Disusun Oleh :
Zulkanain
Viqih Oschar Sahudin
Rhino Angrah Utama
Tarya Tri Ramdani
Wira Reskita
Siska Darmayanti
Yustilia Dwi Martini
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu
konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan
terhadap sosial maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.
Menurut Kotler dan Nancy (2005) mengemukakan bahwa Corporate Social Responsibility
(CSR) didefinisikan sebagai komitmen perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan komunitas
melalui praktik bisnis yang baik dan mengkontribusikan sebagian sumber daya perusahaan.
Jadi, secara garis besar Corporate Social Responsibility (CSR) adalah tanggung jawab
perusahaan terhadap masyarakat di luar tanggung jawab ekonomisnya, kegiatan-kegiatan yang
dilakukan perusahaan demi tujuan sosial dengan tidak memperhitungkan untung atau rugi
ekonomisnya.
Istilah CSR pertama kali menyeruak dalam tulisan Social Responsibility of the Businessman
tahun 1953. Konsep yang digagas Howard Rothmann Browen ini menjawab keresahan dunia bisnis.
Belakangan CSR segera diadopsi, karena bisa jadi penawar kesan buruk perusahaan yang terlanjur
dalam pikiran masyarakat dan lebih dari itu pengusaha di cap sebagai pemburu uang yang tidak
peduli pada dampak kemiskinan dan kerusakan lingkungan. Kendati sederhana, istilah CSR amat
marketable melalu CSR pengusaha tidak perlu diganggu perasaan bersalah.
CSR merupakan tanggung jawab aktivitas sosial kemasyarakatan yang tidak berorientasi
profit. John Elkington dalam buku ”Triple Bottom Line” dengan 3P tipe yaitu:
Pengertian CSR sangat beragam. Intinya, CSR adalah operasi bisnis yang berkomitmen tidak
hanya untuk meningkatkan keuntungan perusahaan secara finansial, tetapi untuk pembangunan
sosial-ekonomi kawasan secara holistik, melembaga, dan berkelanjutan. Beberapa nama lain yang
memiliki kemiripan dan bahkan sering diidentikkan dengan CSR adalah corporate giving, corporate
philanthropy, corporate community relations, dan community development.
Ditinjau dari motivasinya, keempat nama itu bisa dimaknai sebagai dimensi atau pendekatan
CSR. Jika corporate giving bermotif amal atau charity, corporate philanthropy bermotif kemanusiaan
dan corporate community relations bernapaskan tebar pesona, community development lebih
bernuansa pemberdayaan.
Dalam konteks global, istilah CSR mulai digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin
populer terutama setelah kehadiran buku Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line in 21st
Century Business (1998) karya John Elkington. Mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity yang digagas the
World Commission on Environment and Development (WCED) dalam Brundtland Report (1987),
Elkington mengemas CSR ke dalam tiga fokus: 3P (profit, planet, dan people). Perusahaan yang baik
tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), tetapi memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Di Indonesia, istilah Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal pada tahun 1980-an,
namun semakin popular digunakan sejak tahun 1990-an. Kegiatan Corporate Social Responsibility
(CSR) Indonesia dikenal dengan nama CSA ( Corporate Social Activity) atau aktivitas sosial
perusahaan. Kegiatan CSA ini dapat dikatakan sama dengan CSR karena konsep dan pola pikir yang
digunakan hampir sama.
Sejak tahun 2003 Departemen Sosial tercatat sebagai lembaga pemerintah yang selalu aktif
dalam mengembangkan konsep CSR dan melakukan advokasi kepada berbagai perusahaan nasional.
Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Manajemen sejak tahun 2005 mengadakan
Indonesia Sustainability Reporting Award (ISRA). Secara umum ISRA bertujuan untuk
mempromosikan voluntary reporting CSR kepada perusahaan di Indonesia dengan memberikan
penghargaan kepada perusahaan yang membuat laporan terbaik mengenai aktivitas CSR. Sampai
dengan ISRA 2007 perusahaan tambang, otomotif dan BUMN mendominasi keikutsertaan dalam
ISRA.
Munculnya konsep CSR didorong oleh terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri
yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang dalam bahasa Inggris berarti tuli), sebuah
akronim dari Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Feminisasi (Suharto, 2007:103-104):
a. Dehumanisasi industri.
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka laksana sebuah akuarium.
Perusahaan yang hanya memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan hukum,
prinsip etis, dan filantropis tidak akan mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak
kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti ini ditutup.
Kegiatan CSR ditegaskan dalam 2 Undang-undang, yakni UU No.40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas (PT) pasal 74 & UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 15,17 &
34.
Ayat (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.
Ayat (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan & diperhitungkan sebagai biaya perseroan
yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan & kewajaran.
Ayat (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dikenai sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Ayat (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab sosial & lingkungan diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
2. UU No.25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Pasal 15,17 & 34) berisi :
a. Pasal 15
c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal; dan
b. Pasal 17
Penanam modal yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan wajib
mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar
kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 34
1. Badan usaha atau usaha perseorangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 yang tidak
memenuhi kewajiban sebagaimana ditentukan dalam Pasal 15 dapat dikenai sanksi
administratif berupa:
a. peringatan tertulis;
2. Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh instansi atau
lembaga yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3. Selain dikenai sanksi administratif, badan usaha atau usaha perseorangan dapat dikenai
sanksi lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutkahir, muncul gagasan yang lebih
komperehensif mengenai lingkup Corporate Social Responsibility (CSR). Sampai sekarang ada empat
bidang yang dianggap dan diterima sebagai ruang lingkup Corporate Social Responsibility (CSR).
Sebagai salah satu bentuk dan wujud tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan
diharapkan terlibat dalam berbai kegiatan yang terutama untuk memajukan dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Jadi, tanggung jawab sosial dan moral perusahaan disini terutama
terwujud dalam ikut melakukan kegiatan tertentu bagi masyarakat.
Perusahaan dalam hal ini diharapkan untuk tidak hanya melakukan kegiatan bisnis demi
mencari keuntungan, melainkan ikut juga memikirkan kebaikan, kemajuan , dan kesejahteraan
masyarakat dengan ikut melakukan berbagai kegiatan sosial yang berguna bagi masyarakat.
Kegiatan sosial tersebut sangat beragam misalnya meminjamkan dana untuk membangun rumah
ibadah, membangun prasarana dan fasilitas sosial dalam masyarakat (listrik, air, jalan, tempat
rekreasi, dsb), melakukam penghijauan, menjaga sungai dari pencemaran limbah, melakukan
pelatihan dengan cuma- cuma, memberi beasiswa kepada anak dari keluarga yang kurang mampu
ekonominya dan lain sebagainya.
Ada beberapa alasan yang dapat dijadikan dasar keterlibatan perusahaan dalam berbagai
kegiatan sosial tersebut, yaitu :
a. Karena perusahaan dan seluruh karyawannya adalah bagian integral dari masyarakat setempat.
Karena itu, wajar mereka pun harus ikut bertanggung jawab atas kemajuan dan kebikan
masyrakat tersebut. Keterlibatan sosial merupakan wujud nyata dari tanggung jawab sosial dan
kepedulian perusahaan sebagai bagian integral dari masyarakat atas kemajuan maysrakat
tersebut.
b. Perusahaan telah diuntungkan dengan mendapatkan hak mengelola sumber daya alam yang
ada di masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan bagi perusahaan tersebut.
Demikian pula, sebagai tingkat tertentu masyarakat telah menyiapkan tenaga-tenaga
profesional bagi perusahaan yang berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu,
keterlibatan sosial merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat.
d. Menjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat. Ini akan membuat masyarakat
merasa memiliki perusahaan tersebut dan dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang
lebih aman, kondusif, dan menguntungkan bagi kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
2. Keuntungan ekonomis
Tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan demi mempertahankan kelangsungan bisnis
dan perusahaan yang menyangkut semua orang yang terkait dalam bisnis tersebut. Setiap pelaku
bisnis dan perushaan secara moral dibenarkan untuk mengejar kepentingan pribadinya yang dalam
bisnis dibaca sebagai keuntungan karena hanya dengan demikian ia dapat mempertahankan
kelangsungan bisnis dan perusahaan tersebut. Maka, mengejar keuntungan tidak lagi dilihat sebagai
hal yang egoistis dan negatif secara moral, melainkan justru dilihat sebagai hal yang moral sangat
positif. Dalam hal ini keuntungan ekonomi dilihat sebagai sebuah lingkup tanggung jawab moral
dan sosial yang sah dari suatu perusahaan.
4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholder atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam
kegiatan bisnis suatu perusahaan. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-
pihak terkait yang mempunyai kepentingan langsung dan tidak langsung dengan kegiatan bisnis
suatu perusahaan. Perusahaan secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggung jawab
atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait yang punya kepentingan.Artinya dalam kegiatan
bisnisnya suatu perusahaan perlu memperhatikan hak dan kepentingan pihak-pihak tersebut:
konsumen, buruh, investor, kreditor, pemasok, penyalur, masyarakat setempat, pemerintah dan
seterusnya. Tanggung jawab sosial perusahaan lalu menjadi hal yang begitu kongkret, baik demi
terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelangsungan dan keberhasilan
kegiatan bisnis perusahaan tersebut.
Dari keempat tanggung jawab sosial perusahaan di atas,lingkup pertama menimbulkan suatu
kontroversi yang hebat yang memperlihatkan dua pandangan yang saling bertentangan antara yang
menentang dan mendukung perlunya keterlibatan sosial sebagai salah satu wujud tanggung jawab
sosial perusahaan.
Keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial harus ditentangkarena justru akan
menimbulkan ketidakefesienan.Ini berarti tidak relevan dengan kegiatan dan hakekat bisnis
itu sendiri.Fungsi bisnis adalah fungsi ekonomi,bukan fungsi sosial.Artinya bisnis adalah
kegiatan ekonomi bukan kegiatan sosial.Karena itu keberhasilan suatu bisnis tidak diukur
berdasarkan kegiatan sosial, melainkan berdasarkan kinerja ekonominya,dengan terutama
memperhatikan faktor efesiensi ekonomis.
Keberhasilan perusahaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat ditentukan
oleh konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh konsentrasi pimpinan perusahaan.
Ini akan terganggu kalau mereka masih harus terlibat dalam berbagai kegiatan sosial yang
akan menimbulkan terpecahnya perhatian meraka. Demikian pula, sekali perusahaan terlibat
dalam kegiatan sosial, semakin banyak tuntutan dan permintaan akan keterlibatan sosial
tersebut yang akan semakin luas dan jauh.Ini akan melemahkan perusahaan yang harus
bersaing ketat dengan saingan-saingannya.
Keterlibatan sosail sebagai wujud dari tanggung jawab perusahaan malah dianggap
memberatkan masyarakat.Alasannya, biaya yang digunakan untuk keterlibatan perusahaan
tersebut bukan biaya yang disediakan oleh perusahaan itu,melainkan merupakan biaya yang
telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang
ditawarkan dalam pasar.Pada akhirnya yang menanggung biaya dari keterlibatan sosial
perusahaan tersebut adalah masyarakat khususnya konsumen, dan bukan perusahaan
tersebut.Jadi keterlibatan sosial malah memberatkan masyarakat.
Para pimpinan perusahaan tidak profesional dalam membuat pilihan dan keputusan
moral.Mereka hanya profesional dalam bidang bisnis dan ekonomi.Karena itu perusahaan
tidak mempunyai tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial
tertentu.
Bisnis diharapakan untuk tidak hanya mengeksplotasi sumber daya alam yang
terbatas itu demi keuntungan ekonomis, melainkan juga ikut melakukan kegiatan
sosial tertentu yang tertuma bertujuan untuk memelihara sumber daya alam.Ini juga
pada akhirnya akan berguna bagi perusahaan tersebut karena perusahaan tentu akan
sulit bertahan kalau sumber daya alam terbatas itu habis dieksploitasi tanpa dijaga
kelestariannya.
Bisnis mempunyai kewajiban dan tanggung jawab moral dan sosial untuk
memperbaiki lingkungan sosialnya ke arah yang lebih baik.Semakin baik lingkungan
sosial dengan sendirinya akan ikut memperbaiki iklim bisnis yang ada.Dengan
membantu memperbaiki keadaan sosial dan ekonomi masyarakat sekitar, jurang kaya
dan miskin akan sedikit diperkecil dan demikian masyarakat sekitar akan lebih
menerima kehadiran perusahaan tersebut.
Jika suatu perusahaan melakukan kegiatan bisnis sampai merugikan hak dan
kepentingan pihak lain(atau masyarakat secara keseluruhan),pemerintah,yang punya
tugas utama melindungi hak dan kepentingan setiap warga.Itu berarti mau tidak mau
pemerintah akan menindak perusahaan tersebut, antara lain dengan mencabut izin
perusahaan tersebut,atau paling kurang membatasi ruang gerak kegiatan bisnis
perusahaan tersebut.
e. Bisnis Mempunyai Sumber-sumber Daya yang Berguna
Perusahaan tidak hanya punya dana, melainkan juga tenaga profesional dalam
segala bidang yang dapat dimanfaatkan atau dapat disumbangkan bagi kepentingan
kemajuan masyarakat.
Argumen ini mau menunjukan bahwa bagi perusahaan, tanggung jawab sosial
secara keseluruhan, termasuk kegiatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial,
merupakan suatu nilai yang sangat positif bagi perkembangan dan kelangsungan
perusahaan itu dalam jangka waktu panjang.Dengan tanggung jawab dan keterlibatan
sosial tercipta suatu citra yang sangat positif di mata masyarakat mengenai
perusahaan itu.Denga peduli kepada kepentingan masyarakat dan semua pihak
terkait, yang mungkin dalam jangka waktu pendek merugikan secara finansial, dalam
jangka waktu akan sangat menguntungkan bagi perusahaan tersebut.
Prinsip pertama adalah kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan
terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi, program yang dirancang harus
memiliki dampak yang berkelanjutan. CSR berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak
terduga dan tidak dapat di prediksi. Itu menjadi aktivitas kedermawanan dan bagus.
Prinsip kedua, CSR merupakan program jangka panjang. Perusahaan mesti menyadari bahwa
sebuah bisnis bisa tumbuh karena dukungan atmosfer sosial dari lingkungan di sekitarnya. Karena itu,
CSR yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat. Ia bukanlah
aktivitas sesaat untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
Prinsip ketiga, CSR akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi,
lingkungan, maupun sosial. Perusahaan yang melakukan CSR mesti peduli dan mempertimbangkan
sampai kedampaknya.
Prinsip keempat, dana yang diambil untuk CSR tidak dimasukkan ke dalam cost structure
perusahaan sebagaimana budjet untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke harga
jual produk. CSR yang benar tidak membebani konsumen.
6. Mereduksi biaya.
Kegiatan CSR perusahaan akan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat diantaranya
sebagai berikut :
2. Membuka ruang kerja dan kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat.
6. Akan lebih menguatkan dan memberdayakan kehidupan masyarakat baik secara ekonomi,
kelembagaan sosial, dan memperkecil terjadinya konflik sosial.
7. Meningkatkan standar kesehatan dengan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang
kesehatan terutama bagi masyarakat sekitarnya. Contohnya, dengan penyediaan fasilitas air
bersih, atau dengan membuka klinik kesehatan yang tidak berlaku untuk karyawannya saja,
tapi juga bagi masyarakat sekitarnya.
Pelaksanaan CSR juga memberikan manfaat bagi pemerintah. Melalui CSR akan tercipta
hubungan antara pemerintah dan perusahaan dalam mengatasi berbagai masalah sosial, seperti
kemiskinan, rendahnya kualitas pendidikan, minimnya akses kesehatan dan lain sebagainya. Tugas
pemerintah untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya menjadi lebih ringan dengan adanya
partisipasi pihak swasta (perusahaan) melalui kegiatan CSR. CSR yang dapat berperan dalam
mengatasi permasalahan-permasalahan sosial adalah CSR yang bersifat communuity development
seperti pemberian beasiswa, pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, pembangunan sarana
kesehatan dan lain sebagainya.
H. Model Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
Menurut Saidi dan Abidin (2004:64-65) sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang
diterapkan di Indonesia, yaitu :
1. Keterlibatan langsung.
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model ini
merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di perusahaan-perusahaan di negara
maju. Biasanya perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin, atau dana abadi yang dapat
digunakan secara teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan yang didirikan perusahaan
di antaranya adalah Yayasan Coca-cola Company, Yayasan Rio Tinto (perusahaan
pertambangan).
Perusahaan turut mendirikan, menjadi anggota, atau mendukung suatu lembaga sosial
yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini
lebih berorientasi pada pihak pemberian hibah perusahaan yang bersifat ‘hibah
pembangunan’. Pihak konsorsium atau lembaga semacam itu yang dipercayai oleh
perusahaan-perusahaan yang mendukungnya secara proaktif mencari mitra kerjasama dari
kalangan lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang disepakati
bersama.
Menurut Said dan Abidin (2004) pada dasarnya CSR memiliki beberapa jenis atau sektor
kegiatan. Ada sembilan jenis atau sektor kegiatan CSR, yaitu : (1) Pelayanan sosial; (2)
Pendidikan dan penelitian; (3) Kesehatan; (4) Kedaruratan (emergency); (5) Lingkungan; (6)
Ekonomi produktif; (7) Seni, olah raga, dan pariwisata; (8) Pembangunam prasarana dan
perumahan; dan (9) Hukum, advokasi, dan politik.
Kategori perusahaan hubungannya dengan penerapan CSR :
1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan anggaran CSR :
a. Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang
rendah.
d. Perusahaan Reformis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran CSR yang
tinggi. Perusahaan memandang CSR bukan beban, tapi peluang untuk maju.
a. Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan yang jelas.
1. Konsumen, dalam bentuk penggunaan material yang ramah lingkungan, tidak berbahaya, serta
memberikan informasi dan petunjuk yang jelas termasuk infromasi atas suku cadang dan pelayanan
purnajualnya serta informasi lain yang harus diketahui konsumen.
2. Karyawan, dalam bentuk persamaan hak dan kewajiban atas seluruh karyawan tanpa membedakan
ras, suku, agama, dan golongan. Karyawan mendapatkan penghargaan berdasarkan kompetensi dan
hasil penilaian prestasinya.
3. Komunitas dan lingkungan, dalam bentuk kegiatan kemanusiaan maupun lingkungan hidup, baik di
lingkungan sekitar perusahaan maupun di daerah lain yang membutuhkan. Kegiatan terhadap
komunitas ini antara lain berupa kegiatan donor darah dengan melibatkan seluruh karyawan,
memberikan bantuan kepada daerah yang terkena musibah.
4. Kesehatan dan keamanan, dalam bentuk penjagaan da pemeliharaan secara rutin atas fasilitas dan
lingkungan kantor sesuai petunjuk dan instansi terkait.
Di Indonesia konsep CSR bukan lagi menjadi sebuah wacana belaka, melainkan sudah masuk ke
dalam tatanan praktis. Sudah ada beberapa perusahaan di Indonesia yang mulai mengimplementasikan
program CSR dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Sebagai contoh PT. TELKOM, program CSR
PT. TELKOM terfokus pada tujuh bidang utama, yaitu kemitraan, pendidikan, kesehatan, bantuan
kemanusiaan dan bencana alam, kebudayaan dan keadapan, layanan umum, dan lingkungan. PT.
Riaupulp sebuah perusahaan serat, bubur kertas, dan kertas yang beroperasi di Riau memiliki beberapa
program CSR, antara lain Beasiswa 2007, Taman Bacaan Kampung, pembangunan Istana Sayap
Pelalawan. Sedangkan CSR yang dilakukan PT. Antam adalah pemberian bantuan modal kerja untuk
pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi bagi masyarakat sekitarnya. Dengan adanya
Undang-undang Perseroan Terbatas yang disahkan pada tahun 2007, keberadaan CSR di Indonesia
semakin jelas, sebab sudah memiliki payung hukum. Contoh lain adalah CSR yang dilakukan oleh PT.
HM Sampoerna. Implementasi program CSR PT.HM Samporna, Tbk. Program CSR yang diterapkan
oleh PT.HM Sampoerna tertuang dalam Society Empowerment Program (SEP) yang terdiri dari empat
bidang utama, yaitu bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan lingkungan (Wibisono, 2007:69).