Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam pratikum ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah?
B. Tujuan Pratikum
Tujuan pratikum yang akan dibahas dalam pratikum ini adalah:
1. Mengamati pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
C. Hipotesis
H1 : terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
H0 : tidak terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah
D. Kajian Pustaka
Respirasi merupakan proses penting dalam organisme (termasuk
tumbuhan) yang menyediakan energi untuk pertumbuhan dan
pemeliharaan. Proses ini membutuhkan 25-75% karbohidrat yang
dihasilkan pada fotosintesis (bergantung pada kondisi lingkungan). Laju
respirasi lebih tinggi pada sel-sel yang meristematis yang membutuhkan
banyak energi terutama pada saat masih dalam tahap perkecambahan.
Perkecambahan
Perkecambahan biji dimulai saat terjadi proses penyerapan air oleh
biji diikuti dengan melunaknya kulit biji serta terjadinya hidrasi sitoplasma
dan peningkatan suplai oksigen sehingga menyebabkan peningkatan
respirasi dalam biji. Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit biji
permeabel terhadap air dan tersedia cukup air. Air juga merupakan sara
masuknya oksigen ke dalam biji. Suhu optimum untuk berlangsungnya
proses perkecambahan adalah 10-40C (Kartasapoetra, 2003).
Biji yang berkecambah belum memiliki kemampuan untuk
menyintesis cadangan makanan sendiri. Kebutuhan karbohidrat didapatkan
dari cadangan makanan (endosperma). Umumnya cadangan makanan pada
biji berupa amilum (pati). Pati tidak dapat ditransportasikan ke sel-sel lain,
oleh karena itu pati harus diubah terlebih dahulu kedalam bentuk gula
yang terlarut dalam air (Dwidjosoeputro, 1978).
Pertumbuhan perkecambahan terjadi karena adanya dua peristiwa
yaitu pembesaran sel yang telah ada sebelumnya dan pembentukan sel-sel
baru. Sel-sel baru terbentuk karena proses pembelahan sel yang terjadi
pada titik tumbuh radikula dan plumula. Saat pembesaran sel terjadi
proses-proses biokimia, transportasi air, gula, asam amino, dan perubahan
ion-ion organik menjadi protein, asam nukleat, polisakarida serta molekul-
molekul kompleks lainnya. Senyawa yang dihasilkan akan diubah menjadi
organela, dinding sel, membran sel dan lain-lain sampai terbentuk jaringan
dan organ. Agar dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan ATP yang
dihasilkan dari proses respirasi sel (Salisburry dan Ross, 1995).
Adapun kecambah yang sering digunakan dalam praktikum atau
percobaan yaitu kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus).
Berdasarkan Purwono dan Hartono (2005) tanaman kacang hijau
dalam taksonomi diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Leguminales
Familia : Leguminaceae
Genus : Phaseolus
Spesies : Phaseolus radiatus
Biji kacang hijau memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan dengan
biji kacang lainnya. Kebanyakan warna bijinya adalah hijau kusam atau
hijau mengkilap, namun ada juga yang berwarna kuning coklat atau
kehitaman cokelat (Andrianto dan Indarto, 2004).
Diketahui bahwa semua sel aktif senantiasa melakukan respirasi,
menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama, proses
keseluruhan merupakan reaksi oksidasi reduksi yaitu senyawa dioksidasi
menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi membentuk H2O.
Berikut pejelasan rincinya :
Respirasi
Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai
proses pertukaran gas di paru-paru. Tetapi secara biologis, pengertian
respirasi tidaklah demikian. Pernafasan lebih menunjuk kepada proses
pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh
untuk memperoleh energi atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang
paling utama adalah karbohidrat. Pembakaran membutuhkan oksigen (O2),
terjadai di dalam setiap sel yang hidup. Energi yang diperoleh berupa
energi kimia (ATP) yang digunakan untuk berbagai aktivitas fisiologi
dalam tubuh. Di samping itu, pembakaran menghasilkan pula zat sisa
berupa gas asam arang (CO2) dan air. Namun ada organisme yang tidak
melibatkan oksigen pada saat proses respirasi yang disebut dengan
organisme anaerob. Proses respirasi seperti itu disebut respirasi anaerob
(Suyitno, 2006).
Pada tumbuhan juga terjadi proses respirasi, dimana tumbuhan
menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap melalui daun
(stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi dengan
melibatkan oksigen. Sedangkan jika dalam keadaan anaerob atau kurang
oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada akar
yang tergenang air. Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat
gula (glukosa) secara sempurna, sehingga menghasilkan energi jauh lebih
besar (36 ATP) daripada respirasi anaerob (2 ATP saja) (Suyitno, 2006).
Proses respirasi yang terjadi ‘pada tumbuhan, umumnya terjadi
pada malam hari dan terjadi dibagian mitokondria. Oksigen yang diserap,
digunakan untuk mengoksidasi senyawa hasil fotosintesis dan hasilnya
berupa energi, gas CO2 serta air. energi yang dihasilkan berguna untuk
menstimulasi sel untuk pertumbuhan, terkadang bila kondisi temperature
rendah, maka energi yang berupa panas akan dibuang ke dalam atmosfer
(Simbolon, 1989).
Adapun persamaan reaksi kimia yang terjadi yaitu :
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi
Telah disebutkan bahwa respirasi dibedakan atas dua macam yaitu
resporasi anaerob dan respirasi aerob, berikut penjelasannya :
a. Respirasi Anaerob
Respirasi anaerob dapat berlangsung di dalam udara yang bebas,
tetapi prose ini tidak menggunakan O2 yang tersedia di dalam udara itu.
Respirasi anaerob juga lazim disebut fermentasi, meskipun tidak semua
fermentasi itu anaerob. Tujuan fermentasi sama dengan tujuan respirasi
yaitu untuk memperoleh energi. Energi yang didapat melalui fermentasi
lebih sedikit dengan respirasi biasa. Terjadinya fermentasi ini biasanya
pada mikroorganisme-mikroorganisme, namun pada tumbuhan tingkat
tinggi respirasi anaerob juga dapat terjadi.
Pada umumnya, respirasi anaerob pada jaringan-jaringan dalam
tubuh tanaman tinggi, hanya terjadi jika persediaan oksigen bebas ada
di bawah minimum. Tiap tumbuhan mempunyai cara masing-masing
dalam kondisi seperti itu. Misalnya pada kecambah jagung yang tidak
dapat mempertahankan hidupnya di dalam suatu tempat yang tidak ada
oksigen sama sekali, sedngkan buah-buah apel dan peer dapat bertahan
berbulan-bulan di dalam penyimpanan, dimana hanya ada hidrogen dan
nitrogen saja. Buah-buahan tersebut secara terus menerus menghasilkan
CO2 (Suyitno, 2006).
Selain itu pada tanaman yang biasa tumbuh di darat, penggenangan
dalam air yang agak lama merupakan suatu ancaman bagi kehidupannya.
Respiasi aerob menjadi terhenti sama sekali sedangkan respirasi anaerob
tidak mungkin mencukupi energi yang dibutuhkan tanaman tersebut.
Akumulasi dari hasil respirasi lama-kelamaan juga akan menjadi racun
bagi tanaman-tanaman tersebut. sebaliknya pada tanaman air, respirasi
aerob dapat berlangsung terus menerus karena adanya pembuluh-
pembuluh hawa yang merupakan aerenkin, jadi meskipun selalu berada
di dalam air, tanaman tersebut tidak perlu melakukan pernapasan
anaerob, kecuali jika keadaan tertentu yaitu minim oksigen. Sehingga
pada umumnya, dapat dikatakan bahwa jaringan ataupun
mikroorganisme yang dapat melangsungkan respirasi anaerob itu lebih
mengutamakan respirasi aeron jika ada kesempatan, sebab dengan
respirasi aerob dapat diperoleh lebih banyak energi daripada respirasi
anaerob (Pantastico, 1986).
b. Respirasi Aerob
Respirasi pada tumbuhan pada dasarnya sama dengan hewan,
namun juga ada kekhasannya. Proses respirasi pada dasarnya adalah
proses pembongkaran zat makanan sumber energi (umumnya glukosa)
untuk memperoleh energi kimia berupa ATP. Namun demikian, zat
sumber energi tidak selalu siap dalam bentuk glukosa, melainkan masih
dalam bentuk cadangan makanan, yaitu berupa sukrosa atau amilum
pada tumbuhan. Karena itu zat tersebut harus terlebih dahulu di bongkar
secara hidrolitik. Demikian pula pada hewan, bila zat cadangan makanan
yang hendak dibongkar adalah lipida (lemak) atau protein (Wilkins,
1993). Proses pembongkaran ( degradasi ) yaitu sebagai berikut:
E. Variabel Penelitian
Variabel Manipulasi (Variabel Yang Dibedakan)
a. Perbedaan Suhu: Kecambah pada suhu ruang 32oC dan pada
suhu inkubator 35C.
Variabel Kontrol (Variabel Yang Disamakan)
Variabel Respon :
3 erlenmeyer Kecambah
3 erlenmeyer Kecambah
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.18125
0.2
0.1
0
Suhu Ruang (32˚C) Inkubator (32˚C)
Suhu (˚C)
M. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh suhu terhadap kecepatn respirasi
pada kecambah. Kenaikan suhu seiring dengan peninngkatan kecepatan
resiprasi. Sehingga semakin tinggi suhu maka kecepatan respirasi
meningkat dan sebaliknya semakin rendah suhu maka kecepatan respirasi
menjadi menurun.
N. Daftar Pustaka
Andrianto, T.T. dan N. Indarto, 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani
Kedelai, Kacang Hijau, Kacang Panjang, Absolut, Yogyakarta.
Dwidjoseputro. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT.
Gramedia Jakarta.
Kartasapoetra, A.G., 2003. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan
Tuntunan Praktikum. Cetakan keempat. Rineka Cipta. Jakarta.
Meyer,. Anderson. 1952. Fisiologi Tanaman. New York : New York D.
Van Nostrans Company
Pantastico, B. 1986. Fisiologi Pasca Panen. Penanganan dan Pemanfaatan
Buahbuahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika.
Terjemahan oleh : Kamariyani. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta
Purwono dan R. Hartono, 2005. Kacang Hijau. Penebar Swadaya, Jakarta.
Salisbury, F.B. & Ross, C.W. 1992. Plant Physiology. California:
Wadswovth Publishing Co.
Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Jakarta: Erlangga.
Suyitno, Al. 2006. Respirasi Tumbuhan. Yogyakarta : Universitas Negeri
Yogyatakrta Press Biologi FMIPA.
Wilkins, M.B. 1993. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT. Bumi Angkasa.
O. Lampiran
Kecepatan respirasi kecambah pada suhu ruang 32⁰C
Keterangan Vol HCl :
Erlenmeyer A dengan kecambah = 0,85 mL HCl
Erlenmeyer B dengan kecambah = 0,7 mL HCl
Erlenmeyer Kontrol tanpa kecambah = 1,5 mL HCl
a. Erlenmeyer A
30
Vol NaOH yang tidak terikat = x 0,85 mL = 5,1 mL
5
b. Erlenmeyer B
30
Vol NaOH yang tidak terikat = x 0,7 mL = 4,2 mL
5
c. Erlenmeyer Kontrol
30
Vol NaOH yang tidak terikat = x 1,5 mL = 9 mL
5
24,9 𝑚𝐿 + 25,8 𝑚𝐿
Vol CO2 Respirasi = – 21 mL
2
= 25,35 mL – 21 mL = 4,35 mL
e. Erlenmeyer B
30
Vol NaOH yang tidak terikat = x 0,65 mL = 3,9 mL
5
f. Erlenmeyer Kontrol
30
Vol NaOH yang tidak terikat = x 1,75 mL = 10,5 mL
5
25,5 𝑚𝐿 + 26,1 𝑚𝐿
Vol CO2 Respirasi = – 19,5 mL
2
= 38,55 mL – 19,5 mL = 19,05 mL
Vol CO2 Respirasi 19,05 𝑚𝐿
Keceptan respirasi = = = 0,79375 mL/jam
24 𝑗𝑎𝑚 24 𝑗𝑎𝑚
Gambar Keterangan
Kecambah ditimbanh
seberat 5 gram dengan
menggunakan timbangan
Kecambah dibungkus
dengan menggunakan kain
kassa
3 tabung Erlenmeyer yang
akan dimasukkan kedalam
inkubator dengan suhu 35oC
selama 24 jam
Penambahan BaCl2
sebanyak 2,5 ml
Penambahan indikator PP
sehingga warna menjadi
merah muda
Dititrasi dengan
menggunakan HCl hingga
warna merah muda hilang
Erlenmenyer A suhu
inkubator
Erlenmenyer B suhu
inkubator