Advokasi Promosi Kesehatan
Advokasi Promosi Kesehatan
PENDAHULUAN
Mikronutrien (zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam
jumlah sedikit, namun mempunyai peran yang sangat penting dalam
pembentukan hormon, aktivitas enzim serta mengatur fungsi sistem imun dan
sistem reproduksi. Yang termasuk mikronutrien adalah vitamin (baik yang larut
air maupun larut lemak) dan mineral. Mineral dibagi menjadi dua kelompok yaitu
makromineral dan mikromineral. Makromineral adalah mineral yang dibutuhkan
tubuh sebanyak minimal 100 mg per hari (contoh: kalsium, fosfor), sedangkan
mikromineral (trace elements) adalah mineral yang dibutuhkan tubuh dalam
jumlah kurang dari 100 mg per hari (contoh: seng, besi). Adapula mikromineral
dibutuhkan dalam jumlah hanya beberapa mikrogram per hari, seperti cuprum
dan molibdenum. Mikronutrien diperoleh dari luar tubuh seperti dari makanan
atau suplemen, karena tubuh tidak mampu memproduksinya dalam jumlah yang
cukup sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kelompok yang paling mudah mengalami kekurangan zat gizi mikro adalah
ibu hamil, ibu menyusui dan anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Hal ini
disebabkan karena mereka membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah
yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok lainnnya. Di samping itu,
kelompok ini juga sangat mudah mengalami akibat yang merugikan dari
kekurangan zat gizi mikro. Bagi ibu hamil, kekurangan zat gizi mikro dapat
meningkatkan resiko kematian ibu saat melahirkan, melahirkan bayi berat badan
kurang (low birth weight) Bagi ibu menyusui, status zat gizi mikronya akan
menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi yang disusuinya,
terutama pada usia 6 bulan pertama setelah bayi lahir. Sedangkan bagi anak-
anak kecil, kekurangan zat gizi mikro dapat meningkatkan resiko kematian yang
disebabkan karena penyakit menular dan dapat menyebabkan gangguan fisik
dan perkembangan mental anak.
Salah satu indikator kesehatan pada anak usia di bawah lima tahun (balita)
dapat dilihat dari status gizi. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur,
berat badan (BB), tinggi badan (TB). Pemantauan status gizi balitadapat dilihat
daritiga indikator antropometri, yaitu : Berat Badan menurut Umur (BB/U), Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U) dan Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB).
Jumlah anak usia dibawah dua tahun (0-23 bulan) di kota Surabaya tahun
2015 adalah 86.313 anak dan dari jumlah tersebut yang melakukan
penimbangan (81,17%). Hasil penimbangan tersebut menunjukkan balita yang
berada di bawah garis merah (BGM) adalah 513 balita (0,7%).Sedangkan anak
usia bawah lima tahun (balita) yang ada 217.873 anak dan yang melakukan
penimbangan sebesar 81,11%. Hasil penimbangan tersebut menunjukkan balita
yang berada di bawah garis merah (BGM) adalah 1.304 balita (0,74%) (Tabel 2).
Sedangkan balita yang mempunyai status gizi buruk di kota Surabaya tahun
2015 ada 282 orang dengan rincian jenis kelamin laki-laki 127 orang dan
perempuan 155 orang. Dari 282 balita gizi buruk yang ditemukan semuanya
telah ditangani 100% ( Tabel 1).
PEMBAHASAN
Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa masih terdapat balita yang
mengalami status gizi buruk di kota Surabaya. Seperti yang kita ketahui bahwa gizi
buruk (stunting) memiliki hubungan pada pertumbuhan dan perkembangan gigi,
sehingga pada balita yang memiliki status gizi buruk juga mempunyai keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan pada pembentukan benih gigi. Sehingga perlu
adanya action untuk masalah tersebut.
RENCANA KERJA
A. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan program peningkatan status gizi
balita selama 30 menit, diharapkan sasaran dapat mengerti pentingnya
peran seorang ibu dalam meningkatkan gizi balita sehingga dapat
berdampak optimal pada pertumbuhan dan perkembangan gigi pada
balita.
Tujuan Khusus
1. Menjelaskan tentang pentingnya gizi yang baik pada balita
2. Menjelaskan tentang pentingnya peran ibu dalam upaya
meningkatkan gizi balita
3. Menjelaskan beberapa hal yang menyebabkan keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan gigi pada balita yang memiliki
status gizi yang buruk
4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keterlambatan
pertumbuhan dan perkembangan gigi pada balita yang memiliki
status gizi buruk
5. Menjelaskan bagaimana untuk mencegah balita dengan status gizi
buruk
6. Menjelaskan manfaat gizi yang baik pada balita
C. Teknik
Lobi
Menyampaikan issue tentang status gizi buruk (stunting) serta
hubungan tentang pertumbuhan dan perkembangan gigi pada balita
kepada pihak pejabat (kecamatan/desa) maupun tokoh
masyarakat/tokoh adat/tokoh agama
Presentasi
Mempresentasikan serta menyampaikan informasi/issue kepada
sasaran advokasi guna memahami permasalahan dan tertarik untuk
menanggulangi masalah tersebut.
Tanya Jawab
Memfasilitasi sasaran advokasi untuk bertanya mengenai topik/issue
sehingga dapat membuka wawasan sasaran advokasi mengenai issue
tersebut.
D. Media
Laptop dan LCD (Power Point)
Video
E. Sistem Koordinasi
F. Bagan Sasaran
Toma/
Kepala Kepala Kader Ibu-Ibu/
Kecamatan Desa Todat/
Posyandu Ibu Hamil
Toga
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya program peningkatan status gizi pada balita ini diharapkan
sasaran dapat memahami pentingnya gizi yang baik bagi balita sehingga
pertumbuhan dan perkembangan benih gigi pada balita dapat optimal serta
meningkatkan peran ibu kepada anak dalam proses tumbuh kembang anak.
3.2 Saran