Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DENGAN EMPIEMA
DI SUSUN OLEH :
A. Definisi
Empiema adalah suatu efusi pleura yang bersifat purulen dan dapat berupa
kista empiema. sifatnya akut atau kronik (Djojodibroto, 2016). Empiema
adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleura (Brunner dan
Suddarth, 2002). Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di
dalam rongga pleura (Somantri, 2007).
B. Etiologi
Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi pada parenkim paru, akan tetapi
juga dapat disebabkan oleh hasil penetrasi luka di dinding dada. Penyakit
yang sering berkaitan dengan empiema adalah pneumonia, abses paru,
bronkiektasis, dan komplikasi tindakan bedah. (Djojodibroto, 2016).
Etiologi empiema adalah pneumonia, TBC terinfeksi viral atau mikosis, abses
paru pecah ke rongga pleura, terutama yang mengalami infeksi sekunder,
pasca bedah, ekstensi abses subfrenikus, p pneumothorax spontan dan sepsis.
(Puruhito, 2013).
C. Patofisiologi
Pada awalnya, cairan pleura sedikit dengan hitung leukosit rendah tetapi
seringkali cairan ini berkembang ke tahap fibro purulen dan akhirnya ke tahap
dimana cara tersebut membungkus paruh dalam membran eksudatif yang tebal.
Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas pleural
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Pembentukan empiema dapat dibedakan menjadi 3 fase, yaitu menurut
Djojodibroto (2016).
1. Fase eksudatif
Cairan efusi kaya akan protein tetapi masih belum kental, sel neutrofil
meningkat tetapi kadar glukosa dan pH masih normal.
2. Fase fibrinolitik
Cairan pleura bertambah kental, dijumpai banyak fibroblas, kadar glukosa
dan PH menurun.
3. Fase perlengketan (organizing)
Terjadi perlengketan sehingga cairan pleura (pus) terperangkap.
D. Manifestasi klinis
Pasien mengalami demam, berkeringat malam, nyeri pleural, dispnea,
anoreksia dan penurunan berat badan. Auskultasi dada tidak terdengar bunyi
nafas dan adanya bunyi datar saat perkusi dada, juga penurunan fremitus
(Brunner dan Suddarth, 2002).
E. Komplikasi
Jika inflamasi telah berlangsung lama,eksudat dapat terjadi di atas paru dan
mengganggu ekspansi normal paru.dalam keadaan ini diperlukan pembuangan
eksudat melalui tindakan bedah (dekortikasi). Selang drainase dibiarkan di
tempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dikeluarkan seluruhnya
(Brunner dan Suddarth, 2002).
F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan dengan dasar hasil rontgen dada dan torasintesis
(Brunner dan Suddarth, 2002). Gambaran radiografi empiema gambaran efusi
pleura pada umumnya (Djojodibroto, 2016).
G. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) tujuan pengobatan adalah untuk
mengalirkan cairan dalam kavitas pleura untuk mencapai ekspansi paru
sempurna.cairan dialirkan dan diresepkan antibiotik yang sesuai berdasarkan
pada organisme penyebab. Antibiotik dalam dosis yang besar biasanya
diberikan streptokinase dapat juga dimasukkan ke dalam ruang untuk
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilakukan dengan;
1. Aspirasi jarum (torasintesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika
cairan tidak terlalu banyak.
2. Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter
besar yang disambungkan ke drainase water seal.
3. Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang
mengalami penebalan. Pus dan debris serta untuk mengangkat jaringan
paru yang sakit di bawahnya.
Asuhan Keperawatan Empiema
2.1 Pengkajian
Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga
pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul
toksemia, anemia dan clubbing finger.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : pernah mengalami radang paru- paru
(pneumonia), meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
c. Riwayat kesehatan keluarga : pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus atau
Pneumococcus
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, benda asing dalam
jalan napas, sekresi yang tertahan
2.3 Intervensi
2.4 Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, benda asing dalam
jalan napas, sekresi yang tertahan
b. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea,
sianosis.
- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri),
- Gelisah
- TTV abnormal
- Sulit tidur