Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………..………..………..….i

DAFTAR ISI……………………………..….…………………..ii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang……….………………….………………...1

1.2.Tujuan….………………………………………………….1

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………….……………………..2

BAB III. MATERI & METODE ………………………………...5

BAB IV. HASIL & PEMBAHASAN ……………………………7

BAB V. KESIMPULAN & SARAN…………………………….11

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………12
BAB I

A. PENDAHULUAN

Kekurangan hijauan segar sebagai pakan ternak sudah lama dirasakan oleh
peternak di Indonesia. Seringkali peternak menanggulinya dengan cara memberikan
pakan seadanya yang diperoleh dengan mudah dari lingkungan di sekitarnya. Pemberian
pakan ternak yang seadanya sangat mempengaruhi produktivitas ternak, terlihat dari
lambatnya pertumbuhan atau minimnya peningkatan berat badan bahkan sampai
mengalami sakit. Pembuatan silase dan amoniasi merupakan salah satu car yang sangat
berguna untuk tetap menggunakan materi tanaman dengan kualitas nutrisi yang tinggi
sebagai pakan ternak di sepanjang waktu, tidak hanya untuk musim kemarau (ohmomo
etal., 2002a). pengawetan hijauan seperti amoniasi dan silase di harapkan dapat
mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar terutama pada musim kemarau yang
selanjutnya dapat memperbaiki produktivitas ternak.

Produktivitas ternak merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitasnya.


Ketersediaan pakan dipengaruhi oleh beberapa factor diantaranya suhu harian, iklim, dan
ketersediaan air tanah. Factor tersebut sangat mempengaruhi ketersediaan hijauan pakan
ternak yang diharapkan kontinyusepanjang tahun (Ridwan dan Widyastuti, 2001).

B. TUJUAN

 Untuk mengetahui bagaimana prinsip pembuatan silase


 Untuk dapat memanfaatkan hijauan pada saat kelebihan produksi hijauan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SILASE

1. Pengertian Silase
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang diproses dari bahan baku yang
berupa tanaman hijauan, limbah industry pertanian, serta bahan pakan alami
lainnya, dengan jumlah kadar atau kandungan air pada tingkat tertentu kemudian
di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara, yang biasa
disebutdengan silo, selama sekitar tiga minggu.

2. Prinsip Dasar Fermentasi Silase


Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara silase fermentasi adalah sebagai
berikut :

 Respirasi
Sebelum sel-sel dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen,
maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energy yang
dibutuhkan dalam aktifitas normalnya. Respires ini merupakan konversi
karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung,
beberapa saat setelah bahan dimasukan dalam silo. Namun respirasi ini
mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga waktunya
harus sangat dibatasi. Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku
silase dapat mengurangi kadar karbohidrat yang pada akhirnya bias
menggagalkan proses fermentasi. Pengurangan kadar oksigen yang berada
di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yang
disebut dengan silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi
ini.
 Fermentasi
Setelah kadar oksigen habis, maka proses fermentasi dimulai. Fermentas
adalah menurunkan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat
hidup dan berfungsi di dalam silo. Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh
lactic acid yang dihasilkan oleh bakteri Lactobacillus. Lactobacillus ini
sendiri sudah berada di dalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan
berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini
akan mengonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan
menhgeluarkan lactic acid. Bakteri ini akan terus memproduksi lactic acid
dan menurunkan kadar pH didalam bahan baku silase. Sampai pada tahap
kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini
beraktivitas. Sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada
lagi perubahan yang terjadi, keadaan ini lah yang di sebut keadaan
berfermentasi, di mana bahaqn baku berada dalam keadaan tetap, yang
disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase dapat di
simpan bertahun tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya.

 Bakteri closetridia
Bqkteri ini juga sudah beredar pada hijauan atau bahan baku silase
lainnya, saat mereka dimasukan kedalam silo. bakteri ini mengonsumsi
karbohidrat, protein, dan lactic acid sebagai sumber energi mereka
kemudian mengeluarkan butyric acid, dimana butyric acid bias
dasosiasikan dengan pembusukan silase keadaan yang menyuburkan
tumbuhnya bakteri clousetridia adalah kurangnya kadar karbohidrat untuk
proses fermentasi. Yang biasanya disebabkan oleh : kehujanan pada saat
pemecahan bahan baku silase, peruses respirasi yang terlalu
lama,terlalubanyak nya kadar air diladal bahan baku,dan juga kekurahan
jumblah bakteri lactobacillus. Itulah sebabnya kadang diperlukan
penggunakan bahan tambahan atau aditive.
 Syarat hijauan
Segala jenis tumbuhan dan hijauan serta biji-bijian yang di sukai oleh
ternak, terutama yang mengandung karbohidrat.

 Bahan tambahan
Pemberian bahan tambahan tidak langsung ialah dengan memberikan
tambhan bahan bahan yang mengandung karbohidrat yang siap di absorpsi
oleh mikroba, antara lain mikroba dengan dedek halus.

 Kriteria Silase Yang Baik


Berdasarkan informasi dari (kartadisastra,2004) bahwa temperature yang
baik untuk silase berkisar 270oC hingga 350oC. Pada temperature tersebut,
kualitas silase yang di hasilkan sangat baik. Kualitas tersebut dapat di
ketahui secara organolleptik, yaitu : mempunyai tekstur segar, berwarna
kehijau-hijauan, tidak berbau busuk, tidak berjamur, tidak menggumpal.
BAB III

MATERI DAN METODE

Praktikum pembuatan silase 1 dilaksanakan pada tanggal 11 juli 2018, praktikum ini
dilaksanakan di kebun fakultas peternakan UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA
Purwokerto.

Dalam pembuatan silase ini, bahan tanaman yang digunakan adalah rumput setaria.
Rumput setaria ini merupakan tanaman yang mempunyai kualitas yang baik untuk hijauan
pakan, yang bernutrisi tinggi, yang disukai ternak, mengandung banyak karbohidrat sedhingga
bias dikatakan bahwa rumput yang digunakian cocok untuk pembuatan silase seperti yang
disebutkan pada literature, bahwa syarat hijauan yang dibuat silase adalah segala jenis tumbuhan
untuk hijauan yang disukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak mengandung
karbohidratnya. Selain hijauan, diberikan bahan tambahan berupa dedak halus 10% dari jumlah
rumput.

Praktikum ini dilakukan untuk memperoleh data suhu dan pH. Jumlah rumput yang
digunakan yaitu masing-masing 1,5kg. untuk memperoleh pH yang akurat, dibuat kemasan silase
kecil-kecil sebanyak yang dibutuhkan. Sehingga untuk satu kassli pengamatan silase diambil satu
kemasan dan begitu seterusnya sampai hari berikutnya. pH dan suhu ini diukur setiap hari selama
yang dibutuhkan. Yang biasanya kami lakukan pada siang hari atau pada waktu istirahat atau
pulang perkuliahan yaitu sekitar jam 13.00.

Parameter yang diukur sebagai kualitas silase yang baik adalah suhu, pH, dan
karakteristik silase yang dihasilkan. Suhu diukur menggunakan thermometer pada kemasan
silase kemudian diikat. Sedangkan pH diukur dengan menggunakan pH meter. Pembuatan silase
ini, dilakukan sesuai dengaan aturan dosen.
Langkah kerjanya sebagai berikut :

1. Mempersiapkan alat dan bahan.


2. Pakan hijauan atau rumput setaria dipotong-potong dengan golok atau bendo kurang
lebihnya berukuran 3-5cm. untuk memudahkan dalam pemadatan dan mempercepat
mencapai kondisi hampa udara
3. Penambahan dedak dengan cara dicampurkan pada hijauan yang telah dipotong secara
merata, sebelum dicampurkan dedak merupakan starter untuk merangsang perkembangan
bakteri asam laktat.
4. Setelah pencampuran bahan dimasukan kedalam silo yang terbuat dari seng kemudian
dipadatkan dan kantung plastikdiikat seerat mungkin agar oksigen dan air tidak dapat
masuk (berada pada suasana anaerob).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Tabel hasil pengamatan silase :

HARI SUHU PH
5 27 6
8 27,5 5
11 28 5
15 27 5

Karakteristik silase yang dihasilkan :


1. Berbau wangi atau berbau asam
2. Sedikit berjamur pda permukaan
3. Berwarna hijau kekuningan
4. Teksturnya lembut apabila diremas tidak mudah rapuh

Rumput Setaria :
 Produksi musim hujan bulan Desember 3 kuadran = 1,5kg/m²
 Produksi musim kemarau bulan Juli 1 kuadran = 0,5 kg/m²
 Bulan musim hujan =7
 Bulan musim kemarau =5
 Umur defoliasi musim hujan = 30
 Umur defoliasi musim kemarau = 50
produksi MH × BMH × 30 produksi MK ×BMK ×30
Produksi =( )+( )
umur defoliasi umur defoliasi

1,5 × 7 ×30 0,5 × 5 ×30


=( 30
)+ ( 50
)

315 75
= ( 30 ) + (50)

= 10,5 + 1,5

= 12 kg/m²/thn

1 Ha = 120.000 kg/Ha/thn

= 120 ton/Ha/thn

 1 UT = 40kg/hari
= 360× 40
= 14.400kg/thn
= 14,4 ton/thn

120
 Untuk menampung 1 UT = 14,4

= 8 ekor

 Kebutuhan dedak 10% dari produksi


1. Produksi = 0,5 kg + 1 kg
= 1,5 kg

2. Dedak = 10%

10
= 100 × 1,5

= 0,15 % kg

B. Pembahasan
1. Silase
Pemeriksaat suhu dari grafik diatas terlihat jelas bahwa terjadi peringatan suhu
sampai hari ke-6 atau suhu 27˚c. hal ini disebabkan karena adanya proses respirasi
tanaman didalam silo kaleng. Akhtifias sel tanaman tidak segera terhenti setelah
dipanen, sel meneruskan respirasi selama masih cukup tersedia hidrat dan
oksigen.

Oksigen dibutuhan untuk proses respirasi yang menghasilkan energy untuk


fungsi sel. Karbohidrat di oksidasi oleh tanaman dengan adanya oksigen menjadi
karbondioksida, air (H2O) dan panas.

Panas yang dihasilkan selama proses respirasi tidak dapat segera hilang,
sehingga temperature silase dapat menigkat. Peningkatan temperature dapat
mempengaruhi kecepatan reaksi dan merusak enzim (Mc Donald dkk. 1999).
Enzim merupakan perotein yang akan mengalami denaturasi pada temparatur
tinggi.
Peningkatan temperatur juga dapat mempengaruhi struktur silase misalnya
perubahan warna silase menjadi gelap (Vansoest, 1994). Peningkatan temparatur
silase dapat di batasi dengan pemanenan tanaman dengan kadar air yang tepat dan
meningkatkan kepadatan silase. Sedangkan pada hari ke-7 dan seterusnya
menunjukan bahwa aktifitas bakteri menurun yang di tunjukan dengan terjadi nya
penurunan suhu.

Pemeriksaan pH, dari data hasil pengamatan tersebut bahwa menunjukan


penurunan pH menjadi yang pada awalnya pH pada pemeriksaan pertama.
Menurut literature yang kami peroleh bahwa penurunan kadar pH ini di lakukan
oleh lacid acid yang di hasilkan oleh bakteri lactobaallus.

Lactobacillus itu sendiri sudah berada di dalam bahan baku silase, dan dia akan
tumbuh berkembang dengan sangat cepat sampai

bahan baku terfermentasi. Bakteri ini akan mengonsumsi karbohidrat untuk


kebutuhan energinya dan mengeluarkan lactic acid. PH menunjukan penurunan
kembali pada hari ke-6 yaitu menjadi 4. Dari penurunan PH ini dapat diketahui
bahwa bakteri lactic acid di produksi semakin banyak. Menurut (Toni,2008).
Bahwa bakteri ini akan terus memproduksi lactic acid dan menurunkan kadar PH
didalam bahan baku silase. Sampai pada tahap kadar PH yang rendah, dimana
tidak lagi berada pada keadaan stagnan, atau tidak ada lagi perubahan yang
terjadi, sehingga bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan ini
lah yang disebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam
keadaan tetap, yang disebut dengan menjadi awet. Pada keadaan ini maka silase
dapat disimpan bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
 Perinsip pembuatan silase adalah menjaga suasana anaerob, dan asam waktu
singkat.

 Penambahan ureabyang berfungsi sebagai ikatan-ikatan lignin, selulosa, silica


merupakan factor penyebab rendah nya daya cerna jerami.

B. Saran
Didalam membuat silase perlu memperhatikan prinsip pembuatan supaya menghasilkan
silase yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

http://tonysapi.multiply.com/journal/item/18,

http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publikasi/jitv/jtv123-5pdf

http://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/prinsip-pembuatan-silase.pdf

http://library.usu.ac.id/download/fp/ternak-Nevy.pdf

Anda mungkin juga menyukai