Anda di halaman 1dari 13

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR

PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA


Ela Tri Anjarsari1, Wisnu Widyantoro2, Deni Irawan3
1
Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi
2,3
Program Profesi Ners, Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi
email:oominyu@gmail.com

Abstrak

Kebanyakan lansia mengalami penurunan pada tahap III dan IV non REM,
dimana lansia lebih banyak terbangun di malam hari daripada tidur dimalam hari
dan lebih banyak tidur di siang hari. Begitu juga lansia yang ada di unit pelayanan
sosial lanjut usia Purbo Yuwono lebih dari 50 lansia mengalami penurunan
kualitas tidur. Kecemasan menyebabkan kesulitan memulai tidur, masuk tidur
memerlukan waktu 60 menit, timbulnya mimpi yang menakutkan dan mengalami
kesukaran bangun pagi hari, dan bangun dipagi hari merasa kurang segar. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas
tidur pada lansia. Jenis penelitian adalah korelasional dengan pendekatan cross
sectional. Populasi adalah lansia yang dirawat di Unit Pelayanan Lanjut Usia
Purbo Yuwono Brebes berjumlah 80 lansia. Teknik sampel adalah purposive
sampling berjumlah 40 lansia. Analisis data menggunakan chi square. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada lansia di Unit Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Purbo Yuwono Brebes sebagian besar adalah sedang dan
ringan masing-masing 40%, kualitas tidur pada lansia buruk (67,5%). Kesimpulan
penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara hubungan tingkat kecemasan
dengan kualitas tidur pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia Purbo
Yuwono Brebes (x2 hitung 16,353 dan p value 0,0001 < α 0,05).

Kata Kunci: Kecemasan, Kualitas tidur, lansia

68
Pendahuluan organ, timbulnya penyakit dan
Meningkatnya jumlah lansia dapat menurunnya ADL.
dipandang sebagai aset nasional, Proses menua merupakan proses
namun di sisi lain dapat dipandang alami yang disertai adanya
sebagai problematika sosial yang penurunan kondisi fisik dengan
memerlukan perhatian khusus yang terlihat adanya penurunan fungsi
disebabkan karena adanya siklus organ tubuh. Peningkatan usia
kehidupan manusia yang terus seseorang akan disertai dengan
menerus mengalami proses penuaan berbagai kemunduran baik fisik,
secara biologis. Kondisi tersebut psikis dan sosial. Kemunduran
menimbulkan berbagai masalah, psikologis yang sering di jumpai oleh
yaitu menurunnya kemampuan fisik lansia antara lain perasan tidak
dan mental, keterbatasan interaksi berguna, mudah sedih, susah tidur di
sosial, menurunnya produktifitas malam hari, stres, depresi, ansietas,
kerja, masalah kesehatan yang dimensia, dan delirium.
signifikan (Potter & Perry 2005). Selama ini kualitas tidur lansia di
Berbagai masalah kesehatan yang Indonesi banyak yang mengalami
dihadapi usia lanjut adalah penurunan. Tidur yang normal terdiri
kurangnya bergerak (immobilisasi), atas komponen gerakan mata cepat
kepikunan yang berat (dementia), (rapid eye movement, REM) dan non
serta buang air kecil atau buang air REM. Kebanyakan lansia mengalami
besar (inkontinensia), asupan penurunan kualitas tidur, dimana
makanan dan minuman yang kurang, lansia lebih banyak terbangun di
lecet dan borok pada tubuh akibat malam hari daripada tidur dimalam
berbaring yang lama (decubitus), hari dan lebih banyak tidur di siang
patah tulang dan lain-lain (Siburian, hari. Sebuah penelitian dari
2006). Permasalahan yang dihadapi Epidemologi Catchment Area (ECA)
usia lanjut apabila tidak segera di Amerika Serikat ditemukan 25%
diatasi akan menimbulkan beberapa lansia mengalami kecemasan yang
akibat, seperti gangguan system disebabkan oleh gangguan tidur
(Supriyanti dkk, 2005). Ancoli –
69
Israel dalam sebuah survey yang adalah 9 jam, berkurang menjadi 8
dilakukan di Amerika Serikat yang jam pada usia 20 tahun, tujuh jam
dikutip oleh Maas (2011) pada usia 40 tahun, enam setengah
mengemukakan bahwa dalam survey jam pada usia 60 tahun, dan enam
yang dilakukan pada 428 lansia yang jam pada usia 80 tahun. Kualitas
tinggal di masyarakat, sebanyak 19% tidur pada kelompok usia lanjut
mengaku bahwa mereka sangat cenderung mengalami penurunan,
mengalami kesulitan tidur, 24% pada usia 65 tahun mereka yang
mengalami kesulitan tidur setidaknya tinggal di rumah setengahnya
satu kali dalam seminggu, dan 39% diperkirakan mengalami penurunan
mengalami mengantuk yang kualitas tidur dan dua pertiga dari
berlebihan di siang hari. Hasil mereka yang tinggal di tempat
penelitian yang dilakukan di Balai perawatan usia lanjut juga
rehabilitasi sosial Mandiri Semarang mengalami penurunan kualitas tidur.
menunjukan bahwa 29 responden Mereka cenderung susah tidur karena
(29,9%) memiliki kualitas tidur baik mereka terlalu banyak memikirkan
dan 68 responden (70,1%) memiliki hal – hal yang meresahkan fikiran.
kualitas tidur buruk atau jelek, dapat Pada usia lanjut tersebut tentunya
disimpulkan bahwa secara ingin merasakan tidur enak dan
keseluruhan lansia di Balai nyaman setiap hari, yang merupakan
Rehabilitasi Sosial Mandiri indicator kebahagiaan dan derajat
Semarang memiliki kualitas tidur kualitas hidup. Sedangkan penurunan
buruk (Khusnul & Wahyu, 2012, kualitas tidur dianggap sebagai
p.189). bentuk paling ringan dari gangguan
Bertambahnya usia dapat mental (Dewi, 2013).
menurunkan periode tidur. Kualitas tidur yang baik sangatlah
Kelompok usia lanjut cenderung dibutuhkan oleh setiap manusia baik
lebih mudah bangun dari tidurnya. pada usia muda atau lanjut usia
Kebutuhan tidur akan berkurang sekalipun. Kualitas tidur adalah suatu
dengan berlanjutnya usia. Pada usia gambaran atau keadaan yang
12 tahun kebutuhan untuk tidur dirasakan oleh seseorang ketika
70
bangun tidur di pagi hari, bangun pengalaman subjektif dari individu
dengan keadaan tubuh yang segar yang tidak dapat diobservasi secara
dan fit, tidur nyenyak, dan tidak langsung serta merupakan keadaan
sering terbangun pada malam hari, emosi tanpa objek spesifik
yang diukur hanyalah kualitas tidur (Suliswati, 2012). Kecemasan
pada malam harinya saja. Keluhan menyebabkan kesulitan memulai
tidur pada umumnya berupa waktu tidur, masuk tidur memerlukan
tidur yang kurang, mudah terbangun waktu 60 menit, timbulnya mimpi
pada malam hari, bangun pagi lebih yang menakutkan dan mengalami
awal, rasa ngantuk sepanjang hari, kesukaran bangun pagi hari, dan
dan sering tertidur sejenak.Sebagian bangun dipagi hari merasa kurang
besar lansia sangat rentan mengalami segar (Nugroho, 2004)
penurunan kualitas tidur, masalah Kecemasan (ansietas) adalah
tidur yang sering dialami oleh lansia gangguan alam perasaan yang
adalah sering terjaga pada malam ditandai dengan perasaan ketakutan
hari, sering terbangun pada dini hari, atau kekhawatiran yang mendalam
sulit untuk memulai tidur, dan rasa dan berkelanjutan, tidak mengalami
lelah yang amat sangat pada siang gangguan dalam menilai realitas
hari (Davison, Neale & Kring, 2006). (Reality Testing Ability/RTA, masih
Banyak hal yang dapat menyebabkan baik), kepribadian masih tetap utuh
penurunan kualitas tidur pada lansia (tidak mangalami keretakan
antara lain perubahan irama kepribadian/splitting of personality),
sirkadian, adanya penyakit medik, perilaku dapat terganggu tetapi
psikiatrik, efek samping obat – masih dalam batas- batas normal
obatan, pemberian hipnoterapi yang (Hawari, 2013). Ansietas adalah
tidak semestinya, dan kebiasaan tidur kekhawatiran yang tidak jelas dan
yang buruk. Gangguan mental yang menyebar, yang berkaitan dengan
sangat erat hubungannya dengan perasaan tidak pasti dan tidak
gangguan tidur adalah kecemasan. berdaya dengan keadaan emosi yang
Setiap orang pernah mengalami tidak memiliki objek (Stuart, 2012).
kecemasan, kecemasan merupakan Kecemasan diklasifikasikan menjadi
71
4, yaitu kecemasan ringan, diobservasi diberi 5 tingkatan skor
kecemasan sedang, kecemasan berat, antara 0 sampai dengan 4. Skala
dan panik (Suliswati, 2005). HARS pertama kali digunakan pada
Tujuan dalam penulisan ini adalah tahun 1959 yang diperkenalkan oleh
untuk menlihat pengaruh tingkat Max Hamilton. Sedangkan untuk
kecemasan dengan kualitas tidur mengukur kualitas tidur digunakan
pada usia lanjut serta untuk Pittsburg Quality of Sleep Index
mengetahui gambaran tingkat (PSQI) yaitu penilaian yang
kecemasan dan gambaran kualitas berbentuk kuesioner yang digunakan
tidur pada usia lanjut. untuk mengukur kualitas tidur dan
gangguan tidur orang dewasa dalam
Metode Penelitian interval satu bulan.
Dalam penulisan ini observasi yang Observasi dilakukan setelah
digunakan yaitu dengan kuesioner lengkap dan responden
menggunakan kuesioner yang telah mengerti untuk menjawab kuesioner
baku. Observasi dilaksanakan selama dengan di dampingi oleh peneliti
2 hari di Unit Pelayanan Lanjut Usia yang sebelumnya sudah dijelaskan
Purbo Yuwono Brebes dan terlebih dahulu cara mengisi
pengolahan data selama kurang lebih kuesioner yang telah disediakan oleh
7 hari dilakukan di kampus. peneliti.
Kuesioner untuk mengukur Dalam pengolahan data dimana pada
kecemasan dengan menggunakan untuk pengukuran kualitas tidur
skala HARS (Hamilton Anxiety dengan menggunakan Kuesioner
Rating Scale) yang merupakan PSQI berisi 9 pertanyaan untuk
pengukuran kecemasan didasarkan penilaian individu dan 5 pertanyaan
pada munculnya simptom pada lain ditujukan untuk patner tidur atau
individu yang mengalami teman sekamar. 9 item pertanyaan ini
kecemasan. Menurut skala HARS dikelompokan kedalam 7 komponen
terdapat 14 simptom yang nampak skor, yang setiap item nya
pada individu yang mengalami dibobotkan dengan bobot seimbang
kecemasan. Setiap item yang dalam rentang skala 0 – 3. Ketujuh
72
komponen tersebut dijumlahkan terikat berskala ordinal (Arikunto,
hingga didapatkan skor global 2006).
dengan rentang skor 0 – 21, dimana Hasil dan Pembahasan
skor 0 – 5 menandakan kualitas tidur Berdasarkan hasil observasi
baik dan skor 6 – 21 menandakan menunjukkan bahwa sebagian besar
kualitas tidur buruk jadi semakin responden mempunyai tingkat
tinggi skor menandakan bahwa orang kecemasan ringan dan sedang yaitu
tersebut mengalami kualitas tidur masing-masing (40%), kecemasan
terburuk. Sedangkan untuk ringan (40%), dimana responden
mengetahui tingkat kecemasan dihubungkan dengan ketegangan
menggunakan kuesioner HARS yang dialami sehari-hari dan
terdiri dari 14 simtom yang setiap menyebabkan responden menjadi
item nya diberi 5 tingkatan skor waspada serta meningkatkan persepsi
antara 0 – 4, dengan skor jawaban bahwa yang dialaminya adalah gejala
adalah tidak ada gejala = nilai 0, yang normal, alamiah dan setiap
gejala ringan = nilai 1, gejala sedang lansia pasti akan mengalami
= nilai 2, gejala berat = nilai 3, dan kemunduran fisik serta tidak secara
gejala berat sekali = nilai 4.derajat langsung menunjukkan bahwa lansia
kecemasan ditentukan dengan cara sudah tidak ada gunanya lagi.
menjumlah nilai skor dari item 1 –
14 dengan hasil : skor <14 = tidak Tabel 1 Distribusi frekuensi tingkat
kecemasan pada lansia di Unit
ada kecemasan, skor 14 – 20 =
Pelayanan Sosial Lanjut
kecemasan ringan, skor 21 – 27 =
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase
kecemasan sedang, skor 28 – 41 = (%)
kecemasan berat, dan skor 42 – 56 = Kecemasan Ringan 16 40.0
panik. Kecemasan Sedang 16 40.0

Kemudian hasilnya di uji dengan Kecemasan Berat 8 20.0


Total 40 100
menggunakan Uji Statistik chi
Sumber : data primer diolah
square untuk menguji hubungan
antara variabel bebas dan variabel

73
Sedangkan hasil observasi pada seb
kualitas tidur menunjukkan bahwa
(67,5%) mengalami kualitas tidur
yang buruk, responden tidur kurang
dari lima jam sehari, sehingga akan
mempengaruhi kualitas tidurnya. Hal Hasil tabulasi silang menunjukkan
ini sesuai hasil observasi peneliti bahwa responden yang mengalami
bahwa secara ekspresi wajah (area tingkat kecemasan ringan memiliki
gelap disekitar mata, bengkak di kualitas tidur baik sebanyak 11
kelopak mata, konjungtiva responden (68,8%), sedangkan yang
kemerahan, dan mata terlihat memiliki kualitas tidur buruk lima
cekung), kantuk yang berlebihan, responden (12,5%), responden yang
tidak mampu berkonsentrasi, dan mengalami tingkat kecemasan
terlihat tanda-tanda keletihan. sedang memiliki kualitas tidur buruk
Tabel 2 Distribusi frekuensi kualitas sebanyak 14 responden (87,5%) dan
tidur pada lansia di Unit Pelayanan
yang memiliki kualias tidur baik dua
Sosial Lanjut Usia
Kualitas tidur Frekuensi Persentase responden (12,5%), sedangkan
pada lansia (%)
Baik 13 32.5 responden yang mengalami tingkat
Buruk 27 67.5
kecemasan berat semuanya memiliki
Jumlah 40 100
kualitas tidur yang buruk (100%)

Tabel 3 Tabulasi silang hubungan antara hubungan tingkat


kecamasan dengan kualitas tidur pada lansia di Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Tingkat Kualitas tidur pada lansia
Jml % x2 pValue
Kecemasan Baik % Buruk %
Ringan 11 68,8 5 31,3 16 100
Sedang 2 12,5 14 87,5 16 100 16,353 0,0001
Berat 0 0 8 100 8 100
Jumlah 13 32,5 27 67,5 40 100
Sumber : data primer diolah

74
Pembahasan mengatasainya. Manifestasi yang
Responden yang mengalami muncul pada tingkat ini adalah
kecemasan ringan (40%) ditandai kelelahan, iritabel, persepsi
dengan sesekali nafas pendek, nadi meningkat, kesadaran tinggi, mampu
dan tekanan darah naik, gejala ringan untuk belajar, motivasi meningkat,
pada lambung, muka berkerut dan dan tingkah laku yang sesuai situasi.
bibir bergetar kekita diajak berbicara, Kecemasan menurut Stuart dan
dimana lansia ditandai dengan tidak Sundeen (2003) menyatakan bahwa
dapat duduk tenang, responden masing – masing dari kecemasan
berjalan mondar-mandir, tremor memiliki tanda fisiologis, perilaku,
halus, suara kadang-kadang dan kognitif. Untuk kecemasan
meninggi karena ketidak stabilnya ringan tanda fisiologisnya meliputi:
perasaan responden. Responden yang sesekali nafas pendek, nadi dan
mengalami kecemasan ringan tekanan darah naik, gejala ringan
ditandai pada kemampuan pada lambung, muka berkerut dan
kognitifnya, responden masih bibir bergetar. Tandaperilakunya
mampu menerima rangsangan yang meliputi tidak dapat duduk tenang,
kompleks, konsentrasi pada masalah, tremor halus, suara kadang- kadang
menyelesaikan masalah secara meninggi. Tanda kognitifnya
efektif. Hal ini dibuktikan hasil meliputi: mampu menerima
observasi peneliti bahwa responden rangsangan yang kompleks,
masih mampu merespon. konsentrasi pada masalah,
Menurut Astuti (2008), kecemasan menyelesaikan masalah secara
ringan berhubungan dengan efektif.
ketegangan dalam kehidupan sehari- Berdasarkan hasil penelitian
hari dan menyebabkan seseorang menunjukkan bahwa sebagian besar
menjadi waspada dan meningkatkan responden mengalami kualitas tidur
persepsinya. Kecemasan ringan dapat buruk (67,5%), responden tidur
memotivasi rasa ingin tahu bahwa kurang dari lima jam sehari, sehingga
sesuatu yang dialaminya adalah akan mempengaruhi kualitas
alamiah dan mencari tahu cara tidurnya. Hal ini sesuai hasil
75
observasi peneliti bahwa secara Responden yang mengalami
ekspresi wajah ( area gelap disekitar kurangnya kualitas tidur berdampak,
mata, bengkak di kelopak mata, kualitas tidur kelihatan berubah pada
konjungtiva kemerahan, dan mata kebanyakan lansia. Lansia banyak
terlihat cekung), kantuk yang memikirkan tentang keluarga di
berlebihan, tidak mampu rumah, mempunyai keluarga tetapi
berkonsentrasi, dan terlihat tanda- tidak pernah menjenguk, sakit yang
tanda keletihan. tidak kunjung sembuh dan
Menurut Khasanah & Hidayat kecemburuan terhadap teman yang
(2012), kualitas tidur seseorang lain. Menurut Ambarwati (2014),
dikatakan baik apabila tidak tidur merupakan irama biologis yang
menunjukan tanda – tanda kompleks. Apabila jam biologis
kekurangan tidur dan tidak seseorang sama dengan pola terjaga
mengalami masalah dalam tidur nya. dan tidur, orang tersebut berada
Tanda – tanda kekurangan tidur dalam sinkronisasi sirkadian. Hal ini
dapat dibedakan menjadi 2, yaitu berarti seseorang terjaga ketika
tanda fisik dan tanda psikologis. fungsi fisiologis dan psikologisnya
Tanda–tanda fisik akibat kurang tidur paling aktif dan tertidur ketika fungsi
adalah ekspresi wajah ( area gelap fisiologis dan psikologisnya paling
disekitar mata, bengkak di kelopak tidak aktif. Perubahan irama sirkadia
mata, konjungtiva kemerahan, dan seseorang berubah sesuai pola
mata terlihat cekung), kantuk yang kebiasaan yang terjadi lebih dari 5
berlebihan, tidak mampu kali berturut turut. Irama sirkadian
berkonsentrasi, dan terlihat tanda- ini dimulai saat minggu ketiga
tanda keletihan. Sedangkan tanda- kehidupan seseorang.
tanda psikologis akibat kurang tidur Berdasarkan hasil uji statistik
adalah menarik diri, apatis, merasa menunjukkan bahwa ada hubungan
tidak enak badan, malas, daya ingat antara hubungan tingkat kecamasan
menurun, bingung, halusinasi, ilusi dengan kualitas tidur pada lansia (p
penglihatan, dan kemampuan value 0,00001< 0,05). Hal ini berarti
mengambil keputusan menurun. bahwa responden dengan tingat
76
kecemasan yang tinggi maka akan keluarga kepada lansia dengan upaya
banyak mempengaruhi terhadap memberikan terapi keluarga kepada
penurunan kualitas tidur pada lansia. lansia. Hasil penelitian sesuai dengan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapat Meiner & Lueckenotte
responden yang mempunyai tingkat (2006) menyebutkan bahwa
kecemasan ringan paling banyak gangguan tidur pada lansia dapat
kualitas tidur yang baik (68,8%). disebabkan oleh faktor psikis berupa
Kecemasan ringan dapat memotivasi kecemasan, stres psikologis,
rasa ingin tahu bahwa sesuatu yang ketakutan, dan ketegangan emosional
dialaminya adalah alamiah dan seperti ketidakmampuan beradaptasi
mencari tahu cara mengatasainya dengan teman yang membuat lansia
maka akan berpengaruh terhadap tidak dapat santai atau rileks
ketenangan jiwa lansia, lansia akan sehingga tidak dapat memunculkan
merasa nyaman dengan terpenuhinya rasa kantuk.
kebutuhan jasmaniah maupun Adapun responden yang memiliki
rohaniahnya. Lansia tidak terlalu kecemasan yang ringan tetapi
memikirkan hal – hal yang dapat mengalami kualitas tidur yang buruk
memicu ketegangan dalam (12,5%), hal ini dikarenakan banyak
kehidupan sehari – hari yang dapat faktor yang mempengaruhi kualitas
menyebabkan lansia menjadi tidur, atau kurang terbukanya
waspada dan meningkatkan responden dalam mencurahkan
presepsinga. Dengan demikian akan persoalan yang ada sehingga
menjadikan lansia mempunyai walaupun mendapatkan perhatian
pikiran yang tenang sehingga dari orang lain yang baik, tetapi ada
berdampak di pola tidur lansia. hal-hal yang berakibat pada
Menurut Wulandari (2010), lansia kurangnya tidur yang berakibat
yang mempunyai kecemasan ringan berkurangnya kualitas tidur. Hal ini
mempunyai kecenderungan lebih dikarenakan responden cenderung
sedikit untuk stress dibanding lansia memiliki waktu tidur yang sedikit
yang berhubungan jauh. Untuk itu yaitu hanya sekitar 3-4 jam saja dan
diperlukan peningkatan dukungan responden juga cenderung lama
77
menghabiskan waktunya di tempat Simpulan
tidur tetapi tidak bisa memulai Tingkat kecemasan pada lansia di
tidurnya. Sehingga disarankan bila Unit Pelayanan Sosial Lanjut Usia
sebelum tidur masih banyak sebagian besar adalah sedang dan
memikirkan persoalan untuk bisa di ringan masing-masing 40%.
ceritakan kepada orang lain untuk Kualitas tidur pada lansia di Unit
emnghasilkan solusi atau setidaknya Pelayanan Sosial Lanjut Usia
untuk mengurangi beban pikir sebagian besar buruk (67,5%).
menjelang tidur. Ada hubungan yang signifikan antara
Sedangkan responden yang tingkat tingkat kecemasan dengan kualitas
kecemasan sedang paling banyak tidur pada lansia di Unit Pelayanan
mengalami kualitas tidur buruk Sosial Lanjut Usia (X2 hitung 16,353
(87,5%), hal ini dikarenakan dan p value 0,0001 < α 0,05).
responden merasa tersisih atau Sangat disarankan bila sebelum tidur
kurang dianggap sehingga berakibat masih banyak memikirkan persoalan
pada responden terganggu pola tidur untuk bisa di ceritakan kepada orang
atau sulit untuk tidur. Menurut lain untuk menghasilkan solusi atau
Kuntjoro (2012) bahwa dengan setidaknya untuk mengurangi beban
adanya kecemasan pada lansia dapat pikir menjelang tidur.
membantu lansia menghadapi Untuk itu perlu pemahaman kepada
masalahnya, sehingga tidak keluarga responden untuk selalu
menimbulkan gangguan tidur, sering melibatkan lansia dalam mengambil
terbangun dari tidur /tidur yang keputusan dalam musyawarah
singkat atau kualitas dan kuantitas keluarga sehingga lansia tidak
tidur yang tidak cukup. Untuk itu merasa disisihkan.
perlu pemahaman kepada keluarga
responden untuk selalu melibatkan Ucapan Terima Kasih
lansia dalam mengambil keputusan Terima kasih kami ucapkan kepada
dalam musyawarah keluarga bapak ibu penghuni Unit Pelayanan
sehingga lansia tidak merasa Sosial Lanjut Usia yang telah
disisihkan. bersedia kami observasi selama kami
78
berada di Unit Pelayanan Sosial yang untuk mendapatkan data yang kami
tidak pernah lelah membantu kami inginkan.

Daftar Pustaka Rehabilitasi Sosial Mandiri


Semarang. Jurnal Nursing
Ambarwati, Fitri Respati. (2014).
Studies, Vol 1, 189-196.
Konsep Kebutuhan Dasar
Diakses 20 Maret 2015. 20.00,
Manusia. Yogyakarta : Dua
dari http://ejournal-
Satria Offset.
s1.Undip.Ac.Id./index.Php/nurs
Angriani. (2010). Faktor–faktor yang
ing.
berhubungan dengan kejadian
Kozier, B., et al. (2011).
insomnia pada lanjut usia di
Fundamental of Nursing:
Panti Sosial Tresna Werdha
Concepts, Process, and
Gau Mabaji Kabupaten Gowa.
Practice. 7th Ed. New Jersey :
Skripsi Ilmu Keperawatan
Pearson Education.
Arikunto, (2006). Prosedur
Maas, Meridean L., et al. (2011).
Penelitian. Jakarta : Rineka
Asuhan Keperawatan
Cipta.
Geriatrik. (Renata
Astuti. (2008). Bahan dasar untuk
Komalasari). Jakarta : EGC.
pelayanan konseling. Jakarta:
Kuntjoro. (2012). Dukungan Sosial
Grasindo
Pada Lansia. [Online].
Dewi, Putu Arista. , & Ardani, Gusti
Tersedia: http://www.e-
Ayu Indah. (2013). Angka
psikologi.com/epsi/lanjutusia_
Kejadian Serta Faktor-Faktor
detail.asp?id=183 [3 Juli 2015]
Yang Mempengaruhi
Musfir, (2005). Konseling Terapi.
Gangguan Tidur (Insomnia)
Jakarta : Gema Insani
Pada Lansia di Panti Sosial
Oliveira (2010), Sleep Quality Of
Tresna Werda Wana Seraya
Elders Living in Long term
Denpasar Bali Tahun 2013.
Care Institution. Journal of
Diakses 20 Maret 2015. dari
Brazilian University
http: // download.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar
portalgaruda. org/ article. php?
Fundamental Keperawatan,
Article = 195840 & val = 970
Konsep, Proses, dan Praktik
& title Angka Kejadian serta
ed.4. (Yasmin Asih, Trans.).
Faktor-Faktor yang
Jakarta : EGC.
Mempengaruhi Gangguan
Stuart, Gail, W. (2007). Buku Saku
Tidur (Insomnia) Pada Lansia
Keperawatan Jiwa ed. 2.
di Panti Sosial Tresna Werda
(Ramona P. Kapoh & egi
Wana Seraya Denpasar Bali
Komara Yudha. Trans.).
Tahun 2013.
Jakarta : EGC.
Khasanah & Hidayat. (2012). Buku
Ajar Keperawatan Geriatrik.
Jakarta : EGC.
Khusnul K, Wahyu H. (2012).
Kualitas Tidur Lansia Balai
79
Tarwoto & Wartonah. (2006).
Kebutuhan Dasar Manusia dan
Proses
Keperawatan, Edisi 3., Jakarta:
Salemba Medika
Wulandari (2010). Asuhan
Keperawatan Gerontik.
Yogyakarta: Mitra
Cendika.

80

Anda mungkin juga menyukai