Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Tujuan Umum : Untuk mengetahui konsep dasar dan teori penyakit Ca lambung.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
2
bahwa cancer lambung 2 kali lebih umum terjadi pada pria daripada wanita dan lebih sering
terjadi pada klien yang mengalami anemia pernisiosa.
Meskipun tidak ada faktor etiologi khusus yang dihubungkan dengan ca lambung,
banyak faktor yang tampak berhubungan dengan perkembangan penyakit ini seperti inflamasi
lambung kronik, anemia pernisiosa, ulkus lambung, bakteri Helicobacter Pylori dan faktor
keturunan (Ns Nurhayati, S.Kep ).
Neopasma ialah kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel-sel yang tumbuh
terus-menerus secara tak terbatas, tidak terkoordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak
berguna bagi tubuh (Patologi, dr. Achmad Tjarta,2002).
Karsinoma Gaster ialah suatu neoplasma yang terdapat pada Gaster (R. Simadibrata,
2000).
2.2 ETIOLOGI
3
c) Asupan bahan pengawet (nitrat) yang tinggi.
d) Asupan sayuran hijau dan buah yang kurang.
e) Ada kaitannya dengan : diet, genetik, komposisi tanah, lambung kronis. Namun para
penyelidik berpendapat bahwa komposisi makanan merupakan faktor penting dalam
kejadian karsinoma Gaster.
f) Gastritis kronis.
g) Faktor infeksi (oleh kuman H. Pylory).
h) Herediter.
i) Sering Makan daging hewan dengan cara dipanggang atau dibakar atau diasapkan.
j) Sering makan makanan yang terlalu pedas.
k) Kurang makanan yang mengandung serat.
l) Makan makanan yang memproduksi bahan karsinogenik
Ada yang timbul sebagai hubungan dengan konsumsi garam yang meningkat. Ingesti
nitrat dan nitrit dlam diet tinggi protein telah memberikan perkembangan dalam teori bahwa
senyawa karsinogen seperti nitrosamine dan nitrosamide dapat dibentuk oleh gerak
pencernaan.
Penurunan kanker lambung di USA pada decade lalu dipercaya sebagai hasil pendinginn
yang meningkat yang mnyebabkan terjadinya bermacam-macam makanan segar termasuk
susu, sayuran, buah, juice, daging sapid an ikan, dengan penurunan konsumsi makanan yang
diawetkan, garam, rokok, dan makanan pedas. Jadi dipercaya bawha pendinginan dan vit C
(dlm buah segar dan sayuran) dapat menghambat nitrokarsinogen.
Factor genetic mungkin memainkan peranan dalam perkembangan kanker lambung.
Frekuensi lebih besar timbul pada individu dgn gol.darah A. Riwayat keluarga meningkatkan
resiko individu tetapi minimal, hanya 4% dari organ dgn karsinoma lambung mempunyai
riwayat keluarga.
Penyebab pasti dari kanker lambung belum diketahui, tetapi ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan perkembangan kanker lambung, meliputi hal- hal sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi
a). Faktor genetik.
Sekitar 10% pasien yang mengalami kanker lambung memiliki hubungan genetik.
Walaupun masih belum sepenuhnya dipahami, tetapi adanya mutasi dari gen E-cadherin
4
terdeteksi pada 50% tipe kanker lambung. Adanya riwayat keluarga anemia pernisiosa dan
polip adenomatus juga dihubungkan dengan kondisi genetik pada kanker lambung (Bresciani,
2003).
2. Faktor presipitasi
a). Konsumsi makanan yang diasinkan, diasap, atau yang diawetkan.
Beberapa studi menjelaskan intake diet dari makanan yang diasinkan menjadi faktor
utama peningkatan kanker lambung. Sehingga menfasilitasi konversi golongan nitrat menjadi
carcinogenic nitrosamines didalam lambung. Kondisi terlambatnya pengosongan asam
lambung dan peningkatan komposisi nitrosamines didalam lambung memberikan konstribusi
terbentuknya kanker lambung (Yarbro, 2005).
b). Infeksi H. Pylori. H. Pylori adalah bakteri penyebab lebih dari 90% ulkus doudenum dan
80% tukak lambung (fuccio, 2007).
Bakteri ini menempel dipermukaan dalam tukak lambung melalui interaksi antara
membran bakteri lektin dan oligosakarida spesifik dari glikoprotein membran sel-sel epitel
lambung (fuccio, 2009). Mekanisme utama bakteri ini dalam menginisiasi pembentukan luka
adalah melalui produksi racun VacA. Racun VacA bekerja dalam menghancurkan keutuhan
sel-sel tepi lambung melalui berbagai cara; diantaranya melalui pengubahan fungsi
endolisosom, peningkatan permeabilitas sel, pembentukan pori dalam membran plasma, atau
apoptosis (pengaktifan bunuh diri sel). Pada beberapa individu, H. Pylori juga menginfeksi
bagian badan lambung.
Bila kondisi ini sering terjadi, maka akan menghasilkan peradangan yang lebih luas
yang tidak hanya memengaruhi ulkus didaerah badan lambung, tetapi juga meningkatkan
risiko kanker lambung. Peradangan dilendir lambung juga merupakan faktor risiko tipe
khusus tumor limfa (lymphatic neoplasm) dilambung, atau disebut dengan limfoma MALT
(Mucosa Lymphoid Tissue). Infeksi H. Pylori berperan penting dalam menjaga kelangsungan
tumor dengan menyebabkan dinding atrofi dan perubahan metaplastik pada dinding lambung
(santacroce, 2008).
5
c). Mengkonsumsi rokok dan alkohol.
Pasien dengan konsumsi rokok lebih dari 30 batang sehari dan kombinasi dengan
konsumsi alkohol kronik akan meningkatkan risiko kanker lambung (Gonzalez, 2003).
d). NSAIDs.
Inflamasi polip lambung bisa terjadi pada pasien yang mengkonsumsi NSAIDs dalam
jangka waktu yang lama dalam hal ini (polip lambung) dapat menjadi prekursor kanker
lambung. Kondisi polip lambung berulang akan meningkatkan risiko kanker lambung
(Houghton, 2006).
2.3 KLASIFIKASI
1. Early gastric cancer (tumor ganas lambung dini).
Berdasarkan hasil pemeriksaan radiologi, gastroskopi dan pemeriksaan histopatologis dapat
dibagi atas :
a. Tipe I (pritrured type)
Tumor ganas yang menginvasi hanya terbatas pada mukosa dan sub mukosa yang
berbentuk polipoid. Bentuknya ireguler permukaan tidak rata, perdarahan dengan atau tanpa
ulserasi.
6
3) Depressed type
Didapatkan permukaan yang iregular dan pinggir tidak rata (iregular) hiperemik
perdarahan.
b) Bormann II
Merupakan Non Infiltrating Carsinomatous Ulcer dengan tepi ulkus serta mukosa
sekitarnya menonjol dan disertai nodular. Dasar ulkus terlihat nekrotik dengan Tugas Dewasa
2. Tingkat 3 Semester 5 STIKes BudiLluhur Cimahi 2013 Makalah Kanker lambung warna
kecoklatan, keabuan dan merah kehitaman. Mukosa sekitar ulkus tampak sangat hiperemik.
c) Bormann III.
Berupa infiltrating Carsinomatous type, tidak terlihat bats tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
d) Bormann IV
Berupa bentuk diffuse Infiltrating type, tidak terlihat batas tegas pada dinding dan
infiltrasi difus pada seluruh mukosa.
2.4 PATOFISIOLOGI
Beberapa faktor dipercaya menjadi precursor kanker yang mungkin yaitu polip,
anemia pernisiosa, prostgastrektomi, gastritis atrofi kronis dan ulkus lambung. Diyakini
bahwa ulkus lambung tidak mempengaruhi individu menderita kanker lambung, tetapi kanker
lambung mungkin ada bersamaan dgn ulkus lambung dan tidak ditemukan ada bersaman
dengan ulkus lambung dan tidak ditemukan pada pemeriksaan diagnostic awal.
7
Kanker lambung adalah adenokarsinoma yang muncul plg sering sebagai massa
irregular dengan penonjolan ulserasi sentral yang dalam ke lumen dan menyerang lumen
dinding lambung. Tumor mungkin menginfiltrasi dan menyebabkan penyempitan lumen yang
paling sering di antrum. Infiltrasi dapat melebar keseluruh lambung, menyebabakan kantong
tidak dapat meregang dengan hilangnya lipatan normal dan lumen yg sempit, tetapi hal ini
tidak lazim. Desi polipoid juga mungkin timbul dan menyebabkan sukar untuk membedakan
dari polip benigna pada X-ray. Kanker lambung mungkin timbul sebagai penyebaran tumor
superficial yang hanya melibatkan prmukaan mukosa dan menimbulkan Prognosis yang baik
berhubungan dengan bentuk polipoid dan kemudian berbentuk ulserasi dan yang paling jelek
ada bentuk scirrhous.
Penyebaran karsinoma gaster sering kehati, arteri hepatika dan celiac, pankreas dan hilus
selitar limpa. Dapat juga mengenai tulang, paru, otak dan bagian lain saluran cerna.
8
2.5 TANDA DAN GEJALA
Pada tahap awal kanker lambung, gejala mungkin tidak ada. Beberapa penelitian telah
menunjukkan bahwa gejala awal, seperti nyeri yang hilang dengan antasida, dapat
menyerupai gejala pada pasien ulkus benigna. Gejala penyakit progresif dapat meliputi:
1. Nyeri
2. Penurunan Berat badan.
3. Muntah
4. Anoreksia.
5. Disfagia.
6. Nausea.
7. Kelemahan.
8. Hematemasis.
9. Regurgitasi.
10. Mudah kenyang.
11. Asites ( perut membesar).
12. Keram abdomen
13. Darah yang nyata atau samar dalam tinja
14. Pasien mengeluh rasa tidak enak pada perut terutama sehabis makan.
9
C. Konstan dengan mual muntah, terutama setelah Anda makan adalah tanda kanker
lambung. mual mungkin gigih dan hadir untuk jangka waktu yang panjang. Hal ini
pernah berhubungan dengan demam atau sakit kepala. Jenis mual sering menunjukkan
masalah kesehatan serius.
D. Kehilangan nafsu makan tanpa alasan adalah tanda lain yang cukup sering terlihat
pada orang yang menderita dari kanker terdiagnosis dalam lambung. Beberapa orang
mungkin mengalami kembung di daerah perut bahkan jika mereka tidak makan apa-
apa. Kebiasaan usus dapat berubah drastis.
Pada stadium awal kanker lambung, gejalanya tidak jelas dan sering tidak dihiraukan.
Jika gejalanya berkembang, bisa membantu menentukan dimana lokasi kanker lambung
tersebut. Sebagai contoh, perasaan penuh atau tidak nyaman setelah makan bisa menunjukkan
adanya kanker pada bagian bawah lambung.
Penurunan berat badan atau kelelahan biasanya disebabkan oleh kesulitan makan atau
ketidakmampuan menyerap beberapa vitamin dan mineral. Anemia bisa diakibatkan oleh
perdarahan bertahap yang tidak menyebabkan gejala lainnya. Kadang penderita juga bisa
mengalami muntah darah yang banyak (hematemesis) atau mengeluarkan tinja kehitaman
(melena).Bila kanker lambung bertambah besar, mungkin akan teraba adanya massa pada
dinding perut. Pada stadium awal, tumor lambung yang kecil bisa menyebar (metastasis) ke
tempat yang jauh.Penyebaran tumor bisa menyebabkan pembesaran hati, sakit kuning
(jaundice), pengumpulan cairan di perut (asites) dan nodul kulit yang bersifat ganas.
Penyebaran kanker juga bisa menyebabkan pengeroposan tulang, sehingga terjadi patah
tulang ( Admin,2010 ).
2.7 KOMPLIKASI
A. Perforasi
Dapat terjadi perforasi akuta dan perforasi kronika
1. Perforasi akut AIRD 1935 menjumpai 35 penderita demean perforasi akut yang
terbuka dari korsinoma ventrikuli. Yang sering terjadi perfirasi yaitu: tipe ulserasi
dari kangker yang terletaknya di kurvatur mitor, diantrium dekat pylorus. Biasa
nya mempunyai gejala-gejala yang mirip demean perforasi dari ulkus peptikum.
Perforasi ini sering di jumpai pada pria.
10
2. Perforasi kronika
Perforasi yang tedar jadi sering tertutup oleh jaringan didekatnya, misalnya oleh
omentum atau bersifat penetrasi. Biasanya lebih jarang dijumpai jika
dibandingkan dengan komplikasi dari ulkus benigna.penetrasi mungkin di jumpai
antara lapisan omentum gastrohepatik atau lapisan bawah dari hati. Yang sering
terjadi yaitu perforasi dan tertutup oleh pancreas.dengan terjadinya penetrasi maka
akan terbentuk suatu fistul, misalnya gastrokolik fistula.
B. Hematemesis
Hematemasis yang masif dan melena terjadI+ 5 % dari karsinoma ventrikuli yang
gejala-gejalanya mirip seperti pada pendarahan massif maka banyak darah yang
hilang sehingga timbullah anemia hipokromik
C. Obstruksi
Dapat terjadi pada bagian bawah lambung dekat daerah pilorus yang disertai keluhan
muntah-muntah.
D. Adhesi
E. Jika tumor mengenai dinding lambung dapat terjadi perlengketan dan infiltrasi dengan
organ sekitarnya dan menimbulkan keluhan nyeri perut
2.8 PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan
Kanker lambung dapat dicegah dengan cara-cara di bawah ini, untuk mengurangi
risiko kanker perut dengan membuat perubahan kecil kehidupan sehari-hari Anda. Sebagai
contoh, cobalah untuk:
1. Makan lebih banyak buah dan sayuran. Cobalah untuk memasukkan lebih banyak buah
dan sayuran ke dalam makanan setiap hari. Memilih berbagai jenis buah-buahan dan
sayuran berwarna.
2. Mengurangi jumlah makanan diasap dan asin yang anda makan. Lindungi perut Anda
dengan membatasi makanan ini. Coba dengan bumbu dan cara lain untuk penyedap
makanan yang tidak menambahkan natrium.
3. Berhenti merokok. Jika Anda merokok, berhenti. Jika Anda tidak merokok, jangan mulai.
Merokok meningkatkan risiko kanker perut, dan juga banyak jenis kanker lainnya.
Berhenti merokok bisa sangat sulit, sehingga mintalah bantuan dokter.
11
4. Tanyakan kepada dokter Anda tentang risiko kanker perut. Beberapa kondisi medis yang
meningkatkan risiko kanker perut, seperti anemia, maag dan perut polip. Jika Anda telah
didiagnosa dengan salah satu kondisi tersebut, tanyakan kepada dokter bagaimana ini
mempengaruhi risiko kanker perut. Bersama Anda dapat mempertimbangkan periodik
endoskopi untuk mencari tanda-tanda kanker perut. Tidak ada pedoman untuk
menentukan siapa yang harus menjalani skrining untuk kanker lambung di Amerika
Serikat. Tetapi dalam beberapa kasus, Anda dan dokter Anda dapat memutuskan risiko
Anda cukup tinggi bahwa manfaat dari skrining lebih besar daripada potensi resiko.
B. Pengobatan
1. Kemoterapi dan terapi radiasi
Bila karsinoma telah menyebar ke luar dari lambung, tujuan pengobatannya adalah
untuk mengurangi gejala dan memperpanjang harapan hidup. Kemoterapi dan terapi
penyinaran bisa meringankan gejala.
Hasil kemoterapi dan terapi penyinaran pada limfoma lebih baik daripada karsinoma.
Mungkin penderita akan bertahan hidup lebih lama bahkan bisa sembuh total.
2. Reseksi bedah.
Jika penyakit belum menunjukkan tanda penyebaran, pilihan terbaik adalah pembedahan.
Walaupun telah terdapat daerah sebar, pembedahab sudah dapat dilakukan sebagai tindakan
paliatif. Reaksi kuratif akan berhsil bila tidak ada tanda metastasis di tempat lain, tidak ada
sisa Ca pada irisan lambung, reseksi cairan sekitar yang terkena, dari pengambilan kelenjar
limfa secukupnya.
a. Obat multiple (fluorosil, mitomisin C dan doksorubisin)
Di antara obat yang di gunakan adalah 5 FU, trimetrexote, fluorosil, mitomisin C,
doksorubisin, hidrourea, epirubisin dan karmisetin dengan hasil 18 – 30 %.
12
C. Perawatan
Penderita dirawat dengan tujuan untuk isolasi, observasi, dan pengobatan. Klien
harus tetap berbaring sampai beberapa hari setelah tanda dan gejala terjadi, dan 7
hari setelah dilakukan operasi untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan
usus atau perforasi usus.
Pada klien dengan kesadaran menurun, diperlukan perubahan2 posisi berbaring
untuk menghindari komplikasi pneumonia hipostatik dan dekubitus.
D. Diet
Pada mulanya klien diberikan makanan diet cair atau bubur saring kemudian
bubur kasar untuk menghindari komplikasi perdarahan usus dan perforasi usus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian makanan padat secara dini yaitu
nasi, lauk pauk yang rendah sellulosa (pantang sayuran dengan serat kasar) dapat
diberikan dengan aman kepada klien.
2. Radiologi.
Pemeriksaan radiologi yang penting adalah pemeriksaan kontras ganda dengan
berbagai posisi seperti telentang. Tengkurap, oblik yang disertai dengan komprsi.
13
4. Pemeriksaan darah pada tinja.
Pada tumor ganas sering didapatkan perdarahan dalam tinja (occult blood), untuk itu
perlu dilakukan pemeriksaan tes Benzidin.
5. Sitologi.
Pemeriksaan Papanicolaou dari cairan lambung dapat memastikan tumor ganas
lambung dengan hasil 80 – 90 %. Tentu pemeriksaan ini perlu dilengkapi dengan
pemeriksaan gastroskopi dan biopsi.
14
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Kasus :
Tn M berusia 56 sudah menikah dan memiliki anak namun istrinya pergi 1tahun yang
lalu dan tidak kembali. Tn.M hidup bersama anaknya yang berusia 5 tahun dan saudara laki
lakinya. Keluarga Tn M membawa Tn M ke rumah sakit dengan keadaan sangat lemah pada
hari sabtu keluarga khawatir sebab Tn.M mengeluh nyeri hebat pada perut sudah satu
minggu. Tn M tampak meringgis dan sedih bila di suruh untuk makan di karenakan setiap
sebelum sehabis makan Tn M merasakan mual dan muntah yang hebat nampak muka muka
Tn M pucat bibir kering. Klien mengatakansewaktu BAB terasa sakit dan pada malam hari
susah untuk tidur.
I. BIODATA
A. Identitas Klien
Nama : Tn.M
Umur : 56 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Status Marital : Kawin
Pendidikan/Pekerjaan : SMA/Swasta
Bahasa yang digunakan : Bahasa Indonesia
Alamat : Sungai Rangas
Kiriman dari : –
Tanggal Masuk RS : 2 Maret 2016 Jam 18.45 WITA
Tanggal Pengkajian : 2 Maret 2016 Jam 19.00 WITA
Nomor Register : 4285/11
15
II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT
A. Alasan Dirawat
Sejak seminggu yang lalu klien merasakan sakit di perut disertai mual dan muntah,
yang disebabkan oleh gastritis (maag). Keadaan klien semakin melemah dan tak kunjung
sembuh, akhirnya klien dibawa ke RS.
B. Keluhan Utama
Mengeluh nyeri hebat pada perut sudah satu minggu. Klien nampak meringgis dan
sedih bila di suruh untuk makan di karenakan setiap sebelum sehabis makan klien merasakan
mual dan muntah yang hebat
nampak muka muka klien pucat dan bibir kering Klien mengatakan sewaktu BAB terasa sakit
dan pada malam hari susah untuk tidur.
Provocative/Pallitive
Dari penuturan klien, seminggu yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit, klien merasakan
nyeri disekitar perut, serta mual dan muntah. Penyebabnya dikarenakan kebiasaan klien
yang sering terlambat makan. Melihat keadaan klien yang merasakaan nyeri di perut
tepatnya di lambung dan keadaan klien yang semakin melemah, maka keluarga klien
membawa klien ke RS untuk mendapatkan perawatan.
Qualiti/Quantity
Klien merasa nyeri di perutnya serta klien terlihat pucat.
Regional
Klien merasakan nyeri bagian abdomen sebelah kiri.
Severity Scale
Skala nyeri klien adalah skala 3 yaitu nyeri berat.
0 : tidak nyeri
1: nyeri ringan
2 : nyeri sedang
3 : nyeri berat
4 : nyeri tak tertahankan
16
5. Timing
Klien mengatakan bahwa sakitnya kadang-kadang timbul.
2. Minum
Di rumah : Klien minum 3-4 gelas per hari, jenis minuman air putih dan teh.
Di RS : Klien minum 5-6 gelas air per hari.
17
B. Eliminasi
1. BAK
Di RS : Klien tampak susah untuk BAK.
2. BAB
Di rumah : Frekuensi BAB klien 1 kali sehari.
Di RS : Frekuensi BAB klien 1 kali sehari.
D. Aktivitas
Di rumah : Aktivitas klien terganggu karena klien perlu istirahat di tempat tidur
karena keadaan klien lemah dan klien beraktivitas dibantu oleh keluarganya.
E. Kebersihan Diri
Di rumah : Klien tidak pernah mandi karena kondisinya yang lemah. Karena itu klien
hanya diseka-seka oleh keluarganya.
V. PSIKOSOSIAL
A. Psikologis
Klien dapat menerima dengan sabar terhadap penyakit yang dideritanya dan klien
juga menganggap ini adalah cobaan dan teguran dari Tuhan. Klien juga dapat
beradaptasi dengan baik di lingkungan RS dan tim kesehatan.
B. Sosial
Klien dapat berkomunikasi dengan tim kesehatan lain.
C. Spiritual
Klien beragama Islam tetapi selama klien dirawat di Rumah Sakit klien tidak dapat
melakukan shalat, klien hanya berdo’a untuk minta kesembuhannya.
18
VI. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
1) Kesadaran : Komposmentis
2) GCS : 4,5,6
3) Penampilan : Klien tampak lemah, pucat dan gelisah
4) Ciri-ciri tubuh : Badan kurus dan kulit sawo matang
5) Pols : 86 kali/menit
RR : 28 kali/menit
TD : 120 / 70 mmHg
T : 36,0 ° C
6) Gol darah : O
B. Head to toe
Kepala
Bentuk simetris tidak terdapat kotoran atau ketombe, pergerakan tidak kaku dapat
digerakkan ke kiri dan ke kanan, tidak terdapat luka pada kulit kepala dan kulit kepala
cukup bersih.
Rambut
Rambut klien pendek lurus, warna hitam dan rambut klien terlihat bersih.
Mata
Bentuk mata simetris, fungsi penglihatan baik, konjungtiva tidak anemis, pupil dan
reflex cahaya baik, klien tidak memakai alat bantu penglihatan.
Hidung ( Penciuman )
Bentuk dan posisi hidung simetris, fungsi penciuman baik, tidak terdapat secret atau
benda asing yang menempel, tidak terdapat epitaksis dan rhinorrhoe dan tidak ada
peradangan.
Telinga ( Pendengaran )
Bentuk dan posisi simetris, ketajaman pendengaran baik, tidak terdapat serumen dan
cairan pada lubang telinga, tidak terdapat perdarahan dan klien tidak menggunakan
alat bantu pendengaran.
19
Mulut dan gigi
Bentuk bibir simetris, warna bibir tampak kehitaman, mukosa bibir tampak kering,
fungsi pengecapan baik, tidak terdapat perdarahan dan peradangan, mulut cukup
bersih dank lien tidak menggunakan gigi palsu.
Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid, tidak terdapat
peradangan dan leher dapat digerakkan secara anatomis.
Thorax (fungsi pernapasan )
Bentuk simetris, tidak terdengar bunyi wheezing dan tidak ada penurunan ekspansi
paru kiri dan kanan.
Abdomen
Bentuk simetris, abdomen terlihat bersih tidak terdapat luka. Abdomen klien kembung
saat diperkusi, nyeri tekan di ulu hati saat di palpasi, saat auskultrasi bising usus 16
kali/menit (Normal : 8-12 kali/menit).
Reproduksi
Jenis kelamin klien adalah laki-laki.
Ekstremitas
Ekstremitas atas : dapat digerakkan dengan baik dan ekstremitas atas dekstra
terpasang infus.
Ekstremitas bawah : keduanya dapat digerakkan dengan baik tapi keadaan klien
yang lemah terpaksa klien istirahat total di tempat tidur.
Integumen
Warna kulit klien sawo matang, tidak terdapat lesi dan memar.
20
Hitung Jenis Lekosit
EOS BASO STAB SEG LYMP MONO
0% 0% 0% 51% 41% 8%
Nilai normal : EOS : 1-3 % SEG : 50-70 %
BASO : 0-1 % LYMP : 20-40 %
STAB : 2-6 % MONO : 2-8 %
Widal
1/100 1/200 1/400 1/800
S. Typhi O + + – –
S. Typhi H + + + –
S. Paratyphi A – – – –
S. Paratyphi B + – – –
Pre Operasi
21
DO: pasien tampak lemas
22
POST OPERASI
23
24
3.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Keperawatan
A. Pre-Op
1) Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
2) Kecemasan berhubungan dengan rencana pembedahan
3) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah
dan tidak nafsu makan
4) Intoleransi beraktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
5) Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
6) Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau
intervensi operasi.
7) Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
8) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan sekunder terhadap
prosedur invasive.
2. Rencana Keperawatan
A. Pre-Operasi
Dx 1. Nyeri berhubungan dengan proses pertumbuhan sel-sel kanker
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan:
1) Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfens
Alasan: mengtahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
2) Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
Alasan: dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri
3) Ajarkan tekhnik relaksasi tarik nafas dalam
Alasan: tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
4) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Alasan: analgetik efektif untuk mengatasi nyeri
25
1) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Alasan: pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
2) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya
Alasan: untuk mengurangi kecemasan
3) Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
Alasan: memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
4) Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Alasan: dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan
penyakit dan pengobatan
Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan
muntah.
Tujuan : Kebutuhsn nutrisi dapat terpenuhi setelah dilakukan keperawatan
a) Kriteria Hasil : Nutrisi klien terpenuhi
b) Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
Alasan: Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
Kaji kebiasaan makan klien.
Alasan: Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan klien.
Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
Alasan: Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
Timbang berat badan bila memungkinkan.
Alasan: Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
Alasan: Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
Rencana Tindakan :
26
Sediakan waktu istirahat yang cukup.
Alasan: Istirahat akan memberikan energi yang cukup dan membantu dalam proses
penyembuhan.
Kaji keluhan klien saat beraktivitas
Alasan: Mengidentifikasi kelainan beraktivitas.
Kaji kemampuan klien dalam beraktivitas.
Alasan: Menentukan aktivitas yang boleh dilakukan.
Bantu memenuhi kebutuhan klien.
Alasan: Terpenuhinya kebutuhan klien.
B. Post-Operasi
Dx 1. Ketidakefektifan pola nafas b.d adanya pengaruh anastesi.
Tujuan : Pola nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan.
a) Kriteria Hasil :Suara nafas vesikuler
b) Bunyi nafas bersih, tidak ada suara tambahan
Rencana tindakan :
Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas misalnya mengi, krekels, ronchi.
Alasan : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas dan
dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi nafas adventisius misalnya: penyebaran,
krekels basah (bronkitis), bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau
tidak adanya bunyi nafas (asma berat).
Kaji/pantau frekuensi pernafasan, catat radio inspirasi/ekspirasi.
Alasan: Tachipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada
penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat
dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
Catat adanya derajat dyspnea misalnya keluhan “lapar udara”, gelisah, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan otot bantu.
Alasan: Disfungsi pernafasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis
selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit. Misalnya infeksi, reaksi
alergi.
Kaji pasien untuk posisi yang nyaman misalnya peninggian kepala tempat tidur, duduk
pada sandaran tempat tidur.
27
Alasan: Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan
menggunakan gravitasi. Sokongan tangan/kaki dengan meja, bantal, dll membantu
menurunkan kelemahan otot dan dapat sebagai alat ekspansi dada.
Pertahankan polusi lingkungan minimum misalnya: debu, asap dan bulu bantal yang
berhubungan dengan kondisi individu.
Alasan: Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat, mentriger episode akut.
Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
Alasan: Memberikan pasien-pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol
dyspnea dan menurunkan jebakan udara.
Observasi karakteristik batuk misalnya menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan
untuk memperbaiki keefektifan upaya batuk.
Alasan: Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya bila pasien lansia, sakit akut
atau kelemahan. Batuk paling efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah
setelah perkusi dada.
Tingkatkan masukan cairan antara sebagai pengganti makanan.
Alasan: Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret. Mempermudah pengeluaran.
Penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Cairan selama makan
dapat meningkatkan distensi gaster dan tekanan pada diafragma.
Dx 2. Nyeri berhubungan dengan interupsi tubuh sekunder terhadap prosedur invasif atau
intervensi operasi.
Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : Nyeri berkurang sampai dengan hilang
Rencana Tindakan :
Kaji karakteristik nyeri, lokasi, frekfensi
Alasan: mengetahui tingkat nyeri sebagai evaluasi untuk intervensi selanjutnya
Kaji faktor penyebab timbul nyeri (takut , marah, cemas)
Alasan: dengan mengetahui faktor penyebab nyeri menentukan tindakan untuk
mengurangi nyeri.
Ajarkan tehnik relaksasi tarik nafas dalam
Alasan: tehnik relaksasi dapat mengatsi rasa nyeri
28
Dx 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Tujuan : Nutrisi pasien terpenuhi setelah dilakukan keperawatan.
a) Kriteria Hasil :Nutrisi klien terpenuhi
b) Mual berkurang sampai dengan hilang.
Rencana tindakan :
Hidangkan makanan dalam porsi kecil tapi sering dan hangat.
Alasan: Makanan yang hangat menambah nafsu makan.
Kaji kebiasaan makan klien.
Alasan: Jenis makanan yang disukai akan membantu meningkatkan nafsu makan
klien.
Ajarkan teknik relaksasi yaitu tarik napas dalam.
Alasan: Tarik nafas dalam membantu untuk merelaksasikan dan mengurangi mual.
Timbang berat badan bila memungkinkan.
Alasan: Untuk mengetahui kehilangan berat badan.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian vitamin
Alasan: Mencegah kekurangan karena penurunan absorsi vitamin larut dalam lemak
29
Dx 5. Kecemasan berhubungan dengan ketidakpastian tentang hasil pengobatan kanker
Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.
Kriteria Hasil : Kecemasan pasien berkurang
Rencana Tindakan:
a) Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Alasan: pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasien
b) Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannya
Alasan: Untuk mengurangi kecemasan
c) Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medik
Alasan: Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepat
d) Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaan
Alasan: Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan
penyakit dan pengobatan
3.4 Implementasi
Keperawatan pelaksanan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang spesifik. (Nursalam,2001) dalam tahap pelaksanaan ini, perawat
berperan sebagai pelaksana keperawatan memberi support, pendidikan, advokasi,konselor
dan penghimpunan data.(carpenito 1999)
3.5 Evaluasi
30
C. mengkomunikasikan perasaanya dengan baik
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi kanker lambung adalah bentuk neoplasma maligna dalam gastrointestinal.
Penyebab dari kanker lambung masih belum diketahui.
Kanker lambung dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Karsinoma ulseratif merupakan jenis yang paling sering dijumpai dan harus dibedakan dari
ulkus peptikum jinak.
2. Karsinoma polipoid, tampak seperti kembang kol yang menonjol ke dalam lumen dan dapat
berasal dari polip adenomatosa
3. Karsinoma infiltratif, dapat menembus seluruh ketebalan dinding lambung dan dapat
menyebabkan terbentuknya ” lambbung botol kulit ” (linitis plastica ) yan tidak lentur.
Tidak ada pengobatan yang berhasil menangani karsinoma lambung kecuali mengangkat
tumornya. Bila tumor dapat diangkat ketika masih terlokalisasi di lambung, pasien dapat sembuh.
Bila tumor telah menyebar ke area lain yang dapat dieksisi secara bedah, penyembuhan tidak
dapat dipengaruhi. Pada kebanyakan pasien ini, paliasi efektif untuk mencegah gejala seperti
obstruksi, dapat diperoleh dengan reseksi tumor.
31