Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
Sindroma marfan adalah suatu kelainan yang sifatnya diwariskan secara
autosomal dominan. Gangguan ini mempunyai insidens 1 dalam 10.000 orang dan
diantaranya dijumpai 15-30% kasus yang mana merupakan mutasi baru.1
Sementara di Inggris sendiri prevalensi diperkirakan 1 diantara 5000 individu.
Sindrom Marfan adalah gangguan multisistem, yang paling sering melibatkan
sistem kardiovaskular, mata, kerangka dan paru-paru. Dimana bentuk kelainan
sistem dapat bervariasi dari setiap individu, bahkan dalam sebuah keluarga.2

Sinroma Marfan ini dapat terjadi pada semua usia. Beberapa individu yang
terkena, mengalami gangguan pertumbuhan pada masa bayi. Lainnya tidak
memiliki gejala sampai dewasa. Diagnosis dibuat atas dasar klinis berdasarkan
kriteria yang disepakati secara internasional yaitu Ghent criteria. Tes DNA tidak
selalu diindikasikan, meskipun jika terdapat kemungkinan kelainan mutasi pada
individu hal ini sangat memudahkan penilaian risiko.2

Sindrom Marfan adalah kelainan autosomal dominan yang mengenai gen


(FBN1) fibrillin 1.2 Kelainan pada gangguan gen FBNI ini akan mempengaruhi
jaringan ikat yang mana akan bermanifestasi pada banyak bagian tubuh.
Diagnosis sindrom Marfan didirikan sesuai dengan review dari kriteria diagnostik,
yang dikenal sebagai Nosologi Ghent, melalui penilaian yang komprehensif
sebagian besar didasarkan pada kombinasi dari manifestasi klinis mayor dan
minor dalam berbagai sistem organ dan sejarah keluarga. Dilatasi aorta dan mitral
valve prolapse adalah presentasi utama dari malformasi kardiovaskular sindrom
Marfan. Patogenesis sindrom Marfan sendiri belum dapat dijelaskan secara penuh.
Namun, mutasi fibrillin-1 gen yang diyakini menyebabkan efek negatif yang
dominan. Oleh karena itu, sindrom Marfan disebut fibrillinopathy, bersama
dengan gangguan jaringan ikat lainnya dengan perbedaan yang tidak signifikan
dalam manifestasi klinis.3

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Sindrom Marfan adalah kelainan autosomal dominan, merupakan penyakit


multi sistem dengan prevalensi 1 diantara 5.000 – 10.000 individu. Ada berbagai
keluhan klinis yang terkait dengan sindrom Marfan, mulai dari gambaran tanpa
gejala sampai dengan presentasi neonatal parah dan dengan progresifitas yang
cepat. Manifestasi klasik melibatkan okular (lensa dislokasi, miopia),
kardiovaskular (dilatasi arkus aorta dengan regurgitasi aorta, prolaps katup mitral
dengan regurgitasi), dan kelainan muskuloskeletal (tulang panjang yang tumbuh
berlebih, skoliosis, kifosis, hipermobilitas sendi), namun keterlibatan paru
(pneumotoraks), kulit (striae), dan sistem saraf pusat (ectasia dural) juga sering
terjadi pada sindrom Marfan. Mutasi pada gen (FBN1) yang mengkodekan protein
matriks ekstraselular, fibrillin-1, menyebabkan sindrom Marfan.4

2.2 Etiologi

Sindrom Marfan adalah penyakit jaringan ikat diwariskan secara


autosomal dominan dan disebabkan terutama oleh mutasi pada gen FBN1. Gen ini
mengkode-fibrillin 1, sebuah glikoprotein yang merupakan konstituen utama dari
mikrofibril dari matriks ekstraselular. Kebanyakan mutasi mempengaruhi asam
amino tunggal pada protein. Abnormal fibrillin-1 menyebabkan kelemahan
jaringan, peningkatan pertumbuhan transformasi sinyal faktor β, kehilangan
interaksi sel-matriks, dan akhirnya, dengan manifestasi fenotipik berbeda
Sindrom Marfan. Karena deskripsi FBN1 sebagai gen terpengaruh pada pasien
dengan gangguan ini, besar kemajuan telah dibuat dalam pemahaman
patogenesisnya. Perkembangan beberapa tikus model juga telah penting untuk
pemahaman meningkat kami penyakit ini, yang kemungkinan akan mengubah
pengobatan dan prognosis pasien di tahun-tahun mendatang. Di antara banyak

2
manifestasi klinis yang berbeda sindrom Marfan, keterlibatan kardiovaskular
layak pertimbangan khusus, karena dampaknya terhadap prognosis.5

Sindrom Marfan (MFS) adalah gangguan dominan autosomal jaringan ikat


yang melibatkan sistem kardiovaskular, rangka dan okular, integumen, paru-paru
dan dura.manifestasicardinal termasuk aneurisma aorta dan diseksi, dislokasi
lensa okuler dan pertumbuhan berlebih tulang panjang. Dalam 90-93% kasus,
MFS disebabkan oleh mutasi pada FBN1.6

2.3 Patofisiologi
Kelainan ini terkait dengan mutasi gen fibrilin, suatu protein 350 kD,
komponen utama mikrofibril ekstraseluler yang turut menyebabkan integritas
struktural jaringan ikat. Lokus FBN1 terletak pada lengan panjang kromosom 15.
Lebih dari 20 mutasi telah diketahui; mutasi ini tampak unik pada keluarga
tertentu yang terkena. Distribusi mutasi yang relatif lengkap melalui gen FBN1
agaknya turut menyebabkan variabilitas fenotip gangguan tersebut. Diagnosis
didasarkan pada tanda-tanda klinis, beberapa darinya tergantung pada
pertumbuhan. 1

2.4 Gambaran Klinis

Diagnosis didasarkan pada pola malformasi menyeluruh; tanda-tanda yang


terjadi pada isolasi kurang spesifik. Perawakan yang panjang dan langsing
mungkin terdapat sejak lahir dan menetap pasca lahir. Pengurangan lemak
subkutan dapat menunjukkan gagal pertumbuhan pada awal masa bayi. Hipotonia
dan kelemahan ligamentum menunjukkan adanya kelambatan motorik; namun,
kemampuan kognitif biasanya normal. 1

Sindroma Marfan pada neonatus atau bayi lebih berat dari pada anak yang
lebih tua dan dapat mempunyai kesamaan klinis dengan araknodaktili kontraktural
kongenital, dimana dislokasi sendi, kontraktur fleksi, telinga liat besar,
iridodonesis, megalokornea, dilatasi katup aorta, dan prolaps katup mitral
merupakan tanda-tanda yang paling lazim ditemukan. 1

3
Penderita yang lebih tua sering mempunyai wajah lonjong, tipis dengan
maksila sempit dan gigi berdesakan.Kelainan okuler menggambarkan defek
jaringan ikat dan meliputi ektopia lentis, sklera biru, dan miopia.Pemeriksaan
menggunakan slit-lamp sejak masa bayi dapat menunjukkan dislokasi lensa, yang
mungkin kongenital.Iridodonesis merupakan tanda klinis yang membantu, tetapi
pada kasus yang dicurigai merupakan sindroma Marfan harus dilakukan evaluasi
oftalmologis yang meliputi pemeriksaan lampu celah, walaupun tidak ada
kelainan okuler kasar. 1

Kisaran malformasi skeleton yang lebar telah dilaporkan. Tungkai panjang


dan tipis (dolikostenomelia), rentang lengan sangat lebih besar daripada
panjangnya.Jarak dari pubis ke tumit (segmen bawah) meningkat dan turut
menyebabkan pengurangan rasio segmen atas terhadap segmen bawah. Temuan-
temuan pada tangan kurang spesifik, meliputi jari-jari yang panjang, kurus
(araknodaktili), hiperekstensi. Jempol teradduksi menyilangi telapak tangan yang
sempit, tanda Steinberg. Tanda pergelangan tangan lain, jempol dan jari ke-5 jelas
tumpang tindih ketika melingkari pergelangan tangan yang tipis. 1

Kosta panjang, langsing, dapat turut menyebabkan kelainan thoraks


anterior seperti depresi sternum (pectus ekskavatum) atau menonjol (pectus
carinatum, “dada burung”). Skoliosis dapat menjadi masalah pada anak yang lebih
tua dan remaja. 1

Defek jaringan ikat turut meningkatkan daya pengembangan parenkim


paru dan menaikkan risiko pneumothoraks spontan atau pembentukkan
gelembung paru. 1

Defek kardiovaskular progresif menyebabkan tingginya morbiditas pada


sindroma Marfan. Dengan adanya ekokardiografi, telah memungkinkan
dilakukannya deteksi awal penderita sindroma Marfan dengan risiko komplikasi
pada jantung. Seperti pada usia dewasa dimana dapat dijumpai dilatasi arcus aorta
yang progresif, dengan atau tanpa presentasi kelainan auskultasi penyakit aorta,
terjadi pada 80-100% kasus. Berbeda dengan orang dewasa, untuk kasus

4
regurgitasi aorta kurang lazim dijumpai pada anak, mungkin karena besar dan
lama distensi yang diperlukan untuk menyebabkan disfungsi aorta yang tidak
timbul sampai usia lanjut. Prolaps katup mitral (PKM) terjadi sesering dilatasi
aorta. PKM ini, juga cenderung menjadi progresif yang berbeda dengan lesi
PKM idiopatik yang lebih statis dan merupakan penyebab kematian paling lazim
pada anak dengan sindroma Marfan. 1

2.5 Diagnosis

Diagnosis sindroma Marfan didasarkan pada kriteria klinis. Pada


umumnya, diagnosis kasus mutasi sporadik atau baru, memerlukan adanya
manifestasi utama gangguan jaringan ikat, sedang pada kasus dimana keluarga
tingkat pertama sudah jelas terkena, manifestasi yang lebih ringan dengan
sekurang-kurangnya satu malformasi besar merupakan alat pendukung diagnosis.
Perawakan yang panjang dengan perbandingan segmen atas terhadap segmen
bawah abnormal rendah, merupakan tanda yang selalu ada. Ekokardiografi dapat
memperlihatkan setidaknya dilatasi arkus aorta sesuai umur. Kelainan lain,
seperti prolapse katup mitral, regurgitasi mitral, atau regurgitasi aorta, merupakan
temuan-temuan pendukung. Pemeriksaan dengan slit-lamp terindikasi pada
semua kasus yang dicurigai. 1

Lakukan uji sianida nitroprusid urin negatif atau pemeriksaan asam amino
tertentu untuk mengesampingkan defisiensi sistationin sintase (homosistinuria).
Keadaan-keadaan lain yang harus disingkirkan meliputi sindroma Stickler,
sindroma prolapse katup mitral idiopatik, sindroma araknodaktili kontraktur
kongenital, dan nekrosis kistik media aorta murni (sindroma Erdheim).
Pemeriksaan genetik molekuler dapat diterapkan pada keluarga yang silsilahnya
banyak anggota keluarga yang terkena. 1

Dalam semua kasus dugaan sindrom Marfan kriteria diagnostic yang


digunakan adalah Ghent criteria. Ini telah disepakati secara internasional dan
direvisi pada tahun 2010. Aneurisma aorta dan ectopia lentis (dislokasi lensa)
adalah gambaran klinis cardinal. Dengan tidak adanya riwayat keluarga

5
sebelumnya yang menderita Sindroma ini, kehadiran dua manifestasi tersebut
cukup untuk diagnosis sindrom Marfan. Dengan tidak adanya salah satu dari dua
fitur ini, kehadiran mutasi FBN1 atau kombinasi dari manifestasi sistemik
diperlukan. Diagnosis memerlukan besar keterlibatan dalam setidaknya 2 sistem
organ dan keterlibatan kecil dari sistem ketiga. Namun dalam keluarga dimana
patogen FBN1 mutasi gen telah ditemukan, temuan mutasi ini dalam anggota
keluarga cukup untuk diagnosis.2
a. Kriteria Major
Kriteria utama meliputi:
1) Pembesaran aorta (arteri utama)
2) Dislokasi lensa mata (ectopia lentis)
3) Riwayat keluarga dengan sindrom Marfan.
4) Setidaknya empat masalah tulang, seperti kaki datar atau tulang belakang
melengkung (skoliosis).
5) Ectasia dural (pembesaran selaput yang mengelilingi bagian dari sumsum
tulang belakang).2
b. Kriteria minor
Kriteria minor meliputi:
1) Miopia
2) Stretch mark yang tidak terjelaskan
3) Sendi longgar
4) Wajah tipis dan panjang
5) Peninggian arcus palatum (atap mulut).2

2.6 Penatalaksanaan

Terapi difokuskan pada pencegahan komplikasi dan konseling genetik.


Mengingat kemungkinan adanya kesulitan penanganan yang akan dijalani oleh
penderita, anjurkanlah untuk merujuknya secara berkala ke pusat kesehatan yang
lengkap dan berpengalaman dalam sindroma Marfan. 1

6
Dokter anak harus bekerja sama dengan subspesialis pediatri untuk
mengkoordinasi pendekatan rasional pada pemantauan kehamilan dan pengobatan
kemungkinan komplikasi. Evaluasi setiap tahun untuk masalah skoliosis,
penyakit katup jantung, atau masalah oftalmologi merupakan keharusan. Terapi
fisik dapat memperbaiki tonus neuromuskuler pada masa bayi. Doronglah
aktivitas fisik nontraumatik sedang, seperti berenang atau bersepeda, bila dapat
ditoleransi. Pengerahan tenaga maksimal harus dihindari karena stress akan
meningkatkan curah jantung pada aorta. 1

Penderita yang terkena harus mendapat profilaksis sebelum pembedahan


gigi atau invasif lain. Bukti baru menunjukkan bahwa penyekat 𝛽-adrenergik
dengan agen seperti propranolol atau atenolol memperbaiki ketahanan hidup
sehubungan dengan gangguan jantung dan dilatasi aorta. Pecahnya aorta akut
dapat diatasi dengan cangkok kombinasi. 1

2.7 Prognosis

Ketahanan hidup penderita sindroma Marfan lebih kurang dibanding


dengan populasi normal, terutama karena kenaikan risiko komplikasi
kardiovaskuler. Dilatasi arcus aorta dan aorta pars ascendens bersifat progresif
dan dapat menyebabkan pembentukkan aneurisma dan kenaikan risiko pecahnya
aorta. Hal lain yang menjadi perhatian tidak hanhya masalah medis tetapi juga
stress psikologik pada anak dan orang tua yang terkena, terutama selama masa
remaja. Memahami masalah dan adanya usaha untuk merujuk ke pelayanan
pendukung dapat mempermudah pandangan positif mengenai keadaan ini.

7
BAB III
PENUTUP

Sindrom Marfan adalah gangguan jaringan ikat autosomal dominan


biasanya disebabkan oleh mutasi pada gen yang mengkodekan fibrillin-1 (FBN1).
Fibrillin-1 adalah konstituen utama dari mikrofibril ekstraseluler dan memiliki
struktur dan fungsi regulasi dalam matriks ekstraselular. Sindrom Marfan
biasanya mempengaruhi kardiovaskular, tulang, mata, dan sistem saraf dan
diagnosis didasarkan pada klinis dengan menggunakan Ghent criteria. Dilatasi
arkus aorta adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan
sindrom Marfan.

8
DAFTAR PUSTAKA
1. Nelson, W.E. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, Vol. 3. EGC. 2000: 2406-2407.
2. Arslan-Kirchner, M. Arbustini, E. Boileau, C. et al. Clinical utility gene card
for: Marfan syndrome type 1 and related phenotypes [FBN1].European
Journal of Human Genetics.2010.http://dx.doi.org/10.1038/ejhg.2010.42.

3. Shi-Min YuanI, Hua JingII.Marfan’s syndrome: an overview. Department of


Cardiothoracic Surgery, Jinling Hospital, School of Clinical Medicine,
Nanjing University, China. Sao Paulo Med J. 2010;128(6):360-6.
4. Leyla Bagirzadeh. Marfan Syndrome. Orphanastesia Edu, 2013.
https://www.orpha.net/data/patho/Pro/en/Marfan_EN.pdf
5. Victoria Cañadas, Isidre Vilacosta, Isidoro Bruna and Valentin Fuster. Marfan
Syndrome. Part 1: Pathophysiologyand Diagnosis. 2010.
http://www.sindromemarfan.cat/docs/rm1.pdf
6. Loeys BL et al. The Revised Ghent Nosology for the Marfan Syndrome. J Med
Genet 2010;47:476-485. http://diagnosticcriteria.net/marfan/reprints/Loeys-
2010-JMedGenet-47-p476-485.pdf.

Anda mungkin juga menyukai