Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MORAL EKONOMI ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Tafsir Ayat Ekonomi Yang Dibimbing Oleh:

Hikmatul Hasanah, S.E.I, M.E

Disusun Oleh :

1. Ahmad Sulaiman (E20182250)


2. M. Risqi Abidin (E20182201)
3. Lailatul Mutafarrika (E20182216)
4. Nafilatul Komala (E20182232)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER

Februari 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jember, 12 Februari 2019

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Moral Ekonomi
B. Fungsi Moral Ekonomi
C. Tafsir ayat-ayat tentang Moral Ekonomi Islam

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makna moral sangat penting bagi hidup semua orang. Manusia sebagai
ciptaan Allah berimplikasi pada eratnya hubungan antara iman dan perilaku
manusia dalam kerangka tanggung jawab pada pencipta
Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada
suatu masyarakat karna dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan
serta pelindung bagi lindungan tersebut. Moral dihasilkan dari perilaku
intelektual, emosi atau hasil berfikir setiap manusia yang pada hakikatnya
merupakan aturan dalam kehidupan untuk menghargai dan dapat memebedakan
tentang benar dan salah yang berlaku pada suatu masyarakat. Bila orang
membicarakan moral seseorang, maka yang dibicarakan ialah kebiasaan, tingkah
laku atau perbuatan orang atau kelompok masyarakat. Moralisasi dimaksudkan
usaha ajaran-ajaran moral tersebut, sehingga aturan-aturan, tingkah laku dan
perbuatan yang telah disepakati oleh seluruh masyarakat untuk dihayati dan
dilestarikan oleh anggota masyarakat maupun penerusny, maka hal-hal yang
dianut dan dijadikan aturan tingkah laku tersebut dinamakan nilai-nilai moral.
2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud moral ekonomi ?
2. Apa fungsi moral ?
3. Ayat apa yang menerangkan tentang Ekonomi Moral ?
3. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian moral ekonomi
2. Untuk mengetahui fungsi moral
3. Untuk mengetahui ayat apa yang menerangkan tentang Ekonomi Moral
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Moral Ekonomi

Dalam kajian sosiologi, Moral Ekonomi adalah suatu analisa tentang apa yang
menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam kegiatan
perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai gejala sosial yang berkemungkinan besar
sangat berpengaruh terhadap tatanan kehidupan sosial.

Menelaah lebih lanjut, beberapa buku referensi bagi mahasiswa dalam


perkuliahan, diajukan beberapa teori tentang moral ekonomi. James C. Scott
mengajukan sebuah analisa tentang kehidupan petani sedangkan H.D. Evers
mengemukaakn teori tentang moral ekonomi pedagang. Inti pembahasannya adalah
apa yang menyebabkan sekelompok masyarakat berperilaku, bertindak dan
beraktivitas dalam kegiatan perekonomian.

1) Moral Ekonomi Petani


J.C. Scott menyatakan bahwa moral ekonomi petani di dasarkan atas norma
subsistensi dan norma resiprositas. Di mana ketika seorang petani mengalami
suatu keadaan yang menurut mereka (petani-red) dapat merugikan kelangsungan
hidupnya, maka mereka akan menjual dan menggadai harta benda mereka. Hal
ini disebabkan oleh norma subsistensi. Sedangkan resiprositas akan timbul
apabila ada sebagian dari anggota masyarakat menghendaki adanya bantuan dari
anggota masyarakat yang lain. Hal ini akan menyebabkan berbagai etika dan
perilaku dari para petani.
James C. Scott menambahkan bahwa para petani adalah manusia yang terikat
sangat statis dan aktivitas ekonominya. Mereka (petani-red) dalam aktivitasnya
sangat tergantung pada norma-norma yang ada.
Dapat di defenisikan moral ekonomi sebagai pengertian petani tentang
keadilan ekonomi dan defenisi kerja mereka tentang eksploitasi pandanga
mereka tentang pungutan –pungutan terhadap hasil produksi mereka mana yang
dapat ditolerir mana yang tidak dapat. Dalam mendefinisikan moral ekonomi,
petani akan memperhatikan etika subsistensi dan norma resiprositas yang
berlaku dalam masyarakat mereka. Etika subsistensi merupakan perspektif dari
mana petani yang tipikal memandang tuntutan-tuntutan yang tidak dapat di
letakkan atas sumber daya yang dimilikinya dari pihak sesama warga desa,tuan
tanah atau pejabat.
Etika subsistensi tersebut, menurut james Scott (1976), muncul dari
kekhawatiran akan mengalami kekurangan pangan dan merupakan konsekuensi
dari suatu kehidupan yang begitu dekat dengan garis batas dari krisis subsistensi.
Oleh karena itu kebanyakan rumah tangga petani hidup begitu dekat dengan
batas-batas substensi dan menjadi sasaran-sasaran permainan alam serta tuntutan
dari pihak luar maka mereka meletekkan landasan etika subsistensi atas dasar
pertimbangan prinsip safety first (dahulukan selamat).
Dari sudut pandang moral ekonomi petani,subsistensi itu sendiri merupakan
hak oleh sebab itu ia sebagai tuntutan moral. Maksudnya adalah petani
merupakan kaum yang miskin mempunyai hak sosialatas subsistensi. Oleh
karena itu, setiap tuntutan terhadap petani dari pihak tuan tanah sebagai elit desa
atau negara tidaklah adil apabila melanggar kebutuhan subsistensi. Pandangan
moral ini mengandung makna bahwa kaum elit tidak boleh melanggar cadangan
subsistensi kaum miskin pada muslim baik dan memenuhi kewajiban moralnya
yang positif untuk menyediakan kebutuhan hidup pada musim jelek.
Norma resiprositas merupakan rumus moral sentral bagi perilaku
antarindivindu: antara petani dengan sesama warga desa, antara petani dengan
tuan tanah, antara petani dengan negara.prinsip moral ini berdasarkan gagasan
bahwa orang harus membantu mereka yang pernah membantu atau paling tidak
jangan merugikan. Prisip moral ini mengandung arti bahwa satu hadiah atau jasa
yang di terima menciptakan, bagi si penerima, satu kewajiban timbal balik untuk
membalas satu hadiah atau jasa dengan nilai yang setidak-tidaknya membanding
di kemudian hari. Ini berarti bahwa kewajiban untuk membalas budi merupakan
satu prinsip moral yang paling utama yang berlaku bagi hubungan baik antara
pihak-pihak sederajat. James scott (1976) telah meletakkan dasar stratifikasi
sosial masyarakat petani atas tingkat keamanan subsistensi mereka, bukan pada
penghasilan mereka. Keamanan subsistensi mereka di jamin oleh tuan tanah
yang menjadi patron mereka.sedangkan lapisan terbawahnya adalah buruh.
Pertumbuhan negara kolonial dan komersiliasi pertanian yang membawa
masyarakat petani ke dalam ekonomi dunia telah memperumit dilema
keterjaminan subsistensi kaum petani.
2) Moral Ekonomi Pedagang

H.D. Evers mengemukakan bahwa moral ekonomi pedagang timbul ketika


mereka menghadapi permasalahan dalam aktivitas jual beli. Ia mengatakan para
pedagang seringkali mengalami dilema. Moral ekonomi pedagang, menurut
H.D. Evers timbul karena adanya pertentangan dalam diri pedagang sendiri.
Apabila yang menjual dengan harga yang tinggi, maka dagangannya tidak akan
laku/ laris. Apabila ia menjual dagangannya dengan harga murah, sedangkan
modal sangat mahal, maka kerugian yang akan dialami.

Dalam keadaan seperti itu, menurut H. D. Evers, pedagang berusaha mencari


jalan keluar sendiri. Di antaranya adalah dengan memilih jalan untuk merantau/
membuka usaha di negeri orang. Sehingga pertentangan bathinpun tidak ada
lagi. H.D. Evers memandang bahwa pedagang adalah manusia yang kreatif dan
dinamis. Hal didasarkan kepada para pedagang tidak tertumpu pada norma-
norma yang ada di dalam masyarakat. Mereka bisa menyelesaikan permasalahan
pribadi tanpa melanggar norma-norma yang ada.

H.D. Evers dalam Damsar (2000: 90-92) mengemukakan bahwa


moral ekonomi pedagang timbul ketika mereka menghadapi permasalahan
dalam aktivitas jual beli. Para pedagang seringkali mengalami dilema.
Moral ekonomi pedagang, menurut H.D. Evers timbul karena adanya
pertentangan dalam diri pedagang sendiri. Apabila yang menjual dengan
harga yang tinggi, maka dagangannya tidak akan laku atau laris.
Apabila pedagang menjual dagangannya dengan harga murah, sedangkan
modal sangat mahal, maka kerugian yang akan dialami.

Melihat dilema yang dialami oleh pedagang tersebut, Hans Dieter Evers
dalam Damsar (2000) menemukan lima solusi atau jalan keluar yang
berbeda dengan apa yang dilakukan pedagang dalam menghadapi dilema
tersebut, yaitu:

a. Imigrasi Penduduk Minoritas


b. Pembentukan Kelompok-Kelompok Etnis atau Religius
c. Akumulasi Status Kehormatan (Budaya)
d. Munculnya Pedagang Kecil yang bercirikan “Ada Uang ada Barang”
e. Depersonalisasi (ketidakterlekatan) Hubungan-Hubungan Ekonomi.

Dalam hal ini konsep aspek moral ekonomi pedagang yang


dikemukakan Hans Dieters Evers di atas berbeda dengan aspek moral ekonomi
yang terbentuk pada pedagang pekanan etnis Minang. Jika Evers melihat
bahwa aspek moral ekonomi muncul karena pedagang mengalami dilema
ketika harus menjual barang dengan harga yang tidak terlalu tinggi kepada
pembelinya sedangkan disatu sisi pedagang tersebut harus mengambil
keuntungan maka aspek moral ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah tindakan ekonomi yang dilakukan para pedagang pekanan etnis
Minang yang sesuai dengan etika atau tata tertib tingkah laku dalam
bertindak dan berpikir yang dianggap baik dan benar dalam aktivitas ekonomi

3) Moral Ekonomi Sosialis

Istilah sosialisme atau sosialis dapat mengacu ke beberapa hal yang


berhubungan dengan ideologi atau kelompok ideologi, sistem ekonomi, dan
negara. Istilah ini mulai digunakan sejak awal abad ke-19. Dalam bahasa
Inggris, istilah ini digunakan pertama kali untuk menyebut pengikut Robert
Owen pada tahun 1827. Di Perancis, istilah ini mengacu pada para pengikut
doktrin Saint-Simon pada tahun 1832 yang dipopulerkan oleh Pierre Leroux dan
J. Regnaud. Penggunaan istilah sosialisme sering digunakan dalam berbagai
konteks yang berbeda-beda oleh berbagai kelompok, tetapi hampir semua
sepakat bahwa istilah ini berawal dari pergolakan kaum buruh industri dan buruh
tani pada abad ke-19 hingga awal abad ke-20 berdasarkan prinsip solidaritas dan
memperjuangkan masyarakat egalitarian yang dengan sistem ekonomi menurut
mereka dapat melayani masyarakat banyak daripada hanya segelintir elite.

Pendapat Brinton dalam buku Perkembangan Pemikiran Ekonomi karya


Sosialisme oleh sementara orang juga diartikan sebagai bentuk perekonomian
yang pemerintahannya paling kurang bertindak sebagai pihak yang dipercayai
oleh seluruh warga masyarakat. Pemerintah juga sebagai pihak yang
menasionalisasikan industry-industri besar seperti pertambangan, jalan-jalan dan
jembatan, kereta api serta cabang-cabang produksi lain yang menyangkut hajat
hidup orang-orang banyak. Dalam bentuk yang paling lengkap sosialisme
melibatkan semua alat-alat produksi , termasuk yang didalamnya tanah-tanah
pertanian oleh negara dan menghilangkan milik swasta.

Karl Marx yang di kenal dengan aliran Marxisme-nya, membagi masyarakat


kepada kelas ploretar dan kelas borjuis. Hal ini kemudian di kenal dengan teori
kelasnya.

Moral ekonomi dalam kalangan sosialis tidak terlepas dari teori yang di
kemukakan oleh James C. Scott dan H. D. Evers di atas. Hal inilah yang
kemudian memancing Marx untuk membentuk persatuan buruh yang
berorientasi kepada pembebasan hak-hak mereka dari kungkungan kaum borjuis.
Hal ini dikarena kerasnya persaingan perekonomian dalam sistem Kapitalis.
Keadaan seperti ini kemudian memancing lahirnya revolusi sosialis di mana
pemerataan kepemilikan adalah sistem perekonomiannya.

4) Moral Ekonomi dalam Islam


Segala bentuk aktivitas manusia sudah diatur oleh Allah dalam Al-Quran.
Baik itu aktivitas ekonomi, sosial, politik sampai kepada adab untuk
meludahpun ada aturannya. Dalam sistem ekonomi, Islam menekankan untuk
mencari rezki di atas dunia dengan tidak melupakan kewajiban-kewajiban
kepada Allah dan norma-norma yang telah ditetapkan.

Sistem perekonomian dalam islam diatur jelas dalam Al-Quran. Salah


satunya terdapat dalam surat al-jumu`ah ayat 10: “apabila kamu selesai shalat,
betebaranlah di muka bumi untuk mencari rezki yang diberikan Allah” dalam
ayat ini, jelaslah bawah moral ekonomi dalam Islam sangat terikat pada Al-
Quran dan Sunnah Rasul.

Dalam urusan subsistensi dan resiprositas, Al-Quran mewajibkan zakat bagi


yang mampu, dan menganjurkan untuk menunaikan sedekah, infak dan wakaf.
Sehingga kemerataan perekonomian pun terjadi. Hal itu di serukan Allah sebagai
wujud antisipasi dari kemungkinan-kemungkinan negatif. Hal itu bisa saja
terjadi apabila norma subsistensi dan resiprositas sudah sampai pada taraf yang
tidak wajar, sebagai contoh apabila masyarakat di landa sebuah musim paceklik.
Maka golongan masyarakat yang kurang mampu dapat terbantu karena adanya
zakat, sedekah, infak dan wakaf.

Di sisi lain, Al-Quran juga menganjurkan untuk saling tolong menolong.


“tolong menolonglah kamu kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah
kamu tolong menolong dalam berbuat dosa dan keingkaran”

Intinya, moral ekonomi dalam Islam sangat tergantung pada kitab panduan
yang diberikan Allah untuk mengatur kehidupannya manusia, tidak saja
pertimbangan norma subsistensi dan resiprositas, tetapi juga mempertimbangkan
norma-norma sosial yang lain. Tindakan yang akan timbulpun akan berbeda.
Karena dengan keyakinan dalam setiap perbuatan ada balasannya, apakah itu
kebaikan maupun keburukan, maka Umat Islam yang beriman pun akan selalu
mengerjakan aktivitas ekonomi hanya untuk mengharapkan keridahaan Allah.
B. Fungsi Moral

Institusi Hisbah adalah lembaga pengawas berlangsungnya moral dan akhlak


islami dalam berbagai transaksi dan perilaku konsumen dan produsen di pasar.
Tugasnya adalah mewujudkan perekonomian yang bermoral yang berlandaskan
pada Al-Qur’an dan Sunnah. Pada tataran yang lebih luas tugas dari Al-Hisbah
adalah amar ma’ruf nahi munkar. Pasar merupakan sasaran utama pengawasan al-
hisbah karena disana sering terjadi penipuan, kecurangan, ikhtiar, riba, pemaksaan
dan kewenang-wenangan menjatuhkan hukuman.

Muhtasib boleh menjatuhkan hukuman terhadap berbagai pelanggaran kejahatan


yang terjadi di pasar. Hukuman yang dijatuhkan adalah hukuman ta’zir. Dalam
pelaksanaan hukum muhtasib harus memperhatikan, mempertimbangkan bahwa
dengan hukuman tersebut pelaku pelangaran bisa jera dan tidak mengulangi lagi.
Oleh sebab itu, muhtasib bebas memilih hukuman yang akan dijatuhkan terhadap
pelaku pelaggaran mulai dari hukuman yang paling ringan hingga palingg berat,
mulai dari pemberian peringatan, ajakan, ancaman, celaan, dan hukum penjara.

Muhtasib bertugas mencegah kemungkaran dan pelanggaran berbagai ketentuan


di pasar dan memberikan sangsi yang tepat serta tindakan korektif. Ketika para
pembeli atau pedagang melakukan tindakan pelanggaran, misalnya menipu, curang,
ikhtiar, transaksi gharar, riba, dan jual beli terlarang lainnya yang berakibat pada
rusaknya stabilitas pasar. Muhtasib harus menegur, memberi peringatan, atau
ancaman. Akan tetapi jika tidak di indahkan, muhtasib berwenang mengukum
mereka sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan. Ada beberapa hukum yang
dapat dilakukan muhtasib, seperti memecahkan atau memusnahkan barang
dagangan dan atau membagi barang dagangan kepda orang miskin, atau mengusir
pra pelaku pelanggaran tersebut dari pasar, bahkan muhtasib mempunyai kekuasaan
untk mempenjarakannya

Dalam melaksanakan tugasnya muhtasib dibantu oleh bergaia alhi dari bedang
yang berbeda. Lalu, iya memperkerjakan beberapa pembantu intuk membantunya
dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya. Dalam melaksakan tugas muhtasb
tidak kangsung menjatuhkan hukuman atau saksi kepada orang yang terbukti
melakukan kecurangan dan enipuan dia terlebih dahulu menasehati dan menyuruh
bertaubat jika tidak berhasil, muhtasib segera melakukan tindakan kepadanya.
Ringkasannya peran sosial ekonomi dan rejilius muhtasib adalah muhtasib harus
memerintahkan semua orang yang ada di bawah naungannya untuk melakukan
sholat, menegakkan ke adilan, melarag perbuatan buruk, seperti dusta, tidak jujur,
mengurangi takara timbangan, penupuan dalam masalah industri, perdagangan dan
sebagainya

C. Tafsir ayat-ayat tentang Moral Ekonomi Islam


a. Tafsir Ayat Moral Ekonomi
1. Surah Al-Baqarah Ayat 177

Artinya : Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu
kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka
itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa.

b. Kandungan Ayat
1. Kebajikan ialah apabila jiwa terlebih dahulu diisi dengan iman,
dibuktikan dengan kasih sayang kepada manusia.
2. Ayat ini menegaskan bahwa kebajikan/ketaatan yang mengantar kepada
kedekatan kepada Allah Swt bukanlah dalam menghadapkan wajah
dalam shalat kea rah timur dan barat tanpa makna, tetapi kebajikan
adalah yang mengantar kepada kebahagiaan dunia dan akherat, yaitu
keimanan kepada Allah Swt, dan lainlain yang disebutkan ayat tersebut.
3. Kebajikan yang sempurna bukan hanya dalam bentuk shalat saja tetapi
nilai kebajikan dari shalat itu yang tersimbulkan dalam amal nyata
berupa kesediaan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang lain,
sehingga bukan hanya memberi harta yang sudah tidak disenangi atau
tidak dibutuhkan, tetapi memberikan harta yang dicintainya secara tulus
dan demi meraih cinta-Nya.
4. Kehidupan manusia di dunia ini adalah mata rantai dari ikatan janji, baik
janji dengan Tuhan maupun janji kepada sesama makhluk. Maka orang
yang beriman belumlah mencapai kebajikan, meskipun ia telah shalat,
berzakat, berderma, jika ia tidak teguh memegang janji.
5. Allah Swt memberikan pernghargaan yang tinggi kepada orang-orang
yang memiliki sikap sabar, yaitu tabah, menahan diri dan berjuang
dalam mengatasi kesulitan hidup dan aneka cobaan hidup dengan tetap
menguatkan hatinya kepada Allah Swt. Ketahulilah bahwasannya tidak
kurang dari 98 ayat di dalam al-Qur’an yang menyebutkan keutamaan
sabar.
6. Islam mengajarkan untuk tertib dalam amaliah, yang dimulai dengan
iman, diikuti dengan rasa cinta kepada sesama manusia, dan diiringi lagi
dengan iman kepada Allah Swt dengan shalat yang khusyu’, lalu
berzakatlah, teguhlah memegang janji, bersabarlah memikul tugas
hidup. Kalau semua itu sudah terisi, barulah pengakuan iman dapat
diterima oleh Allah Swt, dan barulah terhitung dan termasuk dalam
daftar Allah Swt sebagai seorang yang benar (shadaqu), yang cocok isi
hatinya dengan amalannya.
7. Inti kehidupan yang sejati adalah taqwa. Karena itu Islam mewajibkan
kita untuk memelihara hubungan baik dengan Allah Swt. Dengan cara
meningkatkan iman. Jangan sampai orang melakukan shalat tetapi
jiwanya gelap, banyak orang shalat padahal ia tidak tahan kena cobaan,
ada orang taat shalat, tetapi ia bakhil, tidak mau menolong orang lain.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kajian sosiologi, Moral Ekonomi adalah suatu analisa
tentang apa yang menyebabkan seseorang berperilaku, bertindak dan
beraktivitas dalam kegiatan perekonomian. Hal ini dinyatakan sebagai
gejala sosial yang berkemungkinan besar sangat berpengaruh terhadap
tatanan kehidupan sosial.
Menelaah lebih lanjut, beberapa buku referensi bagi mahasiswa
dalam perkuliahan, diajukan beberapa teori tentang moral ekonomi.
James C. Scott mengajukan sebuah analisa tentang kehidupan petani
sedangkan H.D. Evers mengemukaakn teori tentang moral ekonomi
pedagang. Inti pembahasannya adalah apa yang menyebabkan
sekelompok masyarakat berperilaku, bertindak dan beraktivitas dalam
kegiatan perekonomian.
DAFTAR PUSTAKA

https://studylibid.com/doc/136744/jaringan-sosial-dan-moral-ekonomi-pedagang

https://bantaitugas.wordpress.com/2013/12/30/sistem-ekonomi-sosialisme/

https://3kh4.wordpress.com/2007/12/18/moral-ekonomi/

https://www.bacaanmadani.com/2018/04/isi-kandungan-al-quran-surat-al-baqarah.html

Anda mungkin juga menyukai