Anda di halaman 1dari 26

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hyperemesis Gravidarum

1. Defenisi

Mual dan muntah 60-80% sering terjadi pada primigravida, hal ini

merupakan gejala yang wajar dan sering didapatkan pada kehamilan

trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat pula timbul

setiap saat dan malam hari. Gejala -gejala ini 40-60% dialami oleh

multigravida. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari

pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Pada

umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun gejala

mual dan muntah yang berat dapat berlangsung sampai 4 bulan (Hidayati,

2009).

Hyperemesis gravidarum merupakan keluhan muntah yang berlebihan

pada ibu hamil yang terjadi mulai dari minggu ke-6 kehamilannya dan bisa

berlangsung sampai minggu ke-12 atau lebih (Hani, dkk., 2011).

Hyperemesis gravidarum adalah muntah yang terjadi sampai umur

kehamilan 20 minggu, muntah begitu hebat dimana segala apa yang dimakan

dan diminum dimuntahkan sehingga mempengaruhi keadaan umum dan

pekerjaan sehari hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton

9
10

dalam urin bukan karena penyakit seperti appendistritis, pielititis dan

sebagainya (Joseph, Nugroho, 2011).

2. Etiologi

Menurut Fauziyah (2012), penyebab hyperemesis gravidarum belum

diketahui dengan pasti. Akan tetapi, faktor-faktor seperi biologi, fisiologi,

psikologi, dan sosialkultural dapat menjadi faktor risiko untuk hyperemesis

gravidarum. Beberapa teori menyatakan bahwa mual dan muntah selama

kehamilan mungkin berhubungan dengan adaptasi untuk mencegah asupan

makanan yang berbahaya, seperti mikroorganisme patogen yang ada dalam

daging dan racun yang berada disayuran dan minuman. Mencegah masuknya

komponen yang berbahaya, hal ini akan mencegah Embrio dari keguguran. Faktor

risiko hyperemesis gravidarum yaitu kehamilan ganda, primigravida, obesitas,

gangguan metabolik, riwayat hyperemesis gravidarum sebelum kehamilan,

gangguan troboplas, gangguan psikologis (contohnya, gangguan makan seperti

anorexia nervosa atau bulimia).

a. Human Chorionic Gonadotrophin (HCG)

Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan produksi HCG (khususnya

pada kehamilan mola dan kehamilan ganda) dan insiden hyperemesis ini

meningkat ketika produksi HCG mencapai puncaknya (usia kehamilan

sekitar 9 minggu). Namun demikian, tidak ada bukti yang mendukung

hipotesis tersebut dan beberapa hamil tidak mengalami mual dan muntah

meskipun kadar HCG meningkat. Lebih lanjut, penderita karsinoma

chorionic (suatu penyakit yang berkaitan dengan peningkatan HCG), tidak

10
11

mengalami mual dan muntah. Peningkatan HCG ini masih kontroversi.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa kemungkinan aktivitas biological

dari masing-masing isoform HCG berbeda-beda sebagaimana sensitivitas

individu untuk stimulus emetogenik. Selain itu, interaksi hormon reseptor

mungkin memodifikasi efek HCG pada hyperemesis.

b. Helicobacter pylori infection

Infeksi kronik helicobacter pylori mungkin dapat menyebabkan

hyperemesis gravidarum. Pemeriksaan histologi mukosa gaster pada 30

wanita (20 pasien hyperemesis gravidarum dan 10 kontrol) menunjukkan

bahwa bacterium ada pada hampir 95% pasien hyperemesis gravidarum

tetapi hanya 50% pada kontrol. Pada studi meta-analisis 14 kasus-kontrol, total

sampel 1732 (kasus-kontrol), ada hububngan antara helicobacter 11 pylori

dan hyperemesis gravidarum, walaupun tidak semua studi analisis mencapai

signifikasi secara statistik. Namun demikian, pada pemeriksaan dengan

menggunakan saliva (61,8% terdeteksi helicobacter pylori pada pasien dengan

hyperemesis gravidarum dan 27,6% pada wanita hamil non hyperemesis

gravidarum dan serum (52,9% VS 20,7%)). Hasil ini bermakna secara

statistik. Meskipun helicobacter pylori tidak langsung menyebabkan

hyperemesis gravidarum, namun hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan

untuk faktor risiko hyperemesis gravidarum.

3. Faktor hormon

Beberapa hormon dapat menyebabkan hyperemesis gravidarum,

diantaranya estrogen, rogesterone, ACTH, kortisol, growth hormon, dan

11
12

prolactin. Serotonin yang diberikan untuk kemoterapi dapat menyebabkan mual

dan muntah, hal ini menjadi dasar bahwa kemungkinan hormon berperan

penting pada hyperemesis gravidarum, namun hal ini masih inkonsisten.

a. Progesteron

Pada kondisi awal kehamilan, kadar progesteron tetap dipertahankan

oleh korpus luteum untuk mempersiapkan uterus pada saat proses

implantasi. Progesteron ini mempunyai sifat yang unik, yaitu menekan system

imun. Hal ini dimaksudkan supaya embrio dapat implantasi ke dalam

rahim. Embrio dikenal sebagai benda asing, apabila sistem 12 imun tidak

ditekan, maka tubuh akan menolak embrio. Karena sistem imun tubuh ibu

ditekan, ibu akan rentan sakit, dan kemungkinan mual muntah dialami ibu

berkaitan juga dengan pelemahan sistem imun ibu. Studi prospektif pada 44

wanita hamil (22 pasien hyperemesis dan 22 sehat) membuktikan bahwa

secara signifikan terdapat peningkatan kadar progesteron plasma pada

wanita hamil hyperemesis dibanding dengan wanita sehat.

b. Estrogen

Peningkatan kadar estron dan estradiol diketahui dapat menyebabkan

mual dan muntah. engamatan pasien dengan terapi estrogen menunjukkan

salah satu efek sampingnya yaitu mual dan muntah. Begitu pula pada

kehamilan, dimana terjadi peningkatan kadar estrogen. Lebih lanjut, apabila

fetus yang dikandung berjenis kelamin perempuan berkaitan dengan mual

dan muntah yang lebih parah karena konsentrasi estrogen di utero mengalami

12
13

peningkatan yang signifikan. Pasien dengan hyperemesis gravidarum lebih

sensitive terhadap estrogen.

c. Hipertiroid

Secara fisiologis, fungsi tiroid mengalami perubahan selama kehamilan,

salah satunya karena distimulasi oleh HCG. Pada hipertiroid, kadar T3 bebas

dan T4 bebas normal, tetapi terjadi penurunan TSH (thyroid stimulating

hormone), kemungkinan hal ini menyebabkan hyperemesis gravidarum.

Hipertiroid hyperemesis gravidarum akan terjadi sampai umur kehamilan

18 minggu. Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar HCG. TSH dan

HCG memi liki struktur protein yang hampir sama, hal ini menyebabkan HCG

dapat berfungsi seperti TSH yaitu dapat berkaitan dengan reseptor TSH dan

menstimulasi tiroid secara berlebihan.

4. Psikosomatik

Perubahan fisiologis merupakan faktor penyebab utama pada hyperemesis

gravidarum. Postulat sikologik yang menyebabkan hyperemesis gravidarum

dibagi dalam empat kategori utama, yaitu:

a. Hyperemesis gravidarum mengekspresikan adanya konflik, seperti

penolakan terhadap Kehamilan, pribadi yang belum dewasa, bergantung

pada kekuatan ibu, dan takut akan kehamilan.

b. Hyperemesis gravidarum mengekspresikan adanya disfungsi seksual.

c. Hyperemesis gravidarum merupakan gejala perubahan, mengekspresikan

disfungsi histerikal, neurotik, dan depresi.

13
14

d. Hyperemesis gravidarum merupakan dampak dari stress psikososial,

misalnya kekerasan atau konflik antar pasangan.

Berdasarkan psikoanalisis, hyperemesis gravidarum sangat berkaitan

dengan faktor stress, seperti ketakutan, kurangnya informasi tentang

kehamilan, komunikasi yang buruk dapat menjadi pemicu peningkatan mual

dan muntah. Faktor predisposisi peningkatan keparahan mual dan muntah

menurut Tiran, 2009, yaitu: Keletihan, janin wanita, refluks gastroesofagus, mual

dan muntah di kehamilan sebelumnya, penggunaan pil kontrasepsi saat

prakonsepsi, mual pramenstruasi, merokok, stres, cemas, dan taku, masalah sosio-

ekonomi, kesulitan dalam masalah membina hubungan, wanita yang memiliki ibu

yang mengalami mual dan muntah saat hamil

5. Tingkatan

Menurut Depkes Jambi (2015), hyperemesis gravidarum menurut berat

ringannya gejala dapat dibagi dalam tiga tingkatan:

a. Tingkat I: Ringan

Ciri-ciri: mual muntah terus menerus menyebabkan penderita lemah,

tidak ada nafsu makan, berat badan menurun, nyeri pada epigastrium, nadi

meningkat 100 kali/menit, tekanan darah sistol menurun, turgor kulit

berkurang, lidah mengering, mata cekung dan suhu badan meningkat.

b. Tingkat II: Sedang

Ciri-ciri: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit menurun,

lidah mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun

dan nadi meningkat, suhu badan naik (dehidrasi), mata ikterus ringan, berat

14
15

badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan

konstipasi, asetonuria dan nafas berbau aseton.

c. Tingkat III: Berat

Ciri-ciri: keadaan umum lebih jelek, muntah berkurang/berhenti,

kesadaran sangat menurun, samnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat,

dehidrasi hebat, suhu badan naik, tensi turun sekali dan komplikasi pada

susunan saraf.

6. Patologi

Menurut Varney, (2012) dari otopsi wanita yang meninggal karena

hyperemesis gravidarum diperoleh keterangan bahwa terjadi kelainan pada

organ-organ tubuh sebagai berikut:

a. Hepar: pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler

tanpa nekrosis

b. Jantung: jantung atrofi, kecil dari biasa, kadangkala dijumpai perdarahan

subendokardial

c. Otak: terdapat bercak perdarahan pada otak.

d. Ginjal: tampak pucat, degenerasi lemak pada lubuli kontorti

7. Patofisiologis

Perasaan mual diakibatkan oleh berbagai faktor, keluhan ini terjadi pada

trimester pertama. Penyesuaian terjadi pada kebanyakan wanita hamil,

meskipun demikian mual dan muntah dapat berlangsung berbulan-bulan.

Hyperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada

15
16

hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan

tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Belum jelas

mengapa gejala -gejala ini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, tetapi

faktor psikologik merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang

jelas, wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan

gejala tak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih

berat (Fauziyah, 2012).

Hyperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat

dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak

yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton

asetik, asam hidroksi butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan cairan yang

diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi,

sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan klorida

darah turun, demikian pula klorida dalam urin. Selain itu, dehidrasi

menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal

ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang

pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium

sebagai akibat muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah

frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati, disamping

dehidrasi dan kehilangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir

esophagus dan lambung (sindroma Mallory-weiss), dengan akibat perdarahan

gastrointestinal. Pada umumnya, robekan ini ringan dan perdarahan dapat

16
17

berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan tranfusi atau tindakan operatif.

(Fauziyah, 2012).

8. Diagnosis

Menurut Tiran (2009), mual sering kali merupakan gejala pertama yang

dialami ibu yang sering kali terjadi bahkan sebelum periode menstruasi

pertama tidak datang. Oleh karena itu rasa mual didiagnosis oleh diri sendiri,

dan dalam banyak kasus, ditangani oleh diri sendiri. Akan tetapi,

kemampuan koping wanita yang mengalami mual dan muntah selama

kehamilan sangat beragam, yang akan dipengaruhi oleh epribadian dan sikapnya

terhadap penyakit, komitmen keluarga dan pekerjaan, kesehatan umum dan

ketersediaan mekanisme pendukung. Jika dehidrasi, gangguan elektolit,

malnutrisi protein-kalori dan defisiensi vitamin turut dialami ibu hamil,

hospitalisasi sangat penting untuk kesehatan ibu dan janin. Akan tetapi,

penting untuk menyingkirkan dugaan penyebab lain terjadinya muntah

berlebihan sebelum diagnosis hyperemesis gravidarum ditegakkan. Wanita

yang sebelumnya memiliki riwayat hyperemesis gravidarum secara personal atau

memiliki ibu dengan riwayat hyperemesis akan lebih rentan terhadap kondisi,

begitu juga wanita yang memiliki penyakit hati. Diagnosis banding: perlemakan

hati akut, gastroeneteritis, hernia hiatus, infeksi helicobacter pylori, hepatitis,

hiperkalsemia, kondisi intraabdomen, hipertensi intracranial (benigna),

pielonefritis, refluks esophagitis sebagai gambaran dari adanya masalah medis,

17
18

9. Penanganan

Menurut Fauziyah (2012), strategi penanganan hyperemesis gravidarum

berdasarkan tingkat keparahan tanda dan gejalanya. Penanganan dapat berupa

edukasi, hidrasi, medikasi, hospitalisasi, dan konseling psikosomatik apabila

dibutuhkan. Penanganan yang pertama yaitu dapat berupa edukasi tentang

diet dan gaya hidup untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup

ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami mual dan muntah yang ringan dapat

diberikan edukasi tentang nutrisi seperti asupan makanan dan minuman dalam

porsi kecil tapi sering (sepanjang hari). Makanan harus kaya akan

karbohidrat dan rendah lemak dan asam. Merekomendasi sering memakan

snack, kacang dan biskuit. Ditambah dengan minuman pengganti elektrolit

dan suplemen nutrisi dianjurkan untuk menjaga keseimbangan elektrolit dan

kecukupan asupan kalori. Jika bau pada makanan yang baru dimasak (panas)

dapat memicu muntah, maka dianjurkan untuk menyediakan selalu makanan

dingin. Edukasi tentang gaya hidup juga dapat membantu mencegah stress dan

istirahat dapat mengurangi muntah. Dukungan emosional juga penting untuk

mencegah hyperemesis gravidarum menjadi lebih parah.

a. Medikasi

Jika tanda dan gejala tidak dapat ditangani dengan edukasi diet dan

gaya hidup, maka dosis rendah antiemesis dapat diberikan. Semua

intervensi farmakologi harus berdasarkan keamanan, kemanfaatan, dan biaya

yang efektif. Antiemesis dapat mengurangi muntah pada kehamilan muda

dan lebih tinggi dibandingkan dengan placebo. Ondansetron, salah sau jenis

18
19

obat yang paling umum digunakan, obat yang efektif dan memiliki sedikit

efek samping. Pyridoxine yang diberikan 3 kali sehari dengan dosis 10-25

mg yang dimulai dengan dosis rendah dapat mengurangi gejala dan terbukti

lebih efektif dari pada placebo. Dosis sehari-hari dapat ditingkatkan

hingga mencapai 200 mg tanpa efek samping. Antihistamin dan

antikholinergik seperti meclizine, dimenhydrinate, dan diphenhydramine

juga menunjukan lebih efektif dari pada placebo.Namun demikian, efek

samping yang dihasilkan berbedabeda pada masing-masing pengobatan.

Sementara itu, medikamentasi dapat menyebabkan kebingungan,

drowsiness, mulut kering, yang lebih parah dapat menyebabkan

kompulsi,penurunan kesadaran, mempengaruhi jantung dan menyebabkan

halusinasi (doxyamine, metoclopramide, dimenhydrinate, diphenhydramin,

dan promethazine). Sakit kepala, nyeri otot atau tremor dan demam juga dapat

terjadi. Diazepam memiliki efek yang positif pada pasien dengan

hyperemesis gravidarum, kemungkinan karena efek sedativenya. Diazepam

dapat mengurangi hospitalisasi dan meningkatkan kepuasan pasien. Akan

tetapi, penggunaan sering diazepam, kemungkinan dapat menyebabkan

ketergantungan.

b. Intervensi non-farmakologi

Ibu hamil dapat mengkonsumsi berbagai macam buah yang dianjurkan

seperti buah pisang kepok yang dapat mengatasi mual muntah. Selain mudah

dicari kandungan vitamin B6 buah tersebut cukup besar. Vitamin B6

bermanfaat meningkatkan pengembangan sel system syaraf pusat pada janin

19
20

dan mengurangi morning sickness. Ibu hamil memerlukan vitamin B6 1,9 mg

dalam sehari. Berat rata-rata satu pisang kepok ukuran sedang adalah 51 mg,

dan kandungan vitamin B6 nya sebesar 0,4 mg/g (KESKOM, 2017;3(5):

http://jurnal.htp.ac.id

c. Hospitalisasi

Pasien dengan dehidrasi dan ketonuria yang parah, dianjurkan untuk

perawatan intensif di rumah sakit. Namun, kadang-kadang hospitalisasi itu

sendiri dapat meningkatkan gejala karena faktor psikis. Akan tetapi,

penanganan dehidrasi lebih penting untuk menjaga keseimbangan elektrolit.

Pasien dengan hyperemesis gravidarumdirekomendasikan untuk mengganti

elektrolit (sekurangkurangnya 2 L/hari) untuk menjaga keseimbangan

elektrolit, pemberian vitamin, dan pemberian karbohidrat serta pemberian

asam amino (sekitar 8400-10500 kJ/d).

Rehidrasi dapat diberikan melalui parental vena yaitu sentral vena dan

perifer vena. Pemberian rehidrasi melalui sentral vena dapat meningkatkan

komplikasi seperti infeksi, thrombosis, dan endocarditis. Studi retrospektif

pada 85 wanita hamil dengan pemasangan kateter vena dibagian sentral,

25% terjadi komplikasi dan 12% berkembang menjadi infeksi. Alternatif,

pemberian nutrisi/rehidrasi dapat melalui nasogastric tube. Melalui

nasogastric tube, dapat menjaga kecukupan nutrisi. Sebagai pertimbangan,

apakah hyperemesis gravidarum disebabkan oleh bakteri helicobacter

pylori, maka harus dilakukan pemeriksaan adanya helicobacter pylori. Jika

hasilnya positif, dapat diberikan pengobatan H2 bloker (cimetidine) atau

20
21

inhibitornya (omeprazol). Jika hyperemesis gravidarum tidak dapat

ditangani, maka diberikan kortikosteroid (hydrocortisone). Kortikosteroid

aman dan tidak memiliki efek samping terhadap fetus. Nutrisi parenteral

total dianjurkan pada kasus hyperemesis yang susah disembuhkan, hal ini

untuk menjaga tercukupinya asupan kalori. Penanganan harus tetap

dilakukan sampai frekuensi mual dan muntah berkurang hingga tidak lebih

dari 3 kali sehari.

B. Gravida

Menurut (Prawirohardjo, 2009), gravida adalah seorang wanita yang

hamil. Klasifikasi gravida sebagai berikut :

1. Nuligravida

Yaitu seorang wanita yang belum pernah hamil.

2. Primigravida

Yaitu seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.

3. Multigravida

Yaitu seorang wanita yang sudah hamil dua kali atau lebih.

4. Grandemultigravida

Yaitu seorang wanita yang hamil lebih dari lima kali.

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%

multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala -gejala ini menjadi lebih

berat. Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon

estrogen dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologik kenaikan hormon ini

21
22

belum jelas, mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung

yang berkurang. Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan

ini, meskipun demikian gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung

sampai 4 bulan. Pekerjaan seharihari menjadi terganggu dan keadaan umum

menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut hyperemesis gravidarum. Keluhan

gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat ringannya penyakit. Penyebab

hyperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada bukti bahwa

penyakit ini disebabkan oleh toksik; juga tidak ditemukan kelainan biokimia.

Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola

hidatidosa dan kehamilan ganda (Prawirohadjo, 2009).

Seorang primigravida berperan dominan pada faktor predisposisi

hyperemesis gravidarum, antara lain pada faktor adaptasi, hormonal dan

psikologi. Pada faktor hormonal, primigravida sebagian kecil belum mampu

beradaptasi terhadap hormon estrogen dan koreonik gonadotropin. Sedangkan

pada faktor psikologi, primigravida mempunyai kecendrungan mengalami

ambivalen terhadap kehamilan dan perasaan yang saling berkonflik tentang peran

dimasa depan sebagai ibu, perubahan tubuh, dan perubahan gaya hidup yang dapat

menjadi penyebab episode vomitus (Manuaba, IBG 2012).

C. Deskripsi pisang kepok (Musa paradisiaca L)

1. Penyebaran Tanaman Pisang

Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman pisang di

dunia, lebih dari 230 jenis pisang tersebar di seluruh wilayah Indonesia

22
23

(Prabawati, 2009). Buah pisang termasuk buah yang paling banyak

dikonsumsi, dibandingkan dengan buah-buahan lainnya. Berdasarkan Angka

Tetap (ATAP) dalam statistik Departemen Pertanian tahun 2013 produksi pisang

Indonesia mencapai 6,28 juta ton. Untuk wilayah Asia, Indonesia termasuk

penghasil pisang terbesar karena 50% produksi pisang Asia dihasilkan dari

Indonesia. Hampir seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah penghasil

pisang karena didukung oleh iklim yang sesuai. Namun demikian 90% produksi

pisang masih digunakan untuk konsumsi dalam negeri, sedangkan untuk

ekspor hanya 10% (Suhartanto et al., 2008).

Inventarisasi plasma nutfah pisang di Indonesia dimulai pada abad

XVIII. Dalam buku yang berjudul Herbarium Amboninese karangan

Rumphius yang diterbitkan tahun 1750, telah dikenal beberapa jenis pisang

hutan dan pisang budidaya yang terdapat di kepulauan Maluku. Pisang

termasuk famili Musaceae dari ordo Scitaminae dan terdiri dari dua genus,

yaitu genus Musa dan Ensete. Genus Musa terbagi dalam empat golongan,

yaitu Rhodochlamys, Callimusa, Australimusa dan Eumusa. Golongan

Australimusa dan Eumusa merupakan jenis pisang yang dapat dikonsumsi,

baik segar maupun olahan. Buah pisang yang dimakan segar sebagian besar

berasal dari golongan Emusa, yaitu Musa acuminata dan Musa balbisiana

(Rukmana, 1999).

Menurut sejarah, pisang berasal dari Asia Tenggara yang oleh para

penyebar agama Islam disebarkan ke Afrika Barat, Amerika Selatan dan Amerika

Tengah. Selanjutnya pisang menyebar ke seluruh dunia, meliputi daerah

23
24

tropis dan sub tropis. Negara-negara penghasil pisang yang terkenal diantaranya

Brasil, Filipina, Panama, Honduras, India, Equador, Thailand, Karibia,

Columbia, Meksiko, Venezuela dan Hawai. Indonesia merupakan negara

penghasil pisang nomor empat di dunia (Satuhu, 2008).

Pisang memiliki kandungan nutrisi yang lebih tinggi dibandingkan

dengan beberapa buah-buahan lain. Berdasarkan cara mengkonsumsinya

pisang dikelompokkan dalam dua golongan yaitu banana dan plantain. Banana

adalah pisang yang lebih sering dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah

matang. Sedangkan plantain adalah pisang yang dikonsumsi setelah diolah

menjadi produk makanan lain seperti keripik pisang, sale pisang, selai

pisang, pisang goreng dan lain sebagainya (Abubakar, 2013).

[ 2. Tanaman pisang kepok

Ada berbagai jenis buah pisang salah satunya adalah pisang kepok.

Menurut Suhartono (2011), menyebutkan bahwa pisang kepok (Musa acuminate

L.) merupakan produk yang cukup baik dalam pengembangan sumber

pangan lokal karena pisang tumbuh di sembarang tempat sehingga produksi

buahnya selalu tersedia, kulit buah kuning kemerahan dengan bintik-bintik

coklat.

24
25

Gambar 2.1. Pohon Pisang Kepok

Pisang kepok (Musa paradisiaca L) merupakan jenis pisang olahan

yang paling sering diolah terutama dalam olahan pisang goreng; dalam

berbagai variasi, sangat cocok diolah menjadi keripik, buah dalam sirup, aneka

olahan tradisional, dan tepung. Di Filipina pisang kepok lebih dikenal dengan

nama pisang saba, sedangkan di Malaysia dikenal dengan nama pisang nipah.

Pisang kepok dapat digunakan sebagai alternatif pengganti bahan pangan

karena mengandung karbohidrat yang tinggi, sehingga dapat menggantikan

sebagian konsumsi beras dan terigu (Prabawati dkk., 2008).

Pisang kepok ini termasuk jenis pisang yang lebih enak dikonsumsi

setelah diolah.. Pisang kepok memiliki banyak jenis, namun yang lebih dikenal

adalah pisang kepok kuning dan kepok putih. Secara kasat mata dari luar

bentuk pisangnya hampir sama. Hanya saja saat daging buahnya diiris, baru

terlihat kalau kepok kuning berwarna kekuningan, sedangkan kepok putih

lebih pucat. Rasa kepok kuning lebih manis, sedangkan yang kepok putih lebih

asam. Pisang dengan daging berwarna kuning biasanya jauh lebih mahal

25
26

karena rasanya memang lebih enak dan lebih disukai masyarakat jika

dibandingkan dengan pisang kepok daging putih. Warna buahnya sesuai dengan

nama jenis pisangnya, yaitu putih dan kuning (Prabawati dkk, 2008).

3. Taksonomi Tanaman Pisang

Menurut Fitri (2013), Pisang kepok termasuk ke dalam family Musaceae

yang berasal dari India Selatan. Menurut United States Departemen of

Agriculture (USDA) taksonomi tanaman pisang kepok (Musa paradisiacal L)

seperti pada (Gambar 1) dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Ordo : Zingiberales

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa paradisiaca forma typica

a. Morfologi pisang kepok (Musa paradisiaca formatypica)

Pisang kepok (Musa paradisiaca L.) termasuk dalam golongan

monokotil tahunan, berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu..

Batang semu ini merupakan tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat

teratur. Percabangan tanaman bertipe simpodial dengan meristem ujung

memanjang dan membentuk bunga lalu buah. Bagian bawah batang pisang

26
27

menggembung berupa umbi yang disebut bonggol. Pucuk lateral (sucker)

muncul dari kuncup pada bonggol yang selanjutnya tumbuh menjadi

tanaman pisang. Buah pisang umumnya tidak berbiji atau bersifat

partenokarpi. Variasi dalam kultivar pisang, diantaranya dari warna buah,

warna batang, bentuk daun, bentuk buah dan masih banyak lagi karakter yang

membedakan diantara kultivar pisang (Candra,2003).

Daun pisang letaknya tersebar, helaian daun berbentuk lanset

memanjang yang panjangnya antara 30-40 cm. Daun yang paling muda

terbentuk di bagian tengah tanaman, keluarnya menggulung dan terus tumbuh

memanjang. Kemudian secara progesif membuka. Helaian daun bentuknya

lanset memanjang, mudah koyak, panjang 1,5-3m, lebar 30-70 cm,

permukaan bawah daun berlilin, tulang tengah penopang jelas disertai

tulang daun yang nyata, tersusun sejajar dan menyirip (Suyanti dan Satuhu,

1992).

Pisang mempunyai bunga majemuk yang tiap kuncup bunga dibungkus

oleh seludang berwarna merah kecoklatan. Seludang akan lepas dan jatuh ke

tanah jika bunga telah membuka. Bunga betina akan berkembang secara

normal, sedang bunga jantan yang berada diujung tandan tidak berkembang

dan tetap tertutup oleh seludang dan disebut sebagai jantung pisang. (Cahyono,

2002).

Tiap kelompok bunga disebut sisir, yang tersusun dalam tandan. Tiap

tandan terdiri atas beberapa sisir, dan tiap sisir dengan jumlah sisir 10 – 16

sisir tergantung varietasnya. Buah pisang tersusun dalam tandan, bulat

27
28

memanjang dan membengkok, tersusun seperti sisir dua baris, dengan kulit

berwarna hijau, kuning, dan coklat. Ukuran buahnya kecil, panjangnya 10-

12 cm dan beratnya 80-120 g. Berat buah pisang kepok per tandan bisa

mencapai 14-22 kg, setiap sisir 12-20 buah. Buahnya dapat dipanen setelah

80-90 hari sejak keluarnya jantung pisang. Apabila sudah matang warna

kulitnya kuning menyeluruh, daging buahnya kuning kemerahan dan

teksturnya agak keras. Rasanya manis, tetapi aromanya tidak harum (Saptarini

dan Nuswamarhaeni, 1999).

Tanaman pisang dapat ditanam dan tumbuh dengan baik pada

berbagai macam topografi tanah, baik tanah datar atau pun tanah miring.

Produktivitas pisang yang optimum akan dihasilkan pisang yang ditanam

pada tanah datar pada ketinggian di bawah 500 m di atas permukaan laut

(dpl) dan keasaman tanah pada pH 4,5-7,5. Suhu harian berkisar antara 250 ºC-

270 ºC dengan curah hujan 2.000-3.000 mm/tahun. Pisang merupakan

tanaman yang berbuah hanya sekali, kemudian mati. Tingginya antara 2-9

m, berakar serabut dengan batang bawah tanah (bongol) yang pendek. Dari

mata tunas yang ada pada bonggol inilah bisa tumbuh tanaman baru (Anonim ,

2009).

Gambar 2.2. a. Buah pisang Kepok Putih, b. buah pisang Kepok Kuning

28
29

b. Manfaat dan kandungan buah pisang kepok

Pisang merupakan buah yang mudah didapat, memiliki nilai ekonomi,

serta nilai gizi yang tinggi (Nuramanah, 2013) Pisang memiliki banyak manfaat.

Mulai dari rhizoma sampai kulit pisang dapat diambil manfaatnya. Daging

buahnya dimanfaatkan sebagai bahan makanan, bonggol pisang dapat

dijadikan soda sebagai bahan baku sabun dan pupuk kalium, batangnya dapat

digunakan sebagai penghasil serat bahan baku kain dan makanan ternak, daun

pisang dapat digunakan sebagai pembungkus makanan tradisional Indonesia,

air umbi batang pisang dapat digunakan sebagai obat disentri dan perdarahan

usus besar, air batang pisang digunakan sebagai obat gangguan kemih dan

penawar racun, serta kulit pisang dapat dimanfaatkan untuk membuat cuka

pisang dengan proses fermentasi (Luqman, 2012).

Menurut Hendra (2002), buah pisang sangat baik untuk kesehatan ibu

hamil dan janin yang dikandungnya. Buah berwarna kekuningan ini mengandung

zat besi yang tinggi sehingga sangat bagus bagi penderita anemia karena

bisa menunjang proses terapi nutrisi. Pisang yang kaya vitamin B6 juga

memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan produksi sel darah merah,

menjaga keseimbangan kimia dalam cairan tubuh.

Pisang sudah dikenal sebagai buah yang lezat dan berkhasiat bagi kesehatan

karena pisang mengandung gizi yang baik antara lain menyediakan energi cukup

tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain dan harganya juga relatif

murah namun memiliki manfaat yang cukup besar. Nilai energi pisang

sekitar 136 kalori untuk setiap 100 gram, yang secara keseluruhan berasal dari

29
30

karbohidrat. Nilai energi pisang dua kali lipat lebih tinggi dari apel, apel

dengan berat sama (100 gram) hanya mengandung 54 kalori, karbohidrat 22,84

gr (Wardhany, 2014).

Prabawati dkk (2008), menyebutkan bahwa Karbohidrat pisang hanya

menyediakan energi sedikit lebih lambat dibandingkan dengan gula pasir dan

sirup, tetapi lebih cepat dari nasi, biskuit, dan sejenis roti. Oleh sebab itu,

banyak atlet saat jeda atau istirahat mengonsumsi pisang sebagai cadangan

energi. Kandungan energi pisang merupakan energi instan, yang mudah

tersedia dalam waktu singkat, sehingga bermanfaat dalam menyediakan

kebutuhan kalori sesaat. Karbohidrat pisang merupakan karbohidrat kompleks

tingkat sedang dan tersedia secara bertahap, sehingga dapat menyediakan

energi dalam waktu tidak terlalu cepat. Karbohidrat pisang merupakan

cadangan energi yang sangat baik digunakan dan dapat secara cepat tersedia

bagi tubuh.

Gula pisang merupakan gula buah, yaitu terdiri dari fruktosa yang

mempunyai indek glikemik lebih rendah dibandingkan dengan glukosa,

sehingga cukup baik sebagai penyimpanan energi karena sedikit lebih lambat

dimetabolisme. Sehabis bekerja keras atau berpikir, selalu timbul rasa kantuk.

Keadaan ini merupakan tanda- tanda otak kekurangan energi, sehingga aktifitas

secara biologis juga menurun. Untuk melakukan aktifitasnya, otak memerlukan

energi berupa glukosa. Glukosa darah sangat vital bagi otak untuk dapat berfungsi

dengan baik, antara lain diekspresikan dalam kemampuan daya ingat. Glukosa

tersebut diperoleh dari sirkulasi darah otak karena glikogen sebagai cadangan

30
31

glukosa sangat terbatas keberadaannya. Glukosa darah didapat dari asupan

makanan sumber karbohidrat (http://kandungan energi dalam pisang)

Pisang adalah alternatif terbaik untuk menyediakan energi di saat-saat

istirahat atau jeda, pada waktu otak sangat membutuhkan energi yang cepat

tersedia untuk aktivitas biologis. Kandungan protein dan lemak pisang kurang

bagus dan sangat rendah, yaitu hanya 2,3 persen dari 0,13 persen. Meski

demikian, kandungan lemak dan protein pisang masih lebih tinggi dari apel,

yang hanya 0,3 persen. Karena itu, tidak perlu takut kegemukan walau

mengkonsumsi pisang dalam jumlah banyak . (Wikipedia, 2009).

c. Mineral

Pisang bisa disebut sebagai buah kehidupan. Komponen utama dalam buah

pisang adalah air, karbohidrat dan juga kaya akan vitamin A, tianin, vitamin B2

dan vitamin C. Kandungan kalium yang cukup banyak terdapat dalam buah ini

mampu menurunkan tekanan darah, menjaga kesehatan jantung, dan

memperlancar pengiriman oksigen ke otak. Selain itu, kandungan Vitamin A yang

tinggi dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap ISPA, kulit bersisik dan

kebutaan. Manfaat lain, pisang bisa menjadi pengganti makanan pokok, sehingga

mengurangi ketergantungan rakyat Indonesia terhadap beras (Sundari, 2010).

Menurut Wardhany, (2014) Pisang kaya mineral seperti protein 1,09 gr,

lemak 0,33 gr, serat 2,6 fg, kalsium 5 mg, fosfor 22 mg, zat besi 0,26

mg, tembaga 0,078 mg, potasium 358 mg, magnesium 27 mg. Bila

dibandingkan dengan jenis makanan nabati lain, mineral pisang khususnya

besi, hampir seluruhnya (100 ersen) dapat diserap tubuh. Berdasarkan berat

31
32

kering, kadar besi pisang dapat mencapai 2 miligram per 100 gram dan

seng 0,8 mg, dibandingkan dengan apel, yang hanya mengandung 0,2 mg besi

dan 0,1 mg seng untuk berat 100 gram.

Kandungan vitaminnya sangat tinggi, terutama provitamin A, yaitu

betakaroten, sebesar 64 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel 15

mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin, dan

vitamin B6 (piridoxin). Kandungan vitamin B6 pisang cukup tinggi, yaitu 0,5 mg

per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam

metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintesis dan metabolisme protein,

khususnya seretonin. Seretonin diyakini berperan aktif sebagai neutransmiter

dalam kelancaran fungsi otak (http://kandungan mineral).

Menurut ilmuwan dari Universitas Johns Hopkins di Amerika Serikat dalam

(Mulyanti, 2005) bahwa potasium (kalsium) dalam pisang sangat membantu

memudahkan pemindahan garam (natrium) dalam tubuh, sehingga akan cepat

menurunkan tekanan darah).

Pisang memiliki kandungan vitamin yang tinggi, terutama provitamin A,

yaitu betakaroten, sebesar 45 mg per 100 gram berat kering, sedangkan pada apel

hanya 15 mg. Pisang juga mengandung vitamin B, yaitu tiamin, riboflavin, niasin,

dan vitamin B6 (piridoxin) (Suyanti dan Ahmad, 1992).

Kandungan vitamin B6 pada pisang kepok cukup tinggi, yaitu sebesar 0,5

mg per 100 gram. Selain berfungsi sebagai koenzim untuk beberapa reaksi dalam

metabolisme, vitamin B6 berperan dalam sintetis dan metabolisme protein,

khususnya serotonin. Serotonin diyakini berperan aktif sebagai neurotransmitter

32
33

dalam kelancaran fungsi otak. Vitamin B6 juga berperan dalam metabolisme

energi yang berasal dari karbohidrat. Peran vitamin B6 ini jelas mendukung

ketersediaan energi bagi otak untuk aktivitas sehari-hari (Suyanti dan Ahmad,

1992).

Tabel 2.1. Kandungan nilai gizi beberapa varietas pisang (per 100 gram)

Zat Gizi Ambon Nangka Kepok Rj.Sereh Siam

Energi (Kal) 92 121 115 108 268


Protein (g) 1.0 1.0 1.2 1.3 4.3
Lemak (g) 0.3 0.1 0.4 0.3 12.6
Karbohidrat (g) 24.0 28.9 26.8 28.2 58.1
Kalsium (mg) 20 9 11 16 20.4
Fosfor (mg) 42 37 43 38 44.2
Besi (mg) 0.5 0.9 1.2 0.1 1.6
Vitamin A (RE) 0 0 0 0 17
Vitamin B (mg) 0.05 0.13 0.10 1.002 20.4
Vitamin C (mg) 3.0 3.4 2.0 2 0.01
Air (g) 73.8 68.9 70.7 69.3 62.0
Bagian yang dapat 70 72 62 86 75
dimakan (%)
Sumber : Depkes RI (1998)

Secara umum perbandingan kandungan nutrisi pisang matang dan mentah dalam 100

gr bahan dapat dilihat pada Tabel 2.2

Tabel 2.2 Kandungan nutrisi pisang matang dan mentah dalam 100 g bahan
Komposisi Mentah % Matang %
Air (gram) 71.9 75.2
Protein (gram) 1.9 1.7
Lemak (gram) 0.9 0.1
Gula 1.3 17.3
Pati 21.2 3.1
Serat 3.2 2.8
Vitamin C 18 12
Beta Carotene 0.2 0.1
Kalium 320 350
Kalsium 5 5
Sumber : Depkes RI (1998)

33
34

D. KERANGKA TEORI

Gambar 2.3
KERANGKA TEORI
Terjadinya Hiperemesis Gravidarum
Trimester Imesis Gravidarum

Ibu hamil Trimester I

Kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada


sistem gastrointestinal mengalami relaksasi

Dehidrasi ,ketidakseimbangan elektrolit, mengakibatkan cadangan


karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk
keperluan energi.

Penanganan farmakologi Penanganan nonfarmakologi


intervensi Vitamin B6 Intervensi pisang kepok

Mengatasi hiperemesis gravidarum

Sumber : Fauziyah (2012)

34

Anda mungkin juga menyukai