Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM
DI RUANG BAYI
RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin

Tanggal 11 Maret – 16 Maret 2019

Oleh:
MAHRAINI, S.Kep
NIM. 1830913310052

PENDIDIKAN PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Mahraini, S.Kep

NIM : 1830913310052

JUDUL LP : ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN


ASFIKSIA NEONATORUM

Banjarmasin, Maret 2019

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Fitri Ayatul Azlina, S.Kep, Ns Siti Rusmalina, S.Kep, Ns


NIK. 1990. 2016. 1. 198 NIP. 1975 1104 200803 2 001
LAPORAN PENDAHULUAN
ASFIKSIA NEONATORUM

1. Definisi Asfiksia Neonatorum


Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapas secara spontan dan
teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir, umumnya akan mengalami asfiksia
pada saat dilahirkan. Masalah ini erat hubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil,
kelainan tali pusat, atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau
sesudah persalinan (Asuhan Persalinan Normal, 2007).
Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus dan
hipoksia ini berhubungan dengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan, persalinan,
atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk apabila
penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan pada bayi
bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala lanjut yang
mungkin timbul. (Prawirohardjo: 2008).
Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur segera stelah lahir. Keadaan tersebut dapat disertai dengan adanya
hipoksia, hiperkapnea, dan sampai ke asidosis. Keadaan asfiksia ini dapat terjadi karena
kurangnya kemampuan fungsi organ bayi seperti pengembangan paru-paru. Proses
terjadinya asfiksia neonatorum ini dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan, atau dapat
terjadi segera setelah lahir. Banyak faktor yang menyebabkannya, diantaranya adanya
penyakit pada ibu sewaktu hamil seperti hipertensi, paru, gangguan kontraksi uterus pada
ibu, resiko tinggi kehamilan, dapat terjadi pada faktor plasenta seperti janin dengan solusio
plasenta, atau juga faktor janin itu sendiri. ( Hidayat, 2005).

2. Etiologi
Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan perlukaran gas atau
pengangkutang O2 dari ibu kejanin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan,
persalinan atau segera setelah lahir. Hampir sehagian besar asfiksia bayi baru lahir
merupakan kclainan asfiksia janin, karena itu penilaian janin selama kehamilan dan
persalinan. memegang peran penting untuk keselamatan bayi atau kelangsungan hidup yang
sempurna tanpa gejala sisa.
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
a. Faktor Ibu
1) Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anestesia
dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
2) Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada :
- Gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat.
- Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan.
- Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.
b. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
c. Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pcmbuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung,
tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain-lain.
d. Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat terjadi karena :
1) Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung
dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin.
2) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial. Kelainan
konginental pada bayi, misalnya hernia diafrakmatika atresia/stenosis saluran
pernafasan, hipoplasia paru dan lain-lain.
3. Faktor Risiko
Beberapa faktor tertentu diketahui dapat menjadi penyebab terjadinya asfiksia pada
bayi baru lahir, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Faktor Ibu
 Cacat bawaan
 Preeklampsia dan eklampsia
 Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)
 Partus lama atau partus macet
 Demam selama persalinan Infeksi berat (malaria, sifilis, TBC, HIV)
 Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)
 Hipoventilasi selama anastesi
 Penyakit jantung sianosis
 Gagal bernafas
 Keracunan CO
 Tekanan darah rendah
 Gangguan kontraksi uterus
 Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
b. Faktor tali pusat
 Lilitan tali pusat
 Tali pusat pendek
 Simpul tali pusat
 Prolapsus tali pusat
c. Faktor bayi
 Kompresi umbilikus
 Tali pusat menumbung, lilitan tali pusat
 Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
 Prematur
 Gemeli
 Kelainan congential
 Pemakaian obat anestesi
 Trauma yang terjadi akibat persalinan
 Bayi prematur (sebelum 37 minggu kehamilan)
 kelainan bawaan (kongenital)
 Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)
d. Faktor plasenta
 Plasenta tipis
 Plasenta kecil
 Plasenta tidak menempel
 Solusio plasenta
e. Faktor persalinan
 Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum,
ekstraksi forsep)
 Partus lama
 Partus tindakan

4. Manifestasi Klinis
Asfiksia biasanya merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda:
a. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap
b. Warna kulit kebiruan
c. Kejang
d. Penurunan kesadaran
e. DJJ lebih dari 16Ox/mnt/kurang dari lOOx/menit tidak teratur
f. Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala
5. Klasifikasi
Tabel penilaian APGAR SCORE
Skor APGAR
Tanda
0 1 2
Frekuensi Tidak ada < 100 x/menit > 100 x/menit
Jantung
Usaha Tidak ada Lambat tak teratur Menangis kuat
bernafas
Tanus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi Gerakanaktif
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Gerakan kuat/melawan
Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan, Seluruh tubuh
eks biru kemerahan

Klasifikasi klinis APGAR SCORE :


a. Asfiksia berat (Nilai APGAR 0-3)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung tidak ada atau < 100 x/ menit,
tonus otot buruk/lemas, sianosis berat, tidak ada reaksi, respirasi tidak ada.
b. Asfiksia ringan – sedang (Nilai APGAR 4 – 6)
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung < 100 / menit, tonus otot kurang
baik atau baik , sianosis (badan merah, anggota badan biru), menangis. Respirasi
lambat, tidak teratur.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia 7 – 9
Pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung > 100 / menit, tonus otot baik/
pergerakan aktif , seluruh badan merah, menangis kuat. Respirasi baik.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Bayi dianggap sehat, tidak perlu tindakan istimewa

6. Patofisiologi
Pada penderita asfiksia telah dikemukakan bahwa gangguan pertukaran gas serta
transport 02 akan menyebabkan berkurangnya penyediaan 02 dan kesulitan pengeluaran
C02. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tergantung dari berat dan
lamanya asfiksia fungsi tadi dapat reversibel atau menetap, sehingga menimbulkan
komplikasi, gejala sisa, atau kematian penderita.
Pada tingkat permulaan, gangguan ambilan 02 dan pengeluaran C02 tubuh ini
mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Apabila keadaan tersebut berlangsung
terus, maka akan terjadi metabolisme anaerobik berupa glikolisis glikogen tubuh. Asam
organik yang terbentuk akibat metabolisme ini menyebabkan terjadinya keseimbangan asam
basa berupa asidosis metabolik. Keadaan ni akan menganggu fungsi organ tubuh, sehingga
mungkin terjadi penurunan sirkulasi kardiovaskuler yang ditandai oleh penurunan tekanan
darah dan frekwensi denyut jantung

7. PATHWAY

Persalinan lama, lilitan Paralisis pusat Faktor lain : anestesi,


tali pusat, presentasi pernafasan obat-obatan narkotik
janin abnormal

ASFIKSIA

Janin kekurangan O2 dan Paru-Paru terisi cairan


kadar CO2 meningkat

Nafas Cepat Suplai O2 ke Suplai O2 dlm Bersihan jln G3 metabolisme dan


paru me ↓ darah me ↓ nafas tidak perubahan asam basa
efektif

Apneu Kerusakan
otak Asidosis Respiratorik

Pola Nafas Kematian


tdk efektif Bayi
Gangguan perfusi
ventilasi
DJJ dan TD
menurun
Kerusakan
pertukaran Gas
Janin tdk
bereaksi

8. KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
a. Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah berlarut
sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak pun akan
menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik otak yang
berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan perdarahan
otak.
b. Anuria atau oliguria
Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia, keadaan
ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang disertai
dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan lebih banyak
mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya hipoksemia padapembuluh darah mesentrium dan ginjal yang
menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
c. Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran gas
dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan kesulitan
pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak tersebut karena
perfusi jaringan tak efektif.
d. Koma
Apabila pada pasien asfiksia berat segera tidak ditangani akan menyebabkan
koma karena beberapa hal diantaranya hipoksemia dan perdarahan pada otak.
9. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Analisis gas darah ( ph kurang dari 7,20 )
 Penilaian apgar scor meliputi ( warna kulit, usaha bernafas, tonus otot )
 Pemeriksaan EEG dan CT scan jika sudah terjadi komplikasi
 Pengkajian spesifik

10. PENATALAKSANAAN
a. Terapi suportif
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang
bertujuan untuk rnempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa
yang mungkin muncul. Tindakan resusiksi bayi baru lahir mengikuti tahap tahapan-
tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :
Memastikan saluran nafas terbuka :
a) Meletakkan bayi pada posisi yang benar.
b) Menghisap mulut kemudian hidung kalau perlu trakea
c) Bila perlu masukkan ET untuk memastikan pernafasan terbuka
1) Memulai pernapasan :
a) Lakukan rangsangan taktil
b) Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif
c) Mempertahankan sirkulasi darah (Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah
dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan)
d) Koreksi gangguan metabolik (cairan, glukosa darah, elektrolit )

Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :


a. Tindakan Umum
 Pengawasan suhu
 Pembersihan jalan nafas
 Rangsang untuk menimbulkan pernafasan
b. Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakan umum diselenggarakan tanpa hasil prosedur
yang dilakukan disesuaikan dengan beratnya asfiksia yang timbul pada bayi, yang
dinyatakan oleh tinggi-rendahnya Apgar.
1) Asfiksia berat (nilai Apgar 0 – 3)
Resusitasi aktif harus segera dilaksanakan langkah utama memperbakti ventilasi
paru dengan pemberian 02 dengan tekanan dan intemitery cara terbaik dengan
intubasi endotrakeal lalu diberikan 02 tidak lebih dari 30 mmHg. Asfikasi berat
hampir selalu disertai asidosis, koreksi dengan bikarbonas natrium 2-4 mEq/kgBB,
diberikan pula glukosa 15-20 % dengan dosis 2-4 mEq/kgBB Kedua obat ini
disuntikan ke dalam intra vena perlahan melalui vena umbilikatis, reaksi obat ini
akan terlihat jelas jika ventilasi paru sedikit banyak telah berlangsung. Usaha
pernapasan biasanya mulai timbul setelah tekanan positif diberikan 1-3 kali, bila
setelah 3 kali inflasi tidak didapatkan perbaikan. Pernapasan atau frekuensi
jantung, maka masase jantung eksternal dikerjakan dengan & frekuensi 80-
I00/menit. Tindakan ini diselingi ventilasi tekanan dalam perbandingan 1 : 3 yaitu
setiap kali satu ventilasi tekanan diikuti oleh 3 kali kompresi dinding torak. Jika
tindakan ini tidak berhasil bayi harus dinilai kembali, mungkin hal ini disebabkan
oleh ketidak seimbangan asam dan basa yang belum dikorekrsi atau gangguan
organik seperti hernia diaftagmatika atau stenosis jalan nafas.

2) Asfiksia ringan – sedang (nilai Apgar 4 – 6)


Stimulasi agar timbul reflek pernafasan dapat dicoba bila dalam waktu 30-60 detik
tidak timbul pernapaan spontary ventilasi aktif harus segera dilakukan. Ventilasi
sederhana dengan kateter 02 intranasal dengan filtrat 1-2 x/mnt, bayi diletakkan
dalam posisi dorsofleksi kepala. Kemudian dilakukan gerakan membuka dan
menutup nares dan mulut disertai gerakan dagu keatas dan kebawah dengan
frekuensi 20 kali/menit, sambil diperhatikan gerakan dinding torak dan abdomen.
Bila bayi memperlihatkan gerakan pernapasan spontan, usahakan mengikuti
gerakan tersebut, ventilasi dihehtikan jika hasil tidak dicapai dalam 1-2 menit
sehingga ventilasi paru dengan tekanan positif secara tidak langsung segera
dilakukan, ventilasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dari mulut ke rnulut
atau dari ventilasi ke kantong masker. Pada ventitasi dari mulut ke mulut,
sebelumnya mulut penolong diisi dulu dengan 02, ventilasi dilahirkan dengan
frekuensi 20-30 kali permenit dan perhatikan gerakan nafas spontan yang mungkin
timbul. Tindakan dinyatakan tidak berhak jika setelah dilekuknn berberapa saat
teqadi penurunan frekuens jantung atau perbaikan tonus otot intubasi endotrakheal
harus segera dilahirkan, bikarbonas natrikus dan glukosa dapat segera diberikan,
apabila 3 menit setelah lahir tidak memperlihatkan pernapasan teratur meskipun
ventilasi telah dilakukan dengan adekuat.

b. Terapi Medikamentosa
 Epinefrin
Indikasi:
1) Denyut jantung bayi < 60x/menit setelah paling tidak 30 detik dilakukan
ventilasi adekuat dan kompresi dada belun ada respon.
2) Sistotik
Dosis : 0,1-0,3 ml / kgBB dalam lanrtan I : 10.000 (0,1 mg – 0,03 mg / kgBB).
Cara : i.v atau endotakheal. Dapat diulang setiap 3-5 menit bila perlu
 Volume Ekspander
Indikasi:
1) Bayi baru lahir yang dilahirkan resusitasi rnengalami hipovolernia dan tidak
ada respon dengan resueitasi.
2) Hipovolemi kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis
ditandai dangan adanya pucat perfusi buruk, nadi kecil / lemah dan pada
resusitasi tidak memberikan respons yang adekuat.

Jenis Cairan :

a. Larutan laistaloid isotonis (NaCL 0,9, Ringer Laktat). Dosis : dosis awal
10 ml / kgBB i.v pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai
menunjukkan respon klinis.
b. Transfursi darah gol O negatif jika diduga kehilangn darah banyak.
 Bikarbonat
Indikasi:
1. Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahiryang mendapatkan resusitasi.
Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik.
2. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan
hiperkalemia Harus disertai dengan pemerIksaan analisa gas darah dan
kimia.
 Dosis : 1-2 mEq/keBB atau 2 ml/kgBB (4,2%) atau 1 ml/kgBB (7’4%).
 Cara : diencerkan dengan aqua bidest dan destrosa 5 % sama banyak
diberikan secara i.v dengan kecepaten min 2 menit.
 Efek sarnping : pada keadaan hiperosmolarita, dan kandungan CO2 dari
bikarbonat merusak furgsi miokardium dan otak.
 Nalokson
Nalokson Hidroklorida adalah antagonis narkotik yang tidak rnenyebabkan
depresi pernapasan.
Indikasi:
1. Depresi pernaafasan pada bayi bam lahir yang ibunya menggunailcan narkotik
4 jam sebelurn pmsalinan.
2. Sebelum diberikan nalokson, ventilasi harus adekuat dan stabil.
3. Jangan diberilm pada bayi brug lahir yang ibrmya baru dicurigai
sebagai pemakai obat narkotika sebab akan menyebabkan tanpa with drawl
tiba-tiba pada sebagian bayi.
 Dosis : 0,1 mgikgBB ( 0,4 mg/ml atau lmg/ml)
 Cara : i.v endotrakheal atau bila perfusi baik diberikan i.m atau s.c
DIAGNOSA
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus banyak.
2. Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3. Kerusakan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
4. Ansietas b.d Perubahan besar status kesehatan (untuk orang tua)
No Diagnosa NOC NIC
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d NOC : Airwey suction
Respiratory Status : Airway Patency  Auskultasi suara nafas
produksi mukus banyak. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 30 menit sebulum dan sesudah
diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan suctioning
nafas dengan kriteria :  Informasikan pada klien dan
-mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas keluarga tentang suctioning
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea (mampu  Minta klien nafas dalam
mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan sebelum suction dilakukan
mudah)  Berikan O2 dengan
-menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi menggunakan nasal untuk
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas memfasilitasi
abnormal) suktionnasotrakeal
-mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor  Anjurkan pasien untuk
yang dapat menghambat jalan nafas istirahat dan napas dalam
setelah kateter dikeluarkan
dari nasatrakeal
 Ajarkan keluarga bagaimana
cara melakukan suksion
 Hentikan suksion dan berikan
oksigen apabila pasien
menunjukan bradikardi,
peningkatan saturasi O2,dll.

Airway management
Posisikan pasien u/
memaksimalkan ventilsi
Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas
buatan
Lakukan fisioterpi dada jika
perlu
Keluarkan sekret
Dengan batuk atau suction

2 Pola nafas tidak efektif b.d NOC : NIC :


Respiratory Status : Ventilation Terapi oksigen
hipoventilasi/ hiperventilasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x60 Menit  Bersihkan mulut, hidung, dan
diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan seckret trakea
nafas dengan kriteria :  Pertahankan jalan napas yang
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas paten
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu  Monitor aliran oksigen
(mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas  Pertahankan posisi klien
dengan mudah)  Monitor TD, nadi, dan RR
 Menunjukkan jalan nafas yang paten (frekuensi
pernafasan rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
 Tanda-tanda vital dalam rentang normal

3 Kerusakan pertukaran gas b.d NOC : Manajemen Asam Basa


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x60  Dapatkan / pertahankan jalur
ketidakseimbangan perfusi ventilasi. menit gangguan pertukaran gas pasien teratasi dengan intravena
kriteria hasil :  Pertahankan kepatenan jalan
 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan nafas
oksigenasi yang adekuat  Monitor AGD dan elektrolit
 Memelihara kebersiha paru-paru dan bebas dari  Monitor status hemodinamik
tanda- tanda distres pernafasan  Beri posisi ventilasi adekuat
 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas  Monitor tanda gagal nafas
yang bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu,  Monitor kepatenan respirasi
mampu bernafas dengan mudah,.
 Tanda – tanda vital dalam batas normal
 AGD dalam batas normal
Status neurologis dalam batas normal
4 Ansietas b.d Perubahan besar status NOC: NIC
Anxiety control Anxiety Reduction
kesehatan (untuk orang tua) Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 1. Kaji tingkat kecemasan klien
60 menit kecemasan pasien teratasi dengan kriteria dan reaksi fisik akibat
hasil: kecemasan.
 Klien mampu mengidentifikasi dan 2. Berikan informasi factual
mengungkapkan gejala cemas mengenai prosedur tindakan
 Mengidentifikasi, mengungkapkan dan 3. Jelaskan semua prosedur dan
menunjukkan tehnik untuk mengontol cemas apa yang dirasakan selama
 Vital sign dalam batas normal prosedur
 Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan 4. Bantu pasien mengenal situasi
tingkat aktivitas menunjukkan berkurangnya yang menimbulkan kecemasan
kecemasan 5. Libatkan keluarga untuk
mendampingi klien
6. Jelaskan mengenai tindakan
pengobatan yang akan
dilakukan pada klien dengan
menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti.
7. Ajarkan teknik untuk
mengurangi kecemasan
misalnya dengan
mendengarkan musik atau
teknik relaksasi nafas dalam
DAFTAR PUSTAKA

1. Manuaba, I. 1997.- Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk
Pendidikan Bidan Kedokteran. Jakarta. EGC
2. Purwadianto. A. 2000. Kedaruralan Medik. Bina Rupa Aksara Jakarta
3. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas. 1998, Edisi 1. Kedokteran Jakarta. EGC
4. Wong. L Donna. 2004. Keperawatan Pediatrik. Edisi 1. Kedokteran. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai