Erwin ramandei
(201870037)
Pendahuluan
Komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi yang sangat penting
dan harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian
masalah kesehatan pasien. Komunikasi yang efektif dapat mengurangi keraguan pasien, serta menambah
kepatuhan dari pasien. Dokter dan pasien sama-sama memperoleh manfaat dari saling berbagi dalam hubungan
yang erat. Setiap pihak merasa dimengerti. Pasien merasa aman dan terlindungi jika dokter yang menanganinya
melakukan yang terbaik untuk pasiennya. Ketika saling terhubung, sang dokter dapat mengerti dan bereaksi lebih
baik pada perubahan perilaku dan perhatiannya pada pasien setiap saat. Komunikasi yang efektif antara dokter
dan pasien sangatlah diperlukan untuk memperoleh hasil yang optimal, berupa masalah kesehatan yang dapat
diselesaikan dan kesembuhan pasien.
Komunikasi yang efektif mampu mempengaruhi emosi pasien dalam pengambilan keputusan tentang
rencana tindakan selanjutnya, sedangkan komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah. Perlu dibangun
komunikasi efektif yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun
kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya komunikasi yang efektif, pasien akan memberikan keterangan
yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secarabaik dan
memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara sangat
diperlukan agar pasien mau dan dapat menceritakan sakit serta keluhan yang dialaminya secara jujur dan jelas.
Dalam beberapa penetilian dikatakan bahwa waktu yang dimiliki dokter hanya sedikit sehingga menanyakan yang
berhubungan dengan keluhan pasien saja sehingga kadang ada banyak kepada pelayanan dokter namun pada
dasarnya dengan banyaknya pertanyaan yang ditanyakan akan menjelaskan kehidupan pasien, apa saja yang
berhubungan dengan keluhan atau penyakit pasien. Dengan demikian komunikasi yang efektif merupakan hal
yang penting bagi seorang pelajar dalam pembelajaran untuk menjadi seorang dokter. 1
Sebelum memulai wawancara formal dengan pasien. Seseorang benar-benar dapat memenangkan
kepercayaan pasien dalam interaksi pertama bahkan sebelum memulai wawancara formal. Kesan
pertama sangat penting dan penting untuk membangun hubungan dokter-pasien. Faktor penentu utama
untuk kesan pertama ini bukanlah apa yang dokter katakan tetapi bagaimana dokter mengatakannya.
Beberapa poin latihan tercantum di bawah ini.
Hormati kerahasiaan pasien dan jaga privasi. Pasien tidak boleh dibuat untuk menyatakan alasan
kunjungan mereka ketika orang lain hadir.
Jadilah yang pertama untuk menyambut pasien. Jangan menunggu pasien berbicara karena
beberapa pasien akan menafsirkan sikap diam Anda sebagai ketidakpedulian. Berjabat tangan dan
perkenalkan diri Anda di mana pun layak dan dapat diterima secara sosial.
Bersiaplah dan ketahui nama pasien. Panggil pasien dengan namanya kapan saja diperlukan.
Jangan mencari-cari nama setelah pasien berada di ruangan. Jika ini adalah kasus lama, sapa dia
dan tanyakan bagaimana keadaannya.
Bangun kontak mata dan pertahankan dengan interval yang masuk akal.
Tenangkan pasien. Beberapa pasien mungkin gelisah, jadi mulailah dengan penyelidikan non-
medis umum untuk mengembangkan skenario yang nyaman bagi pasien.5
Kesimpulan
Efektif atau tidaknya komunikasi yang berlangsung akan menentukan sikap pasien dalam menerima
diagnosis yang ditetapkan dokter, menjalani pengobatan, melakukan perawatan diri dan memerhatikan atau
mematuhi anjuran dan nasihat dokter. Komunikasi tersebut juga mempengaruhi kelangsungan terapi, apakah
akan berlanjut atau terjadi pemutusan hubungan secara sepihak. Reaksi pasien ketika masih berada dalam ruang
praktek, sikap pasien pada kunjungan ulang, cara pasien melaksanakan pengobatan adalah umpan balik bagi
dokter, untuk mengetahui hasil komunikasinya. Untuk itu dengan mempelajari faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi komunikasi antara dokter dan pasien kita bisa mengetahui alur berkomunikasi yang tepat
berdasakan iklim dan kondisi psikologi serta karakter dari pasien bagaimana memberikan informasi tentang
keluhannya.
Daftar pustaka
1. Endang Fourianalistyawati, M.Psi, Psi. KOMUNIKASI YANG RELEVAN DAN EFEKTIF ANTARA
DOKTER DAN PASIEN. Jurnal Psikogenesis. Vol. 1, No. 1/ Desember 2012. Fakultas Psikologi
Universitas YARSI.
2. Kurtz SM. Doctor-patient communication: principles and practices. Can J Neurol Sci. 2002 Jun; 29
Suppl 2:S23-9. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12139082 (diakses pada tanggal 08 April 19)
3. Jennifer Fong Ha, MBBS (Hons) Dip Surg Anat and Nancy Longnecker, PhD. Doctor-Patient
Communication: A Review. Ochsner J. 2010 Spring; 10(1): 38–43.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3096184/ (diakses pada tanggal 08 April 19)
4. Kustiny H. Communication skill 1st ed. Yogyakarta: CV Budi Utama; 2017
5. Piyush Ranjan,corresponding autho1 Archana Kumari, and Avinash Chakrawarty. How can Doctors
Improve their Communication Skills?. J Clin Diagn Res. 2015 Mar; 9(3): JE01–JE04.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4413084/ (diakses pada tanggal 08 April 19).
6. Vahid Zamanzadeh, Maryam Rassouli, Abbas Abbaszadeh, Alireza Nikanfar, Hamid Alavi-Majd, and
Akram Ghahramanian. Factors Influencing Communication Between the Patients with Cancer and their
Nurses in Oncology Wards. Indian J Palliat Care. 2014 Jan-Apr; 20(1): 12–20. (diakses pada tanggal
08 april 2019).
7. Prof. Dr. H. Achmad Arman Subijanto, dr., M.S. PERAN KOMUNIKASI DALAM MENJALANKAN
PROFESI DOKTER YANG BERKUALITAS DI MASYARAKAT. Universitas Sebelas Maret
Library. 6 April 2016.
8. Kimberley R. Monden, PhD,corresponding author Lonnie Gentry, MTh, and Thomas R. Cox, PsyD.
Delivering bad news to patients. Proc (Bayl Univ Med Cent). 2016 Jan; 29(1): 101–102.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4677873/ (diakses pada tanggal 08 april 2019).