lain (adam smith)

2
kemudian akan mengakibatkan banyak pekerja dan konsumsi publik meningkat
sehingga akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi akan berada pada situasi
yang dimana perekonomian dalam masyarakat stagnan atau dimemiliki perputaran
karena banyaknay konsumsi dan banyaknya tenaga pekerja yang lonajak
(T.R.Malthus), kemudian dilihat dari pertumbuhannya ekonomi neo-klasik
dimana bukan melihat dari pertumbukan produksi tetapi bagaimana melihat dari
segi bagaimana perkembangan tehknologi dan kemampuan dari seorang pekerja
atau tenaga kerja yang harus memiliki keahlian tertentu dalam bidangnya (Robert
Solow) selain dari itu ide-ide baru dari para pemegang perusahaan juga
dibutuhkan untuk pertumbuhan ekonomi.(Chandra & Hidayat, 2017)

Ajaran selanjutnya seperti yang telah sering kita ketahui bahwa dalam
sistem perekonomian sering mengenal nama karl max yang dimana max
membawa sebuah ajaran yang dimana adanya pembagian sistem kekuasaan dalam
ekonomi yang lebih menguntung pribadi atau swasta, mereka dapat mengatur alur
perekonomian seperti mengatur perputaran pasar dan mengatur perekonomian
secara sewenang-wenang sesuai keinginan mereka yang lebih mengedepankan
keuntungan di bandingkan menestabilankan kehidupan sosial dimasyarakat ajaran
ini dikenal dengan ekonomi politik marxis.

Sistem ini lebih kenal dengansistem kapitalisme yang dimana pengelolaan


ekonomi dimiliki oleh perseorangan untuk mengedepankan keuntungannya
sendiri atau pribadinya, dalam pengelolaan ekonomi melalui sistem ini ada
beberapa hal yang lebih dikedepankan yakni dalam pasar bebas yang menjadi
sesuatu yang harus di perhitungkan adalah harga dan penyediaan barang dan jasa.
Tidak terlepas dari itu masih banyak yang diperhitungkan dalam sistem ini yakni
dalam persoalaan kepunyaan yang dimana semua orang berhak atu bebas
mempunyai sesuatu sesuai keinginannya. Ada tigaaktor dalam perputaran
ekonomi di dalam sistem yakni yang memiliki modal, karyawan, dan yang
memilik tempat, perputaran dan pengelolaan ekonomi secarasendiri tanpa adanya
intervensi.(Ahmad Erani Yustika, 2012 dalam Septarini, Lia, Kore, Ekonomi, &
Musamus, 2016)

3
Berbagai pandangan yang dipahami bersama bahwa ekonomi politik sangat
mempengaruhi seluk beluk kehidupan pasar dan alur kerja perekonomian tidak
bisa dipisahakan, dalam suatu wilayah atau negara ekonomi sangat berpengaruh
besar terhadap kebijakan publik yang dimana di atur oleh pemerintahan yang tetap
mengikutkan unsur politik untuk apa dibuat sebuah kebijakan apa keuntungan dan
kerugiannya, begitu pula sebaliknya politik tetap akan berperan penting dalam
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di suatu negara seperti ketika suatu
wilayah mesukkan infestor-infestor dari negara, maka hal ini tidak terlepas dari
komunikasi politik yang digunakan pemrintah setempat agar pertumbuhan
ekonomi dan pasar stabil. Tetapi dari berbagai pandangan tersebut tetap akan ada
sebuah aturan tersendiri yang dibuat oleh masyarakat sebagai aktor dalam
perputaran ekonomi, cara-cara yang dilakukan tidak akan terlepas dari nenek
moyang mereka yang tetapkan bertahan demi kepentingan pribadi seperti halnya
sistem kapitalisme yang merekat erat dimasyarakat.

Kapitalisme tidak hanya digunakan dalam satu sektor saja tetapi berbagai
sektor dan tidak hanya menggunakan satu sistem melainkan ada beberapa jenis,
yang pertama sistem kapitalisme usaha, berorientasi pada keuntungan dalam
berbisnis, menginginkan sebuah hasil yang optimal dan mampu bekerja disektor
manapun dalam sebuah bisnis atau usaha hal ini akan membuat persaingan yang
kuat dalam mempertahankan keuntungan, maka di haruskan kepada setiap pekerja
mampu beradaptasi dimanapun dia berada seperti seseorang yang bekerja sebagai
sales harus menguasai seluruhnya mulai dari bagaimana mengoprasikan
komputer, mampu berkomunikasi dengan baik, mampu memasarkan, dan mampu
berkendara. Negara sendiri menginginkan hal yang semacam ini agar kekuatan
ekonomi negara meningkat dengan menekan prinsip-prinsip pasar yang dimana
pasar dalam sistem ekonomi diberikan kebebasan kepada konsumen dan produsen
untuk mengelola. Dimana seluruh kegiatan publik yang diatasnamakan negara
bertujuan untuk mencari keuntungan yang besar. Tidak terlepas dari itu
kapitalisme usaha bukan berarti tidak memiliki sebuah persoalan di negara-negara
yang menggunakan sistem ini akan mengalami kesenjangan sosial karena adanya

4
sumber daya yang lebih dominan karena tidak memiliki banyak sumber daya
berbeda dengan negara yang memiliki sumber daya yang banyak yang mampu
menyatukan seluruh kehidupan sosial, maka dari permasalahan itu akan muncul
berbagai macam masalah dalam masyarakat meningkatnya kemiskinan,
bertambanhnya pengangguran dan lain-lain.

Kemudian yang kedua kapitalisme sosial sistem ini sangat jauh berbeda
dengan sistem yang sebelumnya dalam sistem ini negara dalam hal ini lebih
mengedepankan apa saja yang beguna bagi kehidupan sosial atau bisa dikatakan
medahulukan kepentingan umum yang, dengan memanfaatkan berbagai situasai
ekonomi, dalam sistem ini negara lebih melihat bagaimana penanaman modal
mengambil sebuah keuntungan dengan jangka waktu yang lama. Selain itu
seorang buruh dinegara yang menganut sistem ini bisa memberikan masukan
untuk masalah upah yang diterima oleh buruh.tidak terlepas dari hal itu dalam
sistem kapitalisme sosial ini ada beberapa pemasalan yang terjadi seperti
dorongan untuk menaikan biaya kepada infestor atau perusahaan yang ingin
bersaing dalam pasar, selain itu tingggi konsumsi masyarakat dan perusaahaan,
akan mengakibat kan tingginya tingkat pembayaran pajak yang bukan hanya
dibebankan kepada perusaaan tetapi begitupun pekerja. Maka tingkat
kesejahteraan yang dicita-citakan sistem ini tidak akan berjalan seperti yang
dinginkan.

Kemudian kepitalisme negara, dimana negara merupakan sebuah aktor


dalam memberikan sebuah arahan yang sangat penting dalam sistem perputaran
ekonomi. Negara membuat sebuah kerjasama dengan menggunakan sistem jangka
panjang dimana tujuan dari sistem ini adalah memiliki keuntungan bersama.
Pemerintah dalam hal ini sangat berperan dalam berbagai hal seperti dalam
memutuskan sebuah kontrak dari perusahaan-perusaan, penanaman modal atau
keputusan-keputusan dalam sebuah perdagangan ini semua tidak terlepas dari
pengaruh pemerintah dalam sebuah negara. Sesuai dengan namanya, pelaku utama
kapitalisme negara adalah pemerintah, bukan investor. Pemerintah memutuskan
industri-industri apa, dan bahkan perusahaan-perusahaan apa, yang perlu

5
dikembangkan. Kebijakan ekonomi pemerintah mengarah untuk melaksanakan
keputusan yang mendukung penggunaan-penggunaan berbagai alat kebijakan
untuk mendukung industri-industri atau perusahaan-perusahaan “pemenang” yang
telah dipilih. Sistem ekonomi ini tetap menganut mahzab kapitalisme karena
pemerintah tetap mengakui dan menegakkan hak-hak kepemilikan atas properti
dan kontrak, pasar mengarahkan harga barang dan jasa yang diproduksi, dan upah
tenaga kerja yang dipekerjakan, dan beberapa kegiatan usaha berskala kecil tetap
berada di tangan sektor swasta.

Disisi lain Baumol. Dkk, (2010: 111) menerangkan bahwa kapitalisme


negara berguna untuk menerangkan sistem atau aturan untuk para investor atau
perusahaan ketika ingin menguasai sebuah industri kemudian pemerintah juga
dapat mengetur sekaligus mengontrol perekonomian saat adanya sebuah
peperangan. Dalam hal ini semua rencana ketika adanya konflik diatur terpusat.
Selain itu tidak semua industri diambil alih oleh pemerintah, ini terjadi ketika
politik dalam pengelolaan pasar bebas bersifat demokratis maka sebagian hal
dibiarkan untuk dikella oleh masyarakat. Dalam pengelolaan kapitalisme negara,
para penguasa pemerintahan memakai berbagai jenis lembaga yang memiliki
fungsi sebagai penyambung lidah dalam perekonomian seperti perusahaan
keugnan atau industri milik pememrintah. (Septarini et al., 2016)

Perbedaan pandangan setelah mengetahui sitem-sistem kapitalisme


kemudian bermunculan dimana ketika menginginkan sebuah tatanaan
perekonomian dalam mengurangi kesenjangan sosial dan pengangguran di
masyarakat sebaiknya pemerintah sebagai pengatur roda perekonomian bahwa
dalam pengelolaan pasar lebih menstabilkan harga, karena pemerintah diyakini
mampu mengelola memalui perpajakan dan untuk mengurangi tingkat
pengangguran ketika masih bertambah maka pemerintah seharusnya menurunkan
pembayaran pajak demi menstabilkan pasar dan masyarakat (keynesian.1936).

Tetapi tidak bertahan begitu lama paham ini digantikan dengan neo-
liberalisme karena solusi yang telah diberikan dalam paham keynes tidak dapat

6
membendung adanya percepatan penyebaran uang yang mengakibatkan naiknya
barang dan jasa sehingga kembali mengakibatkan bertumpuknya pengangguran,
maka neo-liberalisme sendiri tidak banyak mengeluarkan banyak pandangan lebih
kepada bagaimana masyarakat yang menjadi konsumen dan produsen harus
mampu meningkatkan konsumsi dan produk-produk baru. Dari semua pendapat
itu bagaimana kemudian ekonomi pasar berkembang harus memiliki sumber daya
yang mampu untuk bersaing dalam sebuah kompetisi ekonomi dan politik yang
tidak berubah-ubah agar tercipta kesejahteraan dan kemakmuran.

Pengaturan ekonomi politik sangat penting, dalam berbagai pembahasan


mengenai perekonomian didalam pandangan paham kapitalis yang masih tidak
menemukan jalan keluar atau kita bisa katakan sampai saat ini masih terdapat
beberapa negara yang menggunakan. Untuk menstabilkan pemahaman kapitalis
ada beberapa cara, yang pertama Sosialisme negara, dimana negara sebagai aktor
dalam mengawasi kehidupan sosial dan sisi ekonomi demi mengedepankan
kepentingan rakyat yang dimana negara bekerja secara bergotong royong demi
kemajuan masyarakat dalam mengembangkan perekonomian masyarakat, negara
memeberikan arahaan dan pengontrolan kepada kehidupan sosial. Sistem ini
kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam sebuah perencanaan bersifat
setara yakni semua orang diberikan perlakuan yang sama dalam perputaran
ekonomi, dan melihat sisi yang lain yang dapat mengakibatkan penurunan
efesiensi dalam pengeloaan dan perencanaan meskipun melalui sistem ini tidak
bnyak pengangguran, tetapi ada penyamarataan yang dikeluarkan oleh negara
dalam posisi perpolitikan dan posisi di birokrat.

Negera dan perekonomian tidak akan terlepas, dimana bisnis-bisnis dari


perusahaan di kelola oleh negara dengan aturan sendiri yang dalam negara, baik
dalam kontrak dengan swasta maupun diberikan kepada pribadi, harus melalui
kebijakan peemritah. Yang bertujuan untuk kepentingan negara dan masyarakat
itu sendiri, seperti tanah yang dimana setiap negara menguasainya, investor
investor, terlepas dari masyarakat diberikan hak untuk mengelola tanah dengan

7
berbagai macam perkebunan, pertanian dan lain-lain.(Zain, Yurista, & Yuniza,
2014).

Sosialisme pasar dalam sistem ini pemerintah pusat tidak lagi


menginterpensi pengelolaan bisnis pasar secara keseluruhan, karena produsen dan
konsumen mengelola bembiayaan pribadi untuk pengembangan dan mengelola
sendiri produk-produk untuk pasar. Tidak terlepas dari itu kelemamahan yang
sangat mencolok adalah perusahaan tidak melihat bagaimana perekonomian
konsumen dan lebih melihat kesejahteraandari buruh atau karyawan-karyawan.
Karena itu dalam sistem ini perusahaan-perusahaan yang di dirikan oleh
pemerintah akan lamabat mencapai titik efisien yang diinginkan, tetapi yang cepat
dalam hal itu adalah perusahaa-perusahaan swasta yang akan mencapai
keefesienan dalam pengelolaan perekonomiandari segi tata kelola ekonomi. Dari
berbagai solusi yang di terapkan sistem sosialisme untuk menurunkan paham
kapitalis masih banyak yang perlu di perbaharui, maka dari situ kita masuk
kedalam solusi yang berikutnya yakni ekonomi hijau, terlepas dari paham
kapitalisme dan sosialisme dalam perkembangan dan penerapanya tidak jauh
berbeda dari kedua paham ini hanya yang didasarkan dari pengelolaan pasar
global dan penumpukan modal yang besar.

Menurut Dani (2017) Sistem ekonomi sosialis adalah sistem yang setelah
kapitalisme, dimana sistem ini merupakan sistem yang dimana pemerintah sebagai
pemegang kekuasaan menjalankan dan mengontrol prekonomian di masyarakat.
Dalam sistem-sistem sosialis tidak menghalangi masyarakat untuk mengatur
kegiatan pekonomian tetapi tidak akan terlepas dari kebijakan pemerintah untuk
mengelola arul perekonomian agar terwujudnya kemakmuran bersama. Tetapi
sistem ini pemerintah membatasi berbagai kegiatan yang memiliki unsur pribadi.
Karena tujuan sistem ini adalah untuk kepentingan bersama dan memkmurkan
masyarakat secara bersama. (Tho’in, 2015)

Sistem ekonomi hijau ini lebih menekankan bagaimana interaksi sosial itu
berjalan dengan baik, interaksi dari sesama masyarakat sosial maupun interaksi

8
masyarakat dengan lingkungannya, ekonomi hijau sendiri lebih memberikan
paham bahwa bagaimana negara, masyarakat mengelola sumber daya dengan baik
tanpa merusak, dan bagaimana mengelola hubungan mahluk hidup dengan yang
lainya, yang dimana seharusnya yang lebih dikedepankan dibandingkan ekonomi
dan nilai-nilai etika dan hubungan yang baik sesama masyarakat sosial dan negara
dari pada materi semata.

Dari berbagai sistem dan ajaran disatas tidak akan terlepas perkembangan
globalisasi sehingga dibutuhkan berbagai solusi dan sistem-sistem yang baik dan
sistem yang baru, karena berbagai sistem di atas akan tetap menghasilkan sebuah
konflik yang aakan membuat berbagai penolakan, dari sinilah terbentuknya
persatuan buruh karena adanya sebuah aturan-aturan dari peemrintah yang
diperkirakan akan mengakibatkan banyak kerugian, kemudian adanya berbagai
sektor termasuk ekonomi politik yang dilandasi dengan sistem kapitalisme yang
tidak mengedepankan kepentingan rakyat. Harus ada perubahan sistem ekonomi
politik agar Kondisi menjadi stabil yang bukan hanay mengedepankan perubahan
usaha tapi juga perubahaan tatanan perekonomian yang lebih mengsejahteran
rakyat dan tidak adanya kesenjangan sosial.(Vidi & Affandi, 2015)

Sebagaimana yang diinginkan pasar bebas, dalam kehidupan pasar dalam


perekonomian itu pula yang harus diperhatikan oleh pemerintah, sebagaimana
dalam pembagiannya sabegai berikut, di dalam sistem pasar bebas itu,
karakteristiknya yang menonjol adalah sebagai berikut:

a. aturan-aturan publik mengikuti pasar bebas;


b. b.Birokrasi menjalankan kebijakan publik yang berpihak pada
kepentingan dan kekuatan pasar;
c. masyarakat dapat mengatur penawaran dan peluang sesuai dengan
yang dikelola oleh yang mengusai pasar, Sebagian besar warga
masyarakat hidup dalam harapan yang tidak pernah layu atau padam,
namun tidak turut berperan dalam penetapan kebijakan publik dan
serta dalam kinerjannya.(Maralih, 2015)

9
2. GLOBALISASI

Ketika kita memahami globalisasi sebagai sebuah konsep yang licin dan
tidak mudah dipahami. Maka fonemana globalisasi lebih banyak ketertarikan
sejak tahun 1980-an, dikarenakan istilah tersebut dijadikan sebagai dasar dari
sebuah proses untuk menunjuk apapun tentang kebijkan, strategi pemasaran,
sebuah permasalahan bahkan sampai ke sebuah ideologi. Globalisasi bahwasanya
bukanlah sebuah proses tunggal, melainkan sebuah proses – proses terikatan yang
rumit yang terkadang terjadi saling tumpang tindih dan memiliki keterkaitan. Hal
itu juga terkadang membuat globalisasi saling kontradiktif dan berlawanan. Oleh
karenanya sulit untuk mengartikan bahwa globalisasi sebagai tema tunggal.

Kenichi Ohmae (1989) mendefinisikan globalisasi sebagai ‘dunia tanpa


batas’ yang artinya globalisasi tidak hanya berjalan pada batas - batas suatu
wilayah nasional dan negara terhadap batas – batas politik tradisional. Tetapi,
globalisasi juga menjadi pembagian – pembagian masyarakat yang sebelumnya
terpisahkan oleh waktu dan yang semakin kurang signifikan dan relevan. m
Sedangkan Scholte (2005) mengartikan keterkaitan globalisasi dengan
pertumbuhan hubungan – hubungan ‘suprateritorial’ antara masyarakat di
seluruh dunia dimana dalam kehidupan sosial telah melampaui batas teritorial
dngan meningkatnya hubungan komunikasi dan interaksi lintas batas dan lintas
global. Makanya, bisa dikatakan konsep dasar dalam globalisasi ialah kompresi
ruang dan waktu yang dimana menjadi sebuah keharusan dalam perkembangan
zaman sehingga terdapat intensifikasi proses dari masyarakat regional menjadi
masyarakat internasional.(Jati, 2013)

Globalisasi merupakan sebuah proses yang bersifat top down, yakni


pembentukan sebuah sistem global tunggal yang bergerak keseluruh belahan
dunia. Artinya globalisasi terkait pula dengan homogenisasi terkait kecendrungan
yang terdiri dari seluruh bagian atau unsur untuk menjadi bagian yang sama dan
identik. Akan tetapi, globalisasi seringkali beriringan dengan lokalisasi,

10
regionalisme dan multikulturalisme. Hal tersebut terjadi dikarenakan
keberagaman alasan yang muncul, diantaranya :

1. Kemampuan negara – nasional yang menurun untuk pengorgannisasian


kehidupan ekonomi dan politik dalam cara yang bermakna sehingga
menyebabkan kekuasaan menjadi tersedot ke bawah ataupun sebaliknya
tergencet keatas.
2. Ketakutan akan ancaman homogenisasi
3. Pembentukan pola-pola keragaman sosial dan kebudayaan bagi negara
berkembang dan negara maju.

Maka saling berketerkaitan yang dimunculkan oleh globalisasi harus


berdasarakan sifat multidimensional yang artinya globalisasi berjalan secara
sistematik dan saling berketergantungan memberikan makna bagi kehidupan kita
yang semakin ditentukan dan dipengaruhi oleh keputusan – keputusan serta
tindakan – tindakan yang berlangsung disebuah tempat. Munculnya anggapan
tentang globalisasi yang telah melemahkan negara dan telah mereduksi dengan
segala atribut baik itu teritori maupun kedaulatan, yaitu kemampuan sebuah
negara dalam merespon kondisi eksternal negara, kapasitas dari negara tersebut
dalam menghadapi globalisasi, dan pentingnya power dari negara itu sendiri
dalam menghadapi dinamika dunia internasional (Weiss 2000 dalam
Kusumawardhana & Zulkarnain, 2016)

Gambar 1
Global

Nasional Nasional

Lokal Lokal

11
Bentuk globalisasi dapat diidentifikasi sebagai berikut :

a. Globalisasi Ekonomi
Hal ini menjadikan berkurangnya kapasitas pemerintahan nasional dalam
mengatur dan mengelola ekonomi – ekonomi pemerintahan tersebut dan
penolakan terhadap rekstruksi pemerintahan selaras dengan garis – garis
besar pasar bebas dalam perkembangan globalisasi ekonomi. Sehingga
tidak adanya ekonomi nasional yang terpisah maupun menyendiri
dikarenakan saling terkaitnya dalam ekonomi global. Globalisasi ekonomi
mencerminkan aliran – aliran modal dan barang lintas negara,
menghancurkan ide tentang kedaulatan ekonomi. Proses dari globalisasi
ekonomi sendiri ialah terjadinya suatu perubahahan perekonomian dunia
yang bersifat mendasar atau secara terstruktur dan berkembang dengan
pesat yang mengikuti kemajuan teknologi dengan proses yang semakin
cepat. Perkembangan globalisasi ekonomi terlihat dengan meningkatnya
hubungan saling ketergantungan dan juga memperkuat persaingan antar
negara yang tidak hanya bergerak di perdagangan internasional melainkan
juga dalam investasi, finansial dan produksi. Globalisasi ekonomi sendiri
ditandai dengan semakin tipisnya batas kegiatan ekonomi atau pasar baik
dalam skala nasional maupun regional, tetapi harus bergerak dalam skala
internasional yang melibatkan banyak negara.
Berbagai alasan penyebab semakin menipisnya batas – batas kegiatan
ekonomi secara nasional maupun regional, seperti yang dikatakan oleh
(Halwani,2002) ialah komunikasi dan transportasi yang semakin canggih
dan murah, lalu lintas devisa yang semakin bebas, ekonomi negara yang
semakin terbuka, keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif yang
digunakan oleh berbagai negara, metode produksi dan perakitan dengan
organisasi manajemen yang semakin efisien, dan pesatnya perkembangan
perusahaan multinasional di sebagian negara. (Zaroni, 2015)

b. Globalisasi Kebudayaan

12
Pertumbuhan globalisasi kebudayaan didasari karena informasi dan
gambaran dari suatu wilayah dalam pemasaran yang dilakukan telah
masuk sebagai sebuah aliran global yang cenderung menipisikan
perbedaan budaya antara suatu bangsa, wilayah, dan individu. Hal tersebut
biasanya digambarkan dengan suatu proses komoditas – komoditas global
dan praktek perdagangan terkait pemasaran. Munculnya istilah revolusi
informasi didasari dengan dorongan globalisasi kebudayaan. Akan tetapi,
kekuatan globalisasi kebudayaan dapat dibatasi dan diloloskan karena
penyebaran sebuah perdagangan memerlukan kepekaan terhadap
kebudayaan dan praktek sosial pribumi suatu bangsa. Maka globalisasi
kebudayaan merupakan sebuah kekuatan yang mampu meloloskan dan
membatasi kekuatan – kekuatan globalisasi. Dalam hal ini bisa dikatakan
bahwa globalisasi kebudayaan dapat dikaitkan dengan gaya hidup yang
ada disuatu wilayah berkembang sehingga diikuti oleh masyarakat
diwilayah yang berbeda. Seperti masyarakat yang menikmati McDonald,
Coca Cola, Kintucky Fried Chicken, serta mode pakaian dan bergaya yang
beredar disuatu wilayah dan diikuti masyarakat luar sesuai trendnya
(Siswanto,2010 dalam(Yuniarto, 2014)

c. Globalisasi Politik
Globalisasi politik masih jauh tertinggal dengan globalisasi ekonomi dan
globalisasi kebudayaan ketika diartikan dari sebuah komitmen idealis pada
skala internasionalisme dan sebagian bentuk pemerintahan dunia,
dikarenakan penekanan – penekanan antar negara dari globalisasi poltik
terpisah dari konsep globalisasi ekonomi dan kebudayaan yang terlihat
dari peran pelaku non-negara dan berbasis pasar. Maka globalisasi politik
sangat berharap dengan peran dari organisasi – organisasi yang bersifat
transansional yang mencakup wilayah kerja beberapa negara. Seperti
Perserikatan Bangsa – Bangsa, NATO, Komunitas Ekonomi Eropa dan
berbagai penerusnya, Dewan Ekonomi dan Uni Eropa, Bank Dunia, Dana
Moneter Internasional (IMF), Organisasi Kerja Sama dan Pengembangan

13
Ekonomi (OECD) dan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Pengaruh
organisasi – organisasi internasional sangat penting dalam perkembangan
globalisasi politik.

Bangkitnya Globalisasi Neoliberal

Globalisasi sangat erat kaitannya dengan sejarah yang diaman pesatnya


perdagangan lintas benua maupun ekonomi industri di eropa menciptakan
kapialisme sebagai idelogi perkembangan ekonomi. Kapitalisme mendorong
globalisasi sebagai arena aneksasi wilayah diberbagai dunia dalam memperoleh
sumber ekonomi. Hal ini menjadikan sebuah proses evolusi kapitalisme yang
mampu bertahan dengan bentuk saling berhubungan dalam berbagai lintasan
zaman. Sehingga menimbulkan globalisasi dibedakan dalam berbagai fase
diantaranya : Pertama, globalisasi berkembang di era imperialisme dan
kolonialisme. Kedua, Globalisasi berkembang dengan adanya era
developmentalisme dan terbentuknya kulutur yang saling berkegantungan satu
sama lainnya. Ketiga, globalisasi ditandai dengan neoliberalisme dan
neokonservatif sebagai wacana dominan dalam pembangunan ekonomi di negara
negara dunia (Shiva, 2000 dalam (Jati, 2013)

Terjadinya perbedaan antara bentuk – bentuk globalisasi lama dengan


bentuk globalisasi modern, dimana globalisasi lama dipandang hanya untuk
membangun organisasi – organisasi transnasional tanpa melihat dari segi
keberhasilan dan penyebarnnya. Dalam hal ini globalisasi lama tak mengatur
dalam batasan – batsasan wilayah melainkan hanya mengatur wilayah tersebut
dari segi kekuasaan – kekuasaan politik yang menjalankan secara dominan.
Berbeda halnya dengan globalisasi modern yang dimana saling keterkaitannya
dan saling berkegantungan ekonomi yang begitu luas secara tak terbatas
menjadikan globalisasi modern begitu kontras dengan globalisasi lama. Selain itu,
globalisasi modern berkaitan dengan berjalannya kemajuan neoliberal secara
beriringan sehingga menjadikan keduanya menjadi lebih kuat. Dikarenakan
persaingan yang begitu erat dalam dunia internasional menjadikan pemerintah –

14
pemerintah bergerak dengan menjalankan secara deregulasi ekonomi dan
pencegahan terhadap keluarnya perusahaan-perusahaan transansional.
Pengendalian inflasi yang telah menggantikan pemeliharaan pekerjaan secara
penuh yang menjadi tujuan utama sebuah kebijakan ekonomi dimana dengan
tekanan yang begitu kuat terhadap penurunan belanja publik dan meningktakan
anggaran – anggaran kesejahteraan.

Konsep globalisasi neoliberal sendiri ialah bahwa tidak ikut campurnya


pemerintah membuat ekonomi berjalan secara efektif, yang memiliki keyakinan
terhadap kebebasan pasar ekonomi dan bergerak secara sendirinya tanpa terikat.
Pasar-pasar finansial dan proses rekontruksi keungan merupakan inti dari model
global neoliberal. Kemajuan globalisasi neoliberal telah jelas terlihat dari
keunggulannya ekspansi besar – besaran pada sektor finansial dari sisi ekonomi.
Dalam prosesnya menjadikan kapitalisme berubah menjadi kapitalisme turbo,
yang manfaatnya diambil dari aliran uang yang sangat luas dengan penanaman
investasi semakin meningkat serta konsumsi ekonomi yang jauh lebh tinggi. Hal
lain, yakni keyakinan yang kuat terhadap pasar-pasar terbuka dan perdagangan
yang bebas menjadi pendorong dalam ciri-ciri lain kemajuan globalisasi
neoliberal. Sehingga dalam organisasi internasional khususnya World Trade
Organization (WTO) telah didominasi dengan azas neoliberalisme dimana praktek
dari WTO sendiri telah menjadi wasit dalam proses globalisasi. Hal tersebut
ditunjukkan dengan pengimplementasian aturan WTO yang disebut dari jargon
WTO ialah “the borderless world” yakni dalam pengartiannya disebut dunia tanpa
batas. Berbagai negara yang telah mengadopsi perjanjian internasional yang
tercantum dalam WTO, diantaranya bahwa semua negara harus menghilangkan
semua hambatan perdaganang baik dengan tarif maupun non-tarif beserta
pelaksaannya yang begitu ketat disertai dengan sanksi yang keras bagi negara
yang tidak mentaati aturan tersebut.

Globalisasi neoliberal sendiri tetap harus bersusuah payah dalam


mempertahankan legitimasinya dikarenakan meluasnya ekonomi ketidaksetaraan
dan perpecahan sosial. Sehingga menimbulkan revolusi neoliberal sebagai dasar

15
bagi pemerintahan-pemerintahan negara lain dengan timbulnya penolakan.
Kelemahan dari global neoliberal sendiri tergambar jelas dalam krisis finansial
global antara tahun 2007 – 2009. Dalam kasus tersebut merupakan sebuah gejala
dari kecacatan dan kebebasan konsep kapitalisme neoliberal yang dalam
bentuknya baik secara global maupun nasional jelas dapat dilihat berjalan secara
tidak stabil dan rentan terhadap krisis, yang berdasarkan kepada pasar-pasar bebas
dan sistem finansial yang berinflasi serta kurangnya regulasi ekonomi itu sendiri.
Krisis global yang terjadi di tahun 2007 – 2009 tersebut merupakan sebuah
konsekuensi dari utang yang sangat besar dibanyak negara dan sebuah pergeseran
besar dalam peta kekuasaan ekonomi global. Dikarenakan utang negara maju dan
swasta yang banyak tersebar di berbagai negara menjadi berbagai alasan
tersendiri, diantaranya :

a. Gagalnya pertumbuhan produktivitas untuk meningkatkan penghasilan


dalam bentuk upah riil dan ketidasetaraan yang semakin meningkat.
b. Semakin bebasnya negara dalam berutang dikarenakan asumsi
pertumbuhan yang bakal berlanjut. Akan tetapi tidak memikirkan
dampak negatif dari hal itu.

Pergeseran peta kekuasaan ekonomi global yang terjadi dari barat ke timur
secara umum, yang secara khusunya pergesaran peta kekuasaan ekonomi global
dari Amerika Serikat ke China. Karenanya china yang mampu memproduksi
barang yang berfaktur lebih murah mampu menutupi kecacatan – kecacatan
ekonomi yang ada dimasyarakat menimbulkan masuknya barang produksi negara
china ke negara-negara lain. Kebangkitan globalisasi China didasari dengan peran
negara dalam mengontrol privat sector sebagai faktor produksi yang dianggap
strategis bagi negara, dan sector yang menjadi dominan bagi keduanya. Bahkan
disaat China menjadi anggota WTO, negara tidak melepaskan perannya sebagai
bentuk utama kompetisi produk China diluar negeri yang disebut sistem kurs
fixed exchange. Berkat kebangkitan China tersebut membantu perkembangan
krisis ekonomi Asia ditahun 1998. (Kusumawardhana & Zulkarnain, 2016)

16
Tabel 1
Krisis Globalisasi Neoliberal : dari pinggiran ke pusat

Krisis Globalisasi Neoliberal Krisis Globalisasi Neoliberal


di Semi-pinggiran (1994 – 2001) di Pusat (2008-?)
1. Krisis Terutama nasional dengan 1. Krisis Terutama global dengan
dampak sistemik sekunder dimensi nasional yang kuat
2. Respon kebijakan jangka pendek 2. Respon kebijakan jangka
terutama stabilitasi orientasi pendek belanja didominasi
3. Menengah dan jangka panjang Keynesian(sekarang dihentikan)
respon berdasarkan promosi 3. Menengah dan respon jangka
neoliberalisme sosial dan peraturan panjang berdasarkan koordinasi
di negara emerging market melalui kebijakan global dan
reformasi kelembagaan dalam restrukturisasi kelembagaan
(pasca-Konsensus Washington) internasional, bersama dengan
4. Diikuti oleh periode pertumbuhan pergeseran kebijakan yang
yang kuat dalam ekonomi global ditargetkan di negara maju
4. Kemungkinan akan diikuti oleh
periode pertumbuhan lemah
dalam ekonomi global

Akan tetapi sebelum memasuki krisis global ditahun 2007 – 2009 tersebut,
sebelumnya telah mengalami krisis globalisasi neoliberal yang disebut krisis di
daerah semi pinggiran yang dimulai dengan guncangan keuangan Turki dan
Meksiko pada tahun 1994, dilanjutkan dengan krisis keuangan Asia tahun 1997,
dan kebocoran yang terjadi di Rusia dan Brasil pada tahun 1998 – 1999, serta
runtuhnya ekonomi Turki dan Argentina pada tahun 2001. Krisis yang terjadi
hampir sama dengan yang dialami dimasa krisis neoliberal yang terjadi
dikarenakan integrasi akibat perdagangan bebas sehingga terjadinya
ketidakseimbangan dalam pengelolaan ekonomi di negara tersebut. Bencana yang
terjadi saaat ini dengan krisis globalisasi neoliberal pada intinya terjadi akibat
ketidakseimbangan global antara ekonomi surplus seperti Jerman dan China dan
negara-negara defisit seperti Amerika Serikat dan Inggris. (Οηιs & Burák, 2018)

Akan tetapi, pergeseran ekonomi yang terjadi hanya berada pada negara
yang telah saling berketerkaitan dan saling bergantung satu sama lainnya.
Sehingga dapat kita petik bahwasanya ekonomi negara yang telah mengglobal tak

17
mampu berkembang dan berjuang secara sendirinya. Sehingga pada era sekarang
globalisasi lebih konstentrasi kepada modal dan investasi bagi negara maju.
Menyebabkan negara memiliki peranan yang signifikan dalam mengatur batas-
batas teritorialnya baik dalam bagian politik maupun ekonomi melalui power
negara, membuat negara masih memliki legitimate power dalam memegang alur
kendali globalisasi sebagai sumber pendanaan. (Kusumawardhana & Zulkarnain,
2016).

18
Daftar Pustaka

Chandra, D., & Hidayat, S. (2017). Dampak dana perimbangan terhadap


pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan antar daerah di Provinsi Jambi,
12(2), 67–76.

Huda, N. (2008). HARGA DAN MEKANISME PASAR (Studi Atas Pemikiran


Ibn Khaldun). Ishraqi, IV(1), 7–25. Retrieved from
http://publikasiilmiah.ums.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/998

Jati, W. R. (2013). Memahami Globalisasi sebagai Evolusi Kapitalisme. Global &


Strategis, 7, No. 2, 241–258.

Kusumawardhana, I., & Zulkarnain. (2016). GLOBALISATION AND


STRATEGY: “NEGARA, TERITORI DAN KEDAULATAN DI ERA
GLOBALISASI,” (54).

Maralih. (2015). PEMERINTAH, MASYARAKAT, KEBIJAKAN PUBLIK


DAN BIROKRASI DALAM ALAM DEMOKRASI TERBUKA DAN
PASAR BEBAS, 99–110.

Septarini, D. F., Lia, E., Kore, R., Ekonomi, F., & Musamus, U. (2016). SISTEM
KAPITALISME NEGARA SEBAGAI ALTERNATIF SISTEM EKONOMI
KERAKYATAN BERDASARKAN PANCASILA, 1(1), 40–61.
https://doi.org/10.7498/aps/62.010302

Tho’in, M. (2015). Konsep Ekonomi Islam Jalan Tengah (Kapitalis – Sosialis).


Ilmiah Ekonomi Islam, 1(3), 118–133.

Vidi, M. R. A., & Affandi, M. A. (n.d.). GERAKAN PERLAWANAN SERIKAT


BURUH DALAM SISTEM OUTSOURCING DAN SISTEM
PENGUPAHAN DI PT JAPFA COMFEED SIDOARJO. 2015, Paradigma.

Yuniarto, P. R. (2014). Masalah Globalisasi di Indonesia : Antara Kepentingan,


Kebijakan, dan Tantangan. Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 5, No(1), 29.

19
Zain, M. A., Yurista, A. P., & Yuniza, M. E. (2014). Konsistensi pengaturan
jaminan sosial terhadap konsep negara kesejahteraan Indonesia. Jurnal
Penelitian Hukum, 1(2), 63–76.

Zaroni, A. N. (2015). Globalisasi Ekonomi Dan Implikasinya Bagi Negara-


Negara Berkembang : Telaah Pendekatan Ekonomi Islam. Al-Tijary, 1(1), 1–
22. https://doi.org/10.21093/at.v1i1.418

Οηιs, Z., & Burák, G. A. (2018). The Global Economic Crisis and the Future of
Neoliberal Globalization : Rupture Versus Continuity Author ( s ): Ziya Öniş
and Ali Burak Güven Published by : Lynne Rienner Publishers Stable URL :
http://www.jstor.org/stable/23104287 REFERENCES Linked refer, 17(4),
469–488.

20

Anda mungkin juga menyukai