Ruptur Uretrai
Ruptur Uretrai
Fraktur pada daerah pelvis biasanya karena cedera akibat terlindas ( crush injury),dimana
kekuatan besar mengenai pelvis. Trauma ini juga seringkali disertai dengancedera pada anggota tubuh
lainnya seperti cedera kepala, thorax, intra abdomen, dandaerah genitalia. Angka kematian sekitar 20
% kasus fraktur pelvis akibat robekan padavena dan arteri dalam rongga pelvis.
Fraktur pelvis yang tidak stabil atau fraktur pada ramus pubis bilateral merupakantipe fraktur
yang paling memungkinkan terjadinya cedera pada urethra posterior.Dilaporkan, cedera pada urethra
posterior sekitar 16% pada fraktur pubis unilateral danmeningkat menjadi 41% pada fraktur pubis
bilateral. Cedera urethraprostatomembranaceus bervariasi mulai dari jenis simple ( 25%), ruptur
parsial ( 25%)dan ruptur komplit ( 50%).
Sistem pendarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri ginjal,gonad,
dan buli-buli. Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari vesika urinariasampai
keluar tubuh, yang berfungsi untuk menyalurkan urin dari vesika urinaria hinggameatus bermuara ke
meatus urinarius externus. Secara anatomis, urethra pada pria terbagi dua menjadi pars anterior dan
parsposterior, yang saling berbatasan pada diafragma urogenital. Urethra proksimal mulaidari
perbatasan dengan buli-buli, orificium uretra internum dan uretra prostatica. Urethrapostatica
seluruhnya terdapat di dalam prostat dan berlanjut menjadi urethramembranaceus. Struktur yang
menjaga adalah ligamentum puboprostatika melekatkanprostat membran pada arkus anterior pubis.
Urethra membranaceus terdapat pada ujunganterior diafragma urogenital dan menjadi bagian
proksimal urethra anterior setelahmelewati membran perineum. Urethra bulbosa, agak menonjol
pada proksimal anterior,berjalan di sepanjang bagian proksimal korpus spongiosum dan berlanjut
menjadi urethrapendulosa di sepanjang uretra anterior. Ductus dari glandula Cowper bermuara di
urethrabulbosa. Urethra penil atau pendulosa berjalan di sepanjang penis dimana berakhir padafossa
naviculare dan meatus urethra eksternus.
Uretra diperlengkapi dengan sfingter uretra interna yang terletak pada perbatasanbuli buli dan uretra,
serta sfingter uretra eksterna yang terletak pada perbatasan antarauretra anterior dan posterior.
Sfingter uretra interna terdiri atas otot polos yang dipersarafioleh sistem simpatis sehingga pada saat
buli buli penuh, sfingter ini terbuka. Sfingteruretra eksterna terdiri atas otot bergaris dipersarafi oleh
sistem somatik yang dapatdiperintah sesuai dengan keinginan seseorang. Pada saat kencing sfingter
ini terbuka dantetap tertutup pada saat menahan kencing. Panjang uretra pada pria sekitar 8 inci (20
cm),
EtiologiTerjadinya ruptur uretra dapat disebabkan oleh cedera eksternal yang meliputifraktur pelvis
atau cedera tarikan( shearing injury). Selain itu, juga dapat disebabkanoleh cedera iatrogenik, seperti
akibat pemasangan kateter, businasi, dan bedahendoskopi. Ruptur uretra anterior biasanya terjadi
karena trauma tumpul (paling sering) atautrauma tusuk. Dan terdapat sekitar 85% kasus rupture
uretra anterior pars bulbosa akibattrauma tumpul.
Fraktur pelvis
Cedera urethra posterior utamanya disebabkan oleh fraktur pelvis. Yang menurut kejadiannya,
terbagi atas 3 tipe, yaitu :
Cedera tarikan vertikal.Pada fraktur tipe I dan II mengenai pelvis bagian anterior dan biasanya
lebihstabil bila dibandingkan dengan fraktur tipe III dengan tipe tarikan vertical. Pada frakturtipe III ini
seringkali akibat jatuh dari ketinggian, paling berbahaya dan bersifat tidak stabil. Fraktur pelvis tidak
stabil (unstable) meliputi cedera pelvis anterior disertaikerusakan pada tulang posterior dan ligament
disekitar articulation sacroiliaca sehinggasalah satu sisi lebih ke depan dibanding sisi lainnya (Fraktur
Malgaigne). Cedera urethraposterior terjadi akibat terkena segmen fraktur atau paling sering karena
tarikan ke lateralpada uretra pars membranaceus dan ligamentum puboprostatika.
Cedera akibat tarikan yang menimbulkan rupture urethra di sepanjang parsmembranaceus (5-10%).
Cedera ini terjadi ketika tarikan yang mendadak akibat migrasike superior dari buli-buli dan prostat
yang menimbulkan tarikan di sepanjang urethraposterior. Cedera ini juga terjadi pada fraktur pubis
bilateral (straddle fraktur) akibattarikan terhadap prostat dari segmen fraktur berbentuk kupu-kupu
sehingga menimbulkantarikan pada urethra pars membranaceus.
Cedera uretra karena pemasangan kateterCedera uretra karena kateterisasi dapat menyebabkan
obstruksi karena edema ataubekuan darah. Abses periuretral atau sepsis dapat mengakibatkan
demam. Ekstravasasiurin dengan atau tanpa darah dapat lebih meluas. Pada ekstravasasi ini, mudah
timbulinfiltrate urin yang mengakibatkan sellulitis dan septisemia bila terjadi infeksi.
Terletak di proksimal diafragma urogenital, hampir selalu disertaifraktur tulang pelvis. Akibat fraktur
tulang pelvis, terjadi robekan parsmembranasea karena prostat dengan uretra prostatika tertarik ke
cranialbersama fragmen fraktur, sedangkan uretra membranasea terikat di diafragmaurogenital.
Ruptur uretra posterior dapat terjadi total atau inkomplit. Padarupture total, uretra terpisah
seluruhnya dan ligamentum puboprostatikumrobek sehingga buli-bulidan prostat terlepas ke kranial.
Rupture uretra anteriorTerletak di distal dari diafragma urogenital. Terbagi atas 3 segmen,yaitu:
_ Bulbous urethra_ Pendulous urethra_ Fossa navicularisNamun, yang paling sering terjadi adalah
rupture uretra pada parsbulbosa yang disebabkan oleh Saddle Injury
, dimana robekan uretra terjadiantara ramus inferior os pubis dan benda yang menyebabkannya.
Menurut Collpinto dan McCallum tahun 1977 cedera uretra posterior dapatdiklasifikasikan
berdasarkan luas dari cederanya, menjadi:
Tipe III : Cedera uretra pada proksimal dan distal diafragma genitourinariaV.
DiagnosisDapat diduga terjadi cedera urethra dari anamnesis atau trauma yang nyata padapelvis atau
perineum. Pada penderita yang sadar , riwayat miksi perlu diketahui untuk mengetahui waktu terakhir
miksi, pancaran urine, nyeri saat miksi dan adanya hematuria.1.
Ruptur uretra posteriorRupture uretra posterior harus dicurigai jika terdapat tanda fraktur pelvis.
Perdarahan per uretraMerupakan tanda utama dari rupture uretra posterior, ditemukan pada37%-
93% penderita dengan cedera urethra posterior .Dengan timbulnya darah,setiap instrumentasi
terhadap urethra ditunda sampai keseluruhan urethra sudahdilakukan pencitraan (uretrografi). Darah
di introitus vagina ditemukan pada 80%penderita perempuan dengan fraktur pelvis dan cedera
urethra.
Retensi urin
yakni prostat sepertimengapung karena tidak terfiksasi lagi pada diafragma urogenital. Pada
pemeriksaan uretrografi didapatkan ekstravasasi kontras dan terdapat frakturpelvis.
Ruptur uretra anteriorTrauma uretra anterior yang terdiri dari uretra pars glanularis, pars
pendulans,dan pars bulbosa.
PenangananPertama kali yang perlu dilakukan dalam mengatasi kegawatan yang mungkintimbul
setelah trauma utamanya gangguan hemodinamik .Syok sering terjadi akibatperdarahan rongga
pelvis. Bila hal ini terjadi, maka ditangani dengan pemberian cairanmaupun transfuse darah, obat-
obat koagulansia, analgetik dan antibiotika. Terdapat beberapa kontroversi akan penaganan ruptur
urethra posterior akibatfraktur pelvis, pilihan penanganan yang dapat dilakukan yaitu :- Realignment
primer
Awalnya teknik ini dilakukan repair secara open dengan mengeluarkanhematom, jaringan dan
melakukan jahitan secara langsung. Teknik ini tidak dilakukanlagi karena dilaporkan menimbulkan
banyak kehilangan darah selama operasi,meningkatkan impotensi, striktur dan inkontinensia.
Kemudian teknik ini berubahyaitu melakukan stenting dengan kateter secara indirect maupun
endoskopik tanpamelakukan jahitan atau diseksi pelvis.
Diskontinuitas uretra dapat dijembatani dengan beberapa variasi. Dapatdilakukan open sistostomy
dan melihat buli-buli untuk adanya kemungkinan rupture,
bila cedera penyerta lainnya tidak massif dapat dilakukan realignment. Pertamakateter uretra
dimasukkan dengan panduan jari kedalam buli-buli. Kemudiandilakukan perabaan pada anterior
prostat sehingga kateter dapat diposisikan.Bila halini gagal dapat dilakukan dengan sistoskopi
fleksibel. Ada pula yang menggunakanteknik dengan memasang tube sonde no 8 secara antegrade
sampai tube keluar dimeatus kemudian diikatkan dengan kateter utnuk kembali dimasukkan ke buli-
buli.Pemasangan kateter secara retrograde dapat pula dilakukan dengan panduan melalui jari pada
bladder neck.
Pada penderita politrauma dengan fraktur pelvis yang berat paling mungkindilakukan teknik dengan
memasukkan sistoskopi fleksibel melalui jalur suprapubik,sistoskopi rigid melalui uretra dan kawat
pemandu diantara keduanya sehinggakateter dapat lewat melalui kawat pemandu .Pasien
ditempatkan dalam posisilitotomy rendah dengan tetap memperhatikan adanya segmen fraktur
pelvis.
1
Dengan stenting menggunakan kateter dilakukan lebih awal, kemungkinanuntuk timbulnya komplikasi
striktur berkurang bila dibandingkan dengan hanyamemasang sistostomi saja. Keuntungan lainnya
yaitu urethra yang avulse dan prostatyang awalnya berjauhan kembali didekatkan sehingga akan
memudahkan saatdilakukan uretroplasty. Beberapa penulis menilai dengan pemasangan kateter
dinidapat memperpendek panjang striktur. Realignment ini sebaiknya dilakukan sesegeramungkin
(dalam 72 jam setelah cedera). Kateter urethra dipertahankan selama 6minggu, dan dilanjutkan
dengan pemeriksaan uretrosistografi, bila tidak didapatkanekstravasasi maka kateter dapat
dikeluarkan dengan tetap mempertahankan katetersuprapubik.
Uretroplasty Primer
Repair primer dengan end-to-end anastomosis hanya dapat dilakukan padapenderita non trauma
atau tidak disertai dengan fraktur pelvis, pasien dalam keadaanoptimal dan terbukti mengalami ruptur
urethra posterior.
Standar baku dalam penanganan rekonstruksi uretra posterior adalahkateterisasi suprapubik selama
3 bulan dan dilanjutkan anastomosis end-to-endbulboprostatika. Setelah 3 bulan, jaringan scar pada
tempat disrupsi urethra sudah
10
stabil dan matang menjadi indikasi untuk dilakukaknnya prosedur rekonstruksi. selainitu cedera
penyerta lainnya telah stabil dan pasien sudah rawat jalan.
1,7
VII.
KomplikasiKomplikasi dari cedera pada pelvis sulit dibedakan dengan komplikasi akibatpasca
uretroplasti atau cedera buli-buli. Komplikasi dini yang dapat terjadi setelahrekonstruksi uretra adalah
infeksi, hematoma, abses periuretral, fistel uretrokutan. danepididimitis.
3
1,2,7,9
1. ImpotensiDitemukan 13-30% dari penderita dengan fraktur pelvis dan pada cederauretra yang
dirawat dengan pemasangan kateter. Cedera pada saraf parasimpatis penilmerupakan penyebab
terjadinya impotensi setelah fraktur pelvis.2. InkontinesiaInsiden terjadinya inkontinensia urine
rendah ( 2-4 %), dan disebabkan olehkerusakan pada
Bladder Neck
sebelum dilakukan operasi.3. Striktur Setelah dilakukan rekonstruksi rupture uretra posterior, 12-15%
penderitaterbentuk striktur. Biasanya 96% kasus berhasil ditangani dengan dilakukan penangansecara
endoskopi