Oleh:
I Made Bram Sarjana,S.IP.,M.Par.,M.Sc
Analis Kebijakan Ahli Muda
Badan Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Badung
RINGKASAN EKSEKUTIF
Revolusi Industri 4.0 dipicu oleh revolusi teknologi digital. Konsekuensi dari
RI 4.0 antara lain adalah kehidupan yang semakin berbasis digital (the internet of
things), terbentuknya mega data digital (big data), serta industri yang dikendalikan
oleh teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) sehingga mengurangi peran
manusia. Satu kata yang menggambarkan kehidupan di era RI 4.0 ini adalah
disrupsi, yaitu perubahan yang amat mendasar, hingga tercabut dari akarnya 1.
Disrupsi menjangkau seluruh perikehidupan, baik sektor swasta maupun sektor
publik termasuk di dalamnya Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kabupaten
Badung selaku motor penggerak sektor publik di Kabupaten Badung. Pertanyaan
selanjutnya adalah apakah ASN Badung telah menyadari dan siap menghadapi
fenomena disrupsi yang dibawa oleh Revolusi Industri 4.0?
PENDAHULUAN
1
Makna disrupsi berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia.
https://www.kbbi.web.id/disrupsi
1
penemuan teknologi mesin uap. Selanjutnya industri revolusi 2.0 terjadi pada awal
abad kedua puluh yang antara lain dipicu oleh penemuan teknologi listrik.
Selanjutnya dunia memasuki era revolusi industri 3.0 pada sekitar tahun
1970-an, yang dipicu oleh teknologi komputer dan jaringan. Penemuan ini kian
membuka jalan menuju terwujudnya revolusi digital. Revolusi yang didorong oleh
proses industrialisasi di berbagai sektor ini terus bergulir sehingga dunia saat ini
telah berada di era revolusi industri 4.0 yang dibangun oleh kemajuan teknologi
digital dan kecerdasan buatan. Deskripsi fase revolusi yang terjadi sejak revolusi
industri 1.0 hingga 4.0 sebagai berikut.
Gambar 1
Tahapan Revolusi Industri 4.02
Era revolusi industri 4.0 dicirikan oleh the internet of things, segalanya yang
serba berbasis internet. Dari membeli makanan, pakaian, tiket pesawat, belajar,
mencari teman bahkan jodoh, berbasis pada teknologi internet. Dunia menjadi kian
terhubung seolah tanpa batas. Dunia juga seolah menjadi semakin kecil karena
dengan mudah dapat diakses melalui sebuah telepon. Kemajuan teknologi digital
menyuburkan tumbuhnya para wirausahawan teknologi (technopreneur) yang
membangun bisnis rintisan (start up) di seluruh belahan dunia. Indonesia memiliki
Go-Jek, yang dirintis tahun 2010 oleh Nadiem Makarim, lulusan Harvard Business
School yang awalnya hanya untuk pemesan ojek secara online. Kini jasa layanan
2
Sumber gambar: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Industry_4.0_NoText.png
2
Go-Jek telah amat beragam seperti pengantaran makanan, beli tiket bioskop,
pembelian pulsa telpon. Kemajuan pesat Go-Jek membuatnya menjadi unicorn di
Indonesia. Perusahaan start up lainya milik anak negeri adalah bukalapak,
tokopedia, dan bukaloka, startup buatan Aditya Santana, generasi muda Bali.
Teknologi digital ini benar-benar merevolusi cara berbisnis dan membuka peluang
besar bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menjual barangnya.
Pengusaha tidak perlu bingung dan mengeluarkan modal amat besar untuk
membuka kantor atau toko karena produknya bisa dipasarkan secara daring
(online).
Kondisi lebih drastis yang terjadi sebagai akibat revolusi industri 4.0 tidak
semata perubahan cara berwirausaha, namun juga perubahan gaya hidup bahkan
pola pikir manusia. Gaya hidup yang dimaksud adalah semakin terikatnya manusia
dengan gawai dan internet, semakin konsumtif karena begitu banyak produk
ditawarkan setiap saat tanpa perlu uang tunai. Perubahan pola pikir akibat era ini
adalah nyaris hilangnya batas-batas ruang privat dan ruang publik. Semuanya
menjadi serba instan, serba cepat, dengan produk-produk baru muncul setiap.
Demikian mudahnya saat ini seseorang dalam mengumbar masalah pribadinya ke
ruang publik melalui internet sehingga menjadi konsumsi publik.
Lalu apa konsekwensi revolusi industri bagi pemerintah dalam hal ini
Aparatur Sipil Negara (ASN) di Kabupaten Badung? Revolusi industri 4.0 tentu saja
turut berdampak pada sektor pemerintahan selaku penyedia layanan publik.
Masyarakat mengharapkan layanan yang semakin mudah diakses bahkan bila
memungkinkan dapat diakses melalui gawai, direspons dengan cepat sehingga
efektif dan efisien. Masyarakat di era ini juga tidak segan-segan lagi mengajukan
keluhan, atau memviralkan pendapat maupun keluhannya atas suatu layanan
publik melalui media sosial seperti facebook, Instagram, twitter atau youtube.
Dengan demikian dalam hitungan detik seluruh dunia dapat mengetahui apa yang
terjadi di suatu tempat. Dampaknya pun tidak kalah dahsyatnya karena dapat
memunculkan suatu gerakan sosial. Dengan demikian tentulah menjadi amat besar
tantangan yang dihadapi ASN Badung di era revolusi industri 4.0.
3
DESKRIPSI MASALAH
4
dikembangkan dan digunakan dengan benar. Oleh sebab itu agar ASN Badung tidak
gagap, diperlukan suatu peta jalan dan direktif yang tegas dan jelas agar teknologi
yang ada dimanfaatkan dengan baik dan mendorong pengembangan kompetensi
ASN Kabupaten Badung.
REKOMENDASI
5
maupun dalam menyediakan alternatif-alternatif kebijakan bagi
pembuat kebijakan.
3. Merevitalisasi dan mengoptimalkan pemanfaatan Sistem Informasi
Kepegawaian Kabupaten Badung sebagai basis pengembangan organisasi,
kompetensi ASN Kabupaten Badung. Seluruh dokumen dan rekam jejak
ASN Kabupaten Badung terdapat dalam sistem ini, sehingga saat
diperlukan Badan Kepegawaian dan Pengembangan SDM Kabupaten
Badung dapat dengan cepat dapat melakukan pemetaan kompetensi ASN
termasuk menyediakan data yang diperlukan pembuat kebijakan dalam
rangka pengembangan karir ASN.
DAFTAR PUSTAKA