Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS PERUBAHAN PITA FREKUENSI 1800 DAN 2100 MHZ

TERHADAP PERFORMANSI JARINGAN


BASE TRANSCEIVER STATION
Syarif Muhammad Faisal, H. Fitri Imansyah, ST, MT Dan F. Trias Pontia W., ST, MT

Program Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro


Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Pontianak
Email: faisal_postel@yahoo.com.sg

Abstract - In its application, the mobile system has Sistem Wireline (jaringan kabel), yaitu mobilitas
its limitations and is often experienced sehingga pengguna dapat bergerak kemanapun
disturbances (interference) like limited talk selama masih dalam cakupan layanan Operator.
channels as the result of the increasing number of Dalam penerapannya sistem ini juga memiliki
cellular communication technology user, which is keterbatasan – keterbatasan diantaranya terbatasnya
led to „block call‟. The problem with Radio kanal pembicaraan seiring dengan banyaknya
Frequency (RF) signal reception is also an jumlah pelanggan teknologi komunikasi seluler
important factor in wireless communication system. serta penggunaan kanal oleh operator seluler yang
The low quality of signal levels caused the frequent lain, sehingga mengakibatkan apa yang disebut
call failure or „drop call‟. Therefore, it is necessary dengan block call maupun Loss Data yang terjadi
to have sustainable monitoring system and analysis pada jaringan milik PT. Indosat Ooredoo. Selain itu
towards the performance of the network system, masalah penerimaan sinyal RF (Radio Frekuensi)
especially after the government produce the For a juga menjadi faktor yang sangat penting dalam
review of Necessary Process Monitoring and sistem komunikasi Wireless. Rendahnya kualitas
analysis of the Sustainable Network system, level sinyal penerima ini yang mengakibatkan
especially with the regulation of the Ministry of sering terjadinya kegagalan proses panggilan atau
Communication and Information No. 19 / 2013 biasa yang disebut dengan Drop call serta bisa
About " Mekanisme dan Tahapan Pemindahan menyebabkan gangguan lainnya.
Alokasi Pita Frekuensi Radio Pada Penataan Untuk itulah perlu dilakukan proses
Menyuluruh Pita Frekuensi Radio 2100 MHz.” The pemantauan dan analisis yang berkelanjutan
monitoring and performance analysis used Key terhadap kinerja jaringan sistem ini. Dalam
Performance Indicator (KPI) parameters as a pemantauan dan analisis performansi ini digunakan
benchmark for the network performance and a parameter-parameter Key Performance Indicator
description of the cellular system Quality of (KPI) sebagai tolak ukur dari kinerja jaringan dan
Service (QoS). The KPI parameters are Call Setup merupakan gambaran dari Quality of Service (QoS)
Success Rate (CSSR), Drop Call Rate (DCR), sistem selular. Parameter-parameter KPI tersebut
Handover Success rate (HSR), and Traffic Channel antara lain yaitu, Call Setup Success Rate (CSSR),
Congestion rate (TCH Congestion rate). The results Drop Call Rate (DCR), Handover Success Rate
of the test drive of five BTS before and after (HSR), Traffic Channel Congestion Rate (TCH
frequency refarming in 1800 and 2100 MHz, the Congestion Rate).
percentage of SDCCH blocking was not high Dari hasil pemantauan dan analisis terhadap
enough, as determined by PT. Indosat Ooredoo, performansi dan kualitas jaringan ini dapat
which is not more than 2%. There are 5 BTS to be diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi
observed: BTS Nipah Kuning, BTS Perum 1 buruknya kinerja sistem ini, seperti tingkat
Jeruju, BTS Martadinata, BTS Gertak 1 and BTS kepadatan jaringan yang tinggi, penurunan level
Gang Semangka. sinyal RF, penurunan kualitas suara, kegagalan
handover, interferensi, dan lain-lain. Sehingga
Keywords : Frequency band and Parameter Key dengan analisis yang dibuat akan diusulkan
Performance Indicator (KPI) langkah-langkah apa guna memperbaiki kinerja
sistem tersebut.
Pengamatan dan pemantauan performansi dan
1. Latar Belakang kualitas sistem selular berbasis GSM ini dapat juga
Telekomunikasi sekarang ini hampir semua dilakukan dengan Drive Test dan analisis terhadap
instrumen telekomunikasi bergerak menggunakan data statistik trafik. Drive Test dapat dilakukan
teknologi yang berbasis seluler. Sistem secara rutin untuk mengetahui kualitas suara (RX
Telekomunikasi bergerak berbasis seluler Voice Quality), kualitas tingkat penerimaan daya
menawarkan kelebihan dibandingkan dengan (Service Coverage), tingkat terjadinya Drop Call,
tingkat keberhasilan Handover, dan lain-lain.
Sedangkan untuk melakukan analisis data statistik
GG. Semangka
trafik sistem GSM, pemantauan dapat dilakukan
Martadinata
oleh Operation and Maintenance Center for Radio
Nipah Kuning
(OMC-R) yang akan menghasilkan database trafik
yang masih mentah untuk kemudian dilakukan Perum 1 Jeruju
Gertak 1
analisis dasar sehingga diperoleh database yang
telah diolah lalu dibandingkan dengan nilai yang
diinginkan oleh Operator.
Oleh karena itu perlu dilakukan proses
Batu Layang
monitoring dan analisa yang berkelanjutan guna
memantau kinerja sistem ini termasuk disaat Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo
Pemerintah mengeluarkan peraturan Nomor 19 Pontianak, 2015
Tahun 2013 tentang “Mekanisme dan tahapan Gambar .1. Topologi Jaringan Mesh
pemindahan alokasi pita frekuensi radio pada Microwave Link BTS PT. Indosat Ooredoo
penataan menyuluruh pita frekuensi radio 2,1 disekitar area layanan Pontianak Barat
GHz”.
Di kota Pontianak khususnya di area Sui. Jawi 3.2 Refarming Frekuensi Radio 1800 dan 2100
Luar merupakan suatu area yang mempunyai MHZ
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi. Yang SDPPI dalam pengelolaan spektrum frekuensi
ditandai dengan rumah-rumah yang berjarak rapat. radio dikelola secara efektif dan efisien sehingga
Sehingga dalam penelitian ini akan dilakukan penggunaan spektrum frekuensi radio yang bersifat
pengukuran dan analisis terhadap performansi dinamis dan adaptif terhadap kebutuhan
BTS-BTS yang mengcover area Sui. Jawi Luar masyarakat dan perkembangan teknologi dapat
berdasarkan parameter-parameter di atas sehingga terpenuhi. LTE adalah teknologi yang digunakan
dapat diketahui kualitas layanannya (QoS) apakah dalam generasi keempat dengan arsitektur yang
memenuhi standar yang telah ditetapkan. lebih sederhana dan semua berbasis IP (Internet
Dalam penelitian ini yang menjadi objek Protocol). Teknologi baru ini membutuhkan
penelitian adalah 5 Base Transceive Station (BTS) spektrum frekuensi sesuai dengan standarnya.
disekitar area layanan operator PT. Indosat di Sui. Masalah yang dihadapi adalah terbatasnya
Jawi Luar Kecamatan Pontianak Barat Kota spektrum frekuensi yang tersedia yang dapat
Pontianak. Kecamatan Pontianak Barat memiliki digunakan untuk teknologi baru. Refarming
luas sebesar 16,94 KM2 atau 15,71 % dari luas frekuensi adalah solusi yang ditawarkan untuk
Kota Pontianak. Adapun penelitian ini untuk memecahkan masalah ini. Refarming frekuensi
mengetahui seberapa besar pengaruh kualitas adalah restrukturisasi dan pemanfaatan frekuensi
pelayanan jariangan seluler PT. Indosat Ooredoo yang ada untuk teknologi baru. Refarming
terhadap konsumen yang berada di area tersebut. pada frekuensi 1800 MHz adalah solusi untuk
Berikut ini adalah gambar topografi Jaringan implementasi LTE 4G dengan berbagai
Seluler PT. Indosat Ooredoo yang menjadi area keunggulannya seperti :
penelitian, dilihat dari hubungan jaringan 1. Biaya investasi rendah, perangkat ponsel
Microwave Link yang digunakan. pada frekuensi 1800MHz telah banyak tersedia
di pasar, dan frekuensinya tidak terlalu tinggi
ataupun terlalu rendah.
2. Metode Penelitian
2. Daya pancar dan cakupan yang luas, dan
Bagian ini menguraikan tentang Bahan pembagian spektrumnya dapat digunakan baik
Pengamatan dan Pengukuran dan lokasi Penelitian, untuk DCS (GSM 1800) maupun LTE.
Alat yang dipergunakan, Metode Penelitian dan
Data Primer dan Sekunder. 3.3 Tems Investigation
TEMS Investigation merupakan software
3. Proses Pengambilan Data monitoring kinerja jaringan telekomunikasi yang
3.1 Lokasi Penelitian dikeluarkan oleh perusahan Ericcson. Software
Lokasi penelitian bertempat di area layanan TEMS bekerja dengan menghubungkan laptop
operator PT. Indosat Ooredoo di Sui. Jawi Luar yang telah terinstal TEMS dengan handphone
Kecematan Pontianak Barat Kota Pontianak melalui kabel data. Handphone yang dihubungkan
dimana terdapat 5 Base Transceiver Station (BTS) telah dikondisikan untuk dapat terhubung,
yaitu BTS Nipah Kuning, BTS Perum 1 Jeruju, dimonitoring dan dilakukan command dari software
BTS Martadinata, BTS Gertak 1 dan BTS Gg. TEMS. Handphone yang digunakan adalah
Semangka, seperti yang terlihat pada gambar handphone khusus yang dikeluarkan oleh
dibawah ini: perusahaan Ericcson. Selain handphone, TEMS
juga bekerja dengan beberapa perangkat lain seperti
GPS (Untuk menentukan posisi pada map), Dengan demikian, statistik yang diperoleh
modem, antena eksternal yang digunakan untuk dari seluruh jaringan melalui OMC merupakan
scanning transmisi sinyal (scanner) dan lain pengukuran yang lebih akurat untuk menunjukkan
sebagainya. kualitas jaringan.
Gambar 2. memperlihatkan tampilan tems
3.3 Drive Test investigation yang telah disetting sesuai parameter
Drive test adalah istilah yang digunakan untuk yang akan diamati.
pengetesan yang dilakukan dengan drive Setelah drive test dilakukan maka langkah
(mengemudi). Namun istilah drive test juga sudah selanjutnya adalah reporting, yaitu mengambil data
umum digunakan untuk pengetesan dengan – data yang dibutuhkan untuk menentukan kualitas
berjalan kaki (walk test) yang umumnya dilakukan jaringan yang akan diuji.
pada pengetesan koneksi jaringan pada gedung- Pemantauan dan analisis performansi ini
gedung bertingkat. Drive test adalah hal yang digunakan parameter-parameter Key Performance
fundamental dalam optimasi jaringan Indicator (KPI) sebagai tolak ukur dari kinerja
telekomunikasi. Karena dengan drive test, seorang jaringan dan merupakan gambaran dari Quality of
engineer dapat menentukan keunggulan jaringan Service (QoS) sistem selular. Parameter-parameter
yang dibangun serta meningkatkan performa KPI tersebut antara lain yaitu, Call Setup Success
jaringan. Mekanisme drive test ditentukan oleh apa Rate (CSSR), Drop Call Rate (DCR), Handover
yang ingin diamati dari kinerja site tersebut. Success Rate (HSR), Traffic Channel Congestion
Rate (TCH Congestion Rate).
3.4 Drive Test Menggunakan Tems Investigation
Sebelum melakukan drive test ada baiknya 3.5 Daya Pemancar MS (Mobile Station)
mempersiapkan terlebih dahulu peralatan yang Pada prinsipnya analisis tentang propagasi
akan digunakan seperti laptop (yang telah terinstal sinyal dari MS atau ponsel ke BTS mempunyai
TEMS), handphone, dan GPS USB. Kemudian sifat yang sama dengan analisis pada sinyal pancar
melakukan persiapan mapping yang meliputi rute dari SRB ke MS. Perbedaannya terletak pada level
dan posisi site yang akan diuji. sensitifitas BTS lebih tinggi dibandingkan level
sensitifitas MS. Ini disebabkan karena MS atau
ponsel mempunyai daya pancar yang relatif lebih
rendah dibandingkan daya pancar BTS. Untuk
dapat menerima sinyal tersebut maka dibutuhkan
tingkat sensitifitas pada MS yang tinggi.
Disamping perbedaan diatas, perbedaan lain yaitu
adanya penguatan (gain) yang disebabkan teknik
diversitas ruang (penganekaragaman penerimaan)
yang digunakan pada penerima BTS, disamping
penguatan dari antena penerima BTS sendiri (17
dB). Diversity adalah suatu proses memancarkan
Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo dan atau menerima sejumlah gelombang pada saat
Pontianak, 2015 yang bersamaan dan kemudian menambahkan atau
Gambar 2. Contoh Tampilan Tems Investigation menjumlahkan semuanya di penerima atau memilih
salah satu yang terbaik.
Pada pengamatan jaringan frekuensi radio Beberapa jenis diversity adalah :
seluler 1800 dan 2100 MHZ khususnya dalam 1. Space diversity, yaitu memasang atau
proses refarming ini, yang diamati yaitu Statistik menggunakan dua atau lebih antena dengan
yang diperoleh dari Operation Maintenance Center jarak tertentu. Sinyal yang terbaik yang akan
(OMC) digunakan untuk menghasilkan beberapa diterima, akhirnya dipilih untuk kemudian
nilai yang akan diukur untuk dibandingkan dengan diolah di penerima.
nilai yang diinginkan oleh operator. Cara tersebut 2. Frequency Diversity, yaitu mentransmisikan
merupakan cara yang paling efektif untuk sinyal informasi yang sama menggunakan dua
mengamati performansi jaringan karena hasil buah frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang
pengukurannya diperoleh dari semua pengguna berbeda mengalami fading yang berbeda pula,
jaringan. sekalipun dipancarkan atau di terima dengan
Statistik yang diperoleh dari hasil drive test, antena yang sama. Kemudian pemilih akan
juga menjadi indikator yang berguna untuk memilih mana yang terbaik.
menunjukkan kualitas jaringan, tidak sepenuhnya 3. Angle Diversity, yaitu mentransmisikan sinyal
mengemulasi pengguna umum jaringan karena dengan dua atau lebih sudut yang berbeda
hanya berupa sampel kecil dari keseluruhan sedikit.
panggilan yang terjadi di jaringan. Data teknis GSM (PT. Indosat Ooredoo)
menyebutkan bahwa besarnya penguatan akibat
diversitas ini adalah 4 dB, sedangkan sensitifitas - Gain antena SRB (Gt) = 17 dB
antena BTS itu sendiri adalah -104 dBm. Tujuan - Tinggi antena SRB (h1) = 40 m
dari pembahasan daya pancar MS atau ponsel ini - Gain antena MS = 0 dB (kondisi terburuk)
adalah untuk menentukan MS dengan kelas daya - Tinggi antena MS (h2) = 1,5 m
pancar berapa saja yang dapat beroperasi pada area - Fading
cakupan suatu SRB pada jarak tertentu. Long term fading margin = 14,2 dB
Level Penerimaan Daya MS (Mobile Station) Short term fading margin = 3,8 dB
pada operator PT. Indosat Ooredoo Pontianak Total fading margin adalah = 18 dB
terdapat standar kuat sinyal daya yang mengaju - Faktor kehilangan (loss) lain yang perlu
pada Key Performance Indicator (KPI) dimana diperhatikan adalah : Body loss = 3 dB
kuat sinyal minimum yang harus diterima oleh MS Combiner dan duplexes = 3 dB
pelanggan sesuai dengan Tabel 1. Loss pada kabel antena BTS = 2 dB
- Redaman akibat uap air dan oksigen Redaman
Tabel 1. Level Penerimaan Sinyal MS akibat uap air pada frekuensi sekitar 1 GHz =
4,4.10-3 dBm/Km, redaman akibat oksigen
=5.10-3 dBm/Km, redaman akibat keduanya =
9,4.10-3 dBm/Km atau 3,38.10-2 dBm untuk
panjang lintasan 3,6 Km. Redaman hujan
berdasarkan metode CCIR untuk daerah P
(termasuk indonesia) adalah 3.10-4 dBm/Km
Total kehilangan (loss) = 8,035 dB

Tabel 3. Total Redaman

Sumber: Operator PT. Indosat Ooredoo Pontianak, No. JENIS REDAMAN DB


2015 1. Body loss 3
3.6 Daya Pancar BTS 2. Combiner dan Duplexes 3
Peninjauan kondisi transmisi ini untuk
masing-masing BTS dan sektor-sektor area yang 3. Loss pada kabel antena SRB 2
dicakup. Redaman difraksi suatu BTS oleh Redaman akibat uap air dan
penghalang hanya diperhitungkan untuk 4. 3,38.10-4
oksigen
penghalang yang tertinggi. Untuk daerah yang
datar, daya pancaran diasumsikan sama kuat untuk 5. Redaman human 1,8.10-3
semua arah pada daerah Pontianak Barat, yaitu :
TOTAL LOSS 8,035
Tabel 2. Kelas Daya Pancar BTS Sumber = Operator PT. Indosat Ooredoo
KELAS DAYA DAYA PANCAR Pontianak, 2015
PANCAR BTS MAKSIMAL SRB (Watt)
1 320 Dengan menggunakan persamaan dibawah ini
2 160 maka akan diperoleh level sinyal dari BTS yang
diterima oleh MS pada daerah datar (non-
3 80
Obtructivearea) yaitu :
4 40
5 20
6 10
7 5
Jika dimisalkan kita gunakan pemancar BTS
8 2,5 dengan daya kelas 5 (Pt) = 20 W = 43 dBm dan
Sumber = Operator PT. Indosat Ooredoo pada daerah datar he = h1 maka diperoleh Pr = -
Pontianak, 2015 65,487 dBm.
Sedangkan untuk cadangan fading dan
Dari data teknis GSM Technical (Data PT. Indosat kehilangan akibat redaman human, body loss dan
Ooredoo) diperoleh : lain-lainnya seperti telah dibicarakan diatas adalah :
18 dB + 8,035 dB = 26,035 dB, maka level
- Daya yang diterima pada jarak 1 Km dari BTS penerimaan sinyal MS = -65,487-26,035=-91,522
(Po) = -55 dBm dBm.
- Level penerimaan minimum untuk MS (Pr) Level penerimaan minimum untuk MS adalah
= -102 dBm -102 dBm (untuk Hand-held) dan -104 dBm untuk
- Prediksi jari-jari sel (r) = 3,6 Km (Vehicle mounted), karena level penerimaan daya
- Part Lost Sloope () = 43,1 dB/dec
pada MS lebih tinggi (-91,522) dBm) dari level Protocol). Teknologi baru ini membutuhkan
penerimaan minimum maka penggunaan antena spektrum frekuensi sesuai dengan standarnya.
pemancar SRB untuk daerah datar tanpa Masalah yang dihadapi adalah terbatasnya
penghalang dengan daya kelas 5 (20 W) bisa spektrum frekuensi yang tersedia yang dapat
direalisasikan. digunakan untuk teknologi baru. Refarming
Jarak pancar maksimum dari BTS yang frekuensi adalah solusi yang ditawarkan untuk
menggunakan daya kelas 5 (20W) masih dapat memecahkan masalah ini. Refarming frekuensi
diterima oleh MS (level sinyal -102 dBm) ini adalah restrukturisasi dan pemanfaatan frekuensi
adalah 6,3 Km. Apabila jarak ini terlalu jauh area yang ada untuk teknologi.
cakupan dalam satu wilayahnya (misalnya 3,6 Km)
maka kondisi ini akan mengakibatkan interferensi 4. Analisis Perubahan Pita Frekuensi 1800 dan
dengan SRB lain pada daerah yang menerima daya 2100 MHZ Terhadap Performansi Jaringan
secara tumpang – tindih (overlap). Base Tranceiver Station
Untuk mengatasi masalah ini maka dilakukan
adanya penurunan daya pancar BTS tranceiver dari Drive Test outdoor merupakan salah satu cara
kelas 5 (20 W) ke kelas lebih rendah. Dari pengukuran yang dilakukan untuk mendapatkan
perhitungan ternyata cukup daya pancar BTS data acuan sebagai analisis dari performansi
sebesar 2,5 W atau menggunakan daya kelas 8. jaringan BTS. Dalam pengukuran tersebut sinyal
Kondisi sekitar BTS pada daerah urban datar seluler yang dipancarkan oleh BTS akan diterima
tanpa penghalang merupakan daerah rata (flat area) oleh Mobile Station (MS) atau Handphone yang
sehingga prediksi level penerimaan tersebut dapat akan mengirimkan data pada laptop yang
dikatakan berlaku untuk semua area pelayanannya. terintegrasi aplikasi Nemo. Proses pengukuran
Cakupan yang ideal adalah yang dapat meliputi dilakukan mobile atau bergerak dengan
semua area pelayanan tanpa adanya daerah kosong mengunakan mobil.
(blankspot) tetapi juga tidak banyak terdapat
wilayah tumpang tindih (overlap) dalam
penerimaan daya dari beberapa SRB untuk
menghindari interferensi. Artinya daya yang
digunakan oleh suatu SRB harus sesuai dengan
besar radius cakupan yaitu tidak terlalu besar atau
tidak terlalu kecil. Sehingga BTS pada daerah datar
tanpa penghalang ini radius cakupannya cukup
yaitu 3,6 Km maka dengan demikian daya kelas
yang sesuai adalah kelas 8.

3.7 Pemantauan Mekanisme Refarming Pita


Frekuensi 1800 Untuk Provinsi
Kalimantan Barat Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo
Pontianak, 2015
Ditjen SDPPI (Direktorat Jenderal Sumber
Daya dan Perangkat Pos dan Informatika) Gambar 3. Skenario pengukuran Drive Test
merupakan Lembaga Pengelola Spektrum
Frekuensi Radio yang diakui ITU sebagai Data yang diperoleh dari pengukuran dengan
Administrasi Telekomunikasi, mewakili negara Drive Test diperoleh data statistik, yang mana
dalam konferensi internasional dan regional di parameter-paremeter tersebut untuk sebagai dasar
bidang pengelolaan spektrum frekuensi radio. Oleh data analisis terhadap perubahan-perubahan pita
karena itu, Ditjen SDPPI bertanggung jawab secara frekuensi seluler yaitu 1800 dan 2100 MHZ yang
kesisteman terhadap penggunaan spektrum berpengaruh performansi jaringan BTS.
frekuensi radio di wilayah Republik Indonesia Untuk mempermudah menganalisis maka
termasuk penggunaan spektrum frekuensi radio akan ditampilkan GSM dan UMTS Map Report
pada penyelenggaraan jaringan telekomunikasi yang ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
seluler.
SDPPI dalam pengelolaan spektrum frekuensi
radio dikelola secara efektif dan efisien sehingga
penggunaan spektrum frekuensi radio yang bersifat
dinamis dan adaptif terhadap kebutuhan
masyarakat dan perkembangan teknologi dapat
terpenuhi. LTE adalah teknologi yang digunakan
dalam generasi keempat dengan arsitektur yang
lebih sederhana dan semua berbasis IP (Internet
Tabel 4. Presentase Tingkat SDCCH Blocking
Sebelum dan Sesudah Refarming

SDCCH SDCCH
blocking blocking
No. Nama BTS
Sebelum Sesudah
Refarming Refarming
Nipah
1. 0% 0%
Kuning
Perum 1
2. 0% 0%
Jeruju
3. Martadinata 0% 0%
4. Gertak 1 0% 0%
Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo
Gang
Pontianak, 2015 5. 0% 0%
Semangka
Gambar 4. GSM MAP Report
Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo
Pontianak, 2015

Dari data yang diperoleh beberapa BTS tidak


memiliki tingkat blocking yang cukup tinggi.
Sebagaimana misalnya apabila ada BTS yang
memiliki tingkat blocking SDCCH lebih dari
2,11% bisa diasumsikan bahwa apabila dari jumlah
total permintaan SDCCH sebanyak 10000
panggilan maka jumlah panggilan yang mengalami
blocking adalah 211 panggilan. Hal ini melebihi
batasan yang telah ditentukan Operator yaitu
sebesar 2%. Oleh karena itu perlu adanya
penambahan kanal, tetapi karena blocking ini tidak
Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo terjadi sepanjang waktu tetapi hanya terjadi
Pontianak, 2015 beberapa hari pemantauan khususnya untuk hari
Gambar 5. UMTS MAP Report minggu maka penambahan kanal ini sebenarnya
belum perlu dilakukan akan tetapi demi
Adapun hasil data yang tersebut yaitu : kenyamanan pelanggan maka perlu dilakukan
penambahan kanal untuk meminimalisasi
4.1 RACH (Random Access Channel) terjadinya blocking.

RACH (Random Access Channel) digunakan 4.2.2 SDCCH Drop (Stand Alone Dedcated Cotrol
oleh MS untuk menjawab pencarian, memanggil Channel Drop)
kejaringan pada saat memulai panggilan.
SDCCH Drop adalah terjadinya kegagalan
4.2 SDCCH (Stand Alone Dedicated Control panggilan yang dikarenakan kegagalan pada saat
Channel) proses inisialisasi. Terjadinya SDCCH Drop ini
diakibatkan karena beberapa faktor diantaranya
4.2.1 SDDH Blocking karena adanya congestion dan juga karena
permasalahan penerimaan sinyal.
Bagian ini menunjukan sel dengan tingkat
blocking SDCCH yang tinggi yang berarti tingkat Tabel 5. Tingkat Presentase SDCCH Drop
kesuksesan pengaksesan SDCCH yang rendah oleh Sebelum Refarming
MS pada saat RACH (Random Access Channel)
digunakan oleh MS untuk meminta SDCCH dari
N Nama SDCCH SDCCH SDCCH_co
jaringan.
o. BTS _drop _rfloss ngestion
Dari Tabel 4. menunjukkan tingkat blocking
Nipah 0,00954 0.00057
yang rendah pada BTS-BTS di wilayah Pontianak 1 0%
Kuning % %
Barat.
Perum
0,00027 0.00024
2 1 0%
% %
Jeruju
Martad 0,00026 0.00019
3 0%
inata % %
Gertak 0,00030 0.00021
4 0% 0,3
1 % %
Gang 0,25
0,00018 0.00012 0,2 SDCCH_Drop
5 Seman 0%
% % 0,15
gka
Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo 0,1
0,05 SDCCH_rflos
Pontianak, 2015
0 s

Martadinata…

Gang…
Nipah Kuning…
Perumi 1…

Gertak 1 (cell…
Tabel 6. Tingkat Presentase SDCCH Drop Sesudah SDCCH_cong
Refarming estion

N Nama SDCCH SDCCH SDCCH_co


o. BTS _drop _rfloss ngestion
Nipah 0,07747 0.05724 Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo
1 0% Pontianak, 201
Kuning % %
Perum Gambar 6. Perbandingan SDCCH drop akibat
0,02161 0.01758
2 1 0% SDCCH RF Loss dengan SDCCH Congestion
% %
Jeruju
Martad 0,03613 0.02854 4.3 TCH (Traffic Channel)
3 0%
inata % %
Gertak 0,03613 0.02854 4.3.1 TCH (Traffic Channel) Blocking
4 0%
1 % %
Gang TCH Blocking adalah menunjukkan
0,02038 0.01552
5 Seman 0% persentase yang terjadi pada pengalokasian TCH.
% %
gka Hal ini terjadi karena tidak tersedianya kanal atau
Sumber : Operator PT. Indosat Ooredoo permintaan yang lebih dari kapasitas yang ada.
Pontianak, 2015
Dari Tabel 5. dan Tabel 6. diatas tidak Tabel 7. Presentase Tingkat TCH Blocking
ditemukan beberapa BTS yang tingkat dropcall
sangat tinggi yaitu mencapai ±2%. Perlu diketahui TCH TCH
penyebab terjadinya drop SDCCH ini antara lain blocking blocking
No. Nama BTS
adalah akibat adanya congestion serta RF Loss Sebelum Sesudah
selama proses call setup berlangsung. Refarming Refarming
- SDCCH Drop Akibat Congestion
Nipah
SDCCH Drop akibat congestion sehingga 1. 0% 0%
Kuning
perlu adanya pengecekan software perangkat tetapi
dalam hal ini congestion yang terjadi pada BTS- Perum 1
BTS di wilayah Pontianak Barat masih bisa 2. 0% 0%
Jeruju
dikatakan cukup baik.
3. Martadinata 0% 0%
- SDCCH RF Loss
Dari Tabel 5. dan Tabel 6. dapat dilihat bahwa 4. Gertak 1 0% 0%
sel-sel yang tidak mengalami drop yang banyak,
sehingga tingkat RF Loss yang cukup tinggi tidak Gang
ada, jadi bisa disimpulkan bahwa penyebab utama 5. 0% 0%
Semangka
terjadinya SDCCH Drop adalah karena akibat RF
Loss. RF Loss ini diakibatkan karena beberapa Sumber = Hasil perhitungan data Operator PT.
macam faktor diantaranya cakupan coverage antena Indosat Ooredoo Pontianak, 2015
BTS kurang maksimal sehingga banyak daerah-
daerah yang tidak tercakup (daerah blank spot). Dari Tabel 7. dapat dilihat tidak ada BTS
Selain itu RF Loss juga diakibatkan karena yang memiliki tingkat blocking yang tinggi, separti
banyaknya daerah yang terjadi overlap atau diantaranya pada BTS Nipah Kuning dan Perum 1
tumpang tindih cakupan coveragenya sehingga Jeruju 0 %. Sebagaimana misalnya apabila
pada daerah-daerah tersebut terjadi interverensi memiliki tingkat blocking TCH 1,08% jadi bisa
yang mengakibatkan terjadinya Drop call. diasumsikan bahwa dari jumlah total permintaan
TCH sebanyak 10000 panggilan maka jumlah
panggilan yang mengalami blocking adalah 108
panggilan, tapi karena TCH 0 % maka tidak
mengalami blocking panggilan. Blocking TCH - Handover Failure
dengan nilai 1,08 % ini masih dipandang dibawah
batasan TCH blocking yang telah ditentukan yaitu Handover failure terjadi karena jarak antar sel
2%. Jadi bisa dikatakan bahwa tidak terdapat yang cukup jauh sehingga mengakibatkan
permasalahan dalam hal ketersediaan kanal kemungkinan terjadinya handover pun cukup tinggi
pembicaraan. karena pada saat MS berada pada kondisi harus
melakukan handover, BSS tidak dapat menemukan
BTS yang cukup baik untuk menerima MS atau
4.3.2 TCH (Traffic Channel) Blocking bahkan tidak ada BTS lainnya sehingga pada saat
proses handover ini sedang berlangsung akan
TCH Drop menunjukkan banyaknya terjadi dropcall. Melihat data yang ada persentase
sambungan yang telah berhasil terjadi tetapi handover failure pada wilayah BTS Pontianak
mengalami drop sebelum terjadi release normal. Barat sangat rendah atau rata-rata dibawah 2%
Persentase TCH Drop dalam sebuah sistem secara performansi hal ini masih dikatakan cukup
diharapkan juga kurang dari 2%. baik.
Statistik drop call terdiri dari 2 buah Jadi dapat disimpulkan masalah utama
parameter utama yaitu TCH RF Loss dan Handover terjadinya TCH drop adalah faktor RF Loss seperti
Failure. yang dijelaskan sebelumnya RF Loss diakibatkan
karena cakupan coverage BTS tidak sesuai dengan
Tabel 8. Tingkat Presentase TCH Drop apa yang telah direncanakan. Oleh karena itu perlu
adanya pengecekan ulang (drive test) baik
Nama TCH_d TCH_rfl Handover
No. perhitungan luas coverage, prediksi level sinyal
BTS rop oss _failur
baik yang dipancarkan maupun yang diterima MS,
Nipah serta penggunaan kelas daya pancar untuk masing-
0,0046
1 Kunin 0% 1,85 % masing BTS.
%
g
Perum
0,0012 2,00000%
2 1 0% 0,98 %
%
Jeruju 1,50000% TCH_drop
Marta 0,00002 1,00000%
3 0% 1,42 %
dina 6% 0,50000% TCH_rfloss
Gertak 0,0003 0,00000%
4 0% 1,69 %
1 %
Handover_fai
Gang
0,0011 lur
5 Seman 0% 1,22 %
%
gka
Sumber = Hasil perhitungan data Operator PT.
Indosat Ooredoo Pontianak, 2016 Sumber = Hasil perhitungan data Operator PT.
Indosat Ooredoo Pontianak, 2016
- TCH RF Loss
Gambar 7. Grafik Perbandingan TCH drop akibat
Dari tabel 8. dapat dilihat bahwa tidak TCH RF Loss dengan Handover Failure
terdapat BTS yang mengalami tingkat RF Loss
yang cukup tinggi. Apabila RF Loss ini cukup 4.4 Perhitungan dan Perbaikan Jarak Pancar
tinggi, bisa diakibatkan karena beberapa macam Maksimal BTS yang Memiliki Performansi
faktor diantaranya cakupan coverage antena BTS Maksimal Untuk wilayah BTS-BTS
kurang maksimal sehingga banyak daerah-daerah Pontianak Barat
yang tidak tercakup (daerah blank spot). Selain itu
RF Loss juga bisa diakibatkan karena banyaknya Dari analisa trafik di atas maka perlu adanya
daerah yang terjadi overlap atau tumpang tindih perhitungan jarak pancar maksimal untuk masing-
cakupan coveragenya sehingga pada daerah-daerah masing daya pemancar dalam hal penerimaan
tersebut terjadi interverensi yang mengakibatkan sinyal. BTS area Pontianak Barat terdapat 5 BTS.
terjadinya drop call. Kegagalan handover pun Dengan menggunakan persamaan yaitu menghitung
cukup memberikan peran terhadap terjadinya drop EIRP, serta mencari besarnya nilai redaman guna
call yang terjadi. menentukan seberapa jauh jarak masing-masing
BTS.
L p  C1  C 2 log f  13,82 log hb  ahm  dilapangan. Pengurangan atau penambahan daya
bertujuan untuk memaksimalkan daya pancar
 44,9  6,55 log hb  log R jaringan BTS di wilayah Pontianak Barat sehingga
bisa mengcover daerah blank spot serta untuk
dimana : meminimalkan daerah yang overlap (tumpang
tindih) perubahan daya pancar ini tentunya harus
C1 = 69,55 untuk 400 ≤ f ≤ 1500 (MHZ) disesuaikan dengan BTS-BTS terdekat.
46,30 untuk 1500 ≤ f ≤ 1500 (MHZ)
C2 = 26,16 untuk 400 ≤ f ≤ 1500 (MHZ) 4.5 Peningkatan Performansi Jaringan Setelah
33,90 untuk 1500 ≤ f ≤ 1500 (MHZ) Dilakukan Perubahan Daya Pancar
Lp = redaman total propagasi sinyal pada daerah
urban Untuk membuktikan perbaikan kerja jaringan
f = frekuensi operasi (450-1000 MHZ) maka perlu dilakukan perhitungan pada 2 kondisi,
hb = tinggi efektif antena SRB yaitu kondisi sebelum perbaikan performansi dan
hm = tinggi efektif antena SRB kondisi setelah dilakukan perubahan-perubahan
R = jarak antara SRB dan UTB (1-10 Km) daya pancar. Perlu dilakukan perhitungan luas
daerah cakupan layanan BTS-BTS di wilayah BTS
FHata  EIRP ( Equivalent Isotropically Pontianak Barat, dengan menggunakan persamaan
3
RadiantedP ower )  LossHata  K mor(i ) Ls   3  R 2 dimana R adalah jarak Pancar
2
dimana : BTS, maka dapat dihitung luas cakupan masing-
masing BTS.
Fhatta = Level daya penerimaan
LossHatt = redaman propagasi (LP) Tabel 10. Peningkatan Performasi Jaringan
EIRP = daya pancar pada ujung antena BTS Sebelum dan Sesudah
= daya output RF (PtB) + penguatan
Antena BTS (Gt) – redaman feeder Sebelum Sesudah
Transmisi (a1)
Kmor(i) = faktor koreksi untuk wilayah propagasi Lua Lua Peningk
Nama R R
No. s s atan
BTS (k (k
Tabel 9. Perubahan Daya Pancar Baru Yang (km (km (%)
m) m)
Dipakai )2 )2
Nipah
0,2 0,2 0,4
Sebelum Sesudah 1. Kunin 0,4 87,39
92 22 16
Jarak Jarak g
Nama Daya Daya Perum 0,2 0,2 0,4
No. Panca Panca 2. 0,4 96,23
BTS Panca Panca 1 86 12 16
r r
r (W) r (W) Martad 0,2 0,1 0,4
(Km) (Km) 3. 0,4 121,28
Nipah 35,14 inata 7 88 16
1. 19.95 0,292 0,4 Gertak 0,2 0,1 0,4
Kuning 6 4. 0,4 115,54
Perum 35,49 1 72 93 16
2. 19.95 0,286 0,4 Gang
1 6 0,2 0,1 0,4
Martadi 36,46 5. Seman 0,4 121,28
3. 19.95 0,270 0,4 7 88 16
nata 7 gka
Gertak 36,28 Sumber = Hasil perhitungan dan hasil Rekapitulasi
4. 19.95 0,272 0,4 hasil Refarming, 2015
1 1
Gang
36,46 Dari tabel di atas maka dapat kita lihat
5. Semang 19.95 0,270 0,4
6 penambahan luas daerah cakupan untuk BTS-BTS
ka
Sumber = Hasil perhitungan dan hasil Rekapitulasi tersebut, maka dapat kita estimasi perubahan nilai
hasil Refarming, 2015 drop call setelah dilakukan perbaikan, yaitu sebagai
berikut :
Dari melihat hasil perhitungan dan gambar
coverage pada pemetaan area jaringan BTS, maka 1. BTS Nipah Kuning
tidak perlu adanya perbaikan performansi untuk SDCCH Drop : 0,07747 – (87,39% x 0,07747)
BTS-BTS yang memiliki performansi buruk, = 0,0098
adapun apabila didapat performansi yang buruk TCH Drop : 0,0046 – (87,39% x 0,0046)
dapat dilakukan diantaranya adalah dengan cara = 0,00058
mengurangi serta menambah daya pancar BTS. Hal
ini tentu saja dengan melihat kondisi riil yang ada 2. BTS Perum I
SDCCH Drop : 0,02161 – (96,23% x 0,02161)
= 0,000081 0,08
TCH Drop : 0,0012 – (96,23% x 0,0012) 0,07
= 0,0000045 0,06 SDCCH
0,05 Sebelum
3. BTS Martadinata 0,04 estimasi
SDCCH Drop : 0,03613 – (121,28% x 0,03613) 0,03
0,02 TCH Sebelum
= 0,0077
0,01 estimasi
TCH Drop : 0,000026 – (121,28% x 0,000026)
0
= 0,00000055

Perum I
Martadinata
Gertak I
Gang Semangka
Nipah Kuning
SDCCH
4. BTS Gertak 1 Sesudah
SDCCH Drop : 0,03613 – (115,54% x 0,03613) estimasi
= 0,0056
TCH Drop : 0,0003 – (115,54% x 0,0003)
= 0,0000047
Gambar 8. Grafik SDCCH Drop dan TCH Drop
5. BTS Gang Semangka Sebelum dan sesudah estimasi
SDCCH Drop : 0,02038 – (121,28% x 0,02038)
= 0,0056 Dari tabel 11. terlihat hasil perhitungan Drop
TCH Drop : 0,0011 – (121,28% x 0,0011) Rate (%) sesudah penambahan atau perbaikan jarak
= 0,00023 tidak mengalami trafik yang cukup tinggi dari Drop
Rate (%). Hal ini dapat dilihat pada BTS Nipah
Tabel 11. Estimasi Drop Call Kuning dengan jarak baru 0,4 Km dengan
peningkatan sebesar 87,39 % SDCCH dan TCH
Drop Rate (%) yang diperoleh 0,0098 % dan 0,00058 %, pada
Nama Sebelum Sesudah BTS Perum 1 Jeruju dengan peningkatan sebesar
No. 96,23 % SDCCH dan TCH yang diperoleh 0,00081
BTS SDCC SDCC
TCH TCH % dan 0,0000045 %, pada BTS Martadinata
H H
dengan peningkatan sebesar 121,28 % SDCCH dan
Nipah TCH yang diperoleh 0,0077 % dan 0,00000055 %,
0.0774 0.004 0,000
1. Kuni 0,0098 pada BTS Gertak 1 dengan peningkatan sebesar
7 6 58
ng 115,54 % SDCCH dan TCH yang diperoleh 0,0056
Peru 0.0216 0.001 0,0000 0,000 % dan 0,0000047 %, pada Gang Semangka dengan
2.
mI 1 2 81 0045 peningkatan sebesar 121,28 % SDCCH dan TCH
Marta 0.0361 0.000 0,000 yang diperoleh 0,0056 % dan 0,00023 %.
3. 0,0077
dinata 3 026 00055 Dengan demikian berdasarkan pada Tabel 11.
Gerta 0.0361 0.000 0,000 ini juga, perubahan jarak pancaraan dari BTS
4. 0,0056
kI 3 3 0047 secara signifikan tidak terlalu berpengaruh pada
Gang nilai intensitas trafik voice, pada jaringan 3G, voice
0.0203 0.001 0,000
5. Sema 0,0056 tidak terlalu berpengaruh terhadap kapasitas
8 1 23
ngka jaringan Indosat Ooredoo karena pada prinsip
0.1917 0.007 kerjanya voice lebih di larikan ke jaringan 2G,
TOTAL 0 0
2 226 sehingga ketika melakukan panggilaan dengan
0.0383 0.001 otomatis user langsung di alihkan ke jaringan 2G,
Rata – rata 0 0
44 4452 oleh sebab itu intensitas trafik voice pada jaringan
Sumber = Hasil perhitungan dan hasil Rekapitulasi 3G tidak terlalu tinggi. Yang sangat berpengaruh
hasil Refarming, 2015 besar terhadap kapasitas jaringan 3G adalah data.
Penggunaan data juga menjadi tolak ukur terhadap
kenaikkan kapasitas pada jaringan 3G karena
penggunaan data lebih memakan kapasitas
dibandingkan voice. Namun bukan berarti voice
tidak diperhatikan dalam jaringan 3G, pihak
Operator juga tetap menjaga kualitas voice pada
jaringan 3G karena kebanyakan user juga
melakukan lock 3G pada handsetnya.
5. Penutup 8. Sehingga berdasarkan analisis ini juga telah
5.1 Kesimpulan dilakukan perhitungan untuk memperoleh daya
pancar dan jarak pancar dari BTS terhadap MS
Dari hasil pembahasan dan analisis yang telah (Mobile Station) yang maksimal tanpa
dilakukan, dapat disimpulkan hal – hal sebagai mengurangi nilai performansi.
berikut:
1. Dari hasil drive test lima BTS untuk sebelum 5.2 Saran
dan sesudah perubahan pita frekuensi 1800 dan
2100 MHZ, pada persentase SDCCH blocking Adapun beberapa hal yang dapat ditambahkan
tidak memiliki tingkat blocking yang cukup dalam pengembangan skripsi ini adalah sebagai
tinggi, sebagaimana telah ditentukan Operator berikut:
PT. Indosat Ooredoo yaitu tidak lebih besar
dari 2 %. Adapun lima BTS tersebut BTS 1. Skripsi ini dapat dilanjutkan kembali dengan
Nipah Kuning, BTS Perum 1 Jeruju, BTS melakukan perhitungan pada intensitas trafik
Martadinata, BTS Gertak 1 dan BTS Gang data dan membandingkannya kembali
Semangka. terhadap pengaruh perubahan power transmit.
2. Untuk hasil tingkat persentase SDCCH Drop Diharapkan untuk pengembangan selanjutnya
sebelum refarming dan sesudah refarming dapat melakukan penyesuaian dengan data
pada kelima BTS yang diamati tidak yang terbaru.
ditemukan tingkat persentase yang sangat 2. Akan lebih baik lagi jika menganalisis dengan
tinggi. Operator PT. Indosat Ooredoo juga lengkap pengaruh – pengaruh yang terjadi
menentukan tingkat SDCCH Drop ini yaitu terhadap perubahan power transmit karena
tidak lebih besar dari 2 %. peneliti memiliki keterbatasan dalam
3. Dari hasil TCH (Traffic Channel) Blocking mendapatkan data sehingga hanya dapat
sebelum refarming dan sesudah refarming membahas hubungannya dalam intensitas
pada kelima BTS yang diperoleh dari hasil trafik voice saja
drive test juga diperoleh tingkat persentase
yang tidak tinggi yaitu kurang dari 2 % yang Referensi
ditentukan Operataor PT. Indosat Ooredoo. 1 Dedi, 2013, Analisis Performansi Sistem
4. Selain itu juga dari drive test ini juga diperoleh Seluler CDMA 2000x1 Berdasarkan Key
nilai tingkat persentase untuk TCH (Traffic Performance Indikator (KPI). Pontianak,
Channel) Drop, TCH RF Loss dan Handover Fakultas Teknik UNTAN.
failure dari kelima BTS diperoleh tingkat 2 Friskawina, 2010, Analisis Performansi BTS
persentase yang tidak tinggi yaitu kurang dari (Base Transceiver Station) Inner City
2 % yang ditentukan Operataor PT. Indosat Pontianak. Pontianak, Fakultas Teknik
Ooredoo. UNTAN.
5. Sesudah memperoleh hasil drive test juga perlu 3 Fitri Imansyah, 2010, Teknologi (GSM)
adanya mengetahui jarak pancar pada masing- Global System For Mobile Comunication,
masing BTS yang diamati. Adapun untuk jarak Pontianak, Fakultas Teknik UNTAN.
tersebut yaitu, BTS Nipah Kuning sebesar 4 Izwar, 2012, Analisis Performansi Pengaruh
0,292 Km, BTS Perum 1 Jeruju sebesar 0,286 Interferensi Downlink CDMA (Starone)
Km, BTS Martadinata sebesar 0,27 Km, BTS Terhadap Uplink GSM Pada Alokasi
Gertak 1 sebesar 0,272 Km dan BTS Gang Spektum Bersama Di PT. Indosat
Semangka sebesar 0,27 Km. Pontianak. Pontianak, Fakultas Teknik
6. Sesudah memperoleh hasil drive test juga perlu UNTAN.
adanya mengetahui jarak pancar pada masing- 5 Januar Rahmanto, 2011, Analisis Performansi
masing BTS yang diamati. Adapun untuk jarak Untuk Peningkatan Handover Success Rate
tersebut yaitu, BTS Nipah Kuning sebesar (HOSR). Pontianak, Fakultas Teknik UNTAN.
0,292 Km, BTS Perum 1 Jeruju sebesar 0,286 6 Jimmy, 2015, Analisis Studi Komperatif
Km, BTS Martadinata sebesar 0,27 Km, BTS Perbandingan Key Performance Index Swap
Gertak 1 sebesar 0,272 Km dan BTS Gang Huawei Dengan Nokia Siemens Network
Semangka sebesar 0,27 Km. Pada Operator Telkomsel (STO Tebas).
7. Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan, Pontianak, Fakultas Teknik UNTAN.
maka dapat disimpulkan perubahan pita 1800 7 Malcolm W. Oliphant, Mattias K.Webber,
dan 2100 MHZ, yang selanjutnya disebut Segmund M. Redl, An Introduction to GSM,
refarming 1800 dan 2100 MHZ. Dalam Boston London , Artech House Publishers.
refarming 1800 dan 2100 MHZ pada BTS 8 Mertin J. Keverstein, theodore s. Rappapart,
Nipah Kuning, BTS Perum 1 Jeruju, BTS 1993, Wireless Personal Communication,
Martadina,Gertak 1 dan BTS Semangka tidak Boston Kluever Academic Publishers.
mengalami performansi yang buruk.
9 Riyanto, 2011, Analisis Performansi
Jaringan 3G Untuk Layanan Data PT.
Indosat Area Pontianak Mengunakan
Metode Drive Test. Pontianak, Fakultas
Teknik UNTAN.
10 Setiawan, D. 2010. Alokasi Frekuensi
Kebijakan dan Perencanaan Spektrum.
Edisi Ke-2. Jakarta : Departemen Komunikasi
dan Informatika Direktorat Jenderal Pos dan
Telekomunikasi.
11 Sunomo, 2003, Pengantar Sistem
telekomunikasi Nirkabel, Program penulisan
Buku teks DP3M Dirjen Dikti.
12 Syarifah Riny Rahmaniah, 2014, Analisis
Unjuk Kerja Radio IP Dalam Penanganan
Jaringan Akses Menggunakan Perangkat
Hardware Alcatel-Lucent 9500 Microwave
Packet Radio (MPR). Pontianak, Fakultas
Teknik UNTAN.
13 Usman, U.K, 2008, Pengantar
Telekomunikasi. Bandung. Informatika.
14 Wibisono, Gunawan, Usman, U.K., Hantono,
G.D, 2007, Konsep Teknologi Seluler,
Bandung. Informatika .

Biografi

Syarif Muhammad Faisal, lahir


di Pontianak, Kalimantan Barat,
tanggal 5 Maret 1982.
Menempuh Pendidikan Sarjana
Teknik di Universitas Tanjung
Pura sejak tahun 2008 Jurusan
Teknik Elektro Program Studi
Teknik Elektro

Anda mungkin juga menyukai