2
Lingkungan Hidup Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota;
18. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 06
Tahun 2009 tentang Laboratorium Lingkungan;
19. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 11
Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian
Lingkungan Hidup Tahun 2010-2014;
20. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Lingkungan Hidup;
21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.07/2011
tentang Pedoman Umum dan Alokasi Dana Alokasi Khusus
Tahun Anggaran 2012;
22. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 10
Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor 11 Tahun 2010 tentang
Rencana Strategis Kementerian Lingkungan Hidup 2010-
2014;
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Dana Alokasi Khusus Bidang Lingkungan Hidup, yang
selanjutnya disebut DAK Bidang LH adalah dana yang
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan
untuk membantu mendanai kegiatan pemantauan kualitas
lingkungan hidup, pengendalian pencemaran lingkungan
hidup, perlindungan fungsi lingkungan hidup, dan dalam
rangka mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya
disebut APBN adalah Rencana Keuangan Tahunan
Pemerintahan Negara yang disetujui Dewan Perwakilan
Rakyat.
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang
selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui
bersama oleh Pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
3
4. Instansi Lingkungan Hidup Daerah adalah instansi yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup daerah.
5. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup.
Pasal 2
Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Menteri ini
meliputi:
a. tujuan dan sasaran;
b. kegiatan DAK Bidang LH;
c. anggaran DAK Bidang LH;
d. pembinaan; dan
e. pelaporan.
Pasal 3
DAK Bidang LH bertujuan meningkatkan penyelenggaraan,
tanggung jawab, peran pemerintah kabupaten/kota dalam:
a. melaksanakan standar pelayanan minimal bidang
lingkungan hidup daerah kabupaten/kota; dan
b. mendukung upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.
Pasal 4
DAK Bidang LH mempunyai sasaran untuk melengkapi sarana
dan prasarana fisik perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup di kabupaten/kota.
Pasal 5
Penyelenggaraan, tanggung jawab, dan peran pemerintah
kabupaten/kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 meliputi
peningkatan:
a. kinerja pemerintah kabupaten/kota dalam perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan;
b. kemandirian pemerintah kabupaten/kota dalam melakukan
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup;
c. dukungan kepada bupati/walikota dalam:
1. menetapkan kelas air pada sungai prioritas di
wilayahnya;
2. menurunkan beban pencemaran pada air, udara, dan
tanah;
3. menetapkan kebijakan pengurangan volume sampah;
4. menambah luas ruang terbuka hijau yang berfungsi
sebagai paru-paru kota;
4
5. pemulihan fungsi sungai dan danau;
6. menyusun Status Lingkungan Hidup Daerah; dan
7. menunjang program unggulan antara lain:
a) Adiwiyata;
b) Adipura,
c) Menuju Indonesia Hijau; dan/atau
d) Langit Biru.
Pasal 6
(1) Kegiatan DAK bidang LH meliputi:
a. pengadaan alat pemantauan dan pengawasan kualitas
lingkungan hidup;
b. pengadaan alat pengendalian pencemaran lingkungan
hidup;
c. pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim; dan
d. pengadaan sarana dan prasarana perlindungan fungsi
lingkungan hidup.
(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih
berdasarkan pertimbangan:
a. merupakan bagian dari pencapaian indikator kinerja
utama Kementerian Lingkungan Hidup;
b. prioritas penanganan masalah lingkungan hidup yang
dihadapi;
c. kondisi lingkungan hidup setempat;
d. keberlanjutan dan kesinambungan kegiatan;
e. kesesuaian dengan perencanaan daerah;
f. jumlah alokasi anggaran; dan
g. ketersediaan sumber daya manusia.
Pasal 7
(1) Kegiatan pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (1) huruf a meliputi:
a. peralatan laboratorium permanen untuk uji kualitas air,
udara, dan tanah;
b. peralatan laboratorium portable untuk uji kualitas air,
udara, dan tanah; dan
c. kendaraan operasional pemantauan dan pengawasan
lingkungan.
(2) Kegiatan pengadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan secara terbatas dan bersyarat.
5
Pasal 8
(1) Pengadaan peralatan untuk peralatan laboratorium
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a:
a. untuk melengkapi dan menambah peralatan laboratorium
permanen karena bertambahnya jumlah parameter yang
diukur;
b. hanya diperkenankan bagi kabupaten/kota yang telah
mengoperasikan laboratorium dan telah memiliki sumber
daya manusia yang kompeten serta didukung dengan
ketersediaan anggaran yang tetap atau rutin.
(2) Kabupaten/kota yang akan melakukan pengadaan peralatan
laboratorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memperoleh rekomendasi dari kepala Instansi Lingkungan
Hidup Daerah provinsi dan/atau kepala Pusat Pengelolaan
Ekoregion.
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikeluarkan setelah dilakukan penilaian usulan dan
pengamatan lapangan terhadap rencana pengadaan peralatan
laboratorium lingkungan.
Pasal 9
Pengadaan peralatan untuk peralatan laboratorium portable
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b untuk
kabupaten/kota yang:
a. belum pernah memiliki peralatan laboratorium permanen
atau portable; dan
b. baru mendapatkan alokasi DAK Bidang LH.
Pasal 10
(1) Pengadaan kendaraan operasional pemantauan dan
pengawasan lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ayat 7 ayat (1) huruf c untuk kendaraan operasional
pemantauan dan/atau pengawasan terhadap kegiatan
industri pertambangan, energi, minyak, gas, agro industri,
dan manufaktur.
(2) Pengadaan kendaraan operasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1):
a. hanya untuk kabupaten/kota yang memiliki industri
pertambangan, energi, minyak, gas, agro industri, dan
manufaktur; dan
b. harus mendapat rekomendasi dari kepala Instansi
Lingkungan Hidup Daerah provinsi dan/atau kepala
Pusat Pengelolaan Ekoregion.
(3) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
dikeluarkan setelah dilakukan penilaian usulan dan
pengamatan lapangan terhadap rencana pengadaan
kendaraan operasional.
6
Pasal 11
Kegiatan pengadaan alat pengendalian pencemaran lingkungan
hidup sebagaimana dimaksud pada Pasal 6 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. sarana dan prasarana pengolahan air limbah untuk:
1. Usaha Kecil dan Menengah (UKM);
2. fasilitas kesehatan (rumah sakit, puskesmas, dan
klinik); serta
3. kebutuhan komunal;
b. sarana dan prasarana pengelolaan sampah dengan prinsip
3R (reuse, recycle, recovery) di tempat penampungan
sampah sementara, fasilitas umum, dan fasilitas sosial,
serta sekolah-sekolah.
Pasal 12
Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana dalam rangka
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, meliputi:
a. pembuatan taman hijau, taman kehati dan hutan kota; dan
b. sarana dan prasarana pengolahan limbah organik menjadi
biogas.
Pasal 13
Kegiatan pengadaan sarana dan prasarana perlindungan fungsi
lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(1) huruf d, meliputi:
a. sarana dan prasarana pembuatan sumur resapan;
b. sarana dan prasarana pembuatan lubang resapan biopori;
c. sarana dan prasarana pembuatan embung (kolam
tampungan air);
d. penanaman pohon di sekitar mata air;
e. sarana dan prasarana pengolah gulma (tanaman
pengganggu) dan pembuatan media tanam (bitumen); dan
f. sarana dan prasarana pencegah longsor.
Pasal 14
(1) Pelaksanaan kegiatan DAK bidang LH sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 13
dilaksanakan sesuai pedoman pelaksanaan sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(2) Pengadaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
7
perundang-undangan mengenai pengadaan barang dan jasa
pemerintah.
Pasal 15
(1) Anggaran DAK Bidang LH bersumber dari:
a. anggaran pendapatan dan belanja negara; dan
b. anggaran pendapatan dan belanja daerah.
(2) DAK Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
a digunakan untuk membiayai keluaran kegiatan yang
bersifat fisik.
(3) DAK Bidang LH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b digunakan:
a. sebagai dana pendamping untuk membiayai keluaran
kegiatan yang bersifat fisik sebagaimana dimaksud pada
ayat (2); dan/atau
b. untuk membiayai:
1. biaya administrasi proyek;
2. biaya penyiapan proyek fisik;
3. biaya penelitian;
4. biaya pelatihan;
5. honor;
6. biaya perjalanan pegawai daerah; dan
7. lain-lain biaya umum sejenis yang meliputi:
a) biaya pengambilan sampel untuk pemantauan
kualitas air, udara dan tanah;
b) biaya pengambilan data sampah; dan
c) biaya untuk penyusunan laporan.
(4) Dana pendamping sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a dialokasikan paling sedikit 10% (sepuluh
perseratus) dari jumlah DAK Bidang LH yang diterimanya.
Pasal 16
(1) Menteri dan/atau gubernur melakukan pembinaan kepada
pemerintah kabupaten/kota dalam pelaksanaan DAK
Bidang LH.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh Menteri dalam bentuk:
a. pemberian pedoman dan standar;
b. pemberian rekomendasi pengadaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 10 melalui kepala
Pusat Pengelolaan Ekoregion;
c. rapat kerja teknis;
d. bimbingan teknis; dan/atau
8
e. pemantauan dan evaluasi.
(3) Menteri melimpahkan pelaksanaan pemantauan dan
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d
kepada gubernur melalui mekanisme pemanfaatan dana
dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tahun anggaran
2012.
(4) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh gubernur dalam bentuk:
a. pemberian pedoman, standar;
b. pemberian rekomendasi pengadaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 10 melalui kepala
Instansi Lingkungan Hidup Daerah provinsi;
c. koordinasi perencanaan pemanfaatan;
d. pemantauan dan evaluasi.
Pasal 17
(1) Bupati/walikota wajib menyusun dan menyampaikan
laporan pelaksanaan kegiatan DAK Bidang LH kepada:
a. Menteri melalui Sekretaris Kementerian Lingkungan
Hidup dengan tembusan Kepala Pusat Pengelolaan
Ekoregion; dan
b. gubernur melalui kepala Instansi Lingkungan Hidup
Daerah provinsi.
(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terdiri atas:
a. laporan triwulan kemajuan pelaksanaan kegiatan dan
anggaran;
b. laporan tahunan realisasi pelaksanaan kegiatan; dan
c. laporan hasil:
1. pemantauan kualitas lingkungan;
2. pengendalian pencemaran lingkungan;
3. perlindungan fungsi lingkungan hidup; dan
4. adaptasi dan mitigasi perubahan iklim sebagai bagian
dari laporan Status Lingkungan Hidup Daerah.
(3) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disusun
sesuai dengan pedoman penyusunan laporan DAK bidang
LH sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 18
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 01 Tahun 2011
tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus
Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2011 dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
9
Pasal 19
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 29 Desember 2011
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
Diundangkan di Jakarta
Pada tanggal 19 Januari 2012
ttd
AMIR SYAMSUDIN
10
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 17 TAHUN
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN DANA
ALOKASI KHUSUS BIDANG LINGKUNGAN
HIDUP TAHUN ANGGARAN 2012
I. PENDAHULUAN
1
prasarana fisik perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
dialokasikan dapat dilaksanakan dengan optimal dan berkelanjutan.
Di dalam lampiran ini dimuat pula dua program tambahan untuk memperkaya
dan mempertajam pencapaian sasaran DAK 2012 yaitu Bank Sampah dan
Adiwiyata. Kedua program tambahan ini tidak menjadi kegiatan yang terpisah
atau kegiatan baru, namun untuk mendorong pengembangan kedua program
tersebut melalui pengalokasian kegiatan-kegiatan fisik dari menu yang sudah
ditetapkan dalam lingkup kegiatan dan rincian kegiatan yang tercantum dalam
Peraturan Menteri ini, terutama pada lokus-lokus yang akan dilaksanakan.
II. TUJUAN
Pedoman ini disusun dengan tujuan untuk memberikan arahan teknis bagi
Kabupaten/Kota penerima DAK Bidang LH dalam melaksanakan kegiatan,
sesuai dengan lingkup kegiatan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang
LH 2012.
Tidak semua kegiatan yang ada pada pedoman ini harus dilaksanakan.
Kegiatan yang akan dilaksanakan sesuai dengan pertimbangan pemilihan
kegiatan, seperti yang dijelaskan pada pasal 13, Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup tentang Petunjuk Teknis Pemanfaatan DAK Bidang LH
2012.
Di dalam panduan ini dijelaskan secara rinci dan teknis berikut contoh-contoh
gambar untuk tiap-tiap kegiatan sehingga Kabupaten/Kota pelaksana DAK
Bidang LH 2012 memiliki arahan teknis yang dapat menjadi acuan dalam
pelaksanaannya.
2
Ruang lingkup kegiatan:
1. Peralatan Laboratorium Permanen
4
3. Kendaraan operasional pemantauan dan pengawasan lingkungan
1. Instalasi Pengolah Air Limbah Usaha Kecil dan Menengah (IPAL UKM).
Gambar 3.
Contoh lay out IPAL UKM
5
a) Pengolahan awal (pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan
untuk menghilangkan padatan tersuspensi dan minyak dalam
aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang berlangsung
pada tahap ini ialah penyaringan dan pemindahan grit (screen and
grit removal), penyamaan (equalization) dan
pengendapan/penyimpanan (storage), serta pemisahan minyak (oil
separation).
6
Gambar. 5 Contoh layout sistem pengolahan air limbah rumah sakit
7
Gambar 6. Diagram alir pengolahan air limbah domestik
8
Gambar 7.
Contoh Lay Out Pengolahan Sampah Organik
9
Gambar 8.
Gambar 9.
Contoh Unit Transportasi Sampah
10
Ruang Lingkup Kegiatan
Selain itu salah satu fungsi Taman Kehati yang juga sangat penting
adalah sebagai sarana penelitian dan pengembangan
keanekaragaman hayati, termasuk pengembangan bioteknologi.
Dengan adanya penelitian dan pengembangan bioteknologi ini
diharapkan dapat menghasilkan produk yang lebih berkualitas dan
melimpah sehingga pada akhirnya akan berperan dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
11
4. Satwa yang membantu penyerbukan adalah kelompok kelelawar,
burung, serangga, moluska. Untuk tetap dapat berfungsi,
kelompok satwa tersebut juga harus lestari. Untuk itu, sumber
pakan satwa tersebut harus tersedia secara cukup sepanjang
tahun spesies pendukung.
5. Sebagai jendela informasi tumbuhan langka/endemik/lokal
dalam upaya pelestarian sumber daya genetik.
Gambar 10.
Contoh Gambar Taman Kehati di Provinsi Lampung
12
Gambar 11.
Contoh Gambar Taman Hijau
Keterangan gambar : Taman Kota di Kota Surabaya yang dapat dimanfaatkan masyarakat
sebagai tempat untuk sosialisasi dan rekreasi (disamping fungsi utamanya untuk menyerap
karbon, fungsi hidrologis dan fungsi sosial)
Gambar 12.
Contoh Gambar Hutan Kota
Keterangan gambar : Hutan Kota Babakan Siliwangi di Bandung, yang ditetapkan sebagai
Hutan Dunia (World City Forest) pada tanggal 1 Oktober 2011
Gambar 13.
Contoh Desain Biodigiser untuk eceng gondok
Gambar 13.
Gambar 14.
Contoh Rencana Desain Biodigiser untuk Kotoran Sapi
14
Instalasi Penglolahan Air Limbah (IPAL) Biogas
Investasi awal yang diperlukan untuk membangun sarana fisik IPAL biogas
industri tahu relatif kecil per meter kubik bangunan, ditambah dengan biaya
pemipaan (LPTP, 2010). Penentuan kapasitas IPAL yang dirancang didasarkan
pada volume air limbah produksi tahu dikalikan dengan waktu tinggal yang
biasanya 3 hari, sebagai berikut:
Volume limbah per hari (m3/hari) = Jumlah bahan baku kedelai (kg/hari) x 15
liter
15
Sedangkan biaya pembangunan biodigester ternak sapi tergantung pada bahan
bangunan yang digunakan. Biodigester dengan bahan utama fero semen
diperkirakan memerlukan biaya tidak terlalu besar untuk setiap unit
biodigester terkecil yang efesien untuk dibangun. Unit biodigester terkecil
tersebut kurang lebih berukuran 4 m3 yang dapat manampung kotoran sapi
maksimal 4 ekor.
Gambar 18. Teknis Biodigester Ternak Sapi Kapasitas 4 m3 dengan bahan Fiber
16
D. Pengadaan Sarana Dan Prasarana Perlindungan Fungsi Lingkungan Hidup
1. Sumur Resapan
Dalam proses pembuatan sumur resapan terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan, diantaranya adalah komponen bangunan sumur
resapan, persyaratan lokasi pembuatan dan persyaratan
konstruksi/desain dari sumur resapan itu sendiri.
b. Persyaratan Lokasi:
1) Sumur resapan dangkal harus berada pada lahan yang datar, tidak
berada pada lahan yang berlerang, curam, atau labil;
2) Sumur resapan dangkal dijauhkan dari tempat penimbunan
sampah, jauh dari septic tank (minimal 10 meter diukur dari tepi)
dan berjarak minimum 1 meter dari pondasi bangunan;
3) Lokasi sumur resapan yang akan dibuat supaya dicatat koordinat
geografisnya yang meliputi: lintang dan bujur, ketinggian lokasi
(dpl). Dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) atau
dengan ekstrapolasi peta topografi yang tersedia. Data koordinat
sumur resapan ini selanjutnya diperlukan untuk menyusun sistem
basis data pengelolaan lahan dan air sekaligus memantau kinerja
pelaksanaan kegiatan yang telah berjalan.
Injuk
Koral
Pasir
Arang Aktif
2-10 m
tergantun
g Jenis
dan
Lapisan
Tanah
18
Gambar 20. Desain Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan (Tampak Samping)
Gambar 21. Desain Tutup dan Buis Beton Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan
19
Gambar 22. Desain Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan (tampak atas).
Gambar 23. Desain Bak Kontrol Sistem peresapan pada Saluran Air Hujan.
Keterangan:
Gambar 24 memperlihatkan desain yang unik pada buis beton yang ditanam pada bak/ sumur
peresapan. Bentuk/tipe sistem peresapan ini sengaja didesain agar air yang masuk ke dalam
sumur dapat segera diresapkan ke dalam tanah. Sehingga laju infiltrasi tanah menjadi lebih
besar, selain itu desain ini juga memperhatikan kekuatan rancang bangun sistem peresapan
itu sendiri.
20
2. Lubang Resapan Biopori
Lubang Resapan Biopori (LBR) adalah lubang silidris yang dibuat secara
vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 – 30 cm, kedalaman sekitar
100 cm atau melebihi kedalaman muka air tanah. Lubang kemudian
diisi sampah orgtanik untuk mendorong terbentuknya biopori. Biopori
adalah pori berbentuk liang (terowongan kecil) yang dibentuk oleh
aktivitas fauna tanah atau akar tanaman.
Lubang Resapan Biopori (LBR) dapat dibuat di halaman rumah,
perkantoran, lapangan parkir, parit atau selokan yang berfungsi untuk
aliran pembuangan air hujan saja, serta di lahan kebun dan areal
terbuka lainnya.
Cara Pembuatan:
1. Buat lubang silindris ke dalam tanah dengan diameter 10 cm,
kedalaman 100 cm atau jangan melampaui kedalaman air tanah
pada dasar saluran atau alur yang telah dibuat dengan
menggunakan bambu, pipa besi atau alat bor tanah. Jarak antar
lubang 50 – 100 cm;
2. Mulut atau pangkal lubang dapat diperkuat dengan adukan semen
selebar 2- 3 cm, setebal 2 cm disekeliling mulut lubang;
3. Isi lubang LBR dengan sampah organik yang berasal dari dedaunan,
pangkasan rumput dari halaman atau sampah dapur;
4. Sampah organik perlu selalu ditambahkan ke dalam lubang yang
isinya sudah berkurang atau menyusut karena proses pelapukan;
serta
5. Kompos yang terbentuk dalam lubang dapat diambil setelah 2 – 3
bulan.
Gambar 24. Pembuatan lubang resapan dengan bor tanah atau Lubang Biopori
Membuat
lubang
dengan bor
tanah
21
Jumlah lubang biopori yang ada sebaiknya dihitung berdasarkan besar kecil
hujan, laju resapan air dan wilayah yang tidak meresap air dengan rumus :
Contoh:
Untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju
peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m bidang kedap
perlu dibuat sebanyak : (50 x 100) : 180 = 28 lubang.
Gambar 25. Peralatan dalam membuat LRB dan bahan pengisi LRB
22
dari tambang galian C. Di samping itu, konstruksi kolam dapat dibangun
di areal permukiman.
Gambar 26. Kolam penampung air hujan (embung) dan drainase ramah lingkungan
pada pemukiman dan areal pertanian/perkebunan
sawah / tegalan
sempadan sungai
sungai
selokan kolam
menuju tampungan
4.
kolam Penanaman Pohon di
air Sekitar Mata Ai
Penanaman pohon di sekitar sumber
mata air yang berada di luar dan dalam kawasan hutan diutamakan
jenis tanaman lokal yang berumur panjang. Namun demikian apabila
ada alasan teknis lainnya yang dapat dipertanggungjawabkan secara
23
ilmiah (saran dari ahli) dapat menggunakan tanaman lainnya dari luar
daerah. Umur dan besar bibit tanaman disesuaikan kondisi setempat.
Mata Air
Jarak Tanam Pohon (3x3 meter, atau 4x4 meter, atau 5x5 meter)
24
e. Kemudian lakukan penjarangan dan penyiangan pohon dalam
pemeliharaannya, untuk memastikan kondisi pohon yang ditanam dapat
tumbuh dengan baik.
b. Mesin Pencacah
Salah satu faktor yang menentukan kualitas kompos Eceng Gondok yang
dihasilkan, adalah tingkat kehalusan pencacahan Eceng Gondok dan
bahan baku lainnya. Semakin halus bahan-bahan sebelum
dikomposkan, kualitas kompos yang dihasilkan cenderung semakin baik.
Pencacahan dapat dilakukan misalnya dengan mesin pemotong rumput
gajah, mesin penggiling, atau modifikasi keduanya. Pada umumnya
mesin pencacah memiliki 3 bagian yaitu :
1) motor penggerak (mesin diesel berkekuatan 8 PK, 10 PK dan
seterusnya tergantung jumlah dan kapasitas penggilingan).
2) Bagian pencacah/penggiling yang terdiri dari leher/ as roda, dan
komponen yang bergerak yaitu pisau-pisau.
3) Bagian transmisi berupa sabuk (karet) yang dipasang dengan
ketegangan tertentu, tidak terlalu kendor maupun terlalu kencang.
Ada pula yang berupa gigi atau batang kaku.
Gambar 30. Contoh mesin pencacah dan penggiling
b c
a d e
26
Keterangan : (a) mesin pencacah, (b) mesin pencacah, (c) pisau-pisau
pencacah, (d) proses pencacahan, (e) hasil pencacahan (Dok: HM, 2006).
c. Bak Pengomposan
Agar mendapatkan hasil pupuk organik yang baik, bak pengomposan
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
(1). Memiliki kapasitas volume, dan lingkungan yang diinginkan.
(2). Terletak di tempat yang memungkinkan diterimanya sinar matahari
sehingga tercapai suhu pengomposan yang diperlukan dan tertutup
dari curah hujan.
(3). Bak pengomposan dapat berupa lubang yang digali di tanah, bak
dari kayu atau bambu, bekas drum, bak dinding beton, ataupun bak
pengomposan plastik yang telah dijual di pasaran.
Gambar 31. Contoh bak pengomposan dari bambu, dengan satu sisi yang dapat dibuka/ tutup
dan (b) Contoh desain bak pengomposan dari beton,
dengan sekat kayu yang dapat dibuka/tutup.
(a) (b)
(a) (b)
(d) (e)
27
Teknik Pembuatan Media Tanam dari Enceng Gondok :
a) Proses Pengomposan :
Pengomposan adalah suatu usaha pengolahan bahan organik secara
biologi menjadi produk yang bersifat higienis dan humik, dapat
memperbaiki struktur tanah dan memberikan zat makanan bagi
tanaman. Pengomposan merupakan gabungan dari proses fisik,
kimia dan enzimologi yang terjadi selama degradasi bahan organik
dengan kondisi yang optimal.
Proses pengomposan dapat terjadi secara aerobik maupun anaerobik.
Pengomposan secara aerobik sering digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan serta tidak memerlukan kontrol proses yang
sulit. Pengomposan secara aerobik membutuhkan mikroba aerob
untuk mendegradasi bahan organik, sementara pengomposan
anaerobik membutuhkan mikroba anaerobik.
b) Perubahan Fisik :
Selama proses pengomposan terjadi perubahan fisik dan kimia dari
bahan yang dikomposkan. Perubahan warna di akhir
pengomposan warna berubah menyerupai warna tanah.
Perubahan suhu Perubahan suhu merupakan parameter bagi
tingkat kegiatan perombakan bahan organik oleh mikroorganisme.
Jika proses pengomposan terjadi dengan baik, suhu akan naik pada
awal pengomposan kemudian turun, sampai akhir pengomposan
suhu sedikit di atas suhu udara.
Penyusutan volume dan pengurangan bobot. Penyusutan volume dan
pengurangan bobot yang terjadi selama proses pengomposan
disebabkan adanya proses pencernaan oleh mikroorganisme. Selama
proses ini bahan organik diuraikan menjadi unsur-unsur yang dapat
diserap oleh mikroorganisme tersebut.
Perubahan bau (kompos yang sudah matang tidak berbau, atau
hampir berbau sama dengan tanah/humus).
Perubahan struktur kompos (struktur kompos biasanya lepas, tidak
lengket dan tidak menggumpal).
28
Eceng Gondok: jerami: kotoran ternak 35% : 35% : 30% (dalam
berat).
Sebagai pengaktif mikroorganisme dapat digunakan EM4 atau
produk sejenis lainnya yang mudah diperoleh di pasaran.
d) Pengemasan:
Pengemasan pupuk organik biasanya dilakukan untuk keperluan
komersial atau jika akan disimpan. Pengemasan pupuk organik untuk
keperluan komersial dimaksudkan untuk:
Memudahkan bongkar muat
Menjaga kualitas pupuk
Agar kelihatan menarik
Gambar 33. Konsep penanganan bantaran sungai melalui sipil teknis penurapan
versus konsep eko-hidraulik
29
Dikes, non eco-hydraulic
Eco-hydraulic
construction
construction
30
BANK SAMPAH
Tujuan Bank Sampah ini adalah sebagai solusi reduksi sampah di tingkat
masyarakat karena kemampuannya yang menjadi bagian dari sistem rantai
pengumpulan sampah yang terintegrasi, meningkatkan kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai
sumber daya.
c. Pemanfaatan sampah;
d. Peningkatan kapasitas; dan
e. Pengembangan kerjasama international.
KEBIJAKAN NASIONAL
ARAH TUJUAN
RENCANA AKSI
32
Wawasan, apresiasi, aspirasi, dukungan dan partisipasi publik;
Sistem pendanaan;
Peraturan perundang-undangan, termasuk petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis;
Pengelolaan data dan sistem informasi, termasuk pelaporan berkala.
Strategi
Peran Pemerintah
a. Pusat :
1. Menyusun Pedoman Teknis Pembangunan dan Operasional bank
sampah
2. Pembangunan bank sampah percontohan
3. Modal awal untuk bank sampah dengan sistem pinjaman modal
bergulir
4. Mencarikan Mitra sebagai sumber pendanaan lain (CSR, hibah dan
PKBL)
5. Mengintegrasikan antara bank sampah dengan EPR
6. Monitoring dan evaluasi bank sampah
7. Kerjasama internasional
b. Daerah :
1. Replikasi percontohan bank sampah yang sudah berhasil
2. Pendampingan dan bantuan teknis
3. Pelatihan
4. Monitoring dan evaluasi bank sampah
5. Bantuan hibah
Pentahapan
34
Pelingkupan
Lingkup Kegiatan
Kegiatan rencana aksi ini pada hakekatnya adalah pembangunan bank
sampah yang kegiatannya meliputi pemilahan sampah, pendaur ulangan
sampah anorganik dan organik.
A Pemilahan sampah;
D Penerapan EPR
E Lainnya;……
Pengembangan
F Kelembagaan dan
Peningkatan Kapasitas;
Pengelolaan Data,
G
Meningkatkan Informasi, dan Publikasi
kapasitas dan Penyediaan sarana dan
kinerja H prasarana pengelolaan
kelembagaan sampah yang mamadai
Sosialisasi Dan
I
Partisipasi Masyarakat.
J Lainnya: …….
35
Konsep bank sampah ini dimaksudkan sebagai panduan dan untuk
menyelaraskan serta menyerasikan (harmonisasi) proses penyusunan rencana
aksi pengelolaan sampah pada suatu kabupaten/kota. Harmonisasi ini
dimaksudkan agar pelaksanaannya dapat sinergik, saling menguntungkan
(simbiose mutualistis), secara efektif dan efisien, menuju pencapaian sasaran
dan tujuan pengelolaan sampah. Harmonisasi antar sektor seperti Kementerian
Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Kementerian Pendidikan Nasional, Kementerian Sosial dan PKK
diperlukan mengingat bahwa cukup banyak unit kerja yang memiliki
wewenang, tugas dan/atau fungsi berkaitan dengan pengelolaan sampah dan
kesejahteraan masyarakat, baik dalam jajaran pemerintah di tingkat nasional
maupun di tingkat daerah.
Komponen Dari
No Spesifikasi
Bank Sampah
1 2 4
I KONSTRUKSI UMUM BANGUNAN BANK
SAMPAH
1. Lantai a. Kuat/ Utuh
b. Bersih
c. Pertemuan lantai dan dinding
berbentuk konus/lengkung
d. Kedap air
e. Rata
f. Tidak licin
g. tidak miring
h. Luas lantai bank sampah > 40 m2
2. Dinding a. Kuat
b. Rata
c. Bersih
d. Berwarna terang
e. Kering
3. Ventilasi *) :
3.1. Apabila Bank Sampah dengan Ventilasi a. Ventilasi alam, lubang ventilasi
Gabungan (Alam dan Mekanis) minimum 15% x luas lantai
b. Ventilasi mekanis (fan, AC, exhauter)
3.2. Apabila Bank Sampah Hanya Ventilasi Lubang ventilasi min. 15% x luas lantai
Alam
4. Atap a. Bebas serangga dan tikus
b. Tidak bocor
c. Kuat
5. Langit-langit a. Tinggi langit-langit minimal 2,7m
dari lantai
b. Kuat
c. Berwarna terang
d. Mudah dibersihkan
6. Pintu Bank Sampah a. Dapat mencegah masuknya serangga
dan tikus
b. Kuat
c.Membuka kearah luar
b. Kuat
36
7.2. Halaman a. Bersih
b. Tidak berdebu/ tidak becek
c. Tersedia tempat sampah
tertutup
7.3. Taman a. Indah dan rapi
b. Ada pohon perindang
7.4. Parkir a. Terpisah dari ruang
perawatan
b. Bersih
c. Tertata/rapi
8. Drainase Sekitar Bank Sampah a. Ada sumur resapan/Biopori
b. Air mengalir lancar
9. Ruang pelayanan penabung a. Terdapat ruang pemilahan sampah
b. Terdapat meja, kursi, timbangan,
almari, APAR
c. Terdapat instrumen bank sampah
d. Bebas serangga & tikus
f. Tidak berbau (terutama H2S dan atau
NH3)
g. Pencahayaan 100-200 lux
h. Suhu Ruang 22º - 24º C (Apabila
Bank Sampah dengan AC) atau suhu
kamar (tanpa AC)
KOMPONEN DARI
NO SUB-KOMPONEN
BANK SAMPAH
1 2 4
I. Penabung Sampah a. Dilakukan penyuluhan bank sampah
minimal tiga bulan sekali
b. Setiap penabung diberikan 3
wadah/tempat sampah terpilah
c. Penabung mendapat buku rekening
dan nomor rekening tabungan
sampah
d. Telah melakukan pemilahan sampah
e. Telah melakukan upaya mengurangi
sampah
II. Pengelola Bank Sampah a. Menggunakan Alat Pelindung Diri
(APD) selama melayani penabung
sampah
b. Mencuci tangan menggunakan sabun
sebelum dan sesudah melayani
penabung sampah
c. Direktur Bank Sampah
Berpendidikan minimal
SMA/sederajat
d. Telah mengikuti pelatihan bank
sampah
e. Melakukan Monitoring dan Evaluasi
(MONEV) minimal sebulan sekali
dengan melakukan rapat pengelola
bank sampah
f. Jumlah pengelola harian minimal 5
orang
g. Pengelola mendapat gaji/insentif
setiap bulan
III. Pengepul/Pembeli Sampah/Industri Daur a. Tidak melakukan pembakaran
Ulang sampah
b. Mempunyai naskah kerjasama/MOU
37
dengan Bank Sampah sebagai mitra
dalam pengelolaan sampah
c. Mampu menjaga kebersihan
lingkungan seperti tidak adanya
jentik nyamuk dalam sampah
kaleng/botol
d. Mempunyai ijin usaha
IV. Pengelolaan Sampah di Bank Sampah a. Sampah layak tabung diambil oleh
pengepul maksimal sebulan sekali
b. Sampah layak kreasi didaurulang
oleh pengrajin binaan bank sampah
c. Sampah layak kompos dikelola skala
RT dan atau skala komunal
d. Sampah layak buang (residu) diambil
petugas PU seminggu 2 kali
e. Cakupan wilayah pelayanan bank
sampah minimal satu kelurahan (>
500 kepala keluarga)
f. Sampah yang diangkut ke TPA
berkurang 30-40% setiap bulannya
g. Jumlah penabung bertambah rata-
rata 5-10 penabung setiap bulannya
h. Adanya replikasi bank sampah
setempat ke wilayah lain
V. Peran Instansi (Pemerintah dan/atau a. Sebagai fasilitator dalam
swasta) Terkait Bank Sampah pembangunan dan pelaksanaan Bank
Sampah
b. Menyediakan data “Pengepul/Pembeli
Sampah “ bagi bank sampah
c. Menyediakan data “industri daur
ulang”
d. Memberikan reward bagi bank sampah
VI Alat dan Bahan untuk operasional Bank Buku Tabungan
Sampah Alat tulis
Komputer PC
*) pilih salah satu yang sesuai
Catatan:
Yang dimaksud dengan fasilitator adalah:
Membantu dalam memfasilitasi keperluan pembangunan dan pelaksanaan bank sampah,
antara lain:
a. membantu dalam memfasilitasi penggalangan dana CSR
b. penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi berdirinya bank sampah
c. pengurusan perijinan usaha bank sampah
d. membantu dalam memasarkan produk daur ulang sampah (kompos, kerajinan)
ADIWIYATA
38
Sarana dan prasarana pengelolaan sampah di sekolah yang dapat dialokasikan
dari anggaran DAK Bidang LH Tahun 2012 antara lain meliputi :
a. Sarana dan prasarana penampungan dan pemilahan sampah;
b. Sarana dan prasarana pendauran ulang sampah;
c. Sarana dan prasarana pemanfaatan kembali sampah; serta
d. Sarana dan prasarana pengolahan sampah (kompos) dan
e. kegiatan lain yang terkait dengan upaya pengelolaan sampah dilingkungan
sekolah yang bersifat fisik.
ttd
BALTHASAR KAMBUAYA
39
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI NEGARA
LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 17 TAHUN
TENTANG
PETUNJUK TEKNIS PEMANFAATAN
DANA ALOKASI KHUSUS
BIDANG LINGKUNGAN HIDUP
TAHUN ANGGARAN 2012
A. JENIS LAPORAN
1
b. Bab II Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Pemantauan Kualitas Air,
memuat:
1) Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana pemantauan
kualitas air yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2012 yang
meliputi:
a) kondisi sarana dan prasarana pemantauan kualitas air yang
tersedia sampai dengan tahun anggaran 2011 (apabila sudah
ada); dan
b) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2012
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas air secara keseluruhan.
2
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan prasarana
pemantauan kualitas udara tahun anggaran 2012 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
3
2. Bab II Hasil Pemantauan Kualitas Tanah, memuat:
1) Metoda sampling, meliputi:
a) penyampaian informasi tentang cara pengambilan sampling dan
lokasi (titik) pengambilannya; dan
b) penyampaian data tentang pelaksana dan laboratorium yang
melaksanakan pengambilan sampel dan analisis.
CONTOH:
LAPORAN PEMANTAUAN
KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA
A. Umum
1. No. Form :
2. Tanggal Pemantauan :
3. Nama Observer :
4. GPS-UTM : Zone..........S/N; X :............; Y :..............
Elevasi : .............. m dpl
5. Lokasi : Provinsi : ............. Kab : .............. Kec : ..................
Desa : ................... Dusun/KP :........................
6. Penggunaan lahan :
7. Vegetasi/tanaman (eksisting) :
8. Lereng : (%)
9. Erosi aktual : 1) Tidak erosi; 2) Erosi; 3) Longsor; 4) Lainnya
10.Tindakan konservasi : 1) Tidak diteras; 2) Diteras; 3) Lainnya
11.Konservasi vegetatif :
12.Catatan :
4
C. LAPORAN HASIL DAK UNTUK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
5
2) Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan
prasarana transportasi dan pengolah sampah TPS fasum dan fasos
tahun anggaran 2012 yang meliputi:
a) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
b) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
c) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan
(termasuk realisasi anggaran dan kegiatan);
d) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
e) kendala yang dihadapi; dan
f) masukan untuk perbaikan ke depan.
CONTOH FORMAT
LAPORAN PERIODIK BULANAN TERHADAP VOLUME SAMPAH HARIAN
UNTUK TAHUN BERJALAN
A. Umum
1. Nama kabupaten/kota :
2. Provinsi :
3. Jumlah penduduk kabupaten/kota
a. Administratif : (jiwa)
b. Di wilayah dengan kepadatan penduduk > 5000 jiwa/km2 :
(jiwa)
c. Tingkat pertumbuhan penduduk : (% per tahun)
4. Luas wilayah kota
a. Luas administratif :
b. Luas wilayah yang mendapat pelayanan kebersihan :
B. Pengelolaan Persampahan
1. Timbulan sampah :
2. Sampah terangkut :
3. Sistem pengolahan sampah kota (contoh : landfill, incinerator dan
3R) :
4. Kapasitas kegiatan 3R (re-use, reduce, recycle) yang telah tersedia/
dilaksanakan :
a. Teknologi pengkomposan :
b. Teknologi pembuatan kertas daur ulang :
c. Teknologi pembuatan plastik :
d. Teknologi logam :
e. Teknologi pembuatan gelas :
f. Teknologi pembakaran :
g. Lain-lain (sebutkan) :
5. Uraian kegiatan 3R (re-use, reduce, recycle) yang dilaksanakan
dengan menggunakan dana DAK :
a. Sumber sampah dan pengelola unit 3R terkait :
b. Pengelola dan lokasi 3R yang menerapkan :
1) pemilahan
6
2) pencacahan
3) pengepakan
4) pengkomposan
5) daur ulang (sebutkan pula jenis sampah yang didaur ulang)
c. Uraian siklus dan alur sistem 3R setiap pengelola dan lokasi:
d. Lokasi pembuangan dan metoda pengolahan residu/produk
sampah yang tidak terdaur ulang:
e. Biaya dan sumber pendanaan operasional dan pemeliharaan
setiap pengelola dan lokasi:
f. Rincian sarana dan prasarana setiap pengelola dan lokasi:
1) Hanggar utama
a) jenis konstruksi
b) luas (m2)
c) unit penerima sampah
d) pilah manual (Belt conveyor)
e) pemotong (Shredder)
f) area untuk stok
g) bengkel dan gudang
h) unit pemotong plastik
i) area dan unit penyaring kompos
j) fasum, antara lain tempat ibadah, toilet, dan keamanan.
2) Hanggar pengkomposan dan unit lain
a) jenis konstruksi
b) luas (m2)
c) proses pengomposan : windows, dipercepat, stok produk
dan gudang kompos
3) Kantor administrasi
a) jenis konstruksi
b) luas (m2)
4) Utilitas
a) sumber air kebutuhan proses
b) sumber air untuk lain-lain
c) sumlah kW penggunaan listrik
d) sumber listrik (PLN/genset)
g. Target pencapaian program 3R dalam pengurangan sampah :
1) Tahun 2012 : (%)
2) Tahun 2015 : (%)
3) Tahun 2020 : (%)
7
2) peran dan posisi taman hijau, taman kota, dan/atau taman kehati
tambahan yang diadakan tahun anggaran 2012 terhadap
perencanaan pencegahab perubahan iklim secara umum.
Laporan hasil DAK untuk perlindungan fungsi lingkungan hidup terdiri atas:
8
a. Gambaran optimasi keseluruhan sarana dan prasarana sumur resapan
dan/atau biopori yang tersedia sampai dengan tahun anggaran 2012
yang meliputi:
1) kondisi sarana dan prasarana yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2012
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana sumur
resapan dan/atau biopori secara keseluruhan.
9
1) kondisi sarana dan prasarana yang tersedia sampai dengan tahun
anggaran 2011 (apabila sudah ada); dan
2) manfaat pengadaan sarana dan prasarana tahun anggaran 2012
terhadap optimasi penggunaan sarana dan prasarana pencegah
longsor secara keseluruhan.
b. Ringkasan pemanfaatan DAK dalam pengadaan sarana dan prasarana
pencegah longsor tahun anggaran 2012 yang meliputi:
1) alasan pemilihan jenis/spesifikasi sarana dan prasarana yang
diadakan melalui DAK;
2) ringkasan proses pengadaan sarana dan prasarana tersebut;
3) pencapaian antara rencana dan pelaksanaan kegiatan (termasuk
realisasi anggaran dan kegiatan);
4) hasil akhir yang terbangun atau tersedia;
5) kendala yang dihadapi; dan
6) masukan untuk perbaikan ke depan.
10
10) limbah bahan berbahaya dan beracun (limbah B3).
g. Bab III : Upaya Pengelolaan Lingkungan
1) rehabilitasi lingkungan;
2) AMDAL;
3) penegakan hukum;
4) peran serta masyarakat; dan
5) kelembagaan.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Menyajikan ringkasan seluruh isi laporan, antara lain tentang :
a. Kesesuaian perencanaan dengan pelaksanaan kegiatan dalam
triwulan bersangkutan
b. Ringkasan penjelasan realisasi anggaran (keuangan) dan kegiatan
(fisik) dalam triwulan bersangkutan
c. Ringkasan penjelasan kendala dan permasalahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan kegiatan selama triwulan yang bersangkutan
d. Ringkasan tindak lanjut kedepan (triwulan selanjutnya)
11
Laporan Triwulan : I / II / III / IV
Kabupaten/Kota : …………………………………………………..
Provinsi : …………………………………………………..
REALISASI
PAGU
NO KEGIATAN ANGGARAN FISIK KETERANGAN
(Rp)
(% ) (%)
TOTAL Rp.
………………………
Catatan :
- realisasi anggaran dalam % (perseratus)
- realisasi fisik kegiatan dalam % (perseratus), dilengkapi dengan keterangan
bentuk capaian kegiatan sampai saat itu
12
B. LAPORAN TAHUNAN PELAKSANAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG
LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan
Menyajikan ringkasan seluruh isi laporan, antara lain tentang:
a. Latar belakang dan tujuan pelaksanaan DAK Bidang LH 2012
(terkait dengan pemanfaatan kegiatan dengan kebutuhan dan isu
lingkungan hidup di daerah)
b. Kesesuaian perencanaan kegiatan dengan capaian hasil kegiatan
c. Ringkasan pelaksanaan kegiatan (realisasi anggaran/keuangan
dan fisik)
d. Ringkasan penjelasan kendala dan permasalahan yang dihadapi
dalam pelaksanaan
e. Ringkasan tindak lanjut kedepan
Lampiran Memuat informasi lainnya yang tidak dapat disampaikan dalam isi
pokok laporan, tetapi perlu untuk dilampirkan, antara lain :
a. Matrik realisasi pelaksanaan DAK Bidang LH triwulan IV
b. Laporan-laporan lainnya terkait pelaksanaan DAK Bidang LH
13
MATRIK LINGKUP PEMANFAATAN DAK
Kabupaten/Kota : …………………………………………………..
Provinsi : …………………………………………………..
14
FORMAT LAPORAN TAHUNAN
PAGU
DAK Bid LH Dana Dana
Nilai
(APBN) Pendamping Pendukung Jumlah Pelaksana
NO KEGIATAN Kontrak
(APBD) (apabila Rp
Rp
Rp ada)
Rp Rp