Anda di halaman 1dari 57

Penelitian keterampilan menulis

1. Pengertian Ketrampilan Menulis

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata
tulis. Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan
sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya).

Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya dengan pena, pensil, cat, dan
sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang, membuat surat, dan
sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan gagasan,
pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan
kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).

Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang


menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas
rangkaian huruf yang bermakna dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan
tanda baca. Menulis juga suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-
dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat
dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menu-
lis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang
menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf
yang bermakna dengan segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pung-
tuasi. Sebagai salah satu bentuk komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-
finisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan
sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau muatan yang terkandung dalam suatu
tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem komunikasi antarmanusia yang
menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati
pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat.
Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi
tulisan, (3) saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.
2. Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-
hasilkan tulisan yang baik.

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

syarat-syarat yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan tulisan yang
baik (1) kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan
terhadap kondisi pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4)
kemampuan menggunakan bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-
puan memeriksa tulisan.

3. 3

. Tujuan Menulis
Menurut Syafie’ie (1988:51-52), tujuan menulis dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Mengubah keyakinan pembaca;


2. Menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca;
3. Merangsang proses berpikir pembaca;
4. Menyenangkan atau menghibur pembaca;
5. Memberitahu pembaca; dan
6. Memotivasi pembaca.

4. 4
5. 5
6. 6

C. Tujuan Menulis
Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat
tujuan, yaitu untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca,
mempersuasi pembaca, dan untuk meng-hasilkan karya tulis.
Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.
1) Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik
menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu.
2) Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).
Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.
3) Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan
menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.
4) Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masi tentang
sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan
mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5) Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu hal
(faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tu-
juan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak
D. Manfaat Menulis
Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap
informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak,
mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu
dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya
kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga
sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini
dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan
dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan
dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.
Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang topik akan
bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis,
(2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi,
menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib
dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang
tertulis me-mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan
(6) menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.
E. Prinsip Menulis
Keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa
bahwa ia bukan buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua
ulangan selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih
mengeluhkan bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.
Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk dapat me-netralisir
keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama
banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya
sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan
di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang
harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam bentuk
sederhana.
Selanjutnya menurut Rivers dalam Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan
keterampilan menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh
karena itu, tujuannya tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah.
Keterampilan menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai
oleh semua orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu
diperhatikan. Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.
Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1)
menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah
didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar
dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi
dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.
Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari
pembelajaran membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan
penggunaan bahasa Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari
keterampilan mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27)
mengemukakan prinsip prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat dipisahkan dari
membaca. Pada jenjang pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara
serempak, (2) pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin
berbahasa, (3) pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda
baca bahasa Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula
dari menyalin sampai dengan menulis ilmiah.
Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif
pembelajaran menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat
ikhtisar, (4) menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat
catatan, (7) menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat
yang berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang,
pengaduan, perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan,
(11) menulis berita, (12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan
menyempurnakan , (14) mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan cek, (15) menulis
kuitansi, (16) menulis riwayat hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum,
(19) menulis proposal/usul penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis
pidato/sambutan, (22) menulis naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan,
denah, grafik, dan tabel, dan (25) menulis karya ilmiah.
F. Aspek Menulis Karangan
Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh
siswa. Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu
karangan. Badudu (1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu
(1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan
bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata
dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6)
merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7)
menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat karangan (wacana)
dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat surat
(macam-macam surat), (10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan
(penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif
menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13)
mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).

1) Jenis-jenis Mengarang
Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya adalah (1) mengarang
surat, (2) mengarang cerita non fiksi, (3) mengarang cerita fiksi, (4) mengarang lukisan
keadaan, (5) menulis berita aktual, (6) mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8)
mengarang naskah drama.

(1) Mengarang Surat


Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya
dengan percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orang yang diajak berbicara tidak
dapat diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan
mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.
Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat
kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah surat yang
dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat
kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu.. sedangkan surat
dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan, lembaga atau organisasi secara
resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis
tertentu.

(2) Mengarang Cerita Non Fiksi


Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi
sungguh-sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhibungan hal-hal
yang ada di sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan
demikain mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang
diketahui, dan apa saja yang dialami.

(3) Mengarang Cerita Fiksi


Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialah mengarang cerita berdasarkan
atas buah rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen,
atau sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka
cerita ini dapat mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan
lamunan yang produktif, (2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan (3) mengembangkan
bakat mengarang.

(4) Mengarang Lukisan Keadaan


Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan
suatu situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan
keadaan ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra teliti
melalui kata-kata secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan.
Karean sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa
yang indah dan mampu menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan
yang berupa lukisan keadaan mengarah kepada gaya bahasa puisi atau prosa liris.

(5) Menulis Berita Aktual


Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa
dengan cara menuliskannya menurut tata tulis berita yang telah lazim dipergunakan dalam
persuratkabaran. Jadi berita aktual ialah suatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh
seseorang untuk orang banyak secara tertulis.
Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan
peristiwa yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan (2)
mengembangkan bakat kewartawanan.

(6) Mengarang Puisi


Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah
(1) menyalurkan dorongan melahirkan perasaan yang kuat, yang pada umumnya yang
terdapat pada diri masing-masing, (2) memberika latihan mengungkapkan perasan dengan
lambang-lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan berbahasa, (3) mengajar
memberi kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya, (4)
mencoba secara tidak langsung memahami keadaan yang barang kali dapat dipergunakan
untuk menolong memecahkan kesulitan yang dihadapi, dan (5) membantu
memperkembangkan bakat.

(7) Mengarang Esai


Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu
saat menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu
pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan
mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada
suatu saat menarik perhatian orang.

(8) Mengarang Naskah Pidato


Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang ditujukan
kepada seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri. Suatu piadato yang
resmi memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya
untuk melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan.
Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1) pidato penjelasan, (2) pidato
sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato keilmuan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menu-lis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti

Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.

Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin: Sarjana
Indonesia.

Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa Penerbit

Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.

Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
http://akipeffendy.blogspot.co.id/2012/03/hak-i-kat-keterampilan-menulis.html

METODE, MODEL DAN TEKNIK

PEMBELAJARAN MENULIS
A. METODE
Metode pembelajaran menulis adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang
digunakan guru dalam pencapaian tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya
aspek ketrampilan menulis.

1. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving)


Metode pemecahan masalah (problem solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi
atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi pembelajarannya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah
pemecahan masalah.
Keunggulan:
a. Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan.
b. Berpikir dan bertindak kreatif.
c. Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d. Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e. Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f. Merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi
dengan tepat.
g. Dapat membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
Kelemahan:
a. Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan metode ini. Misal terbatasnya alat-alat
laboratorium menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan
kejadian atau konsep tersebut.
b. Memerlukan alokasi waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan metode pembelajaran yang
lain.

2. Picture and Picture


Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan /
diurutkan menjadi urutan logis.
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b. Menyajikan materi sebagai pengantar.
c. Guru menunjukkan/ memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi.
d. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
e. Guru menanyakan alasan/ dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
f. Dari alasan/ urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
g. Kesimpulan/ rangkuman
Keunggulan:
a. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
b. Melatih berpikir logis dan sistematis.
Kelemahan:
a. Memakan banyak waktu
b. Banyak siswa yang pasif.

3. Model Examples Non Examples


Examples non examples adalah metode belajar yang menggunakan contoh-contoh. Contoh-
contoh dapat dari kasus/ gambar yang relevan dengan KD.
Langkah-langkah:
a. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP.
c. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan/
menganalisa gambar.
d. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas.
e. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya.
f. Mulai dari komentar/ hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai.
g. Kesimpulan.
Keunggulan:
a. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
b. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
c. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya
Kelemahan:
a. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
b. Memakan waktu yang lama.
4. Metode Langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan
dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Metode tersebut didasari anggapan bahwa pada
umumnya pengetahuan dibagi dua, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Deklaratif berarti pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu.

Langkah-langkah:

a. Guru mengawali dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran serta
mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Hal itu disebut fase persiapan dan motivasi.
b. Fase berikutnya adalah fase demontrasi, pembimbingan, pengecekan, dan pelatihan lanjutan.
Pada metode langsung bisa dikembangkan dengan teknik pembelajaran menulis dari gambar
atau menulis objek langsung dan atau perbandingan objek langsung. Teknik menulis dari gambar
atau menulis objek langsung bertujuan agar siswa dapat menulis dengan cepat berdasarkan gambar
yang dilihat. Misalnya, guru menunjukkan gambar kebakaran yang melanda sebuah desa atau
melihat langsung kejadian kebakaran sebuah desa, Dari gambar tersebut siswa dapat membuat
tulisan secara runtut dan logis berdasarkan gambar.

5. Metode Sugesti-Imajinasi
Pada prinsipnya, metode sugesti-imajinasi adalah metode pembelajaran menulis dengan cara
memberikan sugesti lewat lagu untuk merangsang imajinasi siswa. Dalam hal ini, lagu digunakan
sebagai pencipta suasana sugestif, stimulus, dan sekaligus menjadi jembatan bagi siswa untuk
membayangkan atau menciptakan gambaran dan kejadian berdasarkan tema lagu. Respons yang
diharapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan melihat gambaran-gambaran kejadian
tersebut dengan imajinasi-imajinasi dan logika yang dimiliki lalu mengungkapkan kembali dengan
menggunakan simbol-simbol verbal.

Langkah-langkah:
a. Tahap perencanaan (prapembelajaran)
- Penelaahan materi pembelajaran
- Pemilihan lagu sebagai media pembelajaran
- penyusunan ancangan pembelajaran.
b. Tahap kedua (pelaksanaan)
- Pretes: untuk mengukur kemampuan atau pengetahuan yang dimiliki siswa

- Penyampaian tujuan pembelajaran

- Apersepsi: menjelaskan hubungan antara materi yang telah diajarkan dengan materi yang akan
diajarkan.

- Penjelasan praktik pembelajaran dengan media lagu

- Praktik pembelajaran

- Pascates: Siswa menulis sebuah karangan tanpa didahului dengan kegiatan mendengarkan lagu

c. Evaluasi

Keunggulan:

a. Pemilihan lagu yang bersyair puitis membantu para siswa memperoleh model dalam pembelajaran
kosakata
b. Pemberian apersepsi tentang keterampilan mikrobahasa yang dilanjutkan dengan pembelajaran
menulis menggunakan metode sugestiimajinasi dapat diserap dan dipahami dengan lebih baik oleh
para siswa
c. Sugesti yang diberikan melalui pemutaran lagu merangsang dan mengkondisikan siswa sedemikian
rupa sehingga siswa dapat memberika respons spontan yang bersifat positif. Dalam hal ini, respons
yang diharapkan muncul dari para siswa berupa kemampuan menggali pengalaman hidup atau
mengingat kembali fakta-fakta yang pernah mereka temui, mengorganisasikannya, dan memberikan
tanggapan berupa ide-ide atau konsep-konsep baru mengenai pengalaman atau fakta-fakta tertentu
d. Peningkatan penguasaan kosakata, pemahaman konsep-konsep dan teknik menulis, serta imajinasi
yang terbangun baik berkorelasi dengan peningkatan kemampuan siswa dalam membuat variasi
kalimat.

Kelemahan:
a. Penggunaan metode sugesti-imajinasi tidak cukup efektif bagi kelompok siswa dengan tingkat
keterampilan menyimak yang rendah
b. Metode ini sulit digunakan bila siswa cenderung pasif

B. MODEL
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru di kelas.
1. Model Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses
Model pembelajaran menulis dengan pendekatan proses meliputi lima tahap, yakni pramenulis,
menulis draf, merevisi, menyunting, dan mempublikasi (Tomkins & Hoskisson, 1995).
a. Pramenulis adalah tahap persiapan untuk menulis. Adapun hal-hal yang dilakukan siswa dalam tahap
ini adalah: 1) memilih topik, 2) mempertimbangkan tujuan, bentuk, dan pembaca, dan 3)
memperoleh dan menyusun ide-ide.
b.Tahap menulis draf, siswa diminta hanya mengekpresikan ide-ide mereka ke dalam tulisan kasar.
c. Tahap merevisi, siswa memperbaiki ide-ide mereka dalam karangan. Adapun kegiatan-kegiatan yang
dilakukan siswa pada tahap ini adalah: 1) membaca ulang seluruh draf, 2) sharing atau berbagi
pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman dalam kelompok,
d. Merevisi, mengubah tulisan dengan memperhatikan reaksi, komentar atau masukan dari
teman atau guru.
e. Menyunting, mengadakan perubahan-perubahan aspek mekanik karangan. Siswa memperbaiki
karangan mereka dengan memperbaiki ejaan atau kesalahan mekanik yang lain. Tujuannya adalah
untuk membuat karangan lebih mudah dibaca orang lain. Adapun aspek-aspek mekanik yang
diperbaiki adalah penggunaan huruf besar, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah dan kosakata
serta format karangan.
f. Tahap publikasi, tahap akhir menulis, siswa mempublikasikan tulisan mereka dalam bentuk yang
sesuai atau berbagi tulisan dengan pembaca yang telah ditentukan.

2. Model Pembelajaran Menulis Imajinatif


Dalam proses pembelajaran menulis Imajinatif ini siswa diajarkan menguasai kompetensi
menulis/mengarang secara bebas sesuai imajinasinya sendiri-sendiri. Di sini siswa diberi kebebasan
untuk menuangkan segala ide/gagasan, pendapat/opini, imajinasi atau daya khayal, dsb ke dalam
bentuk tulisan/karangan.
Langkah-langkah:

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/KD.

b. Guru menjelaskan secara singkat cara membuat sebuah tulisan/karangan.

c. Guru membagikan kertas kerja sejumlah siswa.

d. Setiap siswa membuat tulisan/karangan dengan daya cipta dan kreasinya sendiri.

e. Setelah selesai, guru menunjuk salah satu siswa untuk menampilkan/membacakan hasil
tulisannya/karangannya.

f. Setiap satu siswa selesai langsung diberi aplaus. Siswa yang lain diberi kesempatan menyampaikan
tanggapan, pendapat, kritik atau saran atas karangan siswa tersebut.

g. Guru menunjuk siswa lain atau menawarkan siswa lain yang menyatakan siap untuk membacakan
karangannya.

h. Demikian seterusnya sampai seluruh siswa tampil membacakan hasil karangannya.

i. Evaluasi, meliputi isi karangan, kalimat, pilihan kata, penggunaan ejaan, tanda baca, dsb

j. Kesimpulan.

C. TEKNIK
Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
Teknik pembelajaran menulis adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-
bahan pelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek ketrampilan menulis. Berikut ini
beberapa teknik pembelajaran menulis:
1. Teknik pancingan kata kunci
Salah satu upaya inovatif dalam mengemas pembelajaran menulis puisi adalah dengan aplikasi
teknik pancingan kata kunci.
Langkah-langkah:
a. Guru bertindak sebagai pemancing dengan menawarkan kata kunci
b. Siswa mencermati kata kunci model
c. Siswa mengembangkan kata kunci dalam baris
d. Siswa mengembangkan kata kunci dalam bait
e. Siswa dapat menulis puisi utuh
Keunggulan:
Siswa yang mulanya sulit untuk menemukan kata-kata yang cocok untuk dituangkan dalam
puisi menjadi lebih terbantu, karena teknik ini melatih siswa dari satu kata kemudian bertahap
menjadi baris kemudian bait, begitu seterusnya sampai menjadi puisi yang utuh.
Kelemahan:
Siswa yang merasa sudah bisa, akan cenderung dibatasi dalam pemilihan katanya. Jadi
sebaiknya seorang guru dapat memahami kondisi siswa.

2. Teknik 3M
Teknik 3M merupakan singkatan dari mengamati, meniru, dan menambahi. Teknik 3M ini
sesungguhnya bukanlah hal yang sangat baru. Teknik ini terilhami dari apa yang diajarkan Mardjuki
(dalam Harefa, 2002:31), seorang penulis kreatif yang cukup dikenal oleh para wartawan di
Yogyakarta di tahun 80-an, kepada calon-calon penulis muda, yaitu dengan 3N-nya (niteni, norokke,
nambahi). Teknik ini biasanya diterapkan dalam menulis teks berita.
Langkah-langkah:
a. Mengamati diartikan sebagai kegiatan melihat dengan cermat dan teliti mengenai sebuah objek.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran menulis teks berita, siswa mengamati model teks berita yang
dimuat dalam surat kabar atau yang disediakan guru. Hasil yang diharapkan dari kegiatan
mengamati adalah pembelajar menemukan unsur-unsur berita dan pola-pola penulisan teks berita.
b. Menirukan dalam konteks pembelajaran bukan diartikan sebagai kegiatan “menjiplak”. Hal yang
harus ditiru bukan kata per kata, kalimat per kalimat tetapi unsur-unsur yang harus ada dalam teks
berita dan pola-pola penulisan teks berita sehingga siswa dapat menulis teks berita dalam berbagai
pola dan variasi.
c. Menambahi merupakan wahana bagi siswa untuk memberikan warna khas terhadap tulisannya
sehingga berbeda dengan objek tiruannya. Artinya, bila dalam objek tiruan ada unsur-unsur berita
yang belum tertulis, siswa menambahi sehingga menjadi lebih lengkap unsur-unsur beritanya.
Keunggulan:

Mempermudah siswa untuk menguasai kompetensi menulis teks berita. Dengan langkah-
langkah dari mengamati, menirukan, dan menambahi siswa diharapkan dapat menulis teks berita
sesuai dengan unsur-unsur pembangunnya.

Kelemahan:
Siswa cenderung menjiplak dari contoh yang sudah ada. Siswa menjadi terpatok untuk menulis
hal yang sama, sehingga kemampuannya kurang berkembang.

3. Teknik Field Trip


Field trip ialah teknik belajar mengajar anak didik dibawah bimbingan guru mengunjungi
tempat-tempat tertentu dengan maksud untuk belajar. Hal ini sangat sesuai untuk meningkatkan
pembelajaran menulis deskripsi.
Langkah-langkah:

a. Guru membuka interaksi dengan siswa untuk memperkenalkan rencana kegiatan dalam
pembelajaran menulis deskripsi.
b. Guru dan siswa menyepakati trip yang akan dikunjungi dan waktu yang dipilih untuk pemebelajaran
menulis deskripsi.
c. Siswa dan guru bersama-sama mengunjungi tempat yang dituju, contohnya museum.
d. Guru membimbing siswa untuk segera menulis dan mendeskripsikan suatu objek yang telah dipilih.
e. Guru merefleksi tulisan yang sudah ditulis oleh siswa.
Keunggulan:

a. Meningkatnya kualitas pembelajaran menulis siswa, ditandai dengan timbulnya keaktifan siswa
dalam mengikuti pembelajaran keterampilan menulis.
b. Keaktifan siswa dalam pembelajaran meliputi aktif bertanya maupun memberikan tanggapan, aktif
mengerjakan tugas serta menjawab pertanyaan guru.
c. Memudahkan siswa untuk menuangkan ide-ide kedalam tulisan.
d. Siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek yang dilihatnya
e. Siswa lebih nyaman dan senang ketika pembelajaran berlangsung.
Kelemahan:

a. Membutuhkan waktu yang lama.


b. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
c. Guru membutuhkan tenaga ekstra untuk dapat membimbing siswa satu per satu.

4. Teknik pengandaian 180o berbeda


Teknik ini adalah teknik yang membantu siswa dalam menulis cerita khususnya narasi. Teknik
ini dinamakan dengan pengandaian 180o karena cara yang digunakan adalah membalikkan tokoh
cerita yang sudah ada atau lazim dimasyarakat. Misalnya cerita Malin Kundang yang menjadi tokoh
jahat adalah Malin. Dengan teknik ini siswa menulis dengan tokoh jahatnya adalah Ibu Malin.

Langkah-langkah:

a. Mencatat yang terlintas, yaitu tuliskan sebanyak mungkin kata yang terlintas dalam pikiran setelah
mendengar suatu kata. Misalnya, ketika dikatakan “sandal jepit”, tuliskan “alas kaki, murah, toilet,
licin, santai, dsb”. Kegiatan ini adalah aktivitas pembuka untuk melepaskan sekat-sekat keraguan
serta melatih kreativitas berpikir. Umumnya kendala menulis adalah (a) keraguan untuk memulai
menulis, (b) keraguan untuk merangkai jalan cerita, dan (c) keraguan apakah tulisannya bagus atau
tidak.
b. Mendeskripsikan, yaitu memberikan gambaran tentang suatu objek, tempat, suasana, tokoh,
penokohan, dsb. sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan, melihat, mendengar, mencium
apa yang dideskripsikan penulis. Latihan pendeskripsian dilakukan dengan cara (a) mendeskripsikan
sesuatu yang terlihat, (b) mendeskripsikan sesuatu yang terdengar, (4) mendeskripsikan sesuatu
yang tercium, dan (d) mendeskripsikan sesuatu yang teraba. Latihan ini dilakukan satu per satu agar
pendeskripsian dapat lebih terfokus dan mendalam (detail).
c. Menggunakan pengandaian 180° berbeda. Latihan menulis cerita tidak harus dimulai dengan
sesuatu yang baru. Latihan dapat dimulai dengan sesuatu yang sudah dikenal semua siswa. Hal ini
bertujuan agar siswa memiliki gambaran umum tentang apa yang akan dituliskan. Tapi, agar cerita
tetap menarik, siswa diharuskan menulis cerita dengan karakteristik tokoh yang berbeda 180°.
Misalnya, bila siswa hendak menuliskan kembali cerita “Si Kancil”, maka karakteristik Kancil yang
biasanya lebih cerdik daripada Buaya, kali ini diubah 180° berbeda sehingga Buaya dibuat lebih
cerdik.
d. Menggunakan berbagai sudut pandang (point of view). Sudut pandang artinya dari pandangan mana
peristiwa-peristiwa dalam cerita dipaparkan, apakah dari sudut pandang pengarang, tokoh A, atau
tokoh B. Di dalam cerita yang utuh, sudut pandang selalu berubah. Oleh karena itu, perubahan sudut
pandang merupakan bagian yang harus dilatihkan agar siswa dapat membuat cerita yang lebih
variatif dan menarik. Pada cerita Si Kancil (dengan 180° berbeda), pertama-tama siswa diminta untuk
menuliskan cerita dengan sudut pandang Si Kancil. Selanjutnya, siswa diminta untuk membuat cerita
tersebut dengan sudut pandang Buaya.
Keunggulan:

a. Siswa merasa termotivasi dengan menggunakan teknik yang berbeda dari biasanya dalam menulis,
b. Suasana menulis lebih inovatif dan menyenangkan,
c. Siswa dapat mengeksplor imajinasinya dalam menulis cerita.
Kelemahan: belum dapat ditemukan dalam penerapan teknik ini.

5. Teknik kancing gemerincing


Teknik kancing gemerincing adalah teknik yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan
menulis dalam melengkapi cerita rumpang. Teknik ini menggunakan kancing sebagai alat perantara
untuk membantu pembelajaran.

Langkah-langkah:

a. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 orang.

b. Cerita yang rumpang dibagikan kepada masing-masing siswa, kemudian siswa menelaah dan
membaca teks tersebut dengan maksud mengetahui maksud cerita asalnya.

c. Setiap siswa dalam kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sama untuk memikirkan
kalimat-kalimat yang tepat dan memadukan kalimat dengan kalimat sehingga cerita tersebut
menjadi runtut.

d. Kancing-kancing dalam kotak dibagikan pada siswa masing-masing mendapat dua buah kancing.

e. Guru memberikan penjelasan teknik melengkapi cerita rumpang dengan berdiskusi menggunakan
media kancing sebagai berikut:

 Semua anggota kelompok harus mengemukakan pendapatnya yaitu kalimat yang tepat untuk
melengkapi cerita rumpang sehingga cerita menjadi padu.

 Jika salah satu teman sedang berbicara mengemukakan pendapatnya, maka siswa yang lain harus
mendengarkan pendapat teman tersebut dan yang telah berbicara mengemukakan pendapatnya
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah kelompok.

 Jika kancing yang dimiliki seorang siswa telah habis, dia tidak boleh berpendapat lagi sampai rekan-
rekannya juga menghabiskan kancing mereka.

 Jika kancing yang dimiliki oleh siswa dalam satu kelompok sudah habis, sedangkan tugas belum
selesai, kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagikan kancing lagi dan prosedur atau
caranya diulangi lagi.
f. Guru menugaskan siswa untuk melengkapi cerita rumpang dengan teknik kancing gemerincing yang
telah dijelaskan.

g. Siswa melengkapi cerita rumpang dengan bimbingan guru.

h. Guru memberikan kesempatan untuk bertanya.

i. Setelah siswa dalam kelompoknya menyelesaikan tugas melengkapi cerita rumpang, maka kelompok
tersebut harus mengoreksi hasil tulisannya.

j. Setelah semua kelompok mengoreksi, maka setiap kelompok mandapat kesempatan untuk
memamerkan hasil kerja pada kelompok lain dengan teknik keliling kelompok.

k. Setiap kelompok berkesempatan membaca hasil menulis cerita dari tiap-tiap kelompok, hal ini
dimaksudkan agar dapat mengapresiasi hasil karya orang lain.

l. Guru melakukan penilaian terhadap hasil menulis siswa dalam menulis melengkapi cerita rumpang
dan menilai kelompok yang kerjanya bagus.

m. Diakhir kegiatan yaitu diskusi untuk memberi tanggapan terhadap hasil karya orang lain.

n. Merefleksikan hasil kegiatan siswa

o. Siswa bersama-sama guru membuat kesimpulan

Keunggulan:

a. Suasana pembelajaran menulis lebih inovatif, sehingga siswa lebih tertarik untuk mau mengikuti
pembelajaran.
b. Memotivasi siswa bersaing dengan sehat.
Kelemahan:

Membutuhkan waktu yang sangat lama dalam proses pembelajaran.


Sumber Pustaka:

Haryadi. 2010. Model Pembelajaran. Semarang: Unnes

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.

Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.

www.budimeeong.files.wordpress.com

www.pustaka.ut.ac.id

www.roeangkelas.blogspot.com

www.s1pgsd.blogspot.com

Menurut Dalman (2014, hlm. 3) menulis merupakan suatu kegiatan


berkomunikasi dalam bentuk penyampaian pesan (informasi) secara
tertulis kepada pihak lain dengan menggunkan bahasa tulis sebagai
alat
atau medianya.
Menurut Tarigan (2008, hlm. 3) memaparkan bahwa menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk
berkomunikasi dengan tidak adanya tatap muka secara langsung
dengan
pihak lain.
Adapun menurut Marwoto (Dalman, 2014
, hlm. 4) menjelaskan
bahwa menulis adalah mengungkapkan ide atau gagasannya dalam
bentuk karangan secara leluasa.
Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa menulis
adalah suatu kegiatan komunikasi tidak langsung yang dilakukan
untuk
menyampaikan
maksud tertentu dalam bentuk tulisan sebagai medianya.
2.
Tujuan Menulis
Setiap tulisan yang dituangkan dalam rangkaian kata
-
kata tentunya
memiliki tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh penulis tersebut.
Berikut dipaparkan beberapa tujuan menulis menu
rut Tarigan (2008,
hlm. 24) :
a.
Memberitahukan atau mengajar
b.
Meyakinkan atau mendesak
c.
Menghibur atau menyenangkan
d.
Mengutarakan/ mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi
-
api.

Adapun tujuan menulis menurut Hugo Hartig (Tarigan, 2008, hlm.


25) sebagai berikut :
a.
Tujuan persuasif (
persuasive purpose
)
Tulisan ini memiliki tujuan agar para pembaca yakin akan kebenaran
gagasan yang diutarakan oleh penulis.
b.
Tujuan informasi (
information purpose
)
Tulisan ini bertujuan agar pembaca mengetahui suatu informasi yang
disampaikan oleh penulis.
c.
Tujuan pemecahan masalah (
problem solving purpose
)
Dalam tulisan ini tujuan yang ingin disampaikan berupa pemecahan
masalah
atas apa yang terjadi. Penulis bermaksud menjelaskan
gagasan sendiri agar dapat dimengerti dan diterima oleh pembaca
melalui karya
-
karyanya.
d.
Tujuan altruistik (
altruistic purpose
)
Penulis bertujuan agar dapat menyenangkan pembaca melalui karya
-
karyanya den
gan menghindari kedukaan para pembaca.
e.
Tujuan pernyataan diri (
self exspressive
)
Melalui tulisannya, penulis bertujuan memperkenalkan dirinya kepada
pembaca.
f.
Tujuan kreatif (
creative purpose
)
Penulis bertujuan karya
-
karya yang dihasilkan mencapai nilai
-
nil
ai
artistik, mencakup nilai
-
nilai kesenian.
8
Reni
Febriyenti, 2015
PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI
UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
g.
Tujuan penugasan (
assignment purpose
)
Tujuan menulis karena ditugaskan, karena bukan atas kemauan
sendiri
umumnya terjadi pada siswa yang mendapatkan tugas untuk menulis
berbagai tulisan sesuai dengan yang diinst
rusikan oleh guru.
B.
Karangan deskripsi
1.
Pengertian Karangan Deskripsi
Istilah deskripsi berasal dari kata
descrebe
yang artinya menulis
tentang atau membeberkan suatu hal. Adapun definisi deskripsi
menurut
Finoza (Dalman, 2014, hlm. 93) yakni bentuk tulisan yang bertujuan
memperluas
pengetahuan
dan
pengalaman
pembaca
dengan
menggambarkan hakikat objek yang sebenarnya.
Suparno dan Yunus (Dalman, 2014, hlm. 94) mengatakan deskripsi
adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai
dengan
keadaan sebenarnya, sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat,
mendengar, merasakan, dan mencium) apa yang dilukiskan sesuai
dengan citra penulisnya.
Dari paparan yang telah dikemukakan di atas dapat diambil
kesimpulan bahwa karangan deskripsi adalah sebuah karangan yang
menggambarkan suatu objek hingga pembaca dapat mencitrai objek
tersebut. Pembaca dapat melukiskan sesuatu se
suai dengan keadaan
sebenarnya. Karangan deskripsi ini dapat memberikan kesan
terhadap
gambaran peristiwa yang dituangkan ke dalam ragam tulis.
2.
Langkah
-
langkah Menyusun Karangan
Berikut paparan Dalman (2014, hlm. 86) mengenai langkah
-
langkah menyusun kara
ngan :
a.
Menentukan tema, topik, dan judul
b.
Mengumpulkan bahan
c.
Menyeleksi bahan
d.
Membuat kerangka karangan
e.
Mengembangkan kerangka karangan
9
Reni
Febriyenti, 2015
PENERAPAN MODEL CONCEPT SENTENCE BERBANTUAN MEDIA GAMBAR BERSERI
UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
3.
Ciri
-
ciri Karangan Deskripsi
Menurut Dalman (2014, hlm. 94) terdapat beberapa ciri
-
ciri karangan
deskripsi yaitu :
a.
Deskripsi lebih memperlihatkan detail mengenai objek
b.
Deskripsi memberi pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi
pembaca
c.
Di sampaikan dengan gaya memikat dan dengan pemilihan kata yang
menggugah
d.
Memaparkan sesuatu yang dapat didengar, dirasa, dan dilih
at
Adapun ciri
-
ciri karangan yang baik menurut Keraf (Dalman, 2014,
hlm. 93) sebagai berikut :
a.
Berisi tentang perincian sehingga objeknya terbayang di depan mata
b.
Dapat menimbulkan kesan dan daya khayal pada pembaca
c.
Berisi penjelasan yang menarik minat ora
ng lain
d.
Menyampaikan sifat dan perincian wujud yang dapat ditemukan
dalam objek itu
e.
Menggunkaan bahasa yang hidup, kuat, dan semangat.
4.
Menulis Karangan Deskripsi di Kelas IV SD
Karangan deskripsi merupakan salah satu jenis karangan yang
harus dikuasai
oleh siswa. Karangan deskripsi telah diperkenalkan sejak
SD kelas IV. Dalam bidang tulis
-
menulis, karangan deskripsi merupakan
suatu karangan yang digunakan penulis untuk memindahkan kesan,
pengamatan, serta perasaannya untuk dapat disajikan kepada pada
pe
mbaca. Sasaran yang ingin dicapai oleh penulis deskripsi adalah
menciptakan suatu kemungkinan terbentuknya daya imajinasi pada
para
pembaca, seolah
-
olah pembaca mengalaminya sendiri.
Perencanaan pembelajaran yang tepat dan didukung oleh strategi
yang efekt
if, sangat diperlukan agar siswa memiliki pemahaman dan
keterampilan dalam menulis.

1. Henry Guntur Tarigan

Menurut Henry Guntur Tarigan, menulis merupakan kegiatan menuangkan ide ataupun
gagasan dengan memakai bahasa tuli sebagai media utama penyampainya.

2. Djago Tarigan

Menurut Djago Tarigan, menulis merupakan kegiatan mengekspresikan secara tertulis


berbagai macam ide, gagasan, perasaan, pendapat, ataupun pikiran.

3. Lado

Menurut Lado, pengertian menulis adalah aktivitas meletakkan simbol grafis yang mewakili
bahasa tertentu yang dimengerti oleh orang lain.

4. Heaton

Menurut Heaton, menulis merupakan salah satu keterampilan yang sukar dan kompleks yang
dikerjakan untuk menuangkan berbagai macam gagasan ataupun ide ke dalam bentuk tulisan.

5. Mc. Crimmon

Menurut Mc. Crimmon, menulis merupakan aktivitas menggali pikiran dan perasaan tentang
sebuah subjek, menentukan perihal yang akan ditulis, serta menetapkan teknik penulisannya
sehingga orang yang membaca tulisan tersebut dapat memahaminya dengan mudah.

6. Eric Gould, Robert DiYanni, William Smith

Menurut Eric Gould, Robert DiYanni, William Smith, menulis merupakan aktivitas kreatif.
Aktivitas menulis disebut kreatif karena memerlukan berbagai macam pemahaman dan juga
kemampuan merasakan sesuatu yang ingin kita tulis seperti peristiwa, pengalaman, ataupun
tulisan orang lain.

7. St. Y. Slamet

Menurut St. Y. Slamet, menulis merupakan sebuah aktivitas yang membutuhkan kemampuan
yang bersifat cukup kompleks.

8. Gebhardt dan Dawn Rodrigues

Menurut Gebhardt dan Dawn Rodrigues, pengertian menulis adalah salah satu hal paling
penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang bagus akan sangat
berpengaruh terhadap tingkat kesuksesan seseorang di sekolah baik dalam hal penulisan
laporan, penulisan proposal atau pun pengerjaan tugas di sekolah.

9. Barli Bram

Menurut Barli Bram, menulis dapat diartikan sebagai sebuah usaha yang dilakukan oleh
seseorang untuk membuat ataupun merombak tulisan yang telah ada sebelumnya.

10. M. Atar Semi

Menurut M. Atar Semi, menulis merupakan salah satu proses kreatif yang dilakukan dengan
jalan memindahkan berbagai macam gagasan atau pun ide ke dalam bentuk lambang-
lambang huruf yang berarti.

11. Burhan Nurgianto

Menurut Burhan Nurgianto, menulis merupakan aktivitas aktif yang produktif dalam
menghasilkan berbagai macam tulisan dengan menggunakan bahasa tertentu.

12. Prayogi

Menurut Prayogi, menulis merupakan aktivitas membuat tulisan dari berbagai macam sumber
baik sumber internal maupun sumber eksternal dengan menggunakan angka dan huruf
tertentu yang dapat dimengerti penulisnya dan juga oleh orang lain.

Itulah beberapa pengertian menulis menurut para ahli yang berkecimpung di dunia tulis
menulis. Semoga bermanfaat ya!

Menurut Erdina, dkk (2005: 5) fungsi menulis berdasarkan kegunaannya adalah sebagai
berikut :
a. Melukiskan yaitu penulis berusaha membuat suatu karangan dengan menggambarkan
atau mendeskripsikan tentang suatu hal, sehingga pembaca mempunyai gambaran yang jelas
tentang hal tersebut.
b. Memberi petunjuk yaitu penulis berusaha memberi petunjuk tentang cara-cara, aturan-
aturan untuk melaksanakan sesuatu, sehingga pembaca akan bekerja sesuai dengan petunjuk
tersebut. Fungsi demikian terdapat dalam buku-buku pedoman, resep dan sebagainya.
c. Memberitahukan yaitu dalam karangan penulis memberikan perintah, permintaan,
anjuran, nasihat, agar pembaca menjalankannya, atau larangan agar pembaca tidak
menjalankan perintahnya. Biasanya tulisan demikian disertai alasannya mengapa hal itu
boleh atau tidak boleh dilakukan.
d. Mengingat yaitu penulis mencatat peristiwa, keadaan, keterangan dan lain-lain, dengan
maksud agar hal tersebut terlupakan mungkin oleh penulis sendiri, mungkin pula oleh orang
lain. Fungsi demikian terdapat pada buku harian, memori, piagam dan lain-lain.
e. Berkoresponden yaitu penulis melaksanakan surat menyurat dengan orang lain. Ia
memberitahu, menanyakan, meminta atau memerintah sesuatu kepada orang yang dituju.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa menulis banyak


sekali fungsinya yang bermanfaat bagi kita pembaca. Fungsi menulis dalam pembelajaran
yang penulis lakukan adalah melatih siswa menulis karangan sederhana berdasarkan
kesesuaian isi dengan topik, kesistematisan isi, pilihan kata, keefektifan kalimat, penggunaan
EYD (huruf kapital, tanda titik dan tanda koma).
Siswa dituntut untuk menyesuaikan tulisan karangannyas sesuai dengan topik yang jelas, isi
yang istematis serta pilihan kata yang sesuai kalimatnya efektif dan mudah dipahami.
4. Manfaat menulis
Dalam sebuah makalahnya, Yus Rusyana mengungkapkan manfaat menulis sebagi berikut:
a. Mencatat sesuatu agar tidak mudah dilupakan
Kegiatan seperti ini yang paling umum dilakukam adalah membuat catatan pada agenda
harian, misalnya tentang acara kegiatan atau tentang garis besar suatu pembicaraan. Membuat
catatan seperti ini berguna mengatasi kemungkinan lupa atau kelupaan dan dapat dijadikan
dokumentasi yang dapat kita buka pada saat diperlukan.
b. Mencatat pikiran-pikiran
Masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan ini akan cepat teratasi apabila kita
mengetahui jelas pokok permasalahan yang dihadapi. Salah satu cara untuk menghadapi yaitu
dengan mencatat masalahnya dan hal-hal yang diperlukan untuk memecahkan masalah
tersebut.
Seorang ulama terkenal yaitu Imam Syafi’i mengatakan bahwa mencatat adalah alat untuk
mengikat ilmu atau bacaan. Sekiranya catatan tidak ada lalu kita lupa maka ilmu itu
lenyaplah dari diri kita.

c. Mencatat renungan-renungan
Dalam kehidupan, sering kita memaknai sesuatu dengan cara merenung. Dengan merenung
kita menyadari bahwa hidup ini bukanlah kesia-siaan. Renungan itu jangan dibiarkan hilang
dan dilupakan, karena itu tulislah sebuah renungan yang terlintas dalam benak kita.
d. Mencatat gagasan-gagasan
Pada waktu menemukan sebuah gagasan, catatlah gagasan tersebut untuk kita pikirkan lebih
lanjut dan kita laksanakan. Gagasan yang dibiarkan terlupakan tidak akan membuahkan
sesuatu sehingga kita kekeringan gagasan.
Selain manfaat menulis yang dikemukakan oleh Yus Rusyana, Sabarti Akhidaiyat (1996: 1-
20) mengemukakan beberapa manfaat penulisan sebagai berikut:
1) Dengan kegiatan menulis, kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita.
2) Dengan kegiatan menulis, kita dapat mengembangkan beberapa gagasan.
3) Dengan kegiatan menulis, kita dapat lebih banyak menyerap serta menguasai informasi
sehubungan dengan topik yang kita tulis.
4) Dengan kegiatan menulis, kita dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan
menganalisanya secara tersurat dalam konteks yang konkrit.

Demikian sajian materi yang dapat kami sampaikan mengenai pengertian, fungsi, dan
manfaat menulis, semoga dapat bermanfaat bagi anda semua, sekian dan terimakasih.

pengertian-pengertian |

Share on Facebook Twitter Google+

Berita :

Pengertian, Fungsi, dan Manfaat Menulis Menurut Para


Ahli

 Pengertian Ilmu Menurut Para AhliPengertian Ilmu Menurut Para Ahli- Pada
kesempatan kali ini, kami akan menguraikan materi mengenai vilsapat i ...

 Pengertian Budaya Menurut Para AhliPengertian Budaya Menurut Para Ahli- Pada
kesempatan kali ini, kami akan memberikan bahasan uraian mengenai ...

 Pengertian Desain Pembelajaran Menurut Para AhliPengertian Desain Pembelajaran


Menurut Para Ahli- Pada kesempatan ini, kami akan memberi bahasan materi menge ...

 Pengertian Bola Tangan Menurut Para pakar v\:* {behavior:url(#default#VML);} o\:*


{behavior:url(#default#VML);} w\:* {behavior:url(#default#VML);} . ...

0 Responses to “Pengertian, Fungsi, dan Manfaat Menulis Menurut Para


Ahli”

Post a Comment

Newer Post Older Post Home

Subscribe to: Post Comments (Atom)

Info Asyik

Artikel Kesukaan

 MAKNA PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN BESERTA CONTOHNYA


 Pengertian Pelanggaran HAM | Macam pelanggaran HAM | Contoh Pelanggaran Ham di
Indonesia
 CONTOH PROPOSAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA MELALUI TEKNIK
PERMAINAN BAHASA MELENGKAPI CERITA DI SEKOLAH DASAR
 Pengertian Pembelajaran Terpadu | Model-model Pembelajaran Terpadu
 MAKALAH PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA | TUGAS TERSRUKTUR
MATA KULIAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
 Contoh Proposal Penelitian Hubungan antara Disiplin Kerja dengan Prestasi Kerja
 Pengertian Disiplin Kerja dan Macam-Macam Disiplin Kerja

Tag Populer

Artikel Artikel Kesehatan Asmaul Husna cerpen Dunia Pendidikan Ilmu Kesehatan IPS Laporan
Makalah Manajemen Pendidikan Islam Penelitian pengertian-pengertian Pidato Proposal proposal
skripsi puisi anak Puisi Religi sastra sunda Silabus dan RPP Surat Syariat Islam Tips & Trik

© www.langkahpembelajaran.com | Privacy Policy | Disclaimer |

Nurjamal dalam Sumirat, Darwis (2011:69) mengemukakan bahwa menulis sebagai


sebuah keterampilan berbahasa adalah kemampuan seseorang dalam mengemukakan
gagasan, perasaan, dan pemikiran-pemikirannya kepada orang atau pihak lain dengan
menggunakan media tulisan.

Pendapat lain dikemukakan oleh Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat
diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai media penyampai.

Menurut Tarigan dalam Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) menulis berarti


mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan.

Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) juga mengungkapkan


pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan simbol grafis yang mewakili bahasa
yang dimengerti orang lain.

Tujuan dan Manfaat Menulis


a
Sedangkan pendapat lain dikemukakan oleh Hugo Harting (dalam Tarigan, 1994:24-
25) mengklasifikasikan bahwa tujuan penulisan, antara lain:

1. Tujuan penugasan (assingnment purpose);


2. Tujuan altruistik (altruistic purpose, tujuan persuasi (persuasive purpose);
3. Tujuan Persuasif (Persuassive Purpose);
4. Tujuan penerangan (informational purpose), tujuan penyataan (self-expressive
purpose);
5. Tujuan Pernyataan diri (Self expressive purpose);
6. Tujuan kreatif (creative purpose);
7. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose).

b. Manfaat Menulis
Manfaat menulis menurut Horiston dalam Darmadi (1996: 3-4), yaitu:
1. Kegiatan menulis adalah sarana untuk menemukan sesuatu, dalam artian dapat
mengangkat ide dan informasi yang ada di alam bawah sadar pemikiran kita.
2. Kegiatan menulis dapat memunculkan ide baru.
3. Kegiatan menulis dapat melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan
berbagai konsep atau ide yang kita milki.
4. Kegiatan menulis dapat melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang.
5. Kegiatan menulis dapat membantu diri kita untuk berlatih memecahkan beberapa
masalah sekaligus.
6. Kegiatan menulis dalam sebuah bidang ilmu akan memungkinkan kita untuk menjadi
aktif dan tidak hanya menjadi penerima informasi.

Kamus Lengkap Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa kata menulis berasal dari kata tulis.
Tulis adalah ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan
pena (pensil, cat, dan sebagainya). Menulis adalah membuat huruf, angka , dan sebagainya
dengan pena, pensil, cat, dan sebagainya melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat, dan sebagainya dengan tu-lisan. Selanjutnya menulis adalah menuangkan
gagasan, pendapat, perasaan, keingi-nan, dan kemauan, serta informasi ke dalam tulisan dan
kemudian “mengirimkannya” kepada orang lain (Syafi’ie,1998:45).

Selain itu, menulis juga merupakan suatu aktivitas komunikasi yang menggunakan bahasa
sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang terdiri atas rangkaian huruf yang bermakna
dengan semua kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga suatu proses
penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pen-dapat kepada pembaca dengan simbol-simbol
atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.

Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki seorang siswa untuk meng-hasilkan
tulisan yang baik. Syafi’ie (1988:45) mengemukakan bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1)
kemampuan untuk menemukan masalah yang akan ditulis, (2) ke-pekaan terhadap kondisi
pembaca, (3) kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan
bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan, dan (6) kemam-puan memeriksa tulisan.

Menulis berarti menyampaikan pikiran, perasaan, atau pertimbangan melalui tulisan. Alatnya
adalah bahasa yang terdiri atas kata, frasa, klausa, kalimat, paragraf, dan wacana. Pikiran
yang di-sampaikan kepada orang lain harus dinyatakan dengan kata yang mendukung makna
secara tepat dan sesuai dengan apa yang ingin dinyatakan. Kata-kata itu harus disusun secara
teratur dalam klausa dan kalimat agar orang dapat menangkap apa yang ingin disampaikan
itu. Makin teratur bahasa yang digunakan, makin mudah orang menang-kap pikiran yang
disalurkan melalui bahasa itu. Oleh karena itu, keterampilan menulis di sekolah sangatlah
penting.
Menurut Akhadiah dkk (1998:1.3) menulis adalah suatu aktivitas bahasa yang menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Tulisan itu sendiri atas rangkaian huruf yang bermakna dengan
segala kelengkapan lambang tulisan seperti ejaan dan pung-tuasi. Sebagai salah satu bentuk
komunikasi verbal (bahasa), menulis juga dapat dide-finisikan sebagai suatu kegiatan
penyampaian pesan dengan menggunakan tulisan sebagai mediumnya. Pesan adalah isi atau
muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Adapun tulisan merupakan sebuah sistem
komunikasi antarmanusia yang menggunakan simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat
dan disepakati pemakainya. Di dalam komunikasi tertulis terdapat empat unsur yang terlibat.
Keempat unsur itu adalah (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atu isi tulisan, (3)
saluran atau medium tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan.

Menulis pada hakikatnya adalah suatu proses berpikir yang teratur, sehingga apa yang ditulis
mudah dipahami pembaca. Sebuah tulisan dikatakan baik apabila memiliki ciri-ciri, antara
lain bermakna, jelas, bulat dan utuh, ekonomis, dan meme-nuhi kaidah gramatika.

Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan buah pikiran, ide,
gagasan, dengan mempergunakan rangkaian bahasa tulis yang baik dan benar. Kemampuan
menulis seseorang akan menjadi baik apabila dia juga memiliki: (a) kemampuan untuk
menemukan masalah yang akan ditulis, (b) kepekaan terhadap kondisi pembaca, (c)
kemampuan menyusun perencanaan penelitian, (d) kemampuan menggunakan bahasa
indonesia, (e) kemampuan memuali menulis, dan (f) kemam-puan memeriksa karangan
sendiri. Kemampuan tersebut akan berkembang apabila ditunjang dengan kegaiatan membaca
dan kekayaan kosakata yang dimilikinya.

Suatu tulisan pada dasarnya terdiri atas dua hal. Pertama, isi suatu tulisan menyampaikan
sesuatu yang inggin diungkapkan penulisnya. Kedua, bentuk yang merupakan unsur mekanik
karangan seperti ejaan, pungtuasi, kata, kalimat, dan alenia Akhadiah, (1997:13). Sementara
itu, WJS Poerwodarminto (1987:105) secara leksi-kal mengartikan bahwa menulis adalah
melahirkan pikiran atau ide. Setiap tulisan harus mengandung makna sesuai dengan pikiran,
perasaan, ide, dan emosi penulis yang disampaikan kepada pembaca untuk dipahami tepat
seperti yang dimaksud pe-nulis.

Pendapat lainnya menyatakan bahwa menulis adalah keseluruhan rangkaian kegiatan


seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada pembaca seperti yang dimaksud oleh pengarang. Agar komunikasi lewat lambang
tulis dapat tercapai seperti yang diharapkan, penulis hendaklah menuangkan ide atau
gagasannya kedalam bahasa yang tepat, teratur, dan lengkap. Dengan demikian, bahasa yang
dipergunakan dalam menulis dapat menggambarkan suasana hati atai pikiran penulis.
Sehingga dengan bahsa tulis seseorang akan dapat menuang-kan isi hati dan pikiran.
Kata keterampilan berbahasa mengandung dua asosiasi, yakni kompetensi dan performansi.
Kompetensi mengacu pada pengetahuan konseptual tentang sistem dan kaidah kebahasan,
sedangkan performansi merujuk pada kecakapan menggunakan sistem kaidah kebahasaan
yang telah diketahui untuk berbagai tujuan penggunaan komunikasi. Seseorang dikatakan
terampil menulis apabila ia memahami dan mengaplikasikan proses pegungkapan ide,
gagasan, dan perasaan dalam bahasa Indonesia tulis dengan mempertimbangkan faktor-faktor
antara lain ejaan dan tata bahasa, organisasi/ susunan tulisan, keutuhan (koherensi), kepaduan
(kohesi), tujuan, dan sasaran tulisan.

B.Menulis sebagai Suatu Proses

Pembelajaran menulis sebagai suatu proses di sekolah dasar mengisyaratkan kepada guru
untuk memberikan bimbingan nyata dan terarah yang dapat meningkat-kan kemampuan
menulis siswa. Hal ini dilakukan guru melalui tahap-tahap proses menulis, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan (pramenulis, menulis, pasca-menulis), dan evaluasi.

Kegiatan menulis merupakan keterampilan mekanis yang dapat dipahami dan dipelajari.
Menulis sebagai suatu proses terdiri atas beberapa tahapan. Tompkins (1994) dan Ellis dkk.
(1989) menguraikan lima tahapan menulis, yaitu pra-menulis, pengedrafan, perbaikan,
penyuntingan, dan publikasi. Pada pramenu-lis, siswa diberi kesempatan menentukan apa
yang akan ditulis, tujuan menulis, dan kerangka tulisan. Setelah siswa menentukan apa yang
akan ditulis dan siste-matika tulisan, siswa mengumpulkan bahan-bahan tulisan dengan
menggunakan buku-buku dan sumber lainnya untuk memudahkan dalam penulisan. Pada
penge-drafan, siswa dibimbing menuangkan gagasan, pikiran, dan perasaannya dalam bentuk
draf kasar. Pada tahap perbaikan, siswa merevisi draf yang telah disusun. Siswa dapat
meminta bantuan guru maupun teman sekelas untuk membantu dan mempertimbangkan
gagasan yang dikemukakan. Pada tahap penyuntingan, siswa dilatih untuk memperbaiki
aspek mekanik (ejaan, tanda baca, pilihan kata, dan struktur kalimat) yang tidak sesuai
dengan kaidah penulisan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki karangan sendiri maupun
teman sekelas. Pada tahap publikasi, siswa menyampaikan tulisan kepada teman sekelas
untuk meminta masukan dari guru dan teman sekelas agar mereka dapat berbagi informasi
sehingga tulisan menjadi sempurna.

Siswa menjadi partisipan aktif dalam seluruh tahapan menulis proses: pra-menulis,
pengedrafan, perbaikan, dan penyuntingan sehingga siswa memahami betul apa yang
ditulisnya. Ketika menentukan topik yang akan ditulis, di benak siswa tergambar sejum-lah
informasi yang akan ditulis. Informasi yang tersimpan di benak siswa dituang-kan dalam
sebuah tulisan dengan bantuan guru dan teman sekelas. Ketika menulis, siswa bebas
mengungkapkan gagasan dengan cara menghubungkankalimat seca-ra utuh dan padu
membentuk sebuah paragraf serta menuangkannya pada tulisan. Siswa menggunakan bahan-
bahan pustaka untuk mendukung tulisannya dan berdiskusi dengan guru dan teman sekelas
apabila ada bahan tulisan yang kurang jelas.

C.Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Menulis mempunyai empat tujuan, yaitu
untuk mengekpresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca, mempersuasi pembaca,
dan untuk meng-hasilkankarya tulis.

Jenis tulisan menurut tujuan menulis sebagai berikut.

1)Narasi yakni karangan/tulisan ekspositoris maupun imajinatif yang secara spesifik


menyampaikan informasi tertentu berupa perbuatan/tindakan yang terjadi dalam suatu
rangkaian waktu.

2)Deskripsi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang


situasi dan kondisi suatu lingkungan (kebendaan ataupun kemanusiaan).

Penyampaiannya dilakukan secara objektif, apa adanya, dan terperinci.

3)Ekposisi yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang


sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan de-ngan tujuan
menjelaskan, menerangkan, dan menguraikan sesuatu hal sehingga pengetahuan
pendengar/pembaca menjadi bertambah.

4)Argumentatif yakni karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan infor-masi


tentang sesuatu hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilaku-kan dengan tujuan
mempengaruhi, memperjelas, dan meyakinkan.
5)Persuasif:karangan/tulisan yang secara spesifik menyampaikan informasi tentang sesuatu
hal (faktual maupun konseptual). Penyampaiannya dilakukan dengan tu-

juan mempengaruhi, meyakinkan, dan mengajak

D.Manfaat Menulis

Graves (dalam Akhadiah dkk., 1998:1.4) berkaitan dengan manfaat menulis mengemukakan
bahwa: (1) menulis menyumbang kecerdasan, (2) menulis mengem-bangkan daya inisiatif
dan kreativitas, (3) menulis menumbuhkan keberanian, dan (4) menulis mendorong kemauan
dan kemampuan mengumpulkan informasi.

1)Menulis Mengasah Kecerdasan

Menulis adalah suatu aktivitas yang kompleks. Kompleksitas menulis terletak pada tuntutan
kemampuan mengharmonikan berbagai aspek. Aspek-aspek itu meli-puti (1) pengetahuan
tentang topik yang akan dituliskan, (2) penuangan pengetahuan itu ke dalam racikan bahasa
yang jernih, yang disesuaikan dengan corak wacana dan kemampuan pembacanya, dan (3)
penyajiannya selaras dengan konvensi atau aturan penulisan. Untuk sampai pada
kesanggupan seperti itu, seseorang perlu memiliki kekayaan dan keluwesan pengungkapan,
kemampuan mengendalikan emosi, serat menata dan mengembangkan daya nalarnya dalam
berbagai level berfikir, dari tingkat mengingat sampai evaluasi.

2)Menulis Mengembangkan Daya Inisiatif dan Kreativitas

Dalam menulis, seseorang mesti menyiapkan dan mensuplai sendiri segala sesuatunya.
Segala sesuatu itu adalah (1)unsur mekanik tulisan yang benar seperti pungtuasi, ejaan, diksi,
pengalimatan, dan pewacanaan, (2) bahasa topik, dan (3) pertanyaan dan jawaban yang harus
diajukan dan dipuaskannya sendiri. Agar hasilnya enak dibaca, maka apa yang dituliskan
harus ditata dengan runtut, jelas dan menarik.

3)Menulis Menumbuhkan Keberanian


Ketika menulis, seorang penulis harus berani menampilkan kediriannya, ter-masuk
pemikiran, perasaan, dan gayanya, serta menawarkannya kepada publik. Kon-sekuensinya,
dia harus siap dan mau melihat dengan jernih penilaian dan tanggapan apa pun dari
pembacanya, baik yang bersifat positif ataupun negatif.

4)Menulis Mendorong Kemauan dan Kemampuan Mengumpulkan Informasi

Seseorang menulis karena mempunyai ide, gagasan, pendapat, atau sesuatu hal yang
menurutnya perlu disampaikan dan diketahui orang lain. Tetapi, apa yang disampaikannya itu
tidak selalu dimilikinya saat itu. Padahal, tak akan dapat me-nyampaikan banyak hal dengan
memuaskan tanpa memiliki wawasan atau pengeta-huan yang memadai tentang apa yang
akan dituliskannya. Kecuali, kalau memang apa yang disampaikannya hanya sekedarnya.

Kondisi ini akan memacu seseorang untuk mencari, mengumpulkan, dan me-nyerap
informasi yang diperlukannya. Untuk keperluan itu, ia mungkin akan membaca, menyimak,
mengamati, berdiskusi, berwawancara. Bagi penulis, pemero-lehan informasi itu
dimaksudkan agar dapat memahami dan mengingatnya dengan baik, serta menggunakannya
kembali untuk keperluannya dalam menulis. Implikasi-nya, dia akan berusaha untuk menjaga
sumber informasi itu serta memelihara dan mengorganisasikannya sebaik mungkin. Upaya ini
dilakukan agar ketika diperlukan, informasi itu dapat dengan mudah ditemukan dan
dimanfaatkan. Motif dan perilaku seperti ini akan mempengaruhi minat dan kesungguhan
dalam mengumpulkan infor-masi serta strategi yang ditempuhnya.

Menulis banyak memberikan manfaat, di antaranya (1) wawasan tentang topik akan
bertambah, karena dalam menulis berusaha mencari sumber tentang topik yang akan ditulis,
(2) berusaha belajar, berpikir, dan bernalar tentang sesuatu misalnya menjaring informasi,
menghubung-hubungkan, dan menarik simpulan, (3) dapat menyusun gagasan secara tertib
dan sistematis, (4) akan berusaha menuangkan gagasan ke atas kertas walaupun gagasan yang
tertulis me-mungkinkan untuk direvisi, (5) menulis memaksa untuk belajar secara aktif, dan
(6) menulis yang terencana akan membisakan berfikir secara tertib dan sistematis.

E.Prinsip Menulis

Keterampilan menulis merupakansatu keterampilan yang ditunjukkan oleh siswa bahwa ia


bukan buta aksara. Pelatihan menulis menyibukan para siswa belajar bahasa. Semua ulangan
selalu dinyatakan dalam bentuk tulis. Walaupun demikian, para guru masih mengeluhkan
bahwa masih ada siswa tidak mempunyai keterampilan menulis.

Menurut Parera dan Tasai (1995:14) mengemukakan bahwa untuk dapat me-netralisir
keluhan para guru bahasa, maka perlu diingatkan mereka dua fakta. Fakta yang pertama
banyak sekali orang pandai sangat lemah dalam keterampilan menulis, fakta kedua, hanya
sekelompok kecil orang yang dapat menulis dengan baik setelah lama berlatih di sekolah dan
di luar sekolah. Walaupun demikian keterampilan menulis merupakan satu keterampilan yang
harus diajarkan dan perhatikan dalam pembelajaran bahasa meskipun dalam bentuk
sederhana.

Selanjutnya menurutRivers dalam Parera dan Tasai (1995:15) mengemuka-kan keterampilan


menulis merupakan satu kebiasaan yang elegan dari para elite terdidik. Oleh karena itu,
tujuannya tidak akan tercapai untuk tingkat sekolah me-nengah ke bawah. Keterampilan
menulis menuntut penguasaan bahasa yang tinggi yang mungkin tidak dikuasai oleh semua
orang. Untuk memenuhi keterampilan menulis yang baik jenjang menulis perlu
diperhatikan.Belajar keterampilan menulis dilakukan secara berjenjang.

Beberapa jenjang untuk keterampilan menurut Parera dan Tasai (1995:15) adalah: (1)
menyalin naskah dalam bahasa, (2) menuliskan kembali/mereproduksi apa yang telah
didengar dan dibaca, (3) melakukan kombinasi antara apa yang telah dihafal dan didengar
dengan adaptasi kecil, (4) menulis terpimpin, dan (5)menyusun karangan atau komposisi
dengan tema, judul, atau topik pilihan siswa sendiri.

Pembelajaran menulis dalam bahasa Indonesia tidak dapat dilepaskan dari pembelajaran
membaca. Pembelajaran menulis merupakan pembelajaran ke-terampilan penggunaan bahasa
Indonesia dalam bentuk tertulis. Keterampiln menulis adalah hasil dari keterampilan
mendengar, berbicara, membaca. Menurut Pirera dan Tasai (1995:27) mengemukakan prinsip
prinsip menulis adalah: (1) menulis tidak da-pat dipisahkan dari membaca. Pada jenjang
pendidikan dasar pembelajaran menulis dan membaca terjadi secara serempak, (2)
pembelajaran menulis adalah pembelajaran disiplin berpikir dan disiplin berbahasa, (3)
pembelajaran menulis adalah pembel-ajaran tata tulis atau ejaan dan tanda baca bahasa
Indonesia, dan (4) pembelajaran menulis berlangsung secara berjenjang bermula dari
menyalin sampai dengan menulis ilmiah.

Berdasarkan perinsip-prinsip pembelajaran menulis tersebut, maka alternatif pembelajaran


menulis adalah sebagai berikut: (1) menyalin, (2) menyadur, (3) mem-buat ikhtisar, (4)
menulis laporan, (5) menyusun pertanyaan angket dan wawancara, (6) membuat catatan, (7)
menulis notulen, (8) menulis hasil seminar, pidato, dan laporan, (9) menulis surat yang
berupa : ucapan selamat, undangan, pribadi, dinas, perjanjian, kuasa, dagang, pengaduan,
perintah, pembaca, memo, dan kawat (telegram), (10) menulis poster dan iklan, (11) menulis
berita, (12) melanjutkan tulisan, (13) mengubah, memperbaiki, dan menyempurnakan , (14)
mengisi formulir yang terdiri dari: wesel dan cek, (15) menulis kuitansi, (16) menulis riwayat
hidup, (17) menulis lamaran kerja, (18) menulis memorandum, (19) menulis proposal/usul
penelitian, (20) menulis rancangan kegiatan, (21) menulis pidato/sambutan, (22) menulis
naskah, (23) menyusun formulir, (24) membentuk bagan, denah, grafik, dan tabel, dan (25)
menulis karya ilmiah.

F.Aspek Menulis Karangan

Pengetahuan tentang aspek-aspek penting dalam menulis perlu dikuasai pula oleh siswa.
Sebab dengan penguasaan itu siswa dapat mengetahui kekurangan dan kesalahan suatu
karangan. Badudu (1992:17) mengemukakan yang perlu diperhatikan dalam menulis, yaitu
(1) menggunakan kata dalam kalimat secara tepat makna, (2) menggunakan kata dengan
bentuk yang tepat, (3) menggunakan kata dalam distribusi yang tepat, (4) merangkaikan kata
dalam frasa secara tepat, (5) menyusun klausa atau kalimat dengan susunan yang tepat, (6)
merangkaikan kalimat dalam kesatuan yang lebih besar (paragraf) secara tepat dan baik, (7)
menyusun wacana dari paragraf-paragraf dengan baik, (8) membuat karangan (wacana)
dengan corak tertentu, deskripsi, narasi, eksposisi, persuasi, argumentasi, (9) membuat surat
(macam-macam surat), (10) menyadur tulisan (puisi menjadi prosa), (11) membuat laporan
(penelitian, pengalaman, dan sesuatu yang disaksikan), (12) mengalihkan kalimat (aktif
menjadi pasif dan sebaliknya, kalimat langsung menjadi kalimat tak langsung), (13)
mengubah wacana ( wacana percakapan menjadi wacana cerita atau sebaliknya).

1)Jenis-jenis Mengarang

Pelajaran mengarang menurut Moeljono (1976:89) macamnya adalah (1) mengarang surat,
(2) mengarang cerita non fiksi, (3) mengarang cerita fiksi, (4) mengarang lukisan keadaan,
(5) menulis berita aktual, (6) mengarang puisi, (7) mengarang esay, dan (8) mengarang
naskah drama.

(1)Mengarang Surat
Surat merupakan bentuk percakapan yang disajikan secara tertulis. Perbedaannya dengan
percakapan biasa ialah karena dalam surat jawaban orangyang diajak berbicara tidak dapat
diterima secara langsung. Oleh karena itu bentuk bahasa dalam surat dapat dikatakan
mengarah-arah pada bahasa percakapan biasa.

Pada garis besarnya surat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: (1) surat
kekeluargaan dan (2) surat dinas. Yang dimaksud dengan surat kekeluargaan ialah surat yang
dikirim dari dan kepada keluarga atau kenalan. Bentuk dan pemakaian bahasa dalam surat
kekeluargaan sangat bebas, tidak terlalu terikat oleh pedoman yang tertentu.. sedangkan surat
dinas ialah surat yang dikirimkan dari dan kepada jawatan, lembaga atau organisasi secara
resmi. Bentuk dan bahasa dalam surat dinas biasanya terikat oleh pedoman dan tatatulis
tertentu.

(2)Mengarang Cerita Non Fiksi

Yang dimaksud dengan cerita non fiksi ialah cerita tentang sesuatu yang ada/terjadi sungguh-
sungguh. Karangan non cerita fiksi menuliskan cerita yang berhibungan hal-hal yang ada di
sekitarnya atau peristiwa-peristiwa yang terjadi di lingkungannya. Dengan demikain
mengarang cerita non fiksi ialah menulis apa saja yang dilihat, apa saja yang diketahui, dan
apa saja yang dialami.

(3)Mengarang Cerita Fiksi

Yang dimaksud dengan mengarang cerita fiksi ialahmengarang cerita berdasarkan atas buah
rekaan atau angan-angan saja. Cerita ini akan berupa suatu cerita pendek, fragmen, atau
sekedar lamunan mengarang saja. Oleh karena itu dasarnya adalah buah rekaan, maka cerita
ini dapat mempunyai nilai (1) membiasakan untuk mengisi waktu senggang dengan lamunan
yang produktif,(2) menghidupkan fantasi dan daya kreasi, dan (3) mengembangkan bakat
mengarang.

(4)Mengarang Lukisan Keadaan


Yang dimaksud mengarang lukisan keadaan ialah karangan yang menggambarkan suatu
situasi secara tepat dengan menggunakan alat bahasa. Tujuan mengarang lukisan keadaan
ialah membiasakan untuk menggambarkan sesuatu dengan pengamatan secra telitimelalui
kata-kata secara tepat. Karangan lukisan keadaan didasarkan atas suatu kenyataan. Karean
sebagai suatu lukisan, maka kemampuan mengimajinasikan kenyataan dalam bahasa yang
indah dan mampu menyentuh perasaan sangat diperlukan. Oleh karena itu karangan yang
berupa lukisan keadaan mengarah kepadagaya bahasa puisi atau prosa liris.

(5)Menulis Berita Aktual

Yang dimaksud menulis berita aktual ialah menyampaikan terjadinya suatu peristiwa dengan
cara menuliskannya menurut tata tulisberita yang telah lazim dipergunakan dalam
persuratkabaran. Jadi berita aktual ialahsuatu kejadian yang penting yang disampaikan oleh
seseorang untuk orang banyak secara tertulis.

Tujuan menulis berita aktual ialah (1) membiasakan agar dapat menyampaikan peristiwa
yang penting secara lengkap dan teratur dengan gaya bahasa yang tepat dan (2)
mengembangkan bakat kewartawanan.

(6)Mengarang Puisi

Puisi merupakan hasil ciptaan yang singkat dan padat. Manfaat mengarang puisi ialah (1)
menyalurkan dorongan melahirkan perasaanyang kuat, yang pada umumnya yang terdapat
pada diri masing-masing, (2)memberika latihan mengungkapkan perasan dengan lambang-
lambang kata yang tepat, yang berarti melatih kemampuan berbahasa, (3) mengajar memberi
kesibukan yang berguan untuk mengisi waktu senggang dengan kepandaiannya, (4) mencoba
secara tidak langsung memahami keadaan yang barang kali dapat dipergunakan untuk
menolong memecahkan kesulitan yang dihadapi, dan (5) membantu memperkembangkan
bakat.
(7)Mengarang Esai

Yang dimaksud dengan esai ialah karangan tentang suatu masalah yang pada suatu saat
menarik perhatian seseorang penulis. Esai dapat mengenai masalah ilmu
pengetahuan,keagamaan, filsafat, kebudayaan, kesenian, politik, dan masalah sosial. Tujuan
mengarang esai ialah membiasakan untuk mampu menanggapi suatu masalah yang pada
suatu saat menarik perhatian orang.

(8)Mengarang Naskah Pidato

Yang dimaksud dengan pidato ialah berbicara di hadapan publik, yang ditujukan kepada
seseorang, sekelompok orang, atau kepada publik itu sendiri. Suatu piadato yang resmi
memerlukan persiapan. Oleh karena itu pidato disiapkan secara tertulis. Selanjutnya untuk
melatih menyusun naskah pidato perlu memperhatikan pidato yang akan disampaikan.
Berdasarkan yang disampaikan pidato dibedakan antara lain: (1) pidato penjelasan, (2) pidato
sambutan, (3) pidato laporan, dan (4) pidato keilmuan.

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, M. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:


Depdikbud.

Akhadiah, S., Maidar, G.A., dan Sakura, H.R. 1989. Pembinaan Kemampuan Menu-lis
Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta:
Depdikbud-Dikti

Keraf, G. 1997. Komposisi. Ende Flores Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah.

Kosasih, E. 2002. Kompetensi Ketatabahasaan: Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung:


Yrama Widya.

Musaba, Z. 1994. Terampil Menulis dalam Bahasa Indonesia yang Benar. Banjarmasin:
Sarjana Indonesia.

Soedjito dan Hasan, M. 1986. Seri Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Malang: Tanpa
Penerbit

Spandel, V. and Stigginis, R. J. 1990. Creating Writers. London: Longman.

Suparno. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Depdiknas-UT

Syafi’ie, I. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud.


Tarigan, H.G. 1987. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

Melakukan teknik menulis buku, hasratnya


menyenangkan di awal. Ketika penulis mulai merasa
kehabisan waktu dan bahan, bisa saja mereka menyerah.
Bagi orang yang pernah mempunyai hasrat untuk melakukan teknik menulis buku, pasti
mereka akan membayangkan apa yang terjadi setelah mereka membukukan tulisannya.
Apakah buku bakal laris? Lalu menjadi terkenal? Banyak uang karena tulisan? Atau cukup
kepuasaan hati yang tersampaikan. Apapun itu, pasti ada saat dimana penulis mulai
mengandai-andai hasil yang akan didapat. Hal ini bukanlah sesuatu yang aneh, malah justru
hal ini cukup manusiawi dan secara alamiah manusia pasti akan melakukannya. Tidak ada
satu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia dengan tanpa ekspetasi. Ekspetasi itulah yang
akan menjadi tolak keberhasilan manusia dalam suatu pekerjaan, termasuk menulis.

Namun, ekspetasi yang besar terkadang justru dapat menghentikan seseorang penulis yang
melakukan teknik menulis di tengah-tengah proses menulisnya. Hal ini disebabkan karena
penulis pemula kadang kala ragu akan teknik menulis. Apakah akan membantunya untuk
mencapai ekspetasinya? Atau justru merusaknya? Sikap yang tidak bersyukur atas
pekerjaannya sendiri inilah yang seringkali membuat para pemula minder. Keputusasaan ini
juga seringkali disebabkan oleh teknik menulis yang tidak matang. Matang dalam hal ini juga
bukan berarti harus mengambil segala referensi untuk menulis dari sumber-sumber ilmiah.
Tetapi, matang dalam hal ini lebih kepada pematangan mental menulis yang wajib diciptakan.
Oleh karena itu, saatnya para penulis pemula berkenalan dengan trio teknik menulis ini!

On The Mood

Strategi menulis on the mood adalah strategi menulis disaat kita sedang on the mood alias
ketika kita sedang ingin sekali menulis. Ibarat suka-suka gue, kita menulis ketika kita ingin
saja. Ketika kita sedang banyak pekerjaan diluar itu, tinggalkan menulis. Bahkan, ketika
sedang malas untuk menulis, jangan menulis! Meninggalkan pekerjaan menulis disini bukan
berarti ketika kita tidak mood kita boleh untuk menyerah, namun lebih kepada kebutuhan dan
keinginan saja. Mungkin saja saat itu kita sedang sedih, berduka, bad mood, jenuh, capek,
mau tidak mau pikiran tersebut pasti akan menggangu kita untuk berpikir lebih jernih.

Sebaliknya, saat kita sedang benar-benar on the mood, seakan tidak ada yang dapat
menghentikan kita. Sebab, saat itulah segala inspirasi yang selama ini tertupi oleh perasaan-
perasaan negatif, mulai bangun dari mereka. Bahkan pada beberapa kasus, on the mood juga
dapat memberikan ide baru dalam menulis. Namun, ketika hasrat kita mulai turun lagi setelah
menulis beberapa kalimat, maka tinggalkanlah pekerjaan menulis. Itulah konsep dari strategi
menulis on the mood.

Sayangnya, strategi menulis on the mood tidak begitu disukai oleh beberapa orang. Hal ini
disebabkan, strategi semacam ini dapat memicu kemalasan menulis. Kemalasan itu pula juga
bisa jadi dilahirkan oleh sikap menunggu on the mood, supaya mudah mendapatkan inspirasi.
Apalagi setelah berbulan-bulan berlalu, inspirasi tak kunjung datang. Namun tetap saja, setiap
orang memiiki tipikal yang berbeda-beda. Bisa jadi penulis hebat terlahir dari strategi
menulis on the mood.

Let It Flow

Perlu digarisbawahi ‘let it flow’ bukanlah ‘let it go’, karena teknik menulis yang satu ini
bukanlah untuk ditinggalkan kalau sudah bosan. Justru strategi ini sering banyak digunakan
oleh penulis pemula untuk menjadi penulis yang lebih hebat. Strategi ini juga sering
digunakan pada proses free writing seperti pada artikel saya sebelumnya. Seperti alir yang
mengalir, dari hulu menuju hilir, air tak pernah berhenti mencari jalan yang lebih rendah dari
titik awal. Contohnya, kita dapat menulis tentang universitas, lalu ke kampus, terus ke
kehidupan kampus, ada dosen, ada mahasiswa, itulah cara kita mengalirkan tulisan kita.

Seseorang yang tidak menulis ataupun berhenti, menurut Ahmadi (2015:71) disebabkan oleh
satu faktor yait rasa takut. Rasa takut dalam kasus ini adalah perasaan takut akan kesalahan.
Seorang penulis pemula terkadang takut untuk memulai karena takut melakukan kesalahan.
Padahal, secara logika, seseorang akan benar-benar melakukan kesalahan jika orang itu tidak
pernah berani untuk mencoba. Ibarat kata, menyerah sebelum perang menjadi kalah sebelum
perang. Orang semacam ini juga dijabarkan sebagai orang yang membelenggu potensi
pribadinya oleh ketakutan.

Oleh karena itu, buanglah pikiran benar salah dalam strategi ini. Yang terpenting menulislah
selagi mampu, dan alirkanlah selagi menulis. Perkara nanti tulisan kita benar ataupun salah
secara tata bahasa sampai kontekstualitas, cukup kita skip dulu pemikiran semacam itu.

Eat-Write-Repeat

Bahasa mudah dari teknik menulis eat-write-repeat adalah ngemil sembari melakukan teknik
menulis buku. Mungkin banyak dari kita yang tidak percaya menulis sembari ngemil tidak
akan berpengaruh banyak. Jangan salah! Justru dengan ngemil kita dapat mendapatkan
inspirasi baru. Ada istilah populer dikalangan muda yang berbunyi “you are what you eat”
(Anda adalah apa yang Anda makan). Maksudnya, hal-hal apa yang ada dalam diri kita
dipengaruhi oleh apa yang kita makan. Tidak terkecuali inspirasi menulis. Jika masih tidak
percaya, cobalah Anda menulis sesuatu setelah memakan makanan yang paling Anda tidak
sukai, dan beritahu hasilnya.

Berdasarkan dari hal itu, sekarang cobalah untuk menulis sembari ngemil. Belilah cemilan
yang sekiranya enak lalu mulailah teknik menulis. Misalkan Anda suka kripiki kentang rasa
balado, cobalah nikmati secara perlahan apa yang anda rasa sembari berpikir tentang inspirasi
untuk tulisan Anda. Seringkali, ada satu makanan yang kita tak tega unutk menghabiskannya
dengan cepat, kita memakannya secara perlahan. Sebenarnya cara ini juga dapat
menjadi mood booster untuk penulis agar dapat menaikkan mood menjadi on the mood. Setali
tiga uang, kita dapat melakukan dua bahkan tiga strategi sekaligus secara otomatis, dengan
menulis sembari ngemil.

Tiga strategi melakukan teknik menulis buku yang telah dijelaskan adalah cara paling mudah
dan menyenangkan dalam melakukan teknik menulis buku. Terutama dalam mengawali
proses menulis, kita tidak perlu terpaku dengan hal-hal yang memberatkan pikiran kita
dahulu. Cukup awali dengan sesuatu yang menyenangkan untuk memulai hal besar. Semoga
bermanfaat dan selamat menulis!

[Mas Aji Gustiawan]

Referensi:

Ahmadi, Anas. 2015. Psikologi Menulis. Yogyakarta: Penerbit Ombak

https://penerbitdeepublish.com/teknik-menulis-b50/

Menulis bukan hanya kegiatan mengetik di depan komputer atau mencorat-coret kata di atas
kertas. Kegiatan menulis sebenarnya dimulai jauh sebelum itu.

Menulis adalah kegiatan menyeluruh mulai dari mengumpulkan ide, menangkap ide,
melakukan riset untuk memperkuat ide sampai pada menuliskan menjadi sebuah tulisan
hingga akhirnya selesai menjadi sebuah karya kreatif. Menulis adalah kegiatan kreatif untuk
menghasilkan karya. Itu kalimat awal yang disampaikan oleh Dee Lestari dalam acara
Talkshow Menulis Kreatif di kampus Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Sabtu (14 Mei
2016).

Dalam acara tersebut, Dee Lestari menceritakan pengalaman-pengalamannya selama menulis,


karya-karyanya seperti Supernova dan Filosofi Kopi, dan strategi-strategi dalam menulis.

Pesan-pesan yang disampaikan oleh Dee Lestari tidak hanya memberikan tip dan trik dalam
menulis, tetapi juga memberikan semangat baru bagi peserta talkshow. Dalam tulisan ini,
saya ingin menyampaikan beberapa hal yang sempat saya rekam tentang strategi menulis dari
Dee Lestari.

Pertama adalah ide. Ide adalah sesuatu yang sangat penting dalam menulis. Biasanya kita
mencari-cari ide dan seringkali kita mengatakan kita tidak menemukan ide untuk menulis.
Menurut Dee, ide itu sudah ada di sekitar kita. Jumlahnya tidak terbatas. Tinggal bagaimana
"sensitivitas" kita untuk menangkap ide yang sebenarnya sangat dekat dengan diri kita.

Untuk mendapatkan sensitivitas ini, kita tidak boleh membuang-buang ide yang sempat
muncul di otak kita. Setiap ide harus kita tulis dan simpan. Itu semua akan menjadi tabungan
ide yang siapa tahu nanti akan menjadi karya ketika ada pemantik yang tepat.
Kedua adalah "visual dramatik" atau "visual drama". Ini penting bagi penulis fiksi. Visual
drama ini adalah sebuah bayangan drama dari kejadian-kejadian yang kita alami. Orang yang
memiliki visual drama yang baik, akan melihat hal yang orang lain anggap biasa menjadi luar
biasa.

Kadang-kadang hal-hal yang biasa seperti memasak bisa menjadi ide cerita yang baik bila
kita bisa mempunyai visual drama. Dee mengatakan bahwa kemampuan visual drama ini
sangat dipengaruhi oleh sensitivitas menangkap ide dari lingkungan sekitar dan kemampuan
untuk "riset".

Ketiga adalah "riset". Ide yang sudah ditangkap tidak akan menjadi sebuah karya tulis bila
tidak disertai riset yang memadai. Riset ini adalah proses mencari informasi tentang apa-apa
saja yang kita butuhkan untuk melengkapi cerita kita. Misalkan kita ingin menceritakan
tentang suasana kota, kita harus mampu menceritakan hal-hal yang ada di kota itu seperti
cuaca, angin, aroma dan lainnya.

Dengan adanya riset ini, kita bisa menuangkan ide ke dalam cerita, kita akan mampu
membuat pembaca seolah-olah berada di tempat atau lingkungan yang kita ceritakan. Riset
ini bisa dilakukan dengan mencari informasi dari internet, referensi, wawancara dengan orang
yang tahu atau langsung berada di lingkungan secara langsung.

Keempat adalah "penokohan". Dalam fiksi, penokohan adalah hal yang sangat
mempengaruhi keberhasilan sebuah karya tulis. Tokoh di dalam fiksi merupakan corong bagi
penulis untuk menyampaikan pesan di dalam karyanya.

Dee merasa terganggu bila sosok penulis muncul di dalam karyanya untuk menyampaikan
pesan, karena tugas penyampai pesan ada di tangan tokoh. Pemilihan tokoh ini bisa jadi
diambil dari lingkungan sekitar penulis, sehingga penulis lebih mudah untuk mengenal tokoh
dan menguatkannya.

Kelima adalah "selesai". Menurut Dee, tulisan yang selesai adalah sebuah kebanggaan bagi
seorang penulis. Menyelesaikan sebuah tulisan ini menjadi tugas utama dari penulis.
Mengenai hasilnya baik atau tidak, tidak apa-apa. Itu bisa diperbaiki. Tulisan yang selesai,
bagaimanapun itu, itu adalah sebuah karya kreatif yang sangat berharga bagi penulis. Bisa
jadi apa yang menurut penulis biasa saja, pembaca justru menganggapnya luar biasa.

Dengan lima hal ini, setidaknya kita bisa mulai menulis. Menulis dan menulis. Melatih dan
menambah pengalaman. Meningkatkan sensitivitas untuk menangkap ide dan mengolahnya
menjadi sebuah karya tulis. Setidaknya kita bisa mencoba.

Ditulis oleh: Ki Suki

http://www.kompasiana.com/angindarisaga/mempelajari-strategi-menulis-dari-dee-
lestari_573ddbdb527a61a90963f0c3

Pengertian Menulis
Ilustrasi Menulis
Menulis dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis sebagai media penyampai (Tarigan, 1986:15). Menurut Djago Tarigan menulis
berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran dan perasaan
(Sumarno, 2009:5).

Sumarno (2009:5) juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan


simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.

Menulis dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis merupakan
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan sebuah tulisan. Menurut Heaton
dalam St. Y. Slamet (2008:141) menulis merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks.

M. Atar Semi (2007:14) dalam bukunya mengungkapkan pengertian menulis adalah suatu
proses kreatif memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan. Burhan
Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa menulis adalah aktivitas aktif produktif, yaitu
aktivitas menghasilkan bahasa.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan menulis merupakan kegiatan


berupa penuangan ide/gagasan dengan kemampuan yang kompleks melalui aktivitas yang
aktif produktif dalam bentuk simbol huruf dan angka secara sistematis sehingga dapat
dipahami oleh orang lain.

Kemampuan Menulis

St. Y. Slamet (2008:72) mengemukakan kemampuan menulis yaitu kemampuan berbahasa


yang bersifat produktif; artinya, kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang
menghasilkan; dalam hal ini menghasilkan tulisan.

Menurut Solehan, dkk (2008: 9.4) kemampuan menulis bukanlah kemampuan yang diperoleh
secara otomatis. Solehan menjelaskan bahwa kemampuan menulis seseorang bukan dibawa
sejak lahir, melainkan diperoleh melalui tindak pembelajaran. Berhubungan dengan cara
pemerolehan kemampuan menulis, seseorang yang telah mendapatkan pembelajaran menulis
belum tentu memiliki kompetensi menulis dengan andal tanpa banyak latihan menulis.

Dapat disimpulkan kemampuan menulis adalah kemampuan yang bersifat aktif dan produktif
di dalam menghasilkan tulisan yang diperoleh melalui proses pembelajaran dan latihan secara
terus-menerus.

Tujuan Menulis

Menurut M. Atar Semi (2007: 14) tujuan menulis antara lain: a) untuk menceritakan sesuatu,
b) untuk memberikan petunjuk atau pengarahan, c) untuk menjelaskan sesuatu, d) untuk
meyakinkan, dan e) untuk merangkum.

Sedangkan menurut Elina, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 6) tujuan menulis adalah: a)
menginformasikan, b) membujuk, c) mendidik, d) menghibur.
Dari pendapat tersebut dapat diuraikan tujuan dari menulis yaitu:

1. Untuk memberikan informasi Seorang penulis dapat menyebarkan informasi melalui


tulisannya seperti wartawan di koran, tabloid, majalah atau media massa cetak yang
lain. Tulisan yang ada pada media cetak tersebut seringkali memuat informasi tentang
kejadian atau peristiwa.
2. Untuk memberikan keyakinan kepada pembaca Melalui tulisan seorang penulis dapat
mempengaruhi keyakinan pembacanya. Seseorang yang membaca informasi di koran
mengenai anak terlantar dapat tergerak hatinya untuk memberikan bantuan. Hal
tersebut karena penulis melalui tulisannya berhasil meyakinkan pembaca.
3. Untuk sarana pendidikan Menulis dapat bertujuan sebagai sarana pendidikan karena
seorang guru dan siswa tidak akan pernah jauh dari kegiatan menulis seperti: mencatat
di buku, merangkum, menulis soal, mengerjakan soal.
4. Untuk memberikan keterangan Menulis untuk memberikan keterangan terhadap
sesuatu baik benda, barang, atau seseorang. Tulisan tersebut berfungsi untuk
menjelaskan bentuk, ciri-ciri, warna, bahan, dan berbagai hal yang perlu disebutkan
dari objek tersebut.

Tahap-tahap Menulis

Menulis adalah suatu proses kreatif yang dilakukan melalui tahapan yang harus dikerjakan
dengan mengerahkan keterampilan, seni, dan kiat sehingga semuanya berjalan dengan efektif.
Kegiatan menulis diibaratkan sebagai seorang arsitektur yang akan membangun sebuah
gedung.

Sebuah sistem kerja yang kreatif memerlukan langkahlangkah yang tersusun secara
sistematis. Kegiatan menulis juga memerlukan tahapan-tahapan tertentu di dalam prosesnya.
Tahaptahapan menulis menurut M. Atar Semi (2007: 46) terbagi menjadi tiga, yaitu a) tahap
pratulis, b) tahap penulisan, dan c) tahap penyuntingan.

Menurut Elina Syarif, Zulkarnaini, dan Sumarno (2009: 11) tahap-tahap menulis terdiri dari
enam langkah, yaitu: a) draf kasar, b) berbagi, c) perbaikan, d) menyunting, e) penulisan
kembali, f) evaluasi.

Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan mengenai tahap-tahap dalam menulis yaitu:

1. Tahap Pratulis

Tahap pratulis merupakan tahap paling awal dalam kegiatan menulis. Tahap ini terletak pada
sebelum melakukan penulisan. Di dalam tahap pratulis terdapat berbagai kegiatan yang
dilakukan oleh penulis. Mulai dari menentukan topik yang akan ditulis. Penulis
mempertimbangkan pemilihan topik dari segi menarik atau tidaknya terhadap pembaca.

2. Tahap Pembuatan

Draf Draf yang dimaksud adalah tulisan yang disusun secara kasar. Pada kegiatan ini penulis
lebih mengutamakan isi tulisan dari pada tata tulisnya sehingga semua pikiran, gagasan, dan
perasaan dapat dituangkan ke dalam tulisan.
3. Tahap Revisi

Merevisi berarti memperbaiki, dapat berupa menambah yang kurang atau mengurangi yang
lebih, menambah informasi yang mendukung, mempertajam perumusan penulisan, mengubah
urutan penulisan pokok-pokok pikiran, menghilangkan informasi yang kurang relevan, dan
lain sebagainya. penulis berusaha untuk menyempurnakan draf yang telah selesai agar tulisan
tetap fokus pada tujuan.

4. Tahap Penyuntingan

Pada tahap penyuntingan penulis mengulang kembali kegiatan membaca draf. Tulisan pada
draf kasar masih memerlukan beberapa perubahan. Kegiatan selama tahap penyuntingan
adalah meneliti kembali kesalahan dan kelemahan pada draf kasar dengan melihat kembali
ketepatannya dengan gagasan utama, tujuan penulisan, calon pembaca, dan kriteria
penerbitan.

5. Tahap Publikasi

Tahap publikasi merupakan tahap paling akhir dalam proses menulis. Dalam tahap ini yang
dilakukan adalah memublikasikan tulisannya melalui berbagai kemungkinan misalnya
mengirimkan kepada penerbit, redaksi majalah, dan sebagainya. Dapat pula dengan berbagi
tulisan dengan berbagai pembaca.

Daftar Pustaka

 Burhan Nurgiantoro. 1988. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.


Yogyakarta : BPFE
 Djago Tarigan, H.G. Tarigan. 1986. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Penerbit Angkasa
 Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. 2009. Pembelajaran Menulis. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
 M. Atar Semi. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa
 Solehan T.W, dkk. 2008. Pendidikan Bahasa Indonesia di SD. Jakarta: Universitas
Terbuka
 St. Y. Slamet.2008. Dasar-dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di
Sekolah Dasar. Surakarta:UNS Press

http://www.kajianpustaka.com/2013/07/pengertian-tujuan-dan-tahapan-menulis.html

adalah sebuah aktivitas yang menyenangkan bagi mereka yang suka menulis. Hanya saja terkadang
banyak dari mereka yang hanya bisa memulai tapi kemudian kesulitan untuk merangkai kata dan
menyelesaikan tulisannya karena merasa kehabisan ide. Sehingga tak jarang sebagian dari mereka
sering menggunakan cara instan dengan memakai fasilitas "copy" dan "paste" hanya untuk sekedar
membuat sebuah artikel atau karya tulis.

Menyadur atau mengambil ide dari orang lain itu boleh-boleh saja, hanya saja tidak semua tulisan
orang lain kita salin semua. Dalam sebuah karya tulis ada sebuah syarat dalam mengambil ide orang
lain maksimal 30%, sementara yang 70% berasal dari buah pikiran kita sendiri. Itu baru bisa
dikatakan bahwa hasil karya tulis kita sebagai karya asli kita sendiri. Meski begitu kita tetap harus
menyertakan sumber dari ide orang lain tersebut, jika istilah blogger disebut link sumber dan dalam
penulisan cetak (buku atau novel) disebut daftar pustaka.

Berikut ini saya ingin berbagi tahap-tahap dalam membuat karya tulis. Karena spesialis saya adalah
menulis karya tulis komersil berupa cetak, jadi yang saya jelaskan adalah bagaimana tahapan
membuat karya tulis seperti buku atau novel. Dan saya yakin bahwa tahapan ini juga bisa dipakai
dalam menulis artikel blog/web, cerpen, essai maupun karya tulis apapun.

Tahap Pertama - Pemilihan Topik/Tema

Topik atau tema itu berbeda dengan judul. Kita bisa memberikan judul dari karya tulis kita
belakangan, tapi tema harus ditentukan dulu sebelum kita menulis. Tema adalah pondasi awal dari
pembahasan yang mau kita tuliskan. Saya akan contohkan tema dari beberapa novel yang saya (dan
istri saya) tulis, seperti:

 Gadis Kecil di Tepi Gaza - Temanya adalah seorang gadis kecil Palestine yang menjadi
korban dari kekejaman perang di tanah Palestina.
 Wo Ai Ni Allah - Temanya adalah seorang gadis remaja China yang sedang mencari jati diri
dan berkeinginan kuat untuk mencari Tuhan yang sebenarnya.
 Diary Suamiku - Temanya adalah seorang istri muda yang mengalami penghianatan dan
akhirnya menemukan rahasia di buku catatan suaminya.

Untuk menentukan sebuah topik/tema, tentunya kita harus memiliki ide yang mau kita bahas atau
tuliskan. Ide itu ada di sekitar kita, apapun bisa kita jadikan bahan untuk menuliskan sesuatu. Jika
kita sudah merasa stag atau kehabisan ide, maka jangan pernah paksakan diri. Buatlah otak kita
refresh barang beberapa saat. Setelah itu kita bisa browsing di internet, jalan-jalan ke toko buku,
datang ke perpustakaan atau pergi ke suatu tempat untuk mencari sebuah ide yang akan kita jadikan
tema tulisan.

Tahap Kedua - Membuat Kerangka Tulisan (Draft)

Jika kita sudah menemukan topik/tema, jangan terburu-buru untuk menuliskannya. Memang lain
penulis lain pula cara menulisnya. Ada beberapa penulis yang tidak pernah membuat kerangka
tulisan, begitu menemukan ide untuk tema langsung ditulis. Salah satunya adalah istri saya. Tapi
untuk mempermudah dalam kita menulis khususnya untuk penulis pemula, membuat kerangka
tulisan sangat diperlukan. Ibarat kita mau pergi ke suatu tempat yang belum pernah kita ketahui,
maka kita perlu tahu jalan yang harus kita lewati. Kerangka tulisan itu bisa menjadi map dalam kita
menjabarkan tulisan menjadi lebih dalam.

Untuk membuat kerangka tulisan, bisa kita lakukan hal sebagai berikut:
 Tuliskan semua ide. Apapun yang muncul di kepala kita tulis di sebuah catatan, entah itu di
sebuah kertas, notepad atau lainnya. Dan inilah nanti yang akan kita jadikan sebagai draft
tulisan.
 Mengembangkan ide yang ada. Jika mau menulis buku, kita bisa buat poin-poin apa saja
yang akan kita bahas. Jika mau menulis novel, kita bisa membuat alur, nama tokoh baik
utama maupun pembantu. Fungsi mengembangkan ide ini adalah untuk menambah daging
dalam tulang dari tulisan yang akan kita buat.
 Tulislah dengan gaya bebas. Namanya juga kerangka, jadi tidak perlu memikirkan aturan
penulisan dulu. Kita tulis semua ide yang muncul, untuk aturan dan tata bahasa bisa kita
pikirkan belakangan.

Tahap Ketiga - Menulis (Merangkai Kata)

Dari kerangka/draft yang kita buat, baru kita jabarkan dengan bentuk rangkaian tulisan. Poin-poin
yang sudah kita buat, kita jelaskan satu persatu. Alur cerita yang sudah kita rancang, mulai kita
tuliskan dalam sebuah cerita. Inilah fungsinya tadi kita membuat kerangka, karena kita bisa menulis
tanpa ada hal-hal yang terlewatkan.

Tips yang bisa dilakukan disaat menulis:

 Sediakan waktu khusus. Jika kita mau menulis, setidaknya sediakan waktu khusus 1-2 jam.
Ini akan membuat kita lebih konsentrasi dan bisa membuat sebuah karya tulis yang bagus.
 Jauhkan diri dari semua hal yang bisa menganggu. Menulis itu adalah sebuah karya,
bagaimana kita bisa membuat karya yang bagus jika kita mengerjakannya sambil chat, buka
facebook atau twitter, menelpon atau sambil ngobrol? Untuk itu jauhkan semua itu pada
saat kita sedang menulis.
 Tuliskan semua yang muncul dari kepala kita. Menulislah dengan mengalir seperti kita
sedang bercerita. Bahkan bila tulisan yang kita buat sudah mulai melenceng dari kerangka
dan topik, jangan pernah menghentikannya dan tidak perlu di edit. Mulailah merangkai kata
dengan gaya penulis bebas yang sudah pernah saya ulas sebelumnya.
 Jangan memaksakan diri menulis selama ber jam-jam. Mungkin bagi mereka yang sudah
pro dan expert, menulis dalam waktu yang lama adalah biasa. Tapi bagi penulis pemula,
jangan pernah memaksakan diri untuk menyelesaikan tulisan dalam waktu yang cepat.
Untuk menghasilkan karya tulis yang bermutu dan bagus, diperlukan pikiran yang fresh dan
energi yang besar. Karena itu seorang penulis membutuhkan istirahat dan makanan bergizi
yang cukup.

Tahap Keempat - Merevisi (Mengedit)

Nah.. inilah mengapa tadi saya mengatakan di saat menulis tidak perlu mengedit lebih dahulu.
Karena tahap untuk merevisi tulisan kita sudah ada sendiri. Selain itu jika pada saat menulis kita
sering merevisi, akan membuat kita seperti orang yang tidak teguh pendirian. Itulah yang
menyebabkan kita sering menghapus tulisan, merobek kertas saat ada tulisan yang salah, menulis
ulang lagi yang membuat pekerjaan menulis kita tidak kunjung selesai dan akhirnya menyebabkan
stres lalu patah semangat untuk melanjutkan tulisan.
Dalam tahap revisi (edit) ini, kita periksa kembali hasil tulisan kita. Mungkin saja ada ejaan yang
salah, tata bahasa yang kurang tepat, poin-poin yang terlewatkan, penyebutan tokoh yang salah,
alur yang tiba-tiba meloncat atau mau merubah susunan atau jalan ceritanya dan sebagainya. Meski
kita menulis dengan menggunakan microsoft office word terbaru, jangan terlalu mudah percaya
dengan "spell check". Karena bisa jadi kita mau menulis "bisa" jadinya malah "bias".

Telitilah semua tulisan mulai awal hingga akhir, karena tulisan yang kita buat ini untuk
dikomersilkan. Memang sangat melelahkan dan membutuhkan waktu, tapi itulah cara agar kita bisa
menghasilkan karya tulis yang bermutu dan bagus. Jika menulis di blog sendiri dengan bentuk yang
acak-acakan, itu sih hak setiap pemilik blog. Paling pengunjung yang nyasar dan membaca tulisan
yang tidak beraturan, akan menutup blog kita dan tak pernah kembali lagi. Tapi jika tulisan komersil,
pembaca itu membeli karya kita. Jika banyak terjadi kesalahan, maka bersiaplah untuk menerima
komplain dari mereka.

Tahap Kelima - Penerbitan

Tahap Penerbitan adalah langkah terakhir dari serangkaian tahapan penulisan. Seorang blogger bisa
meng-upload (mem-publish) artikel yang sudah ditulisnya di blog. Seorang mahasiswa bisa
menyerahkan skripsinya ke dosen pembimbing. Seorang jurnalis bisa menyerahkan "copy"
tulisannya kepada editor. Dan seorang penulis bisa menyerahkan naskahnya kepada penerbit untuk
diterbitkan atau dicetak.

Inilah fungsinya kita merevisi/mengedit tulisan. Apalagi jika karya tulis kita bersifat komersil,
tentunya ada beberapa syarat dan ketentuan yang harus kita ikuti agar naskah kita bisa diterima.
Sama dengan kita melamar pekerjaan, bagaimana sebuah perusahaan akan menerima kita sebagai
karyawan jika tidak ada kualifikasi dari kita yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut? Jika kita
tidak mau ribet dengan mengikuti prosedur yang ada, maka kita bisa mencetak dan menerbitkan
naskah kita sendiri. Tapi tentunya dibutuhkan modal dan kerja yang sangat keras, karena kita akan
memasarkan karya kita sendiri tanpa bantuan penerbit.

Nah sobatku sekalian... Inilah 5 tahapan yang akan kita lakukan untuk membuat karya tulis. Sekali
lagi saya ungkapkan bahwa setiap penulis tentu memiliki cara tersendiri dalam membuat sebuah
karya tulis. Namun kebanyakan untuk penulis pemula atau mereka yang sedang belajar untuk jadi
penulis, biasanya akan melalui tahapan-tahapan yang sudah saya uraikan diatas agar bisa membuat
sebuah karya tulis. Bagi rekan-rekanku sesama penulis "Pro", jika ada hal yang perlu ditambahkan
dalam uraian saya, bisa anda tuliskan pada komentar. Tidak perlu saling mengkritik, karena apa yang
saya lakukan adalah untuk berbagi.

Semua orang punya kans untuk menjadi penulis, terlebih lagi jika kita adalah seorang blogger. Tapi
untuk membuat sebuah tulisan yang bermutu, tentunya kita harus terus belajar khususnya dari
orang-orang yang sudah berpengalaman dibidangnya. Jangan pernah patah semangat apalagi
rendah diri, karena seorang penulis terkenal itu berasal dari penulis pemula. Lakukanlah apa yang
kita sukai, selagi itu tidak bertentangan dengan norma hukum dan agama.
Sumber : http://arie5758.blogspot.com/2012/02/tahap-tahap-dalam-menulis.html#ixzz4s8VK3qzs
Sertakan sumber artikel sebagai Backlink

http://arie5758.blogspot.co.id/2012/02/tahap-tahap-dalam-menulis.html#axzz4s8UmNhso

[22:38, 8/19/2017] Pika Teddy: Sekarang bukan lagi EYD, sudah diganti jadi PUEBI
(Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia)

Berikut penulisan kata baku terbaru:

1. Assalamualaikum w.w.

2. Alquran

3. Azan

4. Zuhur

5. Isap

6. Merek

7. Nasihat

8. Risiko

9. Gawai = gadget

10. Swafoto = selfie

11. Laman = website

12. Pos-el = email

13. Tetikus = mouse

14. Warganet = netizen

15. Narahubung = contact person

16. Pelantang = mikrofon


17. Salin rekat = copy paste

18. Luring = offline

19. Daring = online

20. Pratayang = preview

21. Peladen = server

22. Pramusiwi = baby sitter

23. KTP-el = e-KTP

24. Hektare

25. Kaus

26. Sirop

27. Saksama

Kata yang penulisannya dipisah:

1. di bawah

2. di atas

3. di samping

4. di antara

5. kerja sama

6. berkembang biak

7. terima kasih

8. orang tua

9. tanda tangan

10. di luar

11. di dalam

12. di kawasan
13. di sepanjang

14. bertanggung jawab

15. di hidupku

16. di kepala

17. di kemudian hari

Kata yang penulisannya digabung:

1. antarsekolah

2. antarteman

3. kacamata

4. fotokopi

5. diperhatikan

6. pancausaha

7. minimarket

8. tunanetra

9. waswas

10. ekstrakurikuler

11. dipertanggungjawabkan

Semoga bermanfaat.

[22:39, 8/19/2017] Pika Wawan: Semoga cepat eembuh pak..Gbu🙏🙏🙏🙏

[22:51, 8/19/2017] Br Marsono: Yth. Ka. SMK Kota Semarang untuk SHUN tahun pelajaran
2016/2017 tidak perlu di tandatangani oleh kepala sekolah dan tidak perlu di cap sekolah
karena sudah menggunakan model Barkode. Untuk mengunduh aplikasi QR & barcode
scanner
Demikian kami sampaikan selanjutnya untuk disampaikan kepada siswa/alumni penerima
SHUN. Demikian MKKS. Drs. H. Diyana.MT.

Anda mungkin juga menyukai