Anda di halaman 1dari 19

CRITICAL REVIEW JURNAL

ARAHAN PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN LAMONGAN


BERDASARKAN SEKTOR UNGGULAN (Studi Kasus: Sektor Pertanian)

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Wilayah

Dosen Pengampu:
Ajeng Nugrahaning Dewanti, S.T., M.T., M.SC
Anggit Suko Rahajeng, S.T., M.T

Disusun Oleh :
Sartika Yosepin Naibaho (08161075)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI KALIMANTAN
BALIKPAPAN
2019
A. Deskripsi Issue Pokok
Laporan ini membahas secara khusus dan memberikan review mendalam mengenai
sektor pertanian sebagai sektor ekonomi unggulan di Kawasan Agropolitan Kabupaten
Lamongan. Kajian yang akan dilakukan menggunakan referensi jurnal dengan judul Arahan
Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan yang disusun
oleh Dewi Karina Yuda dan Prananda Navitas. Jurnal ini diterbitkan dalam Jurnal Teknik
POMITS Volume 3 No. 2 Tahun 2014. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam, dilakukan komparasi antara jurnal dengan Kebijakan dan Program Unggulan
GEMERLAP (Program Gerakan Membangun Ekonomi Rakyat Lamongan Berbasis Pedesaan)
sebagai bentuk arahan pengembangan yang telah disusun oleh pemerintah. Melalui
komparasi tersebut, laporan ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
kesesuaian kebijakan terhadap sektor unggulan sebagai basis arahan pengembangan
ekonomi agropolitan.
Kabupaten Lamongan merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi
Jawa Timur dengan luas wilayah mencapai 181.280 Ha, dimana penggunaan lahan
didominasi oleh lahan sektor pertanian. Jumlah penduduk Kabupaten Lamongan pada tahun
2011 mencapai 1.305.925 jiwa. Sumberdaya manusia berdasarkan mata pencaharian yang
mendominasi adalah sektor pertanian yaitu sebesar 55,84 persen. Melihat data PDRB
(harga konstan), penyumbang PDRB terbesar dari tahun 2007-2011 disumbang oleh sektor
pertanian dengan nilai rata-rata 51 persen dari total PDRB Kabupaten Lamongan. Sektor
pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam struktur perekonomian Kabupaten
Lamongan dan sektor pertanian merupakan sektor basis utama pada Kabupaten ini. Dalam
sumber lain, disebutkan pula bahwa potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Lamongan secara
lokal berbeda di bagian utara dengan bagian selatan Kabupaten Lamongan, sehingga
menyebabkan terjadinya kesenjangan fokus pembangunan serta tidak meratanya
pertumbuhan ekonomi pada lingkup Kabupaten (Ayudya, 2014).
Pembangunan wilayah utara dipacu melalui peningkatan sarana tempat
perdagangan, industri, perikanan, wisata dan pembangunan beberapa pelabuhan antarpulau
maupun pelabuhan internasional. Sedangkan pembangunan wilayah selatan dipacu melalui
kegiatan pertanian, dan sektor pertanian menjadi komoditas tertinggi dalam pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Lamongan dalam beberapa tahun terakhir. Melalui potensi komoditas
pertanian yang dimiliki oleh Kabupaten Lamongan, maka Pemerintah Daerah Kabupaten
Lamongan telah menyusun strategi pengembangan kawasan agropolitan yang saat ini telah
berlangsung dan diimplementasikan melalui program-program pengembangan salah satunya
melalui Program GEMERLAP. Untuk itu penulis ingin mengetahui ketepatan pemeritah dalam
menyusun kebijakan sesuai dengan potensi lokal yang dimiliki oleh Kabupaten Lamongan.
Sehingga kebijakan yang tepat sasaran nantinya dapat memberikan kontribusi yang baik
bagi perkembangan ekonomi dan pembangunan di Kabupaten Lamongan.

B. Critical Review
1. Analisa Kecamatan Unggulan
Pada Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Berdasarkan Sektor
Unggulan, penulis jurnal mengidentifikasi terlebih dulu kecamatan mana saja di Kabupaten
Lamongan yang b ergerak di sektor pertanian (sektor unggulan) menggunakan empat tahap
analisis yaitu analisis LQ, DLQ, Shift Share, dan tipologi klassen. Perhitungan LQ digunakan
untuk mengetahui apakah sektor pertanian merupakan sektor basis atau non basis serta
untuk menentukan kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Jika LQ>1
maka sektor tersebut merupakan sektor basis, sedangkan LQ<1 maka bukan termasuk
sektor non basis. Setelah memasukkan variabel yang sesuai dengan rumus, diketahui bahwa
terdapat 11 dari 27 kecamatan yang mempunyai sektor basis pertanian. Hasil analisa LQ
dapat dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 1. Hasil Analisa LQ
Pertanian
Kecamatan
2007 2008 2009 2010 2011 Rata-rata
Sukorame 0.90 0.91 0.91 0.93 0.93 0,91
Bluluk 1.43 1.45 1.45 1.47 1.54 1.47
Ngimbang 1.10 1.10 1.13 1.08 1.08 1.11
Sambeng 1.16 1.17 1.16 1.14 1.14 1.16
Mantup 0.98 0.97 0.99 0.99 0.95 0.97
Kembangbahu 0.98 1.00 1.02 1.02 0.99 1.00
Sugio 1.06 1.07 1.07 1.08 1.03 1.06
Kedungpiring 0.88 0.92 0.90 0.90 0.77 0.87
Modo 1.09 1.11 1.08 1.08 1.02 1.07
Babat 0.38 0.37 0.38 0.37 0.32 0.36
Pucuk 1.02 1.02 1.00 1.00 1.01 1.01
Sukodadi 0.89 0.88 0.90 0.90 084 0.88
Lamongan 0.31 0.31 0.31 0.31 0.27 0.30
Tikung 1.02 1.04 1.03 1.04 0.98 1.02
Sarirejo 1.17 1.17 1.18 1.18 1.13 1.16
Deket 0.89 0.88 0.88 0.88 0.81 0.87
Glagah 0.86 0.85 0.87 0.87 0.87 0.86
Karangbinangun 0.98 0.96 0.94 0.94 0.91 0.94
Turi 0.99 0.97 0.98 0.98 0.93 0.97
Kalitengah 0.69 0.68 0.66 0.65 0.71 0.68
Karanggeneg 0.90 0.90 0.88 0.88 0.92 0.90
Sekaran 0.92 0.90 0.92 0.92 0.98 0.92
Maduran 0.84 0.81 0.84 0.83 0.78 0.82
Laren 0.92 0.90 0.92 0.92 0.91 0.91
Solokuro 1.03 1.03 1.04 1.04 1.03 1.03
Paciran 0.35 0.37 0.40 0.39 0.45 0.39
Brondong 1.66 1.68 1.69 1.72 1.79 1.71
Sumber : Hakim, 2014.
Setelah melakukan analisa LQ dan mendapatkan 11 kecamatan dengan sektor basis
pertanian, dilakukan analisa DLQ untuk mengetahui kecamatan yang merupakan sektor
basis pertanian pada masa yang akan datang (dengan menggunakan data laju pertumbuhan
Kabupaten Lamongan dan laju pertumbuhan 27 Kecamatan yang ada di Kabupaten
Lamongan pada tahun 2007-2011). Berikut merupakan hasil perhitungan DLQ yang telah
diolah oleh penulis jurnal.
Tabel 2. Hasil Analisa DLQ
Pertanian
Kecamatan Rata-rata Potensi sector basisi pertanian saat ini hingga masa
Rata-rata LQ
DLQ mendatang
Sukorame 0,91 6.02
Bluluk 1.47 7.10 V
Ngimbang 1.11 2.22 V
Sambeng 1.16 2.03 V
Mantup 0.97 2.17
Kembangbahu 1.00 4.05 V
Sugio 1.06 2.23 V
Kedungpiring 0.87 -0.08
Modo 1.07 -0.05
Babat 0.36 0.65
Pucuk 1.01 4.83 V
Sukodadi 0.88 2.10
Lamongan 0.30 1.41
Tikung 1.02 -087 V
Sarirejo 1.16 -1.84 V
Deket 0.87 -1.93
Glagah 0.86 5.07 V
Karangbinangun 0.94 0.87
Turi 0.97 1.04
Kalitengah 0.68 6.60
Karanggeneg 0.90 6.26
Sekaran 0.92 6.89
Maduran 0.82 1.25
Laren 0.91 4.52
Solokuro 1.03 4.18 V
Paciran 0.39 10.84
Brondong 1.71 6.61 V
Sumber : Hakim, 2014
Selanjurnya perhitungan Shift Share dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan
sektor pertanian di tiap kecamatan, cepat dan lambatnya pertumbuhan, serta kemajuan dan
kemundurannya. Hasil perhitungan Shift Share menunjukkan bahwa dari 27 Kecamatan,
terdapat 10 kecamatan yang mempunyai keunggulan dan daya saing, untuk 17 kecamatan
lainnya tidak mempunyai keunggulan komparatif atau tidak dapat bersaing. Sedangkan jika
melihat pergeseran bersih, hanya 2 kecamatan yang sektor pertaniannya mengalami
kemajuan atau progresif yaitu Kecamatan Sekaran dan Kecamatan Paciran.
Untuk mendapatkan kecamatan-kecamatan yang berpotensi, dilakukan Analisa
tipologi klassen bertujuan untuk menentukan prioritas sektor. Berikut merupakan kuadran
hasil Tipologi Klassen.

Gambar 1. Hasil Tipologi Klassen


Terdapat 11 kecamatan yang menempati sektor potensial pertanian (sejalan dengan
Kecamatan Ngimbang dan Brondong yang telah ditetapkan sebagai kawasan agropolitan
dan minapolitan). Untuk ke 14 kecamatan sisanya menempati sector pertanian yang
terbelakang. Sehingga penulisjurnal memfokuskan penelitian kepada dua kecamatan
potensial tersebut.
2. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perlambatan Pertumbuhan
Sektor Unggulan
Setelah mengetahui dua kecamatan yang memiliki sektor potensial pertanian yaiu
Kecamatan Ngimbang dan Kecamatan Brondong, penulis jurnal kemudian mencari faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan sektor unggulan. Tahap ini
dilakukan melalui Analisa Delphi. Sebelum menyebarkan kuisioner, penulis telah
mengumpulkan variabel-variabel yang dapat dijadikan faktor melalui kajian literatur yang
telah disintesakan. Selanjutnya kuisioner dibagikan kepada responden, dan pemilihan
responden dilakukan dengan Purposive Sampling . Terdapat 1 variabel baru yang muncul
sehingga penulis melakukan iterasi hingga variabel-variabel yang telah ditentukan mencapai
konsensus dari seluruh responden. Melalui analisa ini disimpulkan bahwa terdapat 12 faktor
yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan sektor unggulan pertanian yaitu
lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, modal/biaya, jumlah permintaan, jumlah
bahan baku, jaringan telekomunikasi, jaringan irigasi, jaringan listrik, alat/mesin, kebijakan,
dan perubahan cuaca.
3. Arahan Pengembangan dan Kesesuaiannya terhadap Kebijakan Program
Unggulan Pemerintah
Dari 12 faktor yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan sektor
unggulan pertanian, penulis jurnal kemudian menyusun arahan berdasarkan ke 12 faktor
tersebut. Arahan-arahan yang disusun akan dijelaskan bersama dengan komparasinya
terhadap program unggulan pemerintah. Jurnal yang diambil sebagai referensi pada laporan
ini, mewakili studi dari sudut pandang akademisi mengenai rekomendasi arahan
pengembangan ekonomi sektor pertanian sebagai sektor unggulan. Dan Kebijakan Program
Unggulan GEMERLAP oleh Pemerintah Kabupaten Lamongan mewakili implementasi arahan
pengembangan ekonomi sektor pertanian sebagai sektor unggulan dari sudut pandang
stakeholder pemerintahan. Dengan begitu dapat diketahui apakah terdapat kesesuaian
program pemerintah dengan analisa sektor unggulan dan penyusunan arahan
pengembangan yang telah dilakukan pada jurnal.
Tabel 3. Komparasi Analisa Sektor Unggulan dan Arahan Pengembangannya terhadap Program Unggulan Pemerintah
No. Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten Lamongan Kebijakan dan Program Keterangan
Berdasarkan Sektor Unggulan berdasarkan Sudut Pandang Pengembangan GEMERLAP
Akademisi (Jurnal) (Booklet Teknis Program
GEMERLAP)
1. Faktor lahan - Arahan Kecamatan Ngimbang yaitu optimalisasi Belum terdapat kebijakan
area pertanian melalui usaha intensifikasi lahan; perluasan pemerintah yang memfasilitasi
area pertanian dengan merubah penggunaan lahan non faktor lahan sebagai salah satu
produktif dan memperhatikan pola penggunaan lahan optimal; strategi pengembangan.
dan mempertahankan fungsi kawasan pertanian yang sudah
ada. - Arahan Kecamatan Brondong yaitu pengoptimalan area
tambak sebagai lahan usaha perikanan; menyediakan tanah
disertai lahan pengganti untuk pengelolaan kawasan sekitar
pantura dalam bentuk kerjasama; meningkatkan budidaya
perikanan darat melalui pengembangan secara intensifikasi;
dan pengembangan diversifikasi usaha perikanan on farm.
2. Faktor jumlah tenaga kerja Mengadakan pelatihan dengan Pelaksanaan Pendirian klinik Sudah terdapat kebijakan
metode yang lebih modern untuk meningkatkan kualitas dan UMKM, dengan tujuan : 1. pemerintah yang memfasilitasi
kuantitas tenaga kerja baik sebagai tenaga ahli maupun tenaga Pelayanan informasi tentang info faktorjumlah tenaga kerja sebagai
pendukung; dan pembukaan supporting industri melalui promosi pameran, info notaris salah satu strategi
diversifikasi produk di sektor pertanian. dan info hak merk dan HAKI, info pengembangan.
Pelaksanaan permodalan dari perbankan dan
koperasi; 2. Pelayanan advokasi
seperti pendirian badan usaha,
diskusi solusi kasus, monitoring
dan pendampingan,
pengembangan kemitraan usaha
produk; 3. Pelayanan konsultasi
kualitas yaitu pelatihan
manajemen, pelatihan kualitas
produk
3. Faktor jumlah produksi - Arahan Kecamatan Ngimbang yaitu Melalui Program Peningkatan Sudah terdapat kebijakan
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi melalui Mutu Intensifikasi (PMI) Padi, pemerintah yang memfasilitasi
modernisasi teknologi pertanian; mengembangan kawasan Jagung dan Tebu. Tujuan faktor jumlah produksi sebagai
perkebunan dilakukan dengan mengembalikan fungsi dilaksanakannya kegiatan PMI salah satu strategi
perkebunan sesuai dengan jenis tanaman perkebunan; dan padi, jagung dan tebu adalah Pengembangan
meningkatkan produksi dengan memberi pupuk dan pestisida, sebagai berikut : a. Menyediakan
menjaga kelestarian hewan ternak, serta mencegah modal guna kegiatan usaha tani
penebangan. - Arahan Kecamatan Brondong yaitu pertanian; b. Mendukung
pemeliharaan dan peningkatan mulai sektor hulu hingga hilir penerapan pemupukan
berbasis perikanan sehingga membuka lapangan kerja baru berimbang, penggunaan pupuk
dan pembudidayaan bibit ikan sehingga tidak bergantung pada organik; c. Meningkatkan
supplier bibit; dan meningkatkan pemanfaatan potensi yang produktivitas pertanian d.
terdapat di kawasan pesisir khususnya perikanan tangkap Memperbaiki sifat fisik dan kimia
secara ramah lingkungan akan mendorong keberlanjutan tanah; e. Meningkatkan
dalam jangka panjang. pendapatan dan kesejahteraan
petani melalui peningkatan
produksi padi sebesar 2.5% - 5%,
peningkatan produksi jagung
sebesar 5%, peningkatan
produksi tebu tahun 2011
152.403 ton meningkat di tahun
2012 menjadi 217.713 ton, serta
menerapkan pemupukan
berimbang dan pemakaian benih
unggul bersetifikasi sebagai
bagian dari paket pinjaman
4. Faktor jumlah permintaan Meningkatkan jumlah produksi lokal.
5. Faktor modal/ biaya Memberikan bantuan kredit lunak jangka Dalam rangka akselerasi program Sudah terdapat kebijakan
panjang; dan penyediaan alat-alat pertanian den pemberdayaan UMKM, pemerintah yang memfasilitasi
Pemerintah Kabupaten Lamongan faktor modal/biaya sebagai salah
telah mengalokasikan anggaran satu strategi pengembangan.
bantuan modal yang bersumber
dari APBD
6. Faktor jumlah bahan baku Menciptakan industri yang khusus Belum terdapat kebijakan
bergerak dibidang penyediaan bahan baku; dan rekayasa pemerintah yang memfasilitasi
genetika dengan mengawinkan silang jenis tanaman ataupun faktor jumlah bahan baku sebagai
hewan tertentu sehingga menjadi varietas baru yang lebih salah satu strategi
unggul. pengembangan.

7. Faktor jaringan telekomunikasi Pemeliharaan dan peningkatan Belum terdapat kebijakan


pelayanan menara BTS. pemerintah yang memfasilitasi
faktor jaringan telekomunikasi
sebagai salah satu strategi
pengembangan.
8. Faktor jaringan irigasi - Arahan Kecamatan Ngimbang yaitu Belum terdapat kebijakan
pembuatan sumur-sumur resapan maupun sumur bor untuk pemerintah yang memfasilitasi
mengantisipasi ketika terjadi kelangkaan air pengairan; faktor jaringan irigasi sebagai
meningkatkan kapasitas penampungan air pada wadukwaduk salah satu strategi
pertanian desa; mengelola air bersih melalui pemanfaatan pengembangan.
sumber air dari DAS Bengawan Solo; dan melindungi sumber
air dan daerah resapan air untuk menunjang kegiatan
pertanian. - Arahan Kecamatan Brondong yaitu memberikan
jarak minimal antara IPAL dengan saluran irigasi; dan
pembuatan jaringan irigasi tertutup. - Arahan Kecamatan
Ngimbang dan Kecamatan Brondong yaitu melibatkan pihak
swasta dalam kegiatan pengelolaan air bersih.
9. Faktor jaringan listrik Penambahan dan perbaikan sistem Belum terdapat kebijakan
jaringan lisrik; dan pembangunan dan penambahan gardu- pemerintah yang memfasilitasi
gardu listrik (khusus Kecamatan Ngimbang akan didirikan faktor lahan sebagai salah satu
gardu induk PLN 500KV). strategi pengembangan.
Faktor alat/mesin - Arahan Kecamatan Ngimbang yaitu Pemerintah Kabupaten Lamongan Sudah terdapat kebijakan
meningkatkan atau memperbanyak alat bercocok tanam; dan memberikan bantuan kepada pemerintah yang memfasilitasi
memodernisasi teknologi pertanian supaya dapat meningkatkan kelompok tani sebanyak 293 faktor alat/mesin sebagai salah
kualitas dan kuantitas produksi. - Arahan Kecamatan Brondong handtraktor bagi 293 kelompok satu strategi pengembangan.
yaitu meningkatkan atau memperbanyak armada dan alat tani. Disamping itu kebutuhan
tangkap. - Arahan Kecamatan Ngimbang dan Kecamatan akan pompa air mencapai 5.859
Brondong yaitu pengadaan koperasi pinjaman atau unit dan sampai tahun 2010
menyewakan alat pertanian. jumlah pompa air yang tersedia
sebanyak 1.353 unit, sehingga
masih dibutuhkan pompa
sebanyak 4.506 unit dan pada
tahun 2011 dibantu oleh
Pemerintah Kabupaten Lamongan
sebanyak 111 unit bagi 111
kelompok tan
11. Faktor kebijakan Mensosialisasikan terkait peraturan, Belum terdapat kebijakan
kebijakan, dan strategi yang dibuat pemerintah sehingga pemerintah yang memfasilitasi
masyarakat Kabupaten Lamongan lebih memahami dan 15actor kebijakan sebagai salah
mengerti; dan merubah cara pendekatan seperti satu strategi pengembangan.
memperbanyak diskusi bersama untuk kemajuan atau 12
pelaksanaan sebuah program sehingga pemerintah lebih
mengenal karakteristik penduduk di kawasan tersebut dan
mengerti keinginan masyarakat.
12. Faktor perubahan cuaca Pemerintah memberikan penyuluhan- Belum terdapat kebijakan
penyuluhan terkait meminimalisir dampak dari perubahan pemerintah yang memfasilitasi
cuaca. faktor perubahan cuaca sebagai
salah satu strategi
pengembangan.
C. Kesimpulan Pembahasan Issue Pokok
Berdasarkan pembahasan jurnal yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal yaitu
sebagai berikut :
1. Penulis jurnal melakukan analisa kecamatan potensial melalui perhitungan LQ, DLQ,
Shift Share , dan Tipologi Klassen. Terdapat 11 kecamatan yang berpotensial di
sektor pertanian yang jika dikembangkan dengan baik dapat menjadi sektor
unggulan. Karena Kecamatan Ngimbang dan Kecamatan Brondong ditetapkan
sebagai kawasan agropolitan dan minapolitan, sehingga penelitian difokuskan pada 2
kecamatan tersebut untuk meningkatkan perekonomian agar lebih mengoptimalkan
apa yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
2. faktor yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan sektor unggulan
pertanian yaitu Lahan, jumlah tenaga kerja, jumlah produksi, modal/biaya, jumlah
permintaan, jumlah bahan baku, jaringan telekomunikasi, jaringan air bersih,
jaringan listrik, alat/mesin, kebijakan, dan perubahan cuaca.
3. Hasil komparasi menunjukkan bahwa tidak semua kebijakan program unggulan dari
pemerintah sudah mencakup seluruh faktor yang diteliti oleh penulis.

D. Lesson Learned
Pada jurnal sektor pertanian sebagai sektor ekonomi unggulan di Kawasan
Agropolitan Kabupaten Lamongan ini terdapat beberapa Lesson Learnd yang didapatkan,
yaitu, mengetahui kecamatan yang bergerak dalam sektor unggulan, khususnya sektor
pertanian, yang menggunakan alat analisis LQ, DLQ, Shift Share, dan Tipologi Klassen.
Location Quotient, untuk mengetahui apakah suatu sektor merupakan sektor basis atau non
basis dan untuk menentukan kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Jika
LQ>1 maka sektor basis, sedangkan LQ<1 maka sektor non basis. Dynamic Location
Quotient, untuk mencari sektor basis pada masa mendatang. Jika DLQ>1 maka suatu sektor
masih dapat diharapkan menjadi sektor basis pada masa mendatang, sedangkan DLQ<1
maka sektor tersebut tidak dapat diharapkan menjadi sektor basis pada masa mendatang.
Shift Share, untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah
dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar (regional atau nasional).
Tipologi Klassen, untuk menentukan prioritas sektor. Tipologi klassen dengan pendekatan
sektoral menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda.
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perlambatan pertumbuhan
sektor unggulan, khususnya sektor pertanian dengan menggunakan alat analisis delphi.
Delphi bertujuan untuk mendapatkan konsensus atau kesepakatan terhadap responden
terpilih yang memiliki pengaruh dan kepentingan yang sebelumnya telah melalui tahap
deskriptif berdasarkan fakta empiri atau teoritis.
Memahami dalam menentukan arahan pengembangan ekonomi berdasarkan sektor
unggulan, menggunakan alat analisis triangulasi. Triangulasi merupakan cara yang paling
umum digunakan bagi peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif. Pada dasarnya
pengertian dari triangulasi adalah untuk menarik kesimpulan yang mantap diperlukan tidak
hanya satu sudut pandang saja. Dalam penelitian ini sumber yang digunakan antara lain:
Faktor yang didapat dari analisis Delphi, Hasil wawancara dan kondisi eksisting yang ada,
dan Review kebijakan seputar pengembangan ekonomi sektor unggulan.
DAFTAR PUSTAKA
Yuda, Dwi Karina. Prananda Navitas. 2014. Arahan Pengembangan Ekonomi Kabupaten
Lamongan Berdasarkan Sektor Unggulan. Jurnal Teknik POMITS 3 (2) : 136 – 141.
Pemerintah Kabupaten Lamongan. 2013. Booklet Kebijakan dan Program Unggulan
GEMERLAP Kabupaten Lamongan. Kantor ketahanan pangan. Lamongan.

Anda mungkin juga menyukai