Anda di halaman 1dari 15

KARYA TULIS ILMIAH

MENGENAL AHLAQUL KARIMAH DAN IHSAN


Diajukan sebagai
Tugas Mata Kuliah Agama

Oleh :
Donna Hestiantari Irawan
Meidea Mulyani
Pungky Ariani
Tri Anggraeni Yuningsih

POLITEKNIK KESEHATAN MENKES JAKARTA II

FAKULTAS FARMASI

2018
KATA PENGHANTAR

Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih tetap bisa
menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita
jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempunya dengan bahasa yang sangat
indah.

Penulis disini akhirnya dapat merasa bersyukur karena telah menyelesaikan


Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang kami beri judul Mengenal Ahlaqul Karimah dan
Ihsan sebagai tugas mata kuliah Agama. Dalam Karya Tulis ini berisi dasar-dasar
hukum yang berasal dari Al-Quran dan ajaran Rasul apa yang dimaksud dengan
ahlakul karimah dan ihsan, dan bagaimana cara kita menerapkan sikap karimah dan
ihsan dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesaikannya makalah ini. Tidak ada yang sempurna didunia
ini maka kritik dan saran sangat membantu dalam perkembangan makalah
selanjutnya.

Jakarta, 21 Agustus 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya
seperti Akhlakul Karimah dan ihsan. Banyak kejadian-kejadian yang terjadi
dinegeri ini disebabkan karena kurangnya kesadaran akan akhlakul karimah
serta ihsan didalam diri. Dengan akhlak kehidupan manusia akan bermutu,
lebih bermakna, sempurna dan bahagia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari pembahasan kali ini adalah :
1. Apa yang disebut dengan akhlakul karimah dan ihsan?
2. Apa saja akhlakul karimah dan ihsan yang diajarkan oleh Nabi dan
Rasul?
3. Bagaimana cara menerapakan akhlakul karimah dan ihsan di dalam
kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian akhlakul karimah dan ihsan
2. Mampu menerapkan akhlakul karimah dan ihsan sesuai ajaran
Nabi dan Rasul
3. Mengetahui kegunaan akhlakul karimah dan ihsan
4. Mampu memperbaiki kehidupan dengan akhlak yang baik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perkataan Akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti budi pekerti,
perangai, tingkah laku (tabiat) adat kebiasaan. Akhlak adalah tingkah laku
makhluk yang diridhai Allah SWT, maka akhlak adalah bentuk perilaku
makhluk dalam berhubungan baik kepada khaliknya atau kepada sesama.
Sesungguhnya semua akhlak telah dituliskan dalam Al Qur’an dan Hadist
baik yang terpuji maupun tercela. Semuanya telah tertulis jelas di Qur’an
dan Hadist dan semuanya mempunyai balasan tersendiri. Tinggal
manusianya sendiri yang menjalankan dan mempertanggung jawabkannya
nanti di hari akhir. Karimah artinya mulia, terpuji, baik. Jadi, akhlaqul
karimah ialah budi pekerti atau perangai yang mulia. Rasulullah pun
berperilaku sesuai Qur’an dan Hadist.
Sedangkan Ihsan memiliki arti tingkatan tertinggi dalam agama
Islam. Ihsan adalah berbuat baik yang merupakan lawan dari isa’ah (berbuat
buruk). Ihsan merupakan akhlak yang merangkum semua pintu pintu
kebaikan dan padanya terdapat intisari iman beserta ruhnya. Karena sifatnya
itu beliau dijuluki Akhlakul karimah yakni akhlak yang mulia. Hal ini
digambarkan oleh al-Quran surat Al-Ahzab, 33: 21 yang berbunyi:

‫يرا‬ ِ ‫َّللاَ َو ْال َي ْو َم‬


‫اآلخ َر َوذَك ََر ه‬
ً ‫َّللاَ َك ِث‬ َ ‫َّللاِ أُس َْوة ٌ َح‬
‫سنَةٌ ِل َم ْن َكانَ َي ْر ُجو ه‬ ُ ‫لَقَدْ َكانَ لَ ُك ْم ِفي َر‬
‫سو ِل ه‬

“Sesunggunya pada diri Rasulullah saw. terdapat contoh tauladan bagi mereka yang
menggantungkan harapannya kepada Allah dan Hari Akhirat serta banyak berzikir
kepada Allah.”
B. Akhlakul Karimah dan Ihsan yang diajarkan Nabi dan Rasul
Nabi dan Rasul adalah utusan Allah yang diberi karunia serta
mukjizat untuk meluruskan umat manusia yang ada di muka bumi. Banyak
sifat-sifat dari Nabi dan Rasul yang dapat kita tiru sebagai umatnya, antara
lain :
1. Sifat yang wajib bagi rasul seperti siddiq, amanah, tabligh, dan
fahtanah: jujur, dapat dipercaya, menyampaikan apa adanya, dan
cerdas. Keempat sifat ini membentuk dasar keyakinan umat Islam
tentang kepribadian Rasul saw
2. Integritas. Integritas juga menjadi bagian penting dari kepribadian
Rasul Saw. yang telah membuatnya berhasil dalam mencapai tujuan
risalahnya. Integritas personalnya sedemikian kuat sehingga tak ada
yang bisa mengalihkannya dari apapun yang menjadi tujuannya.
3. Kesamaan di depan hukum. Prinsip kesetaraan di depan hukum
merupakan salah satu dasar terpenting bagi suatu umat agar
mendapat suatu keadilan.
4. Penerapan pola hubungan egaliter dan akrab. Salah satu fakta
menarik tentang nilai-nilai manajerial kepemimpinan Rasul saw.
adalah penggunaan konsep sahabat (bukan murid, staff, pembantu,
anak buah, anggota, rakyat, atau hamba) untuk menggambarkan
pola hubungan antara beliau sebagai pemimpin dengan orang-orang
yang berada di bawah kepemimpinannya. Sahabat dengan jelas
mengandung makna kedekatan dan keakraban serta kesetaraan.
5. Kecakapan membaca kondisi dan merancang strategi. Keberhasilan
Muhammad saw. sebagai seorang pemimpin tak lepas dari
kecakapannya membaca situasi dan kondisi yang dihadapinya, serta
merancang strategi yang sesuai untuk diterapkan.
6. Tidak mengambil kesempatan dari kedudukan. Rasul Saw. wafat
tanpa meninggalkan warisan material. Sebuah riwayat malah
menyatakan bahwa beliau berdoa untuk mati dan berbangkit di
akhirat bersama dengan orang-orang miskin.
7. Visioner futuristic. Sejumlah hadits menunjukkan bahwa Rasul
SAW. adalah seorang pemimpin yang visioner, berfikir demi masa
depan (sustainable).
8. Menjadi prototipe bagi seluruh prinsip dan ajarannya. Pribadi Rasul
Saw. benar-benar mengandung cita-cita dan sekaligus proses
panjang upaya pencapaian cita-cita tersebut. Beliau adalah
personifikasi dari misinya. Terkadang kita lupa bahwa kegagalan
sangat mudah terjadi manakala kehidupan seorang pemimpin tidak
mencerminkan cita-cita yang diikrarkannya.

Akhlak Rasul yang seperti ini patutlah kita tiru dan kita amalkan dalam
kehidupan sehari-hari. Rasul sangat mencintai Allah dan Allah lebih mencintai
beliau karena sesungguhnya siapa yang mencintai Allah maka Allah lebih
mencintainya. Dan apabila orang yang dekat kepada Allah, Allah selalu
memudahkan segala urusannya. Allah Maha Pemberi apa yang dibutuhkan semua
umatNya. Allah tidak pernah merasa rugi apabila Ia memberi kepada umatNya
meskipun umatNya tidak pernah mengingatnya ataupun bersyukur terhadapNya.
Allah Maha Pemberi Maaf bagi umatNya yang mau berubah.

Akhlakul karimah terbukti efektif dalam menuntaskan suatu permasalahan


serumit apa pun.Sebagai bukti, ketika Muhammad masih belum menerima wahyu,
beliau mampu memberikan solusi atas sengketa para pemuka Quraisy yang berebut
ingin mengangkat hajar aswad saat pemugaran Ka'bah telah usai. Masing-masing
pemuka suku bersikeras dan merasa dirinya paling berhak untuk mengangkat hajar
aswad. Pertentangan itu nyaris meletuskan peperangan.

Menghadapi situasi tersebut, beliau meminta sorban, kemudian hajar aswad


diletakkan di atas sorban tersebut. Lalu, masing-masing pemuka Qurasisy
memegang ujung sorban dan bersama-sama mengangkatnya. Kekisruhan pun mulai
reda dan akhirnya sirna karena semua pihak merasa tidak dirugikan.
Bahkan, jauh ketika masa menjelang remaja, Muhammad SAW dicintai
masyarakatnya karena kejujurannya. Ternyata masyarakat yang tidak mengenal
adab pun ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar al-amin
(tepercaya) kepada putra Abdullah itu. Ini bukti bahwa sampai kapan pun akhlakul
karimah akan selalu dicintai umat manusia.

Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat,


senantiasa akan hadir. Oleh karena itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan
seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah. Mengutamakan toleransi dari pada
konfrontasi, kasih sayang dari padasifat garang, simpati daripada benci. Dalam
konteks sederhana, orang berakhlak ialah orang yang sportif dalam bahasa
olahraga. Apabila salah, ia katakan salah dan apabila benar maka ia pun siap
mengungkapkan sesuai fakta yang terjadi. Menang tidak menjadikannya sombong,
kalah pun tak membuatnya menjadi pendengki.

Bahkan, yang lebih menarik ialah, ia akan berani mengakui kesalahannya.


Bukan malah memutarbalikkan fakta hanya karena gengsi kalau dirinya mengakui
suatu kesalahan yang telah diperbuatnya. Maka, tidaklah heran jika Nabi SAW
pernah bersabda, "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak."
Akhlak akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-sungguh memahami,
meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam. Dan, siapa saja yang berhasil
menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya tentu ia akan menjadi
orang yang paling beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.

Orang berakhlak tidak memerlukan pencitraan apalagi memaksakan


kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting daripada kepentingan
pribadi dan golongannya.
Betapa indahnya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah.
Saling memahami, mengutamakan toleransi dalam berbeda pendapat, saling
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan bergerak demi keutuhan
bangsa dan negara.

Perlu diingat bahwa kecanggihan teknologi, sistem, dan regulasi apa pun,
tidak akan memberi manfaat maksimal jika pribadi-pribadi bangsa ini tidak
memiliki akhlakul karimah.
Sedangkan untuk akhlakul ihsan dapat tercermin dari cara nabi Rasulullah
Saw. Yang sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ini
merupakan puncak harapan, perjuangan seorang hamba. Bahkan, diantara hadits -
hadits mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam
memahami agama ini. Rasulullah Saw. menerangkan mengenai ihsan, Ketika ia
menjawab pertanyaan malaikat jibril tentang ihsan, dimana jawaban tersebut
dibenarkan oleh jibril, dengan mengatakan ,

َ‫ أ َ ْن ت َ ْعبُدَ هللاَ َكأَنهكَ ت ََراهُ فَإِ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَإِنههُ يَ َراك‬.

” Engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, dan apabila engkau


tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (1)

Di kesempatan yang lain, Rasulullah bersabda:

َ‫ فَ ِاذَا قَت َْلت ُ ْم فَاَحْ ِسنُ ْو ْالقَتْلَةَ َو اِذَا ذَبَحْ ت ُ ْم فَاَحْ ِسنُ ْو الذَّ ْب َحة‬, ٍ‫ش ْيء‬ َ ْ‫َب َعلَ ْي ُك ُم اْ ِِلح‬
َ ‫سانَ َعلَى ُك ِل‬ َ ‫ا َِّن هللاَ َكت‬

“Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kebaikan pada segala sesuatu, maka jika
kamu membunuh, bunuhlah dengan baik, dan jika kamu menyembelih, sembelihlah
dengan baik…”(2)

C.
Penerapan Akhlakul Karimah dalam Kehidupan Sehari-hari

Ahlaqul Karimah adalah perilaku yang wajib kita teladani, sehingga muncul
sebuah pertanyaan. Mampukah kita meneladani perilaku Rasulullah SAW dalam
ber-akhlak karimah dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Mengingat
bahwa kita adalah makhluk Allah SWT yang dilahirkan dengan potensi sangat luar
biasa. Maka, masalahnya adalah bukan bagaimana memasukkan pemikiran-
pemikiran baru tentang akhlakul karimah kedalam benak kita, tetapi bagaimana kita
mampu mengeluarkan dan mengoptimalkan pemikiran-pemikiran lama
[1] H.R Muslim
sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
[2] H.R Muslim
Menurut Abuddin Nata, salah satu penulis masalah-masalah moralitas,
akhlak dan tasawuf. Memberikan lima hal penting perbuatan akhlak yang perlu
menjadi jalan dan perilaku hidup ditengah gencarnya hal-hal yang melewati batas-
batas moralitas saat ini. Sebagai pengertian akhlakul karimah dalam pembahasan
diatas. Lima prinsip ini tentu dapat menjadi acuan atau icons dalam berperilaku
sosial serta bagaimana aktualnya menerapkan akhlakul karimah dalam kehidupan
sehari-hari.

Lima prinsip dasar perbuatan akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari


menurut Abudin Nata yaitu :

1.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa
seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2.
Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah tanpa
pemikiran. Ini berarti pada saat melakukannya yang bersangkutan tidak
sadar, yang dimaksud disini bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang
dilakukan oleh orang sehat akal dan pikirannya. Namun, karena perbuatan
tersebut sudah mendarah daging, pada saat akan mengerjakannya sudah
tidak lagi memerlukan pertimbangan atau pemikiran lagi. Hal ini tidak
ubahnya seorang yang sudah mendarah daging dan terdisiplinkan untuk
selalu mengerjakan shalat lima waktu. Maka, pada saat datang panggilan
shalat ia sudah merasa tidak berat lagi mengerjakannya, tanpa pikir-pikir
lagi ia sudah dengan mudah dan ringan dapat mengerjakannya.
3. Bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang tumbuh dari dalam diri
seseorang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar
perbuatan. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan atas dasar kemauan.
Pilihan dan kepuasan yang bersangkutan.
4. Perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya,
bukan main-main atau karena bersandiwara. Untuk mengetahui perbuatan
yang sesungguhnya dapat dilakukan melalui cara yang continue dan terus
menerus
5. Perbuatan akhlakul karimah adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas
semata-mata karena Allah SWT, bukan karena ingin dipuji.

Dengan pemahaman 5 prinsip dasar menurut Abuddin Nata itu kita dapat
mewujudkan akhlakul kharimah yang berlandaskan iman dan Islam sehingga
mampu tercipta suatu komunitas manusia yang berkarakter akhlak yang mulia.

Akhlakul karimah yang dikontrol oleh nilai-nilai agama Islam dapat


membuat seorang muslim mampu menjalankan tiga hal berikut :

1. Dalam berinteraksi dengan Allah SWT , yaitu dengan akidah dan ibadah
yang benar disertai dengan akhlakul karimah.
2. Dalam berinteraksi dengan diri sendiri, yaitu dengan bersifat objektif, jujur,
dan konsisten mengikuti manhaj Allah SWT .
3. Dalam berinteraksi dengan sesama manusia, yaitu dengan memberikan
hak-hak mereka, amanah, menunaikan kewajiban sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh syariat Islam.

Dengan kesuksesan dalam menjalani ketiga hal di atas. Maka, kita akan
mendapatkan ridha dari Allah SWT, ridha dari diri sendiri dan ridha dari sesama
manusia. Dan berpengang teguh pada nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh
Islam, maka kita mampu mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Pada dasarnya
nilai-nilai akhlakul karimah yang dibawa oleh Islam. Jika, diamalkan secara
konsisten dan penuh rasa tanggung jawab mampu menjawab problematika yang
sedang diderita umat Islam saat ini. Baik permasalahn sosial, politik maupun
ekonomi.

Sejarah merupakan bukti nyata sebagai mana umat Islam dalam masyarakat
Madinah pada zaman Rasulullah. Ternyata masyarakat yang tidak kenal adab pun
ketika itu masih memiliki nurani dengan memberikan gelar Al-amin yang berarti
terpercaya kapada Rasulullah karena akhlakul karimah yang dimiliki oleh
Rasulullah. Ini sebagai bukti bahwa sampai kapanpun akhlakul kariamh akan selalu
dicintai umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, masalah, konflik, beda pendapat
senantiasa akan hadir. Oleh sebab itu, Islam membawa ajaran yang mewajibkan
seluruh umatnya memiliki akhlakul karimah atau budi pekerti yang luhur.
Mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, kasih sayang dari pada sifat garang,
bersimpati dari pada membenci, dan didalam berkompetisi menang tidak akan
menjadikan sombong serta kalah tidak akan mambuatnya menjadi pendengki. Tapi,
yang lebih menarik adalah berani mengakui kesalahan bukan memutar balikkan
fakta sehingga menjadikan orang lain sebagai kambing hitam. Hal ini terjadi karena
gengsi mengakui suatu kesalahan yang telah diperbuatnya.

Akhlakul karimah akan dimiliki oleh siapa saja yang secara sungguh-
sungguh memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam dan siapa saja yang
berhasil menjadikan akhlakul karimah sebagai karakter dalam dirinya. Tentu ia
akan menjadi orang paling beruntung, baik didunia maupun di akhirat nanti.

Orang yang berakhlak mulia tidak memerlukan pencitraan apalagi


memaksakan kehendak. Baginya, kepentingan bersama jauh lebih penting dari
kepentingan diri sendiri maupun kepentingan golongannya. Batapa sangat
dirindukannya jika semua elemen bangsa memiliki karakter akhlakul karimah.
Saling memahami, mengutamakan toleransi dari pada konfrontasi, saling
menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan, dan bergerak demi keutuhan
agama, bangsa dan Negara. Dan perlu dipahami bahwa kecanggihan teknologi,
system dan regulasi apapun. Tidak akan memberi manfaat yang maksimal jika
semua elemen-elemen bangsa dan negara ini tidak berkarakter akhlakul karimah.

Pemahaman inti

Penulis akan memberikan sedikit penjelasan mengenai pemahaman inti


yaitunya tanamkanlah dan dedikasikanlah secara sungguh-sungguh dalam
pemikiran dasar atau mind set kita untuk lebih mendahulukan hati nurani dari pada
ego. Hati nurani akan memberikan gambaran sederhana mengenai hal yang baik
dan hal yang tidak baik atas apa yang telah dan yang akan kita perbuat. Serta,
dengan bertanya kedalam hati nurani maka ia akan menjawab konsekuensi apa yang
akan kita terima bila kita tidak atau akan melakukannya. Seperti yang tertulis
dalam kutipan sebuah lirik lagu yang dinyanyikan oleh Bryand Adam “looking to
you’r heart, you will see (lihatlah ke dalam hatimu, kamu akan melihat) ” Dan jika
seseorang lebih mementingkan ego dari pada hati nurani, maka ia tidak akan pernah
mendengarkan kata hatinya melainkan memperturutkan hawa nafsunya yang akan
menimbulkan mala petaka

Sedangkan ahklakul Ihsan bisa dicerminkan dari tiga aspek yang


fundamental. Ketiga aspek tersebut ialah :

Kita berkewajiban ihsan dalam beribadah, yaitu dengan menjalankan semua


jenis ibadah, seperti solat, puasa, haji dan sebagainya dengan cara yang benar. Yaitu
dengan menyempurnakan syarat, rukun, sunnah, dan adab-adabnya. Hal ini tidak
akan mungkin dapat ditunaikan oleh seorang hamba, kecuali jika saat pelaksnaan
ibadah-ibadah tersebut ia penuhi dengan cita rasa yang sangat kuat (menikmatinya),
juga dengan kesadaran penuh bahwa Allah selalu memantaunya hingga ia merasa
bahwa ia sedang dilihat dan diperhatikan oleh Allah. Minimal seorang hamba harus
merasa bahwa Allah selalu memantaunya, karena dengan inilah ia dapat
menunaikan ibadah-ibadah tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga hasil dari
ibadah tersebut akan seperti yang diharapkan.inilah maksud dari perkataan
Rasulullah Saw. yang berbunyi.

“Hendaklah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan


jika engkau tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.”

Kini jelaslah bagi kita bahwa sesungguhnya arti dari ibadah itu sendiri
sangatlah luas. Maka selain dari jenis ibadah itu tadi, yang tidak kalah pentingnya
adalah juga seperti ibadah lainnya seperti jihad, menghormati sesama mukmin,
mendidik anak, membahagiakan istri, dan menjalankan yang mubah semata-mata
demi mencari dan mendapatkan Ridho Allah Swt. dan masih banyak lagi.
Rasulullah menghendaki umatnya dalam keadan seperti itu, yaitu senantiasa sadar
jika ingin ingin mewujudkan ihsan dalam setiap ibadahnya. Sikap-sikap tersebut
misalnya :
a) Muamalah
Dalam bab muamalah, ihsan dijelaskan Allah SWT pada surah an Nisaa’
ayat 36, yang berbunyi sebagai berikut : “Sembahlah Allah dan
janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat maupun yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu…”
b) Akhlak
Ihsan dalam akhlak sesungguhnya merupakan buah dari ibadah dan
muamalah. Seseorang akan mencapai tingkat ihsan dalam akhlaknya
apabila ia telah melakukan ibadah seperti yang menjadi harapan
Rasulullah dalam hadits yang telah dikemukakan di awal tulisan ini,
yaitu menyembah Allah seakan-akan melihat-Nya, dan jika kita tidak
dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah senantiasa melihat kita.
Jika hal ini telah dicapai oleh seorang hamba, maka sesungguhnya itulah
puncak ihsan dalam ibadah. Pada akhirnya, ia akan berbuah menjadi
akhlak atau perilaku, sehingga mereka yang sampai pada tahap ihsan
dalam ibadahnya akan terlihat jelas dalam perilaku dan karakternya.
Jika kita ingin melihat nilai ihsan pada diri seseorang—yang diperoleh
dari hasil maksimal ibadahnya, maka kita akan menemukannya dalam
muamalah kehidupannya

BAB III

PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Bagaimana kita menyikapi akhlak kaum muda kita sekarang ini, itu
tergantung siapa yang memandang dan dari sisi mana dia memandang. Yang
dapat kita lakukan dalam rangka meningkatkan kualitas akhlak adalah
pendidikan pembentukan akhlak yang baik harus dilakukan dengan kompak
dan usaha yang sungguh-sungguh dari semua aspek kehidupan serta mampu
menggunakan seluruh kesempatan, berbagai sarana termasuk teknologi
modern. Disamping itu kita sebagai calon-calon tenaga pendidik, harus
mampu mengintegrasikan antara pendidikan dan pengajaran. Jadi tidak
hanya transfer pengetahuan (transfer of knowledge), ketrampilan dan
pengalaman yang ditujukan untuk mencerdaskan akal dan memberikan
ketrampilan tetapi juga mampu membentuk kepribadian dan pola hidup
berdasarkan nilai-nilai yang luhur.
B. Saran
Sebagai akhir dari karya tulis ini, maka kita semua barharap bahwa
nantinya semua orang akan mempunyai akhlak yang mulia sehingga
tercapai kehidupan yang layak, baik di dunia dan di akhirat.

DAFTAR PUSTAKA
Dakwatuna.2009.Ihsan, Berbuat yang Terbaik.
https://www.google.co.id/amp/s/www.dakwatuna.com/2009/10/20/4358/ihsan-
berbuat-yang-terbaik/amp/ (diakses 21 Agustus 2018)

Menikyuhu. 2016. Makalah Ahlakul Karimah.


http://princessmenik.blogspot.com/2016/04/makalah-akhlakul-karimah.html?m=1
(diakses 17 Agustus 2018)

Anda mungkin juga menyukai