Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN

DENGAN EMPIEMA

DI SUSUN OLEH :

POLTEKKES KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA 1


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2019
Laporan pendahuluan pada pasien dengan Empiema

A. Definisi
Empiema adalah suatu efusi pleura yang bersifat purulen dan dapat berupa
kista empiema. sifatnya akut atau kronik (Djojodibroto, 2016). Empiema
adalah pengumpulan cairan purulen (pus) dalam cavitas pleura (Brunner dan
Suddarth, 2002). Empiema adalah terkumpulnya cairan purulen (pus) di
dalam rongga pleura (Somantri, 2007).

B. Etiologi
Empiema disebabkan oleh perluasan infeksi pada parenkim paru, akan tetapi
juga dapat disebabkan oleh hasil penetrasi luka di dinding dada. Penyakit
yang sering berkaitan dengan empiema adalah pneumonia, abses paru,
bronkiektasis, dan komplikasi tindakan bedah. (Djojodibroto, 2016).
Etiologi empiema adalah pneumonia, TBC terinfeksi viral atau mikosis, abses
paru pecah ke rongga pleura, terutama yang mengalami infeksi sekunder,
pasca bedah, ekstensi abses subfrenikus, p pneumothorax spontan dan sepsis.
(Puruhito, 2013).

C. Patofisiologi
Pada awalnya, cairan pleura sedikit dengan hitung leukosit rendah tetapi
seringkali cairan ini berkembang ke tahap fibro purulen dan akhirnya ke tahap
dimana cara tersebut membungkus paruh dalam membran eksudatif yang tebal.
Kondisi ini dapat terjadi jika abses paru meluas sampai kavitas pleural
(Brunner dan Suddarth, 2002).
Pembentukan empiema dapat dibedakan menjadi 3 fase, yaitu menurut
Djojodibroto (2016).
1. Fase eksudatif
Cairan efusi kaya akan protein tetapi masih belum kental, sel neutrofil
meningkat tetapi kadar glukosa dan pH masih normal.
2. Fase fibrinolitik
Cairan pleura bertambah kental, dijumpai banyak fibroblas, kadar glukosa
dan PH menurun.
3. Fase perlengketan (organizing)
Terjadi perlengketan sehingga cairan pleura (pus) terperangkap.

D. Manifestasi klinis
Pasien mengalami demam, berkeringat malam, nyeri pleural, dispnea,
anoreksia dan penurunan berat badan. Auskultasi dada tidak terdengar bunyi
nafas dan adanya bunyi datar saat perkusi dada, juga penurunan fremitus
(Brunner dan Suddarth, 2002).

E. Komplikasi
Jika inflamasi telah berlangsung lama,eksudat dapat terjadi di atas paru dan
mengganggu ekspansi normal paru.dalam keadaan ini diperlukan pembuangan
eksudat melalui tindakan bedah (dekortikasi). Selang drainase dibiarkan di
tempatnya sampai pus yang mengisi ruang pleural dikeluarkan seluruhnya
(Brunner dan Suddarth, 2002).

F. Pemeriksaan penunjang
Diagnosis ditegakkan dengan dasar hasil rontgen dada dan torasintesis
(Brunner dan Suddarth, 2002). Gambaran radiografi empiema gambaran efusi
pleura pada umumnya (Djojodibroto, 2016).

G. Penatalaksanaan
Menurut Brunner dan Suddarth (2002) tujuan pengobatan adalah untuk
mengalirkan cairan dalam kavitas pleura untuk mencapai ekspansi paru
sempurna.cairan dialirkan dan diresepkan antibiotik yang sesuai berdasarkan
pada organisme penyebab. Antibiotik dalam dosis yang besar biasanya
diberikan streptokinase dapat juga dimasukkan ke dalam ruang untuk
mencegah akumulasi cairan lebih lanjut.
Drainase cairan pleura tergantung pada tahap penyakit dan dilakukan dengan;
1. Aspirasi jarum (torasintesis) dengan kateter perkutan yang kecil, jika
cairan tidak terlalu banyak.
2. Drainase dada tertutup menggunakan selang interkostal dengan diameter
besar yang disambungkan ke drainase water seal.
3. Drainase terbuka dengan cara reseksi iga untuk mengangkat pleura yang
mengalami penebalan. Pus dan debris serta untuk mengangkat jaringan
paru yang sakit di bawahnya.
Asuhan Keperawatan Empiema

2.1 Pengkajian
 Riwayat keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang : panas tinggi dan nyeri pada dada pleuritik.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan dalam rongga
pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu maka akan timbul
toksemia, anemia dan clubbing finger.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : pernah mengalami radang paru- paru
(pneumonia), meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
c. Riwayat kesehatan keluarga : pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus atau
Pneumococcus

 Pemeriksaan fisik: data fokus


a. Pola aktivitas/istirahat
Data : Keletihan, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
karena sulit bernapas, ketidakmampuan untuk tidur. Tanda : Keletihan,
gelisah, insomnia, lemah.
b. Sirkulasi
Data : Tampak lemah, jantung berdebar-debar. Tanda : Peningkatan tekanan
darah, peningkatan frekuensi jantung, pucat.
c. Pola hygiene
Data : Penurunan kemampuan/peningkatan aktivitas sehari-hari. Tanda :
Kebersihan buruk, bau badan.
d. Pola nutrisi
Data : Mual, muntah, nafsu makan buruk, penurunan berat badan. Tanda :
Turgor kulit buruk, edema, berkeringat.
e. Rasa nyaman
Data : Nyeri, sesak. Tanda : Gelisah, meringis.
f. Keadaan fisik
Data : Badan terasa panas, pusing. Tanda : Suhu, nadi, nafas, dan tekanan
darah meningkat, hipertermia.
g. Data fokus Pada pemeriksaan pernapasan yang harus dinilai : keadaan
umum, laju pernapasan, warna, pernapasan cuping hidung, suara pernapasan
yang terdengar, dan usaha bernapas. Pernapasan didominasi oleh gerak
diafragma dengan sedikit bantuan dari otot otot dada. Selain melihat gerak
pernapasan, juga penting untuk menilai adakah retraksi ( chest indrawing )
yang merupakan indikator adanya penyakit paru
1) Inspeksi Respirasi cepat, batuk, dada tampak lebih cembung, tampak
meringis dan sesak, barrel chest. Pada klien dengan empiema, jika akumulasi
pus lebih dari 300ml, perlu diusahakan peningkatan upaya dan frekuensi
pernafasan, serta penggunaaan otot bantu pernafasan. Gerakan pernafasan
ekspansi dada yang asimetris ( pergerakan dada tertinggal pada sisi yang
sakit), iga melebar, rongga dada asimetris (cembung pada sisi yang sakit).
Pengkajian batuk yang produktif dengan sputum purulen. Trakea dan jantung
terdorong ke sisi yang sehat.
2) Palpasi Pengurangan pengembangan dada, taktil fremitus menurun pada
sisi yang sakit. Di samping itu pada palpasi juga ditemukan pergerakan
dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Pada sisi yang sakit ruang
antar iga dapat kembali normal atau melebar.
3) Perkusi Diafragma bergerak hanya sedikit, terdengar suara ketok pada sisi
sakit redup (dullness) sampai pekak sesuai banyaknya akumulasi pus di
rongga pleura. Batas jantung terdorong ke arah torak yang sehat. Hal ini
terjadi apabila tekanan intrapleura tinggi.
4) Auskultasi Suara pernapasan menunjukkan intensitas yang
rendah, biasanya ekspirasi memanjang, vocal fremitus menurun, suara
pernapasan tambahan kadang-kadang terdengar sonor atau ronchi, rale halus
pada akhir inspirasi. Kualitas suara pernafasan yang dapat ditemukan adalah
suara pernapasan bronkial, normalnya didengar di trakea, yang pada
auskultasi inspirasi dan ekspirasi jelas terdengar. Suara pernafasan perifer
lainnya yang dapat terdengar adalah suara pernapasan vesikular, yakni rasio
inspirasi yang terdengar lebih panjang dari ekspirasi. Suara
pernapasan bronkial yang terdengar pada paru perifer diperkirakan terjadi
konsolidasi atau adanya efusi pleura. Menurunnya suara pernafasan saat usaha
bernapas merupakan alasan yang cukup untuk mencurigai adanya atelektasis,
konsolidasi lobaris (pneumonia) atau efusi pleura
 Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi
1). Foto thoraks PA dan lateral didapatkan gambaran opacity yang
menunjukan adanya cairan dengan atau tanpa kelaina paru. Bila terjadi
fibrothoraks, trakhea di mediastinum tertarik ke sisi yang sakit dan juga
tampak adanya penebalan. Cairan pleura bebas dapat terlihat sebagai
gambaran tumpul di sudut kostofrenikus pada posisi posteroanterior atau
lateral.
2). Pemeriksaan pus
Aspirasi pleura akan menunjukan adanya pus di dalam rongga dada (pleura).
Pus dipakai sebagai bahan pemeriksaan sitologi , bakteriologi, jamur dan
amoeba. Untuk selanjutnya, dilakukan jkultur (pembiakan) terhadap kepekaan
antobiotik.
3). Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan dapat menunjukkan adanya septa atau sekat pada suatu
empiema yang terlokalisir. Pemeriksaan ini juga dapat membantu untuk
menentukan letak empiema yang perlu dilakukan aspirasi atau pemasangan
pipa drain.
4). Pemeriksaan CT scan
Pemeriksaan CT scan dapat menunjukkan adanya suatu penebalan dari pleura.
Kadang dijumpai limfadenopati inflamatori intratoraks pada CT scan
5). Sinar x
Mengidentifikasi distribusi stuktural, menyatakan absesluas/infiltrate,
empiema (strafilokokus), infiltrat menyebar atau terlokalisasi(bacterial).
6). GDA /nadi oksimetri
Tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan
penyakit paru yang ada.
7). Tes fungsi paru
Dilakukan untuk menentukan penyebab dipsnea, untuk menentukan apakah
fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi,untuk memperkirakan derajat
disfungsi.
8). Pemeriksaan Gram/kultur sputum dan darah
Dapat diambil dengan biopsy jarum,aspirasi transtrakeal,bronkoskopi
fiberoptik atau biopsy pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab.Lebih dari satu tipe organisme ada: bakteri yang umum meliputi
diplokokus pneumonia, strafilokokus aureus,A-hemolitik streptokokus,
haemophilus influenza: CMV. Catatan: kultur sputum tidak dapat
mengidentifikasi semua organisme yang ada, kultur darah dapat menunjukkan
bakterimia sementara.
9). EKG latihan,tes stress
Membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru perencanaan/evaluasi
program latihan
2.2 Diagnosa

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, benda asing dalam
jalan napas, sekresi yang tertahan

2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi

3. Nyeri akut b.d empiema

4. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan

5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan oksigen

2.3 Intervensi

Diagnosa Tujuan dan Rencana Rasional


Kriteria Hasil Keperawatan
Bersihan Klien - Kaji - Takipneu,
jalan nafas menunjukkan frekuensi/kedalam pernafasan dangkal,
tidak bersihan jalan an pernafasan dan dan gerakan dada
efektif b.d nafas teratasi gerakan dada tidak simetris sering
hipersekre setelah dilakukan terjadi karena
si jalan tindakan ketidak nyamanan
napas, keperawatan gerakan dinding
benda selama 3x24 jam dada dan/atau cairan
asing dengan kriteria paru
dalam hasil :
jalan - Tidak ada - Auskultasi area - Penurunan aliran
napas, dyspnea paru udara terjadi pada
sekresi - Mampu batuk area konsolidasi
yang - Sputum dengan cairan
tertahan berkurang
- Bunyi napas - Ajarkan teknik - Nafas dalam
normal nafas dalam dan memudahkan
- Tidak ada batuk efektif ekspansi paru. Batuk
sianosis adalah mekanisme
- Jalan napas pembersihan jalan
paten nafas alami

- Anjurkan minum - Cairan khusus nya


air hangat yang hangat
memobilisasi dan
meneluarkan secret

- Berikan obat - Untuk menurunkan


sesuai indikasi : spasme bronkus
mukolitik, dengan mobilisasi
ekspektoran, Secret
bronkodilator,
analgesic

- Kolaborasi dalam - Memudahkan


pemberian pengencaran dan
nebulizer dan pembuangan sekret
fisioterapi dada
Gangguan Klien - Kaji frekuensi, - Manifestsi distress
pertukaran menunjukkan kedalaman dan tergantung
gas b.d gangguan kemudahan pada/indikasi
ketidaksei pertukaran gas pernafasan derajat keterlibatan
mbangan teratasi setelah paru
ventilasi dilakukan tindakan
perfusi keperawatan - Observasi warna - Sianosis kuku
selama 3x24 jam kulit, membrane menunjukkan fase
dengan kriteria mukosan dan konstriksi atau
hasil : kuku, catat respon tubuh
- Tidak ada adanya sianosis terhadap
dispnea, perfier(kuku) dan demam/menggigil
- PCO2 dan PO2 sianosis sentral
normal
- Tidak ada - Posisikan semi - Meningkatkan
takikardia fowler, anjurkan inspiras maksimal,
- pH arteri nafas dalam dan meningkatkan
normal batuk efektif pengeluaran secret
- Tidak ada bunti untuk
napas memperbaikin
tambahan ventilasi
- napas tidak
memakai - Monitor suhu - Demam tinggi
cuping hidung tubuh tiap 8 jam sangat
(masih ragu) meningkatkan
- pola napas kebutuhan
normal metabolic,
kebutuhan oksigen
dan menggangu
oksigenasi seluler
- Kolaborasi dalam - Mempertahankan
pemberian oksigenasi
oksigen

- Monitor AGD - Mengevaluasi


proses penyakit dan
memudahkan terapi
paru
Nyeri akut Klien - Monitor TTV - Perubahan
b.d menunjukkan frekuensi jantung
empiema nyeri akut teratasi atau TD
setelah dilakukan menunjukkan
tindakan bahwa pasien
keperawatan mengalami nyeri
selama 3x24 jam
dengan kriteria - Kaji karakteristik - Nyeri dada
hasil : nyeri (tajam, biasanya
- Nyeri konstan, ditusuk)
berkurang
- Klien tidak - Anjurkan dan - Untuk
tampak bantu pasien mengontorl
meringis dalam teknik ketidak
- Klien tidak menekan dada nyamann dadad
bersikap selama batuk sementara dan
protektif (mis. meningkatkan
Waspada, keefektifan
posisi upaya batuk
menghindari
nyeri), - Kolaborasi - Untuk mengurangi
- Klien tidak dalam pemberian nyeri
gelisah analgesic dan
- TTV dalam antitusif sesuai
batas normal indikasi
sulit tidur
Risiko - Monitor TTV tiap - Mengawasi tanda
infeksi b.d 8 jam tanda adanya syok /
peningkat hipotensi
an
paparan - Kaji karaktersitik - Perubahan
organisme pengeluaran karateristik secret
pathogen secret (perubahan menujukkan
lingkunga warna, jumlah dan perbaikan kondisi
n bau sekret) atau terjadinya
infeksi sekunder

- Ubah posisi tiap 2 - Meningkatkan


jam pengeluaran dan
pembersihan infeksi
- Batasi
pengunjung sesuai - Menurunkan
indikasi pemajanan terhadap
pathogen infeksi
lain
- Kolaborasi
dalam pemberian - Untuk membunuh
obat kuman/bakteri
antimicrobial
sesuai indikasi
misal : penicillin,
eritromicin,
tetrasiklin,
amikain,
sefalosporin,
amantadine.
Intoleransi Klien - Evaluasi respon - Menetapkan
aktivitas menunjukkan pasien terhadap kemampuan/
b.d intoleransi aktivitas kebutuhan pasien
ketidaksei aktivitas teratasi
mbangan setelah dilakukan - Berikan - Menurunkan stress
atara tindakan lingkungan yang dan rangsangan
suplai dan keperawatan tenang dan batasi berlebih
kebutuhan selama 3x24 jam pengunjung
oksigen dengan kriteria
hasil : - Bantu pasien - Pasien mungkin
- Klien sudah memilih posisi nyaman dengan
tidak nyaman untuk kepla tinggi, tidr
mengeluh lelah istiraha/tidur dikursi atau
dan lemah, meunduk kedepan
- tidak ada meja/batal
dyspnea
setelah/saat - Bantu aktivitas - Meminimalkan
beraktivitas perawatan diri kelelahan dan
- frekuensi yang diperlukan membantu
jantung normal keseimbangan
- tekanan darah suplai oksigen
normal
- gambaran EKG
tidak
menunjukkan
aritmia
setelah/saat
beraktivitas
- gambaran EKG
tidak
menunjukkan
iskemia
- tidak ada
sianosis

2.4 Evaluasi

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas, benda asing dalam
jalan napas, sekresi yang tertahan

a. Mengidentifikasi/menunjukkan perilaku mencapai bersihan jalan napas.

b. Menunjukkan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih, tidak ada dispnea,
sianosis.

c. Mendemonstrasikan batuk efektif


2. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi perfusi,
ketidaseimbangan perfusi-ventilasi

a. Menyatakan nyeri hilang/terkontrol

b. Menunjukkan rileks, istirahat/tidur, daan peningkatan aktivitas dengan tepat.

c. Mencapai fungsi paru yang maksimal.

d. Menutarakan pentingnya latihan paru setiap hari

3. Nyeri akut b.d empiema

Menunjukkan nyeri : efek merusak, dibuktikan dengan indikator berikut :

- Tampak meringis
- Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindari nyeri),
- Gelisah
- TTV abnormal
- Sulit tidur

4. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme pathogen lingkungan

5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan atara suplai dan kebutuhan oksigen

a. Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang efektif.

b. Mengidentifikasi tingkat aktifitas yang dapat di capai atau di pertahankan secara


realistis.
Daftar Pustaka

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Pernfasan. Jakarta : Salemba Medika.

Somantri, Irman.2008.Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem


Pernafasan.Jakarta:Salemba Medika.

E. Doenges, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai