REFERAT
RSUD SYEKH YUSUF GOWA MARET 2019
FAKULTAS KEDOKTERAN
BRACHIAL PALSY
Oleh:
Ahmad Rizal. M, S.Ked
105505405818
Pembimbing :
dr. Hj Andi Tenrisanna, Sp.A
Pembimbing Mahasiswa
Segala puji syukur bagi ALLAH, atas Rahmat dan Karunia-Nya jualah,
akhirnya Refarat yang berjudul “Brachial Palsy” ini dapat diselesaikan dengan
baik. Refarat ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian
dr. Hj Andi Tenrisanna, Sp.A. selaku pembimbing dalam Refarat ini yang telah
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan
penulis demi kebaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga
Refarat ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Penulis
Halaman Judul.............................................................................................. i
Halaman Pengesahan ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................................. iii
Daftar Isi....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………….…. 5
BAB II PEMBAHASAN
A. Anatomi……………………………………………………….………….7
B. Definisi……………………………………………………….…………..8
C. Epidemiologi………………………………………………………….….8
D. Etiologi…………………………………………………………………..10
E. Patomekanisme………………………………………………….….……11
F. Klasifikasi………………………………………………………………..12
G. Gejala Klinis……………………………..…………………………….. .16
H.Diagnosa……………………………………………….………………....16
I. Diaganosa Banding ………………………………………………………17
J. Penanganan…….…………………………………………………………17
K. Prognosis……….………………………..………………………………18
L. Komplikasi……….………………………..……………………………..19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan…………….………………………………………………...20
DAFTAR PUSTAKA……….………………………………………………21
A. Latar Belakang
yang dibentuk oleh interkomunikasi antara ventral rami (akar) dari 4 saraf servikal
bawah (C5-C8) dan saraf toraks pertama (T1). Bertanggung jawab untuk
(C7), dan Truncus Medial (C8-T1). Fasciculus diberi nama sesuai letaknya
medalis .
dorsal.
selama bahu janin tidak lahir setelah kepala keluar dari introitus ibu. Ini terjadi
ketika salah satu atau kedua bahu terkena benturan pada tulang panggul ibu.
cedera saraf bagian atas, yang sekarang disebut palsi Erb (atau palsi Duchenne-
Erb). Pada tahun 1885, Klumpke menggambarkan cedera pada saraf C8-T1 dan
ganglion, yang sekarang disebut Palsi Klumpke. Banyak kasus BPP bersifat
sementara, dengan anak pulih sendiri pada minggu pertama kehidupan. Perawatan
yang sering dilakukan yakni terapi fisik dan atau okupasi, bersamaan dengan
program olahraga rutin di rumah. Intervensi bedah pada tahap awal untuk
Brakialis plexus palsy adalah kelumpuhan pada lengan saat lahir yang
mempengaruhi saraf yang berbeda pada pleksus brachialis yang berasal dari C5
sampai T1.
3 Truncus Superior (C5,C6), Inferior (C7), dan Truncus Medial (C8-T1). Setiap
trunkus akan bercabang membentuk dua divisi yaitu divisi anterior dan divisi
posterior. Divisi yang ada akan kembali menyatu dan membentuk fasciculus. Tiap
medalis adalah kelanjutan dari trunkus inferior. Ketiga trunkus terletak di fosa
posterior), nervus
muskulokutaneus (bermuara
nervus medianus (bermuara pada gabungan fasikulus lateralis dan medialis) dan
akhirnya nervus kutaneus medialis brachii serta nervus ulnaris (bermuara pada
fasikulus medialis). 1
Pleksus Brachiais adalah bagian saraf utama yang berjalan dari leher ke
lengan. Saraf ini memberikan gerakan (motoric) dan perasaan (sensorik) pada
lengan dan tangan. Palsy pleksus brachialis adalah kelemahan atau kelumpuhan
pada bagian-bagian lengan akibat cedera signifikan pada pleksus brachialis, yang
dapat terjadi selama persalinan. Jenis palsi pleksus brakialis yang paling umum
brakialis bawah disebut Klumpke palsy karena lesi C8, T1, bisa juga terjadi
1000 kelahiran jangka penuh telah dilaporkan; Namu tinjauan oleh Gilbert dan
Studi di Perancis dan Arab Saudi telah menyarankan kejadian 1,09-1,19 kasus
Tingkat pemulihan dalam beberapa minggu pertama adalah indikator yang baik
untuk hasil akhir. Pemulihan total tidak mungkin terjadi jika tidak ada perbaikan
belum menemukan bukti yang mendukung hubungan antara ras dan risiko
brakialis pleksus. Namun sebuah penelitian tahun 2007 di New York City, oleh
hitam adalah prediktor independen untuk kelumpuhan Erb. Adapun secara gender,
Eng dan rekannya memeriksa 191 bayi dengan brakialis pleksus palsy. Hampir
setengah dari mereka (49%) adalah pria, dan 51% adalah wanita.2
alasannya, tetapi berat badan lahir yang lebih tinggi dalam populasi mungkin telah
berkontribusi pada fakta ini. Tidak ada data kejadian di Brasil, tetapi mungkin
operasi caesar. Namun demikian, ternyata telah terdata lebih dari 400 kasus di
varian pada 107 dari 200 janin yang diperiksa. Para penulis menunjukkan bahwa
variasi morfologis lebih sering terjadi pada janin perempuan dan paling sering
dalam panggul ibu. Untuk membebaskan bahu, kepala dimiringkan ke sisi yang
berlawanan, ini dapat meregangkan saraf dari pleksus brakialis. Plexus plexus
brachialis juga dapat disebabkan oleh posisi bayi didalam rahim, dan dalam kasus
Brachial Palsy pada bayi biasanya disebabkan oleh distosia bahu atau
trauma pada jalan lahir, terjadi ketika bahu bayi terjebak dalam Canal of Birth
“Jalan Lahir” saat proses persalinan. Hasilnya adalah kelemahan atau kelumpuhan
2. Kehamilan postterm
a. Kala 2 lama
c. Tanpa anestesi regional (> 2 jam untuk pasien nulipara, atau> 1 jam
kepala janin, dimulai dari penurunan, fleksi dan rotasi internal di dalam tulang
panggul, bahu turun untuk mencapai pintu masuk panggul, selama ekstensi kepala
berikutnya dan terjadi rotasi eksternal, sebelum peroses akhir, bahu harus berputar
dalam tulang panggul dengan cara berkelok-kelok untuk tiba di dimensi panggul
yang paling akomodatif, dengan diameter miring. Jika salah satu dimensi bahu
janin terlalu besar atau panggul ibu terlalu sempit, atau keduanya, untuk
ke distosia bahu. Jika tanjung sakral juga menghalangi bahu posterior, terjadi
Berbagai jenis cedera saraf Ada berbagai tingkat cedera saraf yang
neurapraxic tidak mempengaruhi akson itu sendiri. Lesi ini umumnya reversibel
pada selubung mielin dan akson, yang menyebabkan degenerasi akson di bagian
bertahap selama 4-6 bulan, tergantung pada tingkat lesi. Lesi neurotmatika adalah
yang paling parah, menghancurkan tidak hanya akson dan mielin, tetapi juga
regenerasi tanpa jaringan ikat yang mendukung ini, neuroma dapat berkembang.
Tingkat kondisi pasien tergantung pada jumlah serat saraf yang menghubungkan
kembali distal ke neuroma. Atrofi otot dari lesi neurotmatika dimulai 3-6 bulan
setelah cedera dan 1,5-2 tahun tidak dapat dipulihkan. Meskipun mekanisme
tradisional cedera adalah fleksi leher lateral, rootlets atas (C5-C7) 25% lebih
mungkin untuk avulsed sebagai akar bawah (C7-T1). Namun atas (C5-C6) jauh
lebih besar kemungkinannya pecah (88%) karena anatomi proses transversal dan
rotasi, ekstensi siku secara penuh, lengan bawah mengalami pronasi, jari-jari dan
pergelangan tangan mengalami fleksi. Posisi sperti ini sering disebut porter/
waiter tip. Bahu mengalami adduksi karena kelumpuhan otot deltoid dan
Ekstensi siku disebabkan gaya gravitasi dan kelumpuhan otot fleksor siku yaitu
supinasi menyebabkan posisi pronasi pada lengan bawah. Apabil saraf C7 ikut
terlibat maka tidak ada bagian otot ekstrinsik pergerlangan tangan dan ekstensor
jari. Cedera plexus brachialis total sangat jarang terjadi, biasanya akibat trauma
yang melibatkan C5 hingga T1. Penyebab cedera pleksus brachialis adalah traksi
yang berlebihan pada kepala, leher, dan lengan saat lahir. Faktor risiko biasanya
mengepal Claw hand. Pada bayi dapat dijumpai pada letak sungsang atau distosia
hiperabduksi trauma pada lengan yang sudah cukup intensitas traksinya terutama
cedera pleksus brakialis, tetapi sekali lagi hiperabduksi dan gaya tarikan ke
serupa, misalnya, tumor paru apikal mencapai ukuran yang ditekan pada ganglia
simpatis serviks dan C8 dan saraf T1 jika ada keterlibatan simpatis. Jarang terjadi
pada bayi. Gejala yang dapat dilihat seperti defisit motorik berlawanan dengan ibu
jari (cabang otot tenar dari saraf median), kehilangan adduksi ibu jari (saraf
dan median), dan fleksi lemah sendi interphalangeal proksimal dan distal sendi
interphalangeal (saraf ulnaris dan median). Defisit sensoris yakni ke sisi ulnaris
lengan bawah, tangan, dan ulnaris 1,5 digit (ulnaris dan medial antebrachial
cutaneous)
Lesi yang melibatkan C.4 sampai T.1. Pada cedera ini gejala klinis
bervariasi dengan berbagai tingkat keparahan. Bayi tidak bisa menggerakan bahu,
lengan, dan pergelangan tangan selama beberapa minggu tetapi memungkinkan
untuk dapat terjadi perbaikan secara perlahan. Jika cedera tidak membaik secara
spontan dan dibiarkan tanpa terapi, dapat menyebabkan kecacatan yang parah.
Ruptur adalah ketika saraf robek, tetapi tidak pada spinal cord secara langsung.
regenerasi atau menyembuhkan diri sendiri, tetapi adanya jaringan parut yang
tumbuh disekitar penyembuahn saraf akan membuat saraf tidak mungkin untuk
jaringan parut di sekitar saraf dan antara ujung saraf yang benar-benar pecah.11
a. Tidak ada pergerakan lengan atas atau bawah pada bayi baru lahir,
b. Refleks moro (-) pada sisi yang terkena,
c. Lengan tertekuk dan sejajar terhadap tubuh,
d. Claw hand
e. Sindrom Horner.1,6
f. Jika diangkat, lengan tampak lemas dan menggantung,
1. Anamnesis
Terdapat riwayat distosia bahu, ibu dengan diabetes, bayi besar > 4,5
kg, kehamilan lebih bulan, persalinan yang lama dengan bantuan forcep atau
2. Pemeriksaan Fisik
e. Pada Erb’s palsy, bahu diputar kearah dalam, dan tidak bisa berotasi
keluar.8
3. Pemeriksaan Penunjang
a. CT scan servikal
b. Electromyography (EMG)
c. MRI
1. Fisioterapi
Fisioterapi harus dimulai sedini mungkin pada bayi baru lahir dengan
dengan kekakuan sendi, menjaga otot-otot dan sendi tetap fleksibel dan
pasif dirumah.3,11
3. Operatif
a. Neurolysis
b. Eksisi Neuroma
pemulihan secara total tanpa penurunan fungsi anggota tubuh. Pada pasien
pasien dengan neurapraxia usia satu bulan Mereka yang pulih kemudian
lengkap, banyak anak akan memiliki fungsi anggota tubuh yang berguna
merupakan komplikasi jangka panjang yang paling umum dalam NBPP. Hal ini
terkait dengan ketidakseimbangan otot akibat aktivitas aktif yang buruk rotasi
mulai dari retroversi glenoid ringan (Waters grade II) dan kelainan bentuk
ortopedi lainnya juga bisa terlihat, seperti, kontraktur fleksi siku, pronasi tetap dan
pada pleksus brachialis. Terdapat 3 macam Brachial palsy: Erb’s palsy adalah
yang paling sering terjadi, sekitar 90% kasus, total plexus injury sebesar 9%
kasus, dan Klumpke’s sebesar 1% kasus. Gejalanya berupa tidak ada pergerakan
lengan atas atau bawah pada bayi baru lahir, refleks moro (-) pada sisi yang
terkena, lengan tertekuk dan sejajar terhadap tubuh, jika diangkat, lengan tampak
tindakan Operatif. Bayi yang lahir dengan Brachial palsy 80% dapat sembuh
overview]
[http://emedicine.medscape.com/article/317057-treatment#a1138]
at:[http://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/plastic/BRACHIAL_PLE
XUS_book.pdf.]
overview#a7]
2014
Italia. 2016
Orginal Joernal. Pediatric child health. Volume 11. Nomor 2.Canada. 2006
10. I Komang dr, Ayu Gusti, Eka P, Vani Kogeela. Kepaniteraan Ilmu
https://www.rch.org.au/uploadedFiles/Main/Content/plastic/BRACHIAL_
PLEXUS_book.pdf