Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

REFERAT
RSUD SYEKH YUSUF GOWA MARET 2019

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

BRACHIAL PALSY

Oleh:
Ahmad Rizal. M, S.Ked
105505405818

Pembimbing :
dr. Hj Andi Tenrisanna, Sp.A

DIBAWAKAN DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
MAKASSAR
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : Ahmad Rizal. M, S.Ked


NIM : 105505405818

Judul : Brachial Plexus Palsy

Telah menyelesaikan Refarat dalam rangka kepanitraan klinik


Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar

Makassar, Maret 2019

Pembimbing Mahasiswa

dr. Hj Andi Tenrisanna, Sp.A Ahmad Rizal. M ,S.Ked

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 2


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah,

akhirnya Refarat yang berjudul “Brachial Palsy” ini dapat diselesaikan dengan

baik. Refarat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian

kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ucapan terima kasih yang sebanyak-banyaknya penulis sampaikan kepada

dr. Hj Andi Tenrisanna, Sp.A. selaku pembimbing dalam Refarat ini yang telah

memberikan bimbingan dan banyak kemudahan dalam penyusunan referat ini.

Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih memiliki banyak

kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan

penulis demi kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga

Refarat ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Makassar, Maret 2019

Penulis

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 3


DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….…. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi……………………………………………………….………….7
B. Definisi……………………………………………………….…………..8
C. Epidemiologi………………………………………………………….….8
D. Etiologi…………………………………………………………………..10
E. Patomekanisme………………………………………………….….……11
F. Klasifikasi………………………………………………………………..12
G. Gejala Klinis……………………………..…………………………….. .16
H.Diagnosa……………………………………………….………………....16
I. Diaganosa Banding ………………………………………………………17
J. Penanganan…….…………………………………………………………17
K. Prognosis……….………………………..………………………………18
L. Komplikasi……….………………………..……………………………..19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………….………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA……….………………………………………………21

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pleksus brakialis (pleksus brachialis) merupakan pleksus saraf somatik

yang dibentuk oleh interkomunikasi antara ventral rami (akar) dari 4 saraf servikal

bawah (C5-C8) dan saraf toraks pertama (T1). Bertanggung jawab untuk

persarafan motorik semua otot ekstremitas atas, dengan pengecualian untuk

trapezius dan skapula levator.1 Membentuk 3 Truncus Superior (C5,C6), Inferior

(C7), dan Truncus Medial (C8-T1). Fasciculus diberi nama sesuai letaknya

terhadap arteri axillaris.Fasciculus lateralis, Fasciculus posterior ,Fasciculus

medalis .

Pleksus brakialis memasok semua

persarafan kulit pada ekstremitas

atas, kecuali area aksila (yang

disuplai oleh saraf supraklavikula)

dan area skapula dorsal, yang

disuplai oleh cabang kulit rami

dorsal.

Distosia bahu pertama kali dideskripsikan pada tahun 1730 dan

merupakan komplikasi kebidanan dari persalinan pervaginam sefal, terutama

selama bahu janin tidak lahir setelah kepala keluar dari introitus ibu. Ini terjadi

ketika salah satu atau kedua bahu terkena benturan pada tulang panggul ibu.

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 5


Pada tahun 1870-an, Duchenne dan Erb menggambarkan kasus-kasus

cedera saraf bagian atas, yang sekarang disebut palsi Erb (atau palsi Duchenne-

Erb). Pada tahun 1885, Klumpke menggambarkan cedera pada saraf C8-T1 dan

ganglion, yang sekarang disebut Palsi Klumpke. Banyak kasus BPP bersifat

sementara, dengan anak pulih sendiri pada minggu pertama kehidupan. Perawatan

yang sering dilakukan yakni terapi fisik dan atau okupasi, bersamaan dengan

program olahraga rutin di rumah. Intervensi bedah pada tahap awal untuk

meningkatkan persarafan otot yang terkena dapat dilakukan. Dapat dilakukan

transfer tendon untuk meningkatkan fungsi bahu dan (kadang-kadang) siku.

Brakialis plexus palsy adalah kelumpuhan pada lengan saat lahir yang

mempengaruhi saraf yang berbeda pada pleksus brachialis yang berasal dari C5

sampai T1.

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 6


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Pleksus Brachialis

Pleksus Brachialis merupakan anyaman (plexus) saraf yang dibentuk oleh

3 Truncus Superior (C5,C6), Inferior (C7), dan Truncus Medial (C8-T1). Setiap

trunkus akan bercabang membentuk dua divisi yaitu divisi anterior dan divisi

posterior. Divisi yang ada akan kembali menyatu dan membentuk fasciculus. Tiap

fasciculus diberi nama sesuai letaknya terhadap arteri axillaris. Fasciculus

posterior terbentuk dari tiga divisi posterior tiap trunkus. Fasciculus

lateralis terbentuk dari divisi trunkus anterior dan medalis. Fasciculus

medalis adalah kelanjutan dari trunkus inferior. Ketiga trunkus terletak di fosa

supraklavikularis sedikit distal dari muskulus skalenus anterior.

Ketiga fasikulus merupakan

bagian utama dari saraf

perifer untuk lengan dan

tangan, yaitu nervus radialis

(bermuara pada fasikulus

posterior), nervus

muskulokutaneus (bermuara

pada fasikulus lateralis),

nervus medianus (bermuara pada gabungan fasikulus lateralis dan medialis) dan

akhirnya nervus kutaneus medialis brachii serta nervus ulnaris (bermuara pada

fasikulus medialis). 1

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 7


B. Definisi Brachial Palsy

Pleksus Brachiais adalah bagian saraf utama yang berjalan dari leher ke

lengan. Saraf ini memberikan gerakan (motoric) dan perasaan (sensorik) pada

lengan dan tangan. Palsy pleksus brachialis adalah kelemahan atau kelumpuhan

pada bagian-bagian lengan akibat cedera signifikan pada pleksus brachialis, yang

dapat terjadi selama persalinan. Jenis palsi pleksus brakialis yang paling umum

yakni Erb's palsy.3

Cedera brachial palsy

dibagi menjadi atas dan bawah,

tergantung cabang pleksus yang

terluka. Kelumpuhan pleksus

brachialis atas disebut Erb’s palsy

Duchene karena cedera C5, C6 dan

C7, sedangkan kelumpuhan pleksus

brakialis bawah disebut Klumpke palsy karena lesi C8, T1, bisa juga terjadi

kelumpuhan total pleksus brakialis cedera pada C5-T1.1,4

C. Epidemiologi Brachial palsy

Frekuensi Amerika Serikat Insiden 0,5-4,4 kasus brakialis pleksus per

1000 kelahiran jangka penuh telah dilaporkan; Namu tinjauan oleh Gilbert dan

rekannya melaporkan kejadian 0,8-1 kasus per 1000 kelahiran. Internasional

Studi di Perancis dan Arab Saudi telah menyarankan kejadian 1,09-1,19 kasus

brachial plexus palsy per 1000 kelahiran hidup.

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 8


Kematian / Morbiditas Insiden penurunan nilai permanen adalah 3-25%.

Tingkat pemulihan dalam beberapa minggu pertama adalah indikator yang baik

untuk hasil akhir. Pemulihan total tidak mungkin terjadi jika tidak ada perbaikan

yang tercatat dalam 2 minggu pertama kehidupan. Sebagian besar penelitian

belum menemukan bukti yang mendukung hubungan antara ras dan risiko

brakialis pleksus. Namun sebuah penelitian tahun 2007 di New York City, oleh

Weizsaeker dan rekannya, menemukan bahwa menjadi anggota populasi kulit

hitam adalah prediktor independen untuk kelumpuhan Erb. Adapun secara gender,

Eng dan rekannya memeriksa 191 bayi dengan brakialis pleksus palsy. Hampir

setengah dari mereka (49%) adalah pria, dan 51% adalah wanita.2

Di Swedia, sebenarnya ada peningkatan kejadian yang tidak diketahui

alasannya, tetapi berat badan lahir yang lebih tinggi dalam populasi mungkin telah

berkontribusi pada fakta ini. Tidak ada data kejadian di Brasil, tetapi mungkin

dalam spektrum yang lebih rendah, sedangkan di Indonesia tingginya proporsi

operasi caesar. Namun demikian, ternyata telah terdata lebih dari 400 kasus di

rumah sakit dalam 14 tahun terakhir.

Sebuah penelitian yang diterbitkan pada September 2003 menemukan

varian pada 107 dari 200 janin yang diperiksa. Para penulis menunjukkan bahwa

variasi morfologis lebih sering terjadi pada janin perempuan dan paling sering

ditemukan di sisi kanan.1

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 9


D. Etiologi

Palsi pleksus brachialis dapat disebabkan selama persalinan. Kadang-

kadang setelah kepala bayi dilahirkan, pundaknya terkadang terperangkap di

dalam panggul ibu. Untuk membebaskan bahu, kepala dimiringkan ke sisi yang

berlawanan, ini dapat meregangkan saraf dari pleksus brakialis. Plexus plexus

brachialis juga dapat disebabkan oleh posisi bayi didalam rahim, dan dalam kasus

yang jarang dapat terjadi selama operasi caesar.3

Brachial Palsy pada bayi biasanya disebabkan oleh distosia bahu atau

trauma pada jalan lahir, terjadi ketika bahu bayi terjebak dalam Canal of Birth

“Jalan Lahir” saat proses persalinan. Hasilnya adalah kelemahan atau kelumpuhan

pada lengan yang terkena.

Faktor risiko antenatal langsung untuk distosia bahu tercantum di bawah

ini dalam urutan dari risiko terbesar hingga paling kecil:4,6

1. Riwayat distosia bahu pada persalinan pervaginam sebelumnya

2. Makrosomia janin (memiliki tubuh besar yang tidak proporsional

dibandingkan dengan kepala).

Faktor risiko makrosomia, yang merupakan penanda tidak langsung

untuk distosia bahu, dijelaskan di bawah ini:4,6

1. Peningkatan berat badan yang berlebihan (> 35 lb) selama kehamilan

Obesitas ibu (indeks massa tubuh> 30 kg / m2).

2. Kehamilan postterm

Faktor risiko intrapartum adalah sebagai berikut: 4,6

a. Kala 2 lama

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 10


b. Persalinan per vaginam operatif (vakum, forsep, atau keduanya)

c. Tanpa anestesi regional (> 2 jam untuk pasien nulipara, atau> 1 jam

untuk pasien multipara)

d. Dengan anestesi regional (> 3 jam untuk pasien nulipara,> 2 jam)

E. Patomekanisme Brachial Palsy

Distosia bahu terjadi karena alasan mekanis. Selama gerakan kardinal

kepala janin, dimulai dari penurunan, fleksi dan rotasi internal di dalam tulang

panggul, bahu turun untuk mencapai pintu masuk panggul, selama ekstensi kepala

berikutnya dan terjadi rotasi eksternal, sebelum peroses akhir, bahu harus berputar

dalam tulang panggul dengan cara berkelok-kelok untuk tiba di dimensi panggul

yang paling akomodatif, dengan diameter miring. Jika salah satu dimensi bahu

janin terlalu besar atau panggul ibu terlalu sempit, atau keduanya, untuk

memungkinkan rotasi bahu dengan diameter panggul miring, orientasi

anteroposterior bahu janin yang persisten dapat menyebabkan bahu anterior

terhambat di belakang simfisis pubis yang menghambat pengiriman dan mengarah

ke distosia bahu. Jika tanjung sakral juga menghalangi bahu posterior, terjadi

distosia bahu bilateral (dan lebih sulit).4

Berbagai jenis cedera saraf Ada berbagai tingkat cedera saraf yang

diklasifikasikan menurut tingkat keparahan dan kerusakan akson. Lesi murni

neurapraxic tidak mempengaruhi akson itu sendiri. Lesi ini umumnya reversibel

dan tidak meninggalkan gejala sisa. Lesi aksonotmatika melibatkan gangguan

pada selubung mielin dan akson, yang menyebabkan degenerasi akson di bagian

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 11


distal akibat cedera. Jaringan ikat di lesi tetap utuh. Cedera ini membaik secara

bertahap selama 4-6 bulan, tergantung pada tingkat lesi. Lesi neurotmatika adalah

yang paling parah, menghancurkan tidak hanya akson dan mielin, tetapi juga

struktur pendukung di saraf. Ketika ujung proksimal saraf mencoba untuk

regenerasi tanpa jaringan ikat yang mendukung ini, neuroma dapat berkembang.

Tingkat kondisi pasien tergantung pada jumlah serat saraf yang menghubungkan

kembali distal ke neuroma. Atrofi otot dari lesi neurotmatika dimulai 3-6 bulan

setelah cedera dan 1,5-2 tahun tidak dapat dipulihkan. Meskipun mekanisme

tradisional cedera adalah fleksi leher lateral, rootlets atas (C5-C7) 25% lebih

mungkin untuk avulsed sebagai akar bawah (C7-T1). Namun atas (C5-C6) jauh

lebih besar kemungkinannya pecah (88%) karena anatomi proses transversal dan

tingkat fleksibilitas pada tingkat tersebut.1,7

F. Klasifikasi Brachial Palsy

1. Erb-Duchenne palsy/Erb’s palsy

Kerusakan cabang-cabang C.5-C.6 (Trunkus Superior) dan Asosiasi

C7 (Trunkus Inferior) lengan terlihat lemas dengan bahu mengalami internal

rotasi, ekstensi siku secara penuh, lengan bawah mengalami pronasi, jari-jari dan

pergelangan tangan mengalami fleksi. Posisi sperti ini sering disebut porter/

waiter tip. Bahu mengalami adduksi karena kelumpuhan otot deltoid dan

supraspinatus, otot pektoralis dan subscapularis masih aktif, inaktif otot

infraspinatus dan teres minor menyebabkan bahu mengalami internal rotasi.

Ekstensi siku disebabkan gaya gravitasi dan kelumpuhan otot fleksor siku yaitu

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 12


otot bisep, brachialis dan brachioradialis. Tidak aktifnya otot bisep dan otot otot

supinasi menyebabkan posisi pronasi pada lengan bawah. Apabil saraf C7 ikut

terlibat maka tidak ada bagian otot ekstrinsik pergerlangan tangan dan ekstensor

jari. Cedera plexus brachialis total sangat jarang terjadi, biasanya akibat trauma

yang melibatkan C5 hingga T1. Penyebab cedera pleksus brachialis adalah traksi

yang berlebihan pada kepala, leher, dan lengan saat lahir. Faktor risiko biasanya

untuk itu termasuk makrosomia, distosia bahu, malpresentasi.8

Pemeriksaan neurologis ditandai dengan tidak adanya refleks Moro,

bisep, dan trisep.6,8

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 13


2. Klumpke Palsy

Kerusakan cabang-cabang C.8 sampai T.1 pleksus brakialis yang

menyebabkan kelemahan otot-otot pergelangan sehingga terdapat kesulitan untuk

mengepal Claw hand. Pada bayi dapat dijumpai pada letak sungsang atau distosia

bahu. Etiologi paling umum yang menyebabkan Klumpke palsy adalah

hiperabduksi trauma pada lengan yang sudah cukup intensitas traksinya terutama

pleksus brakialis bagian bawah. Trauma selama kelahiran dapat menyebabkan

cedera pleksus brakialis, tetapi sekali lagi hiperabduksi dan gaya tarikan ke

ekstremitas atas biasanya ada. Cedera kompresi memiliki tanda-tanda yang

serupa, misalnya, tumor paru apikal mencapai ukuran yang ditekan pada ganglia

simpatis serviks dan C8 dan saraf T1 jika ada keterlibatan simpatis. Jarang terjadi

pada bayi. Gejala yang dapat dilihat seperti defisit motorik berlawanan dengan ibu

jari (cabang otot tenar dari saraf median), kehilangan adduksi ibu jari (saraf

ulnaris), kehilangan fungsi adduksi sendi metacarpophalangeal, fleksi pada

metacarpophalangeal dan ekstensi dari sendi interphalangeal (cabang dalam ulnar

dan median), dan fleksi lemah sendi interphalangeal proksimal dan distal sendi

interphalangeal (saraf ulnaris dan median). Defisit sensoris yakni ke sisi ulnaris

lengan bawah, tangan, dan ulnaris 1,5 digit (ulnaris dan medial antebrachial

cutaneous)

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 14


3. Erb-Duchenne-Klumpke

Lesi yang melibatkan C.4 sampai T.1. Pada cedera ini gejala klinis
bervariasi dengan berbagai tingkat keparahan. Bayi tidak bisa menggerakan bahu,
lengan, dan pergelangan tangan selama beberapa minggu tetapi memungkinkan
untuk dapat terjadi perbaikan secara perlahan. Jika cedera tidak membaik secara
spontan dan dibiarkan tanpa terapi, dapat menyebabkan kecacatan yang parah.

Tipe-tipe Brachial Plexus Palsy

Avulsi adalah ketika saraf dicabut

dari tempat yang menempel ke spinal

cord. Tidak ada pemulihan

diperkirakan dengan cedera avulsi

tidak bisa diperbaiki dengan operasi.

Ruptur adalah ketika saraf robek, tetapi tidak pada spinal cord secara langsung.

Ruptur membutuhkan operasi untuk menyambung kembali ujung-ujung saraf.

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 15


Neuroma terbentuk ketika serabut saraf yang robek memiliki kemuampuan untuk

regenerasi atau menyembuhkan diri sendiri, tetapi adanya jaringan parut yang

tumbuh disekitar penyembuahn saraf akan membuat saraf tidak mungkin untuk

mengantar sinyal ke otot. Operasi sangat dibutuhkan untuk menghilangkan

jaringan parut di sekitar saraf dan antara ujung saraf yang benar-benar pecah.11

G. Gejala Klinis Brachial Palsy

a. Tidak ada pergerakan lengan atas atau bawah pada bayi baru lahir,
b. Refleks moro (-) pada sisi yang terkena,
c. Lengan tertekuk dan sejajar terhadap tubuh,
d. Claw hand
e. Sindrom Horner.1,6
f. Jika diangkat, lengan tampak lemas dan menggantung,

H. Diagnosis Brachial Palsy

1. Anamnesis

Terdapat riwayat distosia bahu, ibu dengan diabetes, bayi besar > 4,5

kg, kehamilan lebih bulan, persalinan yang lama dengan bantuan forcep atau

vacum ekstraksi atau disproporsi cephalopelvic sebagai faktor risiko saat

kelahiran, maka dilihat apakah terdapat penurunan gerakan lengan bayi,

kadang-kadang sudah terlihat sejak lahir. Dalam kasus dewasa terdapat

riwayat pernah menggantung lama dengan beban tubuh.1,11

2. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi adanya atrofi otot pada sisi yang terkena,1, 6,11

b. Menilai ROM1, 6,11

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 16


c. Palpasi area klavikula dan humerus untuk mengetahui adanya fraktur1, 6

d. Moro refleks tidak ada pada sisi yang terkena1, 6

e. Pada Erb’s palsy, bahu diputar kearah dalam, dan tidak bisa berotasi

keluar.8

f. Pada Klumpke palsy, terdapat kehilangan fungsi jari dan interoseus.9

3. Pemeriksaan Penunjang

a. CT scan servikal

b. Electromyography (EMG)

c. MRI

d. Foto rontgen.( 6,7)

I. Diagnosis Banding Brachial Palsy

1. Fraktur klavikula atau humerus

2. Thoracic Outlet Syndrome (TOS)

3. Parsonage-Turner syndrome (brachial neuritis)

J. Penatalaksanaan Brachial Palsy

1. Fisioterapi

Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin pada bayi baru lahir dengan

cedera pleksus brakialis. Hal ini bertujuan untuk mengurangi masalah

dengan kekakuan sendi, menjaga otot-otot dan sendi tetap fleksibel dan

meningkatkan fungsi saraf dan otot yang terkena.3

2. Range of Motion (ROM) exercise

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 17


Terapi fisik yang diajarkan oleh terapis okupasi, untuk membantu dan

mengedukasi orang tua agar dapat melakukan latihan peregangan ROM

pasif dirumah.3,11

3. Operatif

Pembedahan dapat dipertimbangkan jika beberapa kekuatan otot-otot

yang terkena belum kembali pada saat bayi berusia 3 - 6 bulan.

Beberapa jenis tindakan operasi brachial palsy:

a. Neurolysis

b. Eksisi Neuroma

c. Nerve graft reconstruction.1,7

K. Prognosis Brachial Palsy

Prediksi prognosis dan pengambilan keputusan bedah awal

sangat beragam, bergantung pada riwayat, elektrodiagnostik, radiografi

dan yang paling penting pada pemeriksaan fisik.7

Pada anak-anak yang menunjukkan perbaikan awal cenderung

pemulihan secara total tanpa penurunan fungsi anggota tubuh. Pada pasien

pasien dengan neurapraxia usia satu bulan Mereka yang pulih kemudian

cenderung memiliki penurunan fungsi terhadap anggota gerak yang

mengalami kelumpuhan. Meskipun mengalami pemulihan yang tidak

lengkap, banyak anak akan memiliki fungsi anggota tubuh yang berguna

tanpa eksplorasi dan rekonstruksi primer. Pasien dengan pemulihan penuh

awal jelas tidak perlu eksplorasi dan perbaikan bedah. Sebaliknyapasien

tanpa pemulihan diindikasikan untuk intervensi bedah.7,11

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 18


L. Komplikasi Brachial Palsy
Kontraktur rotasi internal dan subluksasi humerus posterior sejauh ini

merupakan komplikasi jangka panjang yang paling umum dalam NBPP. Hal ini

terkait dengan ketidakseimbangan otot akibat aktivitas aktif yang buruk rotasi

eksternal. Ini mengarah ke deformitas bahu progresif menurut klasifikasi Waters,

mulai dari retroversi glenoid ringan (Waters grade II) dan kelainan bentuk

humerus proksimal. Rujukan awal ke ahli bedah ortopedi penting untuk

menghindari kemungkinan terjadinya glenoid displasia serta nyeri bahu. Kelainan

ortopedi lainnya juga bisa terlihat, seperti, kontraktur fleksi siku, pronasi tetap dan

deformitas tangan. Sedikit perhatian untuk gangguan sensorik, karena prognosis

defisit sensorik biasanya baik.6

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 19


BAB III
KESIMPULAN

Brachial palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan lengan akibat cedera

pada pleksus brachialis. Terdapat 3 macam Brachial palsy: Erb’s palsy adalah

yang paling sering terjadi, sekitar 90% kasus, total plexus injury sebesar 9%

kasus, dan Klumpke’s sebesar 1% kasus. Gejalanya berupa tidak ada pergerakan

lengan atas atau bawah pada bayi baru lahir, refleks moro (-) pada sisi yang

terkena, lengan tertekuk dan sejajar terhadap tubuh, jika diangkat, lengan tampak

lemas dan menggantung, claw hand.

Penanganan kasus Brachial palsy adalah Fisioterapi, ROM exercise, dan

tindakan Operatif. Bayi yang lahir dengan Brachial palsy 80% dapat sembuh

secara spontan pada usia 1 tahun. Kemungkinan kontraktur harus dijelaskan,

sehingga orang tua akan termotivasi untuk melanjutkan latihan peregangan.

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 20


DAFTAR PUSTAKA

1. Stephen Kishner, MD, MHA Professor. Brachial Plexus Anatomy.

Physical Medicine and Rehabilitation Residency Program Director, Louisiana

State University School of Medicine in New Orleans, Medscape.com Diakses 06

Maret 2019 Available at [https://emedicine.medscape.com/article/1877731-

overview]

2. Jennifer S.C &Robert H Meier, Neonatal Brachial Plexus Palsies

Treatment and Management, Medscape.com. Diakses 06 Maret 2016 Available at:

[http://emedicine.medscape.com/article/317057-treatment#a1138]

3. Understanding Plexus Brachial Palsy Departments of Physiotherapy,

Occupational Therapy and Plastic Surgery, Brachial plexus Palsy or Erb.s

Palsy.Royal Children’s Hospital, Melbourne. Diakses 07 maret 2016. Available

at:[http://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/plastic/BRACHIAL_PLE

XUS_book.pdf.]

4. Robert H Allen, PhD, MS Associate Research Professor. Shoulder

Dystocia. Departments of Biomedical Engineering and Gynecology and

Obstetrics, Johns Hopkins University School of Medicine, Medscape.com Diakses

07 Maret 2019 Available at [https://emedicine.medscape.com/article/1602970-

overview#a7]

5. Berisha A,Kepuska AB,Ibraimi Z,Mutrezani A, Abazi N. Epidemiology

Brachial Plexus palsy in Newborn. Jurnal Pediatric. Volume 10.Nomor 2.Kosovo.

2014

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 21


6. Siqueira M,martins R, Heise OC. Neonatal Brachial Plexus Palsy : a

permanent Challenge.Arq Neuropsiqular. International jurnal Volume 3.Nomor 9.

Italia. 2016

7. Aerde JV,Olson J,Watt J,Anderesen J. Perinatal Brachial Plexus Palsy.

Orginal Joernal. Pediatric child health. Volume 11. Nomor 2.Canada. 2006

8. Sharma PK,Shastri S,Pandita A,Sharma D. Duchenne-Erb’s palsy in

newborn: Result of birth trauma. Department pediatrics sharma. India.2017

9. Varacallo M, Merryman J. Klumpke Palsy. Depatment of Orthopedic

surgery of Kentucky school medicine.NCBI booshelf.USA.2018

10. I Komang dr, Ayu Gusti, Eka P, Vani Kogeela. Kepaniteraan Ilmu

Penyakit Saraf UNUD/RSUP SANGLAH.2017

11. Brachial_Plexus_Book (acces link 14-03-2019)

https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/plastic/BRACHIAL_

PLEXUS_book.pdf

REFARAT │BRACHIAL PALSY │ 22

Anda mungkin juga menyukai