Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui
pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan
tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh
semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).
Berhasilnya pembangunan kesehatan ditandai dengan lingkungan yang
kondusif, perilaku masyarakat yang proaktif untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, pelayanan
kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di seluruh wilayah
Indonesia.Akan tetapi pada kenyataanya, pembangunan kesehatan masih jauh
dari yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan kesehatan masih banyak
terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu
burung, dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk
yang semakin marak, prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran
lingkungan yang semakin tinggi. sebenarnya individu yang menjadi faktor
penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola
hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan dan
mengikuti perubahan zaman.
Aspek sangat luas cakupannya yang meliputi aspek kehidupan manusia
dan kebudayaan yang dihasilkan. Aspek sosial diantaranya antropologi,
sosiologi, dan Psikologi sosial. Antropologi mempelajari kebudayaan secara
khusus seperti wujud, unsur-unsur, dan aspek-aspek. Sosiologi mempelajari
hubungan dan pengaruh timbal balik gejala-gejala sosial (hubungan antar
manusia, struktur sosial, proses-proses sosial, perubahan sosial). Psikologi
sosial merupakan aspek perilaku sehubungan dengan kelompok sosialnya.
Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika kalangan
medis mulai mengarah ke “community medicine”, mencangkup kesehatan
mental, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial. Tujuan pembangunan sosial
memberikan kesempatan pada masyarakat untuk hidup wajar mental, fisik, dan

1
sosial menuntut peran ilmu sosial yang lebih besar untuk ikut memecahkan
masalah kesehatan.
Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk merubah tingkah
laku individu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui pendidikan. Tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah
perilaku ke arah yang menguntungkan kesehatan. Perilaku adalah aktivitas
manusia yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang resultante
antara faktor internal dan eksternal dari fisik, psikis, sosial individu. Perilaku
merupakan fungsi dari sikap, norma, kebiasaan, dan harapan individu yang
berupa tindakan nyata yang dapat diamati indera bahkan dapat dipelajari dan
merupakan tindak lanjut pengetahuan, sikap, dan niat seseorang terhadap suatu
obyek.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana aspek sosial yang mempengaruhi kesehatan/ perilaku
kesehatan?
2. Bagaimana aspek sosial budaya yang berhubungan dengan pelayanan KIA?
3. Bagaimana perkembangan sosial budaya yang mempengaruhi status
kesehatan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek sosial yang mempengaruhi kesehatan/ perilaku
kesehatan.
2. Untuk mengetahui sosial budaya yang berhubungan dengan pelayanan
KIA.
3. Untuk mengetahui perkembangan sosial budaya yang mempengaruhi status
kesehatan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Aspek Sosial Budaya


1. Pengertian
Aspek sosial adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh manusia
dengan pemikiran dan akal budinya serta hati nuraninya dalam
kehidupan bermasyarakat serta aspek tersebtu telah melekat dalam diri
manusia. [ CITATION Her18 \l 1057 ]
Aspek sangat luas cakupannya yang meliputi aspek kehidupan
manusia dan kebudayaan yang dihasilkan. Aspek sosial diantaranya
antropologi, sosiologi, dan psikologi sosial. Aspek sosial budaya dalam
perilaku kesehatan timbul ketika kalangan medis mulai mengarah ke
“community medicine”, mencangkup kesehatan mental, kesehatan
fisik, dan kesehatan sosial. [ CITATION Soe13 \l 1057 ]
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu
buddhaya, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal)
diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa
diartikan juga sebagai “kultur” dalam bahasa indonesia. [ CITATION
Her18 \l 1057 ]
2. Faktor Perubahan Sosial Budaya
Menurut [ CITATION Her18 \l 1057 ] Faktor-faktor perubahan sosial
budaya, antara lain:
a. Lingkungan yang terdiri dari lingkungan fisik, social budaya,
ekonomi, perilaku, keturunan, dan pelayanan kesehatan.
b. Belum juga menjelaskan, bahwa lingkungan sosial budaya tersebut
tidak saja mempengaruhistatus kesehatan, tetapi juga
mempengaruhi perilaku kesehatan.
c. Sebagaimana kita ketahui bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari
banyak suku bangsa yangmempunyai latar budaya yang beraneka
ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat mepengaruhi tingkah
laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga dengan

3
beranekaragam budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku
manusia dalam segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan.
Dengan masalah tersebut, maka petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dangan latar
budaya yang beraneka ragam, perlu sekali mengetahui budayadan
masyarakat yang dilayaninya, agar pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakatakan memberikan hasil yang optimal,
yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat. Manusia adalah mahluk
sosial yang dalam kehidupannya tidak bisa hidup sendiri sehingga
membentuk kesatuan hidup yang dinamakan masyarakat.

B. Konsep Kesehatan
1. Pengertian Kesehatan
Menurut [CITATION Har11 \l 1057 ] pengertian
Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948
menyebutkan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu
keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya
ketiadaan penyakit atau kelemahan”
Menurut UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan social
yang memungkinkan hidup produktif secara social dan ekonomi.
Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi
Kesehatan, mengatakan bahwa pengertian kesehatan adalah “sumber
daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup Kesehatan adalah
konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik.

Pengertian Kesehatan Menurut Para Ahli

1. J. Moltmann menyatakan bahwa kesehatan bukan karena tidak


adanya penyakit atau kecacatan, tetapi kesehatan adalah kekuatan
untuk bertahan terhadap penyakit dan kecacatan tersebut.
2. Chr. Grundmann menambahkan bahwa pengertian kesehatan
adalah kemampuan menghadapi tantangan hidup yang berbeda-
beda yang menunjang kehidupan.

4
3. Kesehatan menurut Perkins (1938) ialah suatu keadaan yang
seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh juga
berbagai faktor yang mempengaruhinya.
4. Kesehatan Menurut Paune (1983) bahwa pengertian Kesehatan
adalah fungsi yang efektis dari sumber-sumber perawatan diri yang
menjamin sebuah tindakan untuk perawatan diri. Kesehatan
merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukannya
untuk mendapatkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi
psikososial & spiritual.
5. Kesehatan Menurut Neuman (1982) yang mendefinisikan bahwa
pengertian Kesehatan merupakan suatu keseimbangan biopsiko,
sosio, kultural dan spiritual pada tiga garis pertahanan yang
fleksibel. normal dan resisten.
6. Kesehatan Menurut White (1977) bahwa pengertian Kesehatan
merupakan keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak
memiliki keluhan apapun atau tidak ada tanda-tanda kelainan atau
penyakit.
2. Jenis – jenis kesehatan manusia
Menurut [CITATION Har11 \l 1057 ] secara umum, kesehatan
manusia dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu kesehatan tubuh dan
yang kedua yaitu kesehatan mental. Dua jenis kesehatan tersebut
merupakan satu kesatuan yang masih utuh dan juga akan saling
berkaitan antara satu dengan yang lainya.
a. Kesehatan Fisik atau Tubuh
Kesehatan tubuh adalah kesehatan yang dinilai dari segi
kondisi seseorang. Istilah kesehatn fisik sangat erat sekali
hubunganya dengan masalah – masalah fisik seperti terbebas dari
luka ataupun terbebas dari penyakit yang lainya yang tampak
maupun yang tidak tampak yaitu penyakit yang berada di dalam
tubuh seseorang. Untuk misa mendapatkan kesehatan fisik
seseorang perlu melakukan kegiatan atau aktivitas – aktivitas yang
mampu meningkatkan kesehatan tubuh seperti berolah raga,
menjaga pola makan, menjaga pola hidup dan yang lainya.
Beberapa aktivitas seperti berolah raga sangat baik sekali dalam
menunjang kesehatan tubuk seseorang, selain itu berolah raga juga

5
akan menjadikan tubuh menjadi lebih sehat dan kuat . Sedangan
menjaga pola makan dapat menghindarkan tubuh dari berbagai
macam jenis penyakit yang sangat berbahaya bagi tubuh, karna
tidak terkadang tidak semua makanan yang di konsumsi oleh
seseorang itu baik bagi tubuhnya, maka dari itu menjaga pola
makan merupakan hal yang sangat penting yang perlu untuk
diperhatikan dengan baik – baik.
b. Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah kesehatan yang dinilai atau diteliti
dari kondisi kejiwaan atau pun mental seseorang. Istilah kesehatan
mental sangat erat sekali kaitanya dengan berbagai macam masalah
stres dan masalah – masalah yang lainya yang bekaitan dengan
pikiran seseorang. Kesehatan mental sangat berbeda dengan halnya
kesehatan fisik. Kesehatan fisik sangat sangat mudah untuk diraih
atau didapatkan, sedangkan kesehatan mental cenderung lebih sulit
untuk didapatkan atau diraih. Kesehatan mental pada umumnya
hanya bisa didapatkan bagi beberapa orang yang mempunyai
kestabilan emosi yang baik, keseimbangan jiwa yang stabil, serta
tidak terlalu banyak memikirkan suatu permasalahan. Unduk bisa
mendapatkan kestabilan dan keseimbangan jiwa serta emosi
sendiri, seseorang perlu membutuhkan tubuh yang sehat dan juga
hati yang bersih yaitu bersih dari sifat dendam, iri, dengki, dan
berbagai sifat buruk lainya.
c. Status Kesehatan
Status kesehatan merupakan suatu keadaan kesehatan
seseorang dalam rentang sehat-sakit yang bersifat dinamis dan
dipengaruhi oleh perkembangan, sosial kultural, pengalaman masa
lalu, harapan seseorang tentang dirinya, keturunan, lingkungan,
dan pelayanan.
1) Perkembangan – Perubahan status kesehatan dapat ditentukan
oleh faktor usia dalam hal ini adalah pertumbuhan dan
perkembangan.

6
2) Sosial dan kultural – Perubahan status kesehatan seseorang
dipengaruhi oleh pemikiran dan keyakinan sehingga dapat
menimbulkan perubahan dalam perilaku kesehatan.
3) Pengalaman masa lalu – Perubahan status kesehatan dapat
dipengaruhi juga oleh pengalaman masa lalu. Hal ini dapat
diketahui jika ada pengalaman kesehatan yang tidak diinginkan
atau pengalaman kesehatan yang buruk sehingga berdampak
besar dalam status kesehatan selanjutnya.
4) Harapan seseorang tentang dirinya -Harapan meruapakan salah
satu bagian yang penting dalam meningkatkan perubahan status
kesehatan ke arah yang optimal. Harapan ini dapat
menghasilkan status kesehatan ke tingkat yang lebih baik
secara fisik maupun secara psikologis.
5) Keturunan – Keturunan juga dapat mempengaruhi terhadap
status kesehatan seseorang mengingat poteni perubahan status
kesehhatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
6) Lingkungan – Lingkungan yang dimakksud adalah lingkungan
fisik seperti sanitasi lingkungan, kebersihan diri, tempat
pembuangan air limbah atau kotoran serta rumah yang kurang
memenuhi persyaratan kesehatan sehingga dapat
mempengaruhi perilaku hidup sehat yang dapat merubah status
kesehatan.
7) Pelayanan – Pelayanan kesehatan dapat berupa tempat
pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi
status kesehatan.
3. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Individu
Menurut [ CITATION Har11 \l 1057 ] yang dimaksud dengan faktor-
faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah faktor-faktor yang
berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang bersifat
menghambat terhadap keadaan sehat-sakit. Ada beberapa faktor yang
berpengaruh terhadap kesehatan individu yaitu:
a. Faktor lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal
ini disebabkan karena faktor-faktor penyebab penyakit dipengaruhi

7
oleh lingkungan. Demikian penting dan besarnya pengaruh
lingkungan terhadap kesehatan.
b. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup
besar pengaruhnya terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam faktor
ini adalah:
1) Tingkah laku, kebisaaan, dan adat istiadat
2) Kepercayaan, pandangan hidup, dan nilai-nilai
3) Sosial ekonomi, taraf hidup dan penghasilan
4) Demografi, kepadatan penduduk
5) Pendidikan
c. Fasilitas kesehatan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1) Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan
diketahui oleh masyarakat atau tidak
2) Usaha informasi dan motivasi
3) Program : apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan
masyarakat atau tidak.
d. Keturunan
Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah :
1) Genetik
2) Struktur tubuh
Keempat faktor di atas dapat menunjang ataupun
menghambat kesehatan, sehingga dapat memudahkan atau
menyulitkan timbulnya sehat-sakit, dan juga faktor-faktor tersebut
saling mempengaruhi.

C. Hubungan Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan


1. Aspek Sosial Budaya Dalam Kehamilan
Menurut [ CITATION Tho15 \l 1057 ] adanya hubungan aspek
sosial dalam kehamilan, dimana Aspek sosial budaya yang
mempengaruhi tingkat pengetahuan akan kesehatan dimasa kehamilan
dan kelahiran, seperti kepercayaan akan adanya pantangan dan anjuran
selama masa kehamilan dan menjelang kelahiran. Selain itu dijumpai
juga kepercayaan terhadap adanya pengaruh roh halus yang datang dan
mengganggu ibu hamil pada saat melahirkan. Hal ini terjadi karena
adanya perbuatan atau tindakan yang tidak sesuai dengan kepatuhan
kepada pikukeh karuhun yang menjadi pedoman hidup orang baduy.

8
Bentuk dari pengaruh roh halus tersebut dapat berupa peristiwa yang
disebut dengan kaliwara, kabadi, kasantap, atau katulah.
2. Aspek Sosial Budaya Dalam Kesehatan Reproduksi
Menurut [ CITATION Pin16 \l 1057 ] adanya hubungan aspek
sosial dalam kesehatan reproduksi Berbagai penelitian tentang
kesehatan reproduksi perempuan menunjukkan bahwa faktor medis
dan faktor non-medis seperti ekonomi, kemiskinan, politik, sosial,
budaya dan lingkungan saling menguatkan. Bahkan dalam beberapa
kasus ditemukan bahwa faktor non-medis seperti kondisi kemiskinan
dan belenggu adat seringkali lebih menonjol. Dengan demikian, sudah
selayaknya apabila faktor-faktor non-medis mendapat perhatian yang
sama pentingnya dengan faktor medis.
Permasalahan sosial dan budaya yang berpengaruh terhadap
kesehatan reproduksi perempuan perlu terus menerus diuraikan, dikaji,
dipetakan, dengan harapan agar dapat dimanfaatkan sebagai
rekomendasi bagi kebijakan dan program pembangunan bidang
kesehatan maupun bidang pembangunan pemberdayaan perempuan
dan pembangunan manusia.
3. Aspek sosial budaya terhadap psychososial
Menurut [ CITATION Ele13 \l 1057 ] ada hubungan antara kedua
efek ketergantungan modal sosial pada sosial ekonomi ketidaksetaraan
dalam kesehatan, meskipun studi yang menilai interaksi ini terbatas
jumlahnya. Lebih banyak bukti diperlukan, karena hipotesis yang
diidentifikasi memiliki implikasi untuk masyarakat dan untuk tindakan
pada penyebab struktural ketidaksetaraan sosial. Temuan penelitian
menunjukkan bahwa modal sosial berkaitan ketidaksetaraan
sosioekonomi dalam kesehatan. Faktor ini harus dipertimbangkan
dalam merancang strategi baru untuk meningkatkan keserataan sosial
ekonomi dalam kesehatan. Penelitian terbaru tentang ketidaksetaraan
kesehatan menggambarkan pentingnya psikososial faktor kesehatan
untuk studi yang lebih mendalam tentang jalur psikososial tertentu
yang terlibat. Modal sosial adalah konsep yang menangkap baik fungsi
penyangga lingkungan sosial pada kesehatan, maupun potensi efek
negatif yang timbul dari ketidaksetaraan sosial dan pengecualian.

9
Tinjauan sistematis ini menilai bukti saat ini, dan mengidentifikasi
kesenjangan dalam pengetahuan, pada asosiasi dan interaksi antara
modal sosial dan sosioekonomi ketidaksetaraan dalam kesehatan.
4. Aspek Sosial Budaya Terhadap Status Sosial Kesehatan
Menurut (Factors & Health, 2015.) untuk mencapai kesetaraan
kesehatan, penting untuk mengatasi determinan sosial kesehatan, yang
membutuhkan kemajuan dalam pendidikan, perawatan anak,
perumahan, bisnis, hukum, media, perencanaan masyarakat,
transportasi dan pertanian. Untuk mengatasi faktor-faktor penentu
sosial kesehatan penduduk, Komite Penasihat Sekretaris Departemen
Kesehatan dan Layanan Manusia pada Tujuan Promosi dan
Pencegahan Penyakit Kesehatan Nasional untuk tahun 2020 telah
merekomendasikan untuk menggunakan kesehatan dalam semua
pendekatan kebijakan - yang komprehensif pendekatan di mana semua
bagian dari pemerintah bekerja menuju tujuan bersama untuk
mencapai kesehatan yang lebih baik untuk semua dan mengurangi
kesenjangan kesehatan.
Ketimpangan sosial ini juga mempengaruhi akses ke perawatan
kesehatan yang tepat waktu dan berkualitas serta pemanfaatannya,
yang menyebabkan ketidakadilan dalam promosi kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan dan pemulihan dari penyakit dan
kelangsungan hidup. Struktur sosial yang rumit, terintegrasi dan
tumpang tindih serta sistem ekonomi yang mempengaruhi kesehatan
populasi disebut sebagai determinan sosial kesehatan.
5. Aspek Sosial Budaya Terhadap Perilaku Kesehatan
Menurut [ CITATION SYY17 \l 1057 ] Selama ini pembangunan
kesehatan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan sakit, yang
lebih mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan. Karena pendekatan ini tidak memberikan manfaat bagi
sebagian besar masyarakat dan tidak sesuai dengan perkembangan
yang ada, maka pendekatan pembangunan kesehatan berubah kearah
pendekatan yang berorientasi sehat, yang lebih mengutamakan upaya
pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengesampingkan upaya penyembuhan dan rehabilitasi.

10
Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat
adalah perilaku kesehatan masyarakat itu sendiri. Dimana proses
terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya adalah faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam
dan terinternalisasi dalam kehidupan dan kegiatan masayarakat ada
kecenderungan untuk merubah perilaku yang telah terbentuk tersebut
sulit untuk dilakukan.
Untuk mendapatkan gambaran perilaku kesehatan masyarakat Kota
Padang, memahami dan mengetahui faktor sosial budaya yang
mempengaruhi perilaku kesehatan masyarakat serta peran pemerintah
dalam pembangunan kesehatan, dilakukan suatu kajian mengenai teori
dan konsep perilaku dari perilaku kesehatan seperti yang dikemukakan
oleh ahlinya yaitu Parsons, Romans, Skinner dan Green.
Berdasarkan teori tersebut dan melihat fenomena di lapangan maka
perilaku kesehatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi perilaku
terhadap sakit dan penyakit, perilaku yang berkait dengan respon
terhadap pelayanan kesehatan, perilaku yang berkaitan dengan respon
terhadap gizi makanan dan perilaku yang berkaitan dengan
lingkungan.
6. Aspek Sosial Budaya Terhadap Kehamilan, Persalinan dan Nifas
Menurut[ CITATION Sri14 \l 1057 ] sebagai makhluk biologi
manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi dan sebagai
makhluk sosio budaya manusia dipelajari dalam anthropologi budaya,
yaitu tentang seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan
akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan
berdasarkan pengalamannya. Kebudayanan manusia menganalisis
masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia dan memberi
wawasan bahwa hanya manusialah yang mampu berkebudayaan.
Pantangan yang hubungannya dengan asosiatif atau adat
memantang yang berhubungan dengan pantangan perbuatan atas dasar
keyakinan sifat ghoib, karena terdapat sejmlah pantangan perbuatan
yang melarang wanita hamil dan suaminya melakkan hal-al tertentu
yang secara ghoib diaggap dapat berakibat buruk bagi beyi mereka,
sebagai contoh di Kemantan Kabupaten Kebalai. Seorang wanita hamil

11
pantang masuk hutan karena akan diintai harimau, pantang keluar
waktu maghrib akan menyebabkan beranak hantu, panting menjalin
rambut bila keluar rumah akan menyebabkan leher bayi terlilit tali
pusatnya sendiri, pantang duduk di tanah atau di batu, akan terjadi
ketuban bumi/sulit melahirkan, pantang bernadzar yang hebat-hebat
karena kelak air liur bayinya akan meleleh terus.
Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses
yang semata-mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, karena
pada saat itu, dari rahim sang ibu keluar pula unsur-unsur yang
biasanya dikategorikan sebagai unsur kotor, seperti darah, air ketuban,
tali pusat dan plasenta. Dari segi budaya, pengetian”kotor”tidak selalu
mengacu pada arti harfiahnya, namun kotor dalam arti “duniawi”,
sebagai lawan dari sifat sakral, suci dan ghoib.
7. Aspek Sosial Budaya Terhadap Orientasi Masyarakat Dalam Berobat
Menurut[CITATION luk13 \l 1057 ] sebagai makhluk biologi
manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi dan sebagai
makhluk sosio budaya manusia dipelajari dalam anthropologi budaya,
yaitu tentang seluruh cara hidup manusia, bagaimana manusia dengan
akal budinya dan struktur fisiknya dapat mengubah lingkungan
berdasarkan pengalamannya.Kebudayanan manusia menganalisis
masalah-masalah hidup sosial-kebudayaan manusia dan memberi
wawasan bahwa hanya manusialah yang mampu berkebudayaan.
Pantangan yang hubungannya dengan asosiatif atau adat
memantang yang berhubungan dengan pantangan perbuatan atas dasar
keyakinan sifat ghoib, karena terdapat sejmlah pantangan perbuatan
yang melarang wanita hamil dan suaminya melakkan hal-al tertentu
yang secara ghoib diaggap dapat berakibat buruk bagi beyi mereka,
sebagai contoh di Kemantan Kabupaten Kebalai.Seorang wanita hamil
pantang masuk hutan karena akan diintai harimau, pantang keluar
waktu maghrib akan menyebabkan beranak hantu, panting menjalin
rambut bila keluar rumah akan menyebabkan leher bayi terlilit tali
pusatnya sendiri, pantang duduk di tanah atau di batu, akan terjadi
ketuban bumi/sulit melahirkan, pantang bernadzar yang hebat-hebat
karena kelak air liur bayinya akan meleleh terus.

12
Dari segi budaya, melahirkan tidak hanya merupakan suatu proses
yang semata-mata berkenaan dengan lahirnya sang bayi saja, karena
pada saat itu, dari rahim sang ibu keluar pula unsur-unsur yang
biasanya dikategorikan sebagai unsur kotor, seperti darah, air ketuban,
tali pusat dan plasenta. Dari segi budaya, pengetian”kotor”tidak selalu
mengacu pada arti harfiahnya, namun kotor dalam arti “duniawi”,
sebagai lawan dari sifat sakral, suci dan ghoib. Karena itu kebudayaan
menetapkan bahwa proses mengeluarkan unsur-unsur yang kotor atau
keduniawian harus dilangsungkan di tempat yang sesuai untuk
keperluan itu.disini dijlaskan bahwa pandangan masyarakat tentang
wilayah bersih yang tidak boleh dikotori, sedangkan melahirkan adalah
proses membuang nsur-unsur yang kotor, sehingga pilihan melahirkan
ditetapkan di dapur sebagai wilayah kotor.
8. Aspek Sosial Kesehatan
Studi aspek sosial kesehatan, itu adalah sosiologi kesehatan dan
penyakit dan sosiologi tubuh yang paling sering ditarik. Karena
disiplin sosiologi mendukung sosiologi kesehatan dan penyakit, bagian
ini dimulai dengan gambaran umum tentang subjek ini.
Sosiologi adalah studi sistematis dari dunia sosial manusia atau
masyarakat manusia, dalam hal ini mempelajari manusia di dunia
sosial. Meskipun melihat individu sebagai sangat signifikan, sosiologi
berbeda dari psikologi karena menolak penjelasan apa pun yang hanya
berfokus pada 'individu', atau berpendapat bahwa individu adalah
otonom, dan menantang asumsi bahwa perilaku sosial dapat direduksi
menjadi studi tentang individu sendirian.
Sosiologi menambah dan melengkapi pengetahuan melalui
berbagai perspektif dalam tiga cara.
1. Dengan memberi kita pemahaman baru tentang masyarakat.
Sosiologi mencoba memahami bagaimana dunia sosial "bekerja" -
apa yang terjadi dalam masyarakat dan perubahan dalam
masyarakat
2. Dengan memberikan kami bukti dan penjelasan dari berbagai aspek
luas dari dunia sosial manusia kita. Misalnya, bagaimana
masyarakat bekerja dalam hal apa yang dilakukan oleh lembaga

13
yang berbeda dan bagaimana mereka berfungsi bersama. Sosiologi
juga dapat menjelaskan tindakan individu dan kelompok, dan pola
kesamaan dan perbedaan antara orang-orang dalam satu
masyarakat dan antara masyarakat.
3. Dengan menawarkan penjelasan yang berbeda dari subjek lain.
Penjelasan sosiologis selalu melihat melampaui individu untuk
memperhitungkan penyebab sosial yang lebih luas dari perilaku
individu.
Pola kesehatan dan penyakit dalam kaitannya dengan struktur
sosial yang lebih luas;
1. awam persepsi kesehatan dan penyakit;
2. pengalaman kesehatan dan penyakit;
3. bagaimana kondisi tertentu dapat dianggap sebagai penyakit atau
penyakit;
4. globalisasi dan kesehatan;
5. organisasi sosial kesehatan formal dan informal;
6. analisis pengetahuan medis dan kekuatan profesional;
7. Interaksi lay-profesional dalam perawatan kesehatan;
8. aspek sosial dan budaya tubuh.

Dalam mengeksplorasi isu-isu ini, sosiologi kesehatan dan penyakit


mengadopsi pendekatan eklektik dalam hal ini mencakup disiplin lain,
seperti epidemiologi, kesehatan masyarakat, kebijakan sosial dan
psikologi. Ini juga menggunakan banyak perspektif sosiologis yang
mapan dalam penjelasannya. Hal ini pada gilirannya telah mengarah
pada pengembangan sub-disiplin sosiologi tubuh, yang menggunakan
perspektif sosiologis untuk memberikan wawasan teoretis ke dalam
aspek-aspek sosial utama dari tubuh (Williams 2003; Twigg 2006). Ini
termasuk:

1. dampak pengaruh lingkungan, sosial, politik dan budaya pada tubuh;


2. cara tubuh dibentuk oleh wacana dominan;
3. pengalaman hidup sehat dan sakit.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Aspek sosial budaya dalam perilaku kesehatan timbul ketika
kalangan medis mulai mengarah ke “community medicine”, mencangkup
kesehatan mental, kesehatan fisik, dan kesehatan sosial. Tujuan
pembangunan sosial memberikan kesempatan pada masyarakat untuk
hidup wajar mental, fisik, dan sosial menuntut peran ilmu sosial yang lebih
besar untuk ikut memecahkan masalah kesehatan.
Upaya kesehatan memuat usaha-usaha terencana untuk merubah
tingkah laku individu, kelompok, dan masyarakat. Salah satu upaya yang
dilakukan adalah melalui pendidikan.
Tujuan pendidikan kesehatan adalah merubah perilaku ke arah
yang menguntungkan kesehatan. Perilaku adalah aktivitas manusia yang
dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati yang resultante antara
faktor internal dan eksternal dari fisik, psikis, sosial individu. Perilaku
merupakan fungsi dari sikap, norma, kebiasaan, dan harapan individu yang
berupa tindakan nyata yang dapat diamati indera bahkan dapat dipelajari
dan merupakan tindak lanjut pengetahuan, sikap, dan niat seseorang
terhadap suatu obyek.

B. Saran

Melalui makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan


wawasan pembaca mengenai proses adaptasi psikologi pada bayi dan anak
sesuai tahap perkembangannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adnani, H. (2013). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Yogyakarta : Muha Medika.


Yogyakarta: Muha Medika.

Eleonora P Uphoff, K. E. (2013). A Systemic Reviewer Of The Reletaionship


Between Social Capital And Socioeconomic Inaqualties In Health. Journal
Internasional Social.

Hermien Nugraheni, T. W. (2018). Kesehatan Masyarakat Dalam Determinan


Sosial Budaya. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Saptandari, P. (2016). Kesehatan Reproduksi . Jurnal Kesehatan.

Soekanto, S. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rajagrafindo


Perkasa.

SY, Y. W. (2017). Faktor Sosial Budaya Yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan


Masyarakat. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

Thomasita, S. (2015). Aspek Sosial Budaya Yang Mempengeruhi Kematian Ibu


Akibat Perdarahan Pada Masa Kehamilan Dan kelahiran. Jurnal
Kesehatan Masyarakat , 42-45.

16

Anda mungkin juga menyukai