Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Larutan penyangga atau larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan
harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa atau
pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun padanya
ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan. Contoh larutan
penyangga adalah air laut. Apabila 0,1 mL larutan HCl 1 M ditambahkan dalam 1 liter
air suling, pH nya akan berubah dari 7 menjadi 4. Bila HCl yng sama banyak
ditambahkan dalam satu liter air laut, perubahan pH nya jauh lebih kecil, yaitu dari 8,2
menjadi 7,6. Larutan buffer mempunyai komponen asam yang mampu menahan
kenaikan pH dan sebuah komponen basa yang mampu menahan penurunan pH.
Komponen itu merupakan konjugat dari asam basa lemah penyusun
larutan buffer itu sendiri, larutan penyangga juga merupakan larutan yang dibentuk
oleh reaksi asam lemah dengan basa konjugatnya ataupun basa lemah. Larutan
penyangga di bagi menjadi dua, yaitu larutan penyangga bersifat asam dan larutan
penyangga bersifat basa. Larutan penyangga bersifat asam ialah larutan yang
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7), larutan ini bisa dibuat dari asam
lemah dan garamnya, cara lain dalam membuatnya yaitu mencampurkan asam lemah
dengan basa kuat, asam lemahnya dicampurkan pada jumlah yang lebih banyak.
Campuran dapat menghasilkan garam dan mengandung basa konjugasi dari asam
lemah yang bersangkutan dan pada umumnya basa kuat yang digunakan
seperti natrium hidroksida. Sedangkan Larutan penyangga bersifat basa ialah larutan
yang mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7), larutan ini bisa dibuat dari basa
lemah dan garamnya (yang berasal dari asam kuat), cara lain membuatnya yaitu
mencampurkan basa lemah dengan asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan
lebih banyak.
Larutan penyangga banyak digunakan dalam analisis kimia, biokimia dan
mikrobiologi. Selain itu, dalam bidang industri, juga banyak digunakan pada proses
seperti fotografi, elektroplating (penyepuhan), pembuatan bir, penyamakan kulit,
sintesis zat warna, sintesis obat-obatan, maupun penanganan limbah. Di dalam tubuh
makhluk hidup juga terdapat larutan penyangga yang sangat berperan penting seperti
dalam keadaan normal, pH darah manusia yaitu 7,4, pH darah tidak boleh turun di
bawah 7,0 ataupun naik di atas 7,8. Karena akan berakibat fatal bagi tubuh, pH darah
dipertahankan pada 7,4 oleh larutan penyangga karbonat-bikarbonat
(H2CO3/HCO3−) dengan menjaga perbandingan konsentrasi [H2CO3] : [HCO3−]
sama dengan 1 : 20. Selain itu, dalam cairan intra sel juga terdapat larutan penyangga
dihidrogenfosfat-monohidrogenfosfat (H2PO4−/HPO42−). Larutan penyangga
H2PO4−/HPO42− juga terdapat dalam air ludah, yang berfungsi untuk menjaga pH
mulut sekitar 6,8 dengan menetralisir asam yang dihasilkan dari fermentasi sisa-sisa
makanan yang dapat merusak gigi.

1.2. Tujuan Percobaan


Tujuan melakukan percobaan ini adalah untuk mempelajari sifat larutan
penyangga dengan penambahan sedikit asam, basa ataupun dengan pengenceran.

1.3. Manfaat Percobaan


Manfaat dari percobaan ini adalah agar praktikan dapat mengetahui tentang sifat
dari larutan penyangga dan dapat mengetahui reaksi yang terjadi antara larutan
penyangga jika ditambahkan dengan sedikit asam dan basa.
BAB II
TINJAUAN KEPUTAKAAN

pH suatu larutan akan turun apabila ditambah asam, hal ini disebabkan
meningkatnya konsentrasi H+. Sebaliknya, bila ditambah basa akan menaikkan pH
karena penambahan basa meningkatkan konsentrasi OH–. Penambahan air pada
larutan asam dan basa akan mengubah pH larutan. Karena konsentrasi asam atau
basanya akan mengecil. Namun, ada larutan yang bila ditambah sedikit asam, basa,
atau air tidak mengubah pH secara berarti. Larutan yang demikian disebut dengan
larutan penyangga (disebut juga larutan buffer atau dapar) (Keenan,1984).
pH yang harganya tetap seringkali diperlukan dalam berbagai aktivitas yang
melibatkan reaksi-reaksi dalam larutan, perubahan pH suatu sistem seringkali
memberikan dampak yang tidak diinginkan. Namun larutan penyangga dapat
mempertahankan pH sistem terhadap gangguan yang dapat mengubah pH. Penyangga
alami terdapat dalam tubuh makhluk hidup maupun di alam. Kebutuhan buffer kadang
menyulitkan karena hampir setiap analisis membutuhkan kondisi pH tertentu yang
relatife stabil, karena banyaknya macam dan jenis buffer, pemilihan buffer yang akan
digunakan menjadi masalah tersendiri. Dalam memilih buffer, yang harus diperhatikan
adalah pH optimum serta sifat-sifat biologisnya, banyak jenis buffer yang mempunyai
dampak terhadap sistem biologis, aktivitas enzim, subtrat dan kovaktor ( Chang,2005).
Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari asam lemah dan basa lemah dan
garamnya, kedua komponen itu harus ada. Larutan ini mampu melawan perubahan pH
ketika terjadi penambahan sedikit asam atau sedikit basa. Kapasitas buffer adalah
jumlah asam atau basa yang dapat ditambahkan ke buffer sehingga relatif tetap,
kapasitas buffer bergantung pada jumlah asam garam atau basa garam di dalamnya.
Kapasitas buffer, yaitu keefektifan larutan buffer, bergantung pada jumlah asam dan
basa konjugat yang menyusun buffer tersebut. Semakin besar jumlahnya, semakin
besar kapasitas buffernya ( Chang,2005).
Larutan buffer memiliki komponen asam yang dapat menahan kenaikan pH dan
komponen basa yang dapat menahan penurunan pH. Komponen tersebut merupakan
konjugat dari asam basa lemah penyusun larutan buffer itu sendiri. Larutan penyangga
merupakan larutan yang dibentuk oleh reaksi suatu asam lemah dengan basa
konjugatnya atau pun basa lemah dengan asam konjugatnya. Reaksi ini disebut sebagai
reaksi asam-basa konjugasi. Larutan buffer asam jika ditambahkan asam akan
menggeser kesetimbangan ke kiri dan jika ditambahkan basa, maka ion OH- dari basa
itu akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Larutan buffer basa jika ditambahkan
asam, maka kesetimbangan bergeser kekiri, sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan dan jika ditambah basa, maka kesetimbangan bergeser ke kiri sehingga
konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan (Keenan,1984).
Buffer netral dengan kisaran pH 7 disebut buffer fosfat. Buffer fosfat dapat
dibuat dengan menggunakan monosodium fosfat dan basa konjugatnya yaitu
disodium fosfat. Meskipun buffer fosfat tergolong kedalam larutan penyangga,
namun kerja buffer ini tidak lebih baik dari cairan rumen dalam mempertahankan
pH. Hal ini dikarenakan adanya proses salivasi di dalam rumen. Saliva yang
dihasilkan kelenjar ludah berperan sebagai buffer alami bagi rumen sehingga
kemampuan mempertahankan pH rumen lebih bagus (Daintith, 2008).
Definisi Arrhenius mengenai asam dan basa yang terbatas pada pada penerapan
dalam larutan dengan medium air. Definisi yang lebih luas, yang dikemukakan oleh
kimiawan Denmar Johannes Bronsted pada tahun 1932, menyatakan asam sebagai
donor proton dan basa sebagai akseptor proton. Zat-zat yang berperilaku menurut
definisi ini disebut asam Bronsted (Bronsted acid) dan basa Bronsted (Bronsted base)
(Chang, 2005). Menurut Lewis, asam adalah zat yang dapat menerima sepasang
elektron, sedangkan basa adalah zat yang dapat memberikan sepasang elektron.
Larutan buffer asam jika ditambahkan asam akan menggeser kesetimbangan ke kiri
dan jika ditambahkan basa maka ion OH- dari basa itu
akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Larutan buffer basa jika ditambahkan
asam maka kesetimbangan bergeser ke kiri sehingga konsentrasi ion OH- dapat
dipertahankan (Keenan,1984).
Orgill dan shutterland menemukan banyak miskonsepsi siswa dalam materi
larutan penyangga yaitu siswa menganggap semakin kuat asam basa pembentuk suatu
penyangga maka semakin besar kapasitas suatu penyangga. Selain itu, siswa yakin
bahwa larutan penyangga dapat dibuat dari campuran asam basa tanpa melihat
kekuatan asam maupun basa. Turyansi mengungkapkan bahwa hanya sebagian kecil
siswa (1,2%) yang memiliki pemahaman penuh pada larutan penyangga. Hasil
penelitian Dahlia (2011) yang menyatakan sekitar 58% siswa di kelas XI reguler SMA
Negeri mengalami kesulitan pada larutan penyangga. Pada penelitin yang dilakukan
Silaloho (2012) hanya 9,69% siswa yang mampu memahami konsep menentukan pKa
pada materi larutan penyangga (Isnaini, 2015 : 7-9).
Siswa merasa kesulitan dalam membedakan larutan penyangga asam dan basa
serta asam basa konjugasinya dan kesulitan menghitung pH dan pOH. Kesalahan-
kesalahan yang dilakukan siswa pada materi larutan penyangga jika tidak diatasi akan
terus berlanjut dan berulang-ulang pada kesalahan yang sama, oleh sebab itu perlu
diketahui kesalahan siswa secara rinci. Bentuk instrumen yang dapat digunakan salah
satunya adalah tes diagnostik. Selama ini dalam memaparkan pemahaman siswa, guru
hanya melakukan pengujian dengan tes objektif biasa, memungkinkan siswa dapat
menebak jawaban, sehingga tidak diketahui secara pasti bagaimana pemahaman siswa
terhadap materi tersebut (Isnaini, 2015 : 7-9).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, dan pipet tetes.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah indikator universal, larutan
NH3, larutan NH4Cl, aquades, larutan CH3COONa, larutan NaCl, larutan HCl, larutan
NaOH, dan larutan CH3COOH.

3.2. Konstanta Fisik dan Tinjauan Keamanan


Tabel 3.1. Konstanta fisik dan tinjauan keamanan
No Bahan Berat Titik Didih Titik Leleh Tinjauan
Molekul (˚C) (˚C) Keamanan
(g/mol)
1. NH3 17 80 -38 Beracun
2. NH4Cl 54 338 800,4 Tidak reaktif
3. H2 O 18 100 0 Aman
4. CH3COONa 82,03 - - Iritasi
5. NaCl 58,4 1465 801 Aman
6. HCl 36,47 110 -27,32 Korosif
7. NaOH 39,997 1390 318 Korosif
8. CH3COOH 60,05 118,1 16,5 Korosif

3.3. Cara Kerja

Larutan NaCl 0,1 M

diukur pH dengan indikator universal

Hasil

10 mL larutan NaCl 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 1


ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M

diukur pH campuran larutan

Hasil
10 mL larutan NaCl 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 2


ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 M

diukur pH campuran larutan

Hasil

10 mL larutan NaCl 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 3

ditambahkan 10 mL aquades

diukur pH campuran larutan

Hasil

25 mL larutan CH3COOH 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 1

dicampurkan dengan 25 mL CH3COONa 0,1 M

diukur pH campuran larutan

ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M

diukur pH campuran larutan

Hasil
25 mL larutan CH3COOH 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 2

dicampurkan dengan 25 mL CH3COONa 0,1 M

diukur pH campuran larutan

ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 M

diukur pH campuran larutan

Hasil

25 mL larutan CH3COOH 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 3

dicampurkan dengan 25 mL CH3COONa 0,1 M

diukur pH campuran larutan

ditambahkan 10 mL aquades

diukur pH campuran larutan

Hasil

25 mL larutan NH3 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 1

dicampurkan dengan 25 mL NHCl 0,1 M

diukur pH campuran larutan

ditambahkan 1 mL HCl 0,1 M

diukur pH campuran larutan

Hasil
25 mL larutan NH3 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 2

dicampurkan dengan 25 mL NHCl 0,1 M

diukur pH campuran larutan

ditambahkan 1 mL NaOH 0,1 M

diukur pH campuran larutan

Hasil

25 mL larutan NH3 0,1 M

dimasukkan ke dalam gelas kimia 3

dicampurkan dengan 25 mL NHCl 0,1 M

diukur pH campuran larutan

ditambahkan 10 mL aquades

diukur pH campuran larutan

Hasil
DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Terjemahan dari General
Chemistry, oleh Departemen Kimia ITB, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Daintith, J (Editor). 1994. Kamus Lengkap Kimia. Terjemahan Suminar Achmadi.
Jakarta: Erlangga.
Isnaini, Masriani dan Rody. 2015. Pemahaman Konsep Materi Larutan Penyangga
Menggunakan Two- Tier Multiple Choice Diagnostic Instrument di Sma. Jurnal
Pendidikan dan pembelajaran. 4 (12) : 7-9.
Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas Jilid 1. Terjemahan dari General
College Chemistry, oleh Aloysius Hadyana Pudjaatmaka, Penerbit Erlangga,
Jakarta.
ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan yang berjudul “Larutan Penyangga” yang bertujuan untuk
mempelajari sifat larutan penyangga dengan penambahan sedikit asam atau dengan
pengenceran. Prinsip yang digunakan adalah prinsip kualitatif. Adapun metode yang
digunakan dalam percobaan ini adalah asam basa. Hasil percobaan ini adalah pada
perlakuan pertama NaCl memiliki pH 7, ketika di tambahkan dengan HCl, NaOH dan
H2O pHnya menjadi 1, 9 dan 7. Perlakuan kedua CH3COOH direaksikan dengan
CH3COONa memiliki pH 4, ketika di tambahkan dengan HCl, NaOH dan H2O pHnya
menjadi 2, 5 dan 4. Pada perlakuan ketiga NH3 direaksikan dengan NH4Cl memiliki
pH 8, ketika di tambahkan dengan HCl, NaOH dan H2O pHnya menjadi 6, 7 dan 7.
Kesimpulan yang dapat di ambil dari percobaan ini adalah perlakuan pertama bukan
buffer, perlakuan kedua merupakan buffer asam dan perlakuan ketiga merupakan
buffer basa.

Anda mungkin juga menyukai