Tujuan :
1. Mengamati fenomena whirling pada poros yang berputar yang kecil – panjang.
2. Mengetahui nilai putaran kritis dari poros yang berputar.
3. Membandingkan putaran kritis yang didapat secara praktek dengan putaran kritis yang
didapat secara teori.
Alat :
- Voltage Regulator
- Motor
- Poros
- Penyangga Poros
- Penggaris
Dasar Teori :
Ketika suatu poros berputar, maka akan terjadi fenomena whirling , yaitu fenomena
dimana poros berputar akan mengalami defleksi yang diakibatkan oleh gaya sentrifugal yang
dihasilkan oleh eksentrisitas massa poros. Fenomena ini terlihat sebagai poros yang berputar
pada sumbunya dan pada saat yang sama poros yang berdefleksi juga berputar relatif
mengelilingi sumbu poros. Fenomena whirling terjadi pada setiap sistem poros, baik yang
seimbang maupun tidak. Pada sistem yang seimbang, fenomena ini dapat disebabkan oleh
defleksi statis atau gaya magnetik yang tidak merata pada mesin – mesin elektrik. Defleksi
awal ini membuat poros berputar dalam keadaan bengkok . Gaya sentrifugal yang terjadi
akan terus membuat defleksi terjadi sampai keadaan seimbang yang berkaitan dengan
kekakuan poros tercapai. Poros yang berputar melewati putaran kritisnya lalu akan mencapai
keadaan setimbang.
Skema Whirling Shaft:
Lalu didapat :
Kondisi pada percobaan :
Cara Kerja :
- Menyiapkan peralatan praktikum
- Menghubungkan Voltage Regulator ke sumber listrik
- Mengatur beban pada posisi variabel (a) jarak 22 cm dan posisi variabel (b)
bervariasi yaitu berjarak 35 cm, 40 cm, 45 cm, 45 cm, 50 cm, 55 cm antara penyangga
1 (tetap) dan penyangga 2 (berubah)
- Menaikan kecepatan putar poros hingga beban mencapai whirling maksimum pada
Voltage Regulator
- Mencatat kecepatan putar poros yang terbaca pada catu daya
- Mengulangi percobaan pada jarak (B)
- Mencari nilai putaran kritis secara teori berdasarkan dari data yang didapat
- Membandingkan nilai putaran kritis secara teoritis dengan hasil percobaan
Getaran Bebas dengan Peredaman Coulomb
Tujuan :
Alat :
Dasar teori :
Bila objek bergerak ke kanan dan dilepas, maka yang bekerja pada sistem adalah gaya pegas
= keqx dan gaya gesekan = µN
∑ 𝐹 = 𝑚𝑎
Dengan penyelesaian
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa peredaman dalam sistem terjadi karena
amplitudo gerakan berkurang secara kontinu. Setiap setengah siklus, amplitudo getaran
𝜇𝑚𝑔
berkurang sebesar 2( 𝑘 )
𝑒𝑞
mencari frekuensi natural dari persamaan gerak :
Sehingga :
Dalam percobaan, akan dilakukan perbandingan antara massa objek yang diukur dengan
timbangan dengan massa objek yang didapat dengan menggunakan rumus :
𝜏 2 × 𝑘𝑒𝑞
𝑚=
4𝜋 2
Setelah itu, persentase kesalahan akan dihitung dengan menggunakan rumus :
Cara kerja :
b) Melakukan langkah-langkah pemeriksaan awal alat yaitu ke-4 pegas terpasang dengan baik
pada posisinya serta pegas terkait pada baut dan kaitan pegas tidak pada posisi mudah lepad dari
baut maupun terlalu ke bawah sehingga pegasnya bersentuhan dengan bantalan.
c) Mengecek dudukan obyek beban yaitu orang di kursi sesuai dengan rancangan bentuk kursi
agar objek yang diteliti tidak bergerak (tidak terjadi perubahan titik pusat massa obyek) yang
dapat mempengaruhi hasil pengukuran.
d) Memegangi alat percobaan dengan kuat agar tidak bergerak ketika percobaan dilakukan.
e) Meletakkan objek pada alat (pada percobaan ini, objek yang di apply pada alat adalah salah
satu praktikan).
f) Menarik kebelakang obyek pada dudukannya sejauh defleksi awal X0 sesuai pengarahan dari
assisten praktikum. Tarik bagian bawah dari dudukannya karena bila yang ditarik bagian atas
dudukan / sandaran maka dudukan dapat terlepas dari penumpunya, yaitu bantalan – bantalan
yang telah dipasang.
g) Melepas obyek beserta dudukan, mengamati gerak osilasi dan menghitung jumlah osilasi
sampai osilasi berhenti. Men-start stopwatch saat obyek dilepas dan stopwatch dihentikan saat
gerak osilasi berhenti. Menghitung jumlah gerak osilasi dan mengukur lama waktunya sehingga
didapat periode satu gerak osilasi / getaran.
h) Mengulangi langkah f dan g untuk nilai X0 yang berbeda sampai 5 kali pengulangan.
i) Menghitung frekuensi getaran pribadi dari sistem untuk masing – masng pengulangan dengan
menggunakan data – data yang sudah ada.
- Kabel USB
- Kabel NI DAQ
- Komputer
- Belt
- Pengontrol Motor
- Stoboskop
- Baut dan Mur sebagai beban
Cara Kerja :
Langkah Persiapan Balancing
3. Pastikan disk 1 dan 5 posisi 0 nya berada pada posisi 0 yang ter-emboss
Langkah set up alat
1. Letakkan rotor 5 disk pada atas bearing-bearing mesin balancing, catat disk 1 di ujung
yang mana dan disk 5 diujung yang mana
2. Pasang belt
6. Nyalakan motor
7. Cari dimana kecepatan motor sama dengan kecepatan stroboskop menyala sehingga
rotor seakan-akan terlihat berhenti terhadapap nyala stroboskop
8. Jika sudah ditemukan maka matikan motor dengan tidak mengubah-ubah kontrol
kecepatannya, sehingga jika motor dihidupkan motor akan bergerak pada 12 Hz
Langkah Balancing
1. Run labview, terlihat amplitudo awal sekitar 0,0...
7. Sedikit demi sedikit putar swicth (knob) yang terletak dekat transduser hingga
menyentuh plat (maksimum displacement dari cradle) yang dapat menyebabkan
stroboskop berkedip (PERINGATAN: hati-hati jangan sampai terlalu berlebihan, jadi
cukup sedikit saja menyentuhnya)
8. Lihat angka yang terletak sejajar dengan transducer (di atas switch sekrup putar) dan
catat (sebagai sudut fase dari titik referensi 0)
9. Putar balik switch knob putar lalu matikan motor tanpa merubah kontrol kecepatan
10. Putar disk 5 sehingga titik 0 pada disk berada pada titik yang terbaca pada langkah
no.8 dengan longgarkan skrup 3 buah yang ada di disk dengan kunci L 3/32”
11. Dari rms yang didapat dari labview, kalibrasikan dengan grafik kalibrasi amplitudo
yang diberikan
13. Perhatikan slot yang ada pada disk koreksi (disk 5) berjari-jari antara 45-65 mm
16. Pasang massa counterbalance pada r yang ditentukan pada langkah no.15 pada lokasi
slot yang sesuai dengan langkah no.10
19. Catat rms yang terbaca setelah dalam kecepatan yang stabil
20. Set stroboskop ke eksternal lalu lihat angka yang muncul pada langkah no.8
24. Putar disk sesuai sudut yang ditunjukkan dari hasil penjumlahan vektor
25. Pasang U pengganti ini pada disk koreksi dengan set terlebeih dahulu m dan r yang
cukup pada slot tersebut
26. Ulangi langkah-langkah balancing ini sehingga didapat amplitudo rms dibawah 2,5
sehingga bisa dianggap balance
27. Putar posisi rotor, ujung ke ujung, sehingga disk 1 berada pada posisi disk koreksi,
dan disk 5 berada di atas penumpu
30. Lepaskan belt dari motor dan puli tanpa merubah posisi rotor
32. Putar setiap 90⁰ dan biarkan serta amati apakah rotor berputar sendiri
33. Jika dalam setiap posisi rotor tidak berputar maka dapat dikatakan rotor dalam
keadaan balans
34. Data dari eksperimen ini bandingkan dengan cara analitikal pada slide balancing mata
kuliah getaran mekanis dari data yang didapat pada langkah persiapan pemasangan
massa no.2