Definisi Irham Sayang
Definisi Irham Sayang
LBM 1
Definisi
Varises adalah pelebaran dari vena superfisial yang menonjol dan
berliku-liku pada ekstremitas bawah, sering pada distribusi anatomis dari vena
safena magna dan parva.
Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena superfisialis vena
profunda, dan venaperforantes (penghubung). Walaupun vena menyerupai
arteri tetapi dindingnya lebih tipis, lapisan otot bagian tengah lebih lemah,
jaringan elastis lebih sedikit serta terdapat katup semilunar. Katup vena
merupakan struktur penting dari sistem aliran vena, karena berfungsi mencegah
refluks aliran darah vena tungkai. Katup vena bersama dengan kontraksi otot
betis akan mengalirkan darah dari vena superfisialis ke profunda menuju
jantung dengan melawan gaya gravitasi. Pompa otot betis secara normal
membawa 85-90% darah dari aliran vena tungkai, sedangkan komponen
superfisialis membawa 10-15% darah.1,9,19
mudah akan terbentuk Vena-vena profunda pada betis adalah v.komitans dari a.
tibialis anterior dan a. tibialis posterior yang melanjutkan
sebagaiv.popliteadan v.femoralis. Vena profunda ini membentuk jaringan luas
dalam kompartemen posterior betis pleksus soleal dimana darah dibantu
mengalir ke atas melawan gaya gravitasi oleh otot misalnya saat olahraga.
2. Kehamilan
Meningkatnya hormon progesteron dan bertambahnya berat badan saat hamil
dapat menyebabkan kaki semakin terbebani. Akibatnya, aliran darah dari kaki,
tungkai, pangkal paha dan perut bagian bawah pun dapat terhambat sehingga
juga dapat menimbulkan varises pada ekstremitas.
3|M.SGD CRD2.LBM 1
3. Kurang gerak/olahraga
Gaya hidup perkotaan yang kurang gerak, menyebabkan otot sekitar pembuluh
darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal. Hal ini juga dapat
menyebabkan terjadinya varises vena pada ekstremitas kaki.
5. Usia
Usia juga turut mempengaruhi kejadian penyakit varises vena. Usia yang
berisiko terjadi penyakit ini adalah usia lebih dari 37 tahun, terutama pada
wanita (akibat kehamilan), dan usia antara 60–70 tahun, baik pada laki-laki
maupun pada perempuan. Umur merupakan faktor risiko independen dari
varises. Pada umur tua atau lanjut, terjadi atropi pada lamina elastis dari
pembuluh darah vena dan terjadi degenerasi lapisan otot polos meninggalkan
kelemahan pada vena sehingga meningkatkan kerentanan mengalami dilatasi.
Hal ini dapat memicu terjadinya varises vena pada ekstremitas.
6. Obesitas
Obesitas juga dapat meningkatkan risiko terjadinya varises vena. Seseorang
dengan berat badan lebih dari 115% dari BBR (Berat Badan Relatif) lebih
berisiko menderita penyakit ini.
4|M.SGD CRD2.LBM 1
Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat muncul pada penderita penyakit varises (vena
varikosa) adalah sebagai berikut:
Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul akibat penyakit varises vena adalah sebagai
berikut:
1. Trauma pada nervus safenus dan suralis dengan diserta hiperestesia kulit.
2. Pembentukan hematoma subkutis dan kadang-kadang stripiing arteri tak
sengaja.
3. Dermatitis, menyebabkan ruam kemerahan, bersisik dan terasa gatal atau daerah
kecoklatan biasanya pada bagian dalam tungkai, di atas pergelangan kaki.
Penggarukan atau luka kecil bisa menyebabkan terbentuknya ulkus (borok)
yang terasa nyeri dan tidak sembuh-sembuh.
4. Flebitis, bisa terjadi secara spontan atau setelah suatu cedera, biasanya
menimbulkan nyeri tetapi tidak berbahaya.
5. Perdarahan, jika kulit diatas varises sangat tipis cedera ringan (terutama karena
penggarukan atau pencukuran) bisa menyebabkan perdarahan.
6|M.SGD CRD2.LBM 1
Prognosis
Pasien harus diberi informasi bahwa terkadang penbedahan yang dilakukan
secara berhati-hati mungkin tidak dapat mencegah perkembangan varises
tambahan sehingga penbedahan atau skleroterapi menjadi penting. Hasil baik
berupa perbaikan gejala biasa ditunjukan oleh banyak pasien. Jika varises berat
kembali muncul sesudah pembedahan, kelengkapan ligasi harus dipertayakan,
dan eksplorasi ulang pada daerah sefena femoral mungkin diperlukan. Sesudah
pengobatan yang adekuat, perubahan jaringan sekunder selalu tidak mengalami
kemunduran.
Penegakan Diagnostik
Untuk menegakkan diagnostik penyakit varises (vena varikosa), perlu dilakukan
beberapa pemeriksaan berikut.
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sistem vena penuh dengan kesulitan karena sebagian besar
sistem vena profunda tidak dapat dilakukan pemeriksaan langsung seperti
inspeksi, palpasi, auskultasi dan perkusi. Pada sebagian besar area tubuh,
pemeriksaan pada sistem vena superfisial harus mencerminkan keadaan sistem
vena profunda secara tidak langsung.
1. Inspeksi
Inspeksi tungkai dilakukan dari distal ke proksimal dari depan ke belakang.
Region perineum, pubis, dan dinding abdomen juga dilakukan inspeksi. Pada
inspeksi juga dapat dilihat adanya ulserasi, telangiektasi, sianosis akral, eksema,
brow spot, dermatitis, angiomata, varises vena prominent, jaringan parut karena
luka operasi, atau riwayat injeksi sklerotan sebelumnya.Setiap lesi yang terlihat
seharusnya dilakukan pengukuran dan didokumentasikan berupa pencitraan.
Vena normalnya terlihat distensi hanya pada kaki dan pergelangan kaki.
Pelebaran vena superfisial yang terlihat pada region lainnya pada tungkai
biasanya merupakan suatu kelainan. Pada seseorang yang mempunyai kulit
yang tipis vena akan terlihat lebih jelas.
Stasis aliran darah vena yang bersifat kronis terutama jika berlokasi pada sisi
medial pergelangan kaki dan tungkai menunjukkan gejala seperti perubahan
7|M.SGD CRD2.LBM 1
struktur kulit. Ulkus dapat terjadi dan sulit untuk sembuh, bila ulkus berlokasi
pada sisi media tungkai maka hal ini disebabkan oleh adanya insufusiensi vena.
Insufisiensi arteri dan trauma akan menunjukkan gejala berupa ulkus yang
berloksi pada sisi lateral.
1. Palpasi
Palpasi merupakan bagian penting pada pemeriksaan vena. Seluruh permukaan
kulit dilakukan palpasi dengan jari tangan untuk mengetahui adanya dilatasi
vena walaupun tidak terlihat ke permukaan kulit. Palpasi membantu untuk
menemukan keadaan vena yang normal dan abnormal.Setelah dilakukan
perabaan pada kulit, dapat diidentifikasi adanya kelainan vena superfisial.
Penekanan yang lebih dalam dapat dilakukan untuk mengetahui keadaan vena
profunda.
Palpasi diawali dari sisi permukaan anteromedial untuk menilai keadaan SVM
kemudian dilanjutkan pada sisi lateral diraba apakah ada varises dari vena
nonsafena yang merupakan cabang kolateral dari VSM, selanjutnya dilakukan
palpasi pada permukaan posterior untuk meinail keadaan VSP. Selain
pemeriksaan vena, dilakukan juga palpasi denyut arteri distal dan proksimal
untuk mengetahui adanya insufisiensi arteri dengan menghitung indeks ankle-
brachial. Nyeri pada saat palpasi kemungkinan adanya suatu penebalan,
pengerasan, thrombosis vena.Empat puluh persen DVT didapatkan pada palpasi
vena superfisialis yang mengalami trombosis.
1. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk mengetahui keadaan katup vena superfisial. Caranya
adalah dengan mengetok vena bagian distal dan dirasakan adanya gelombang
yang menjalar sepanjang vena di bagian proksimal. Katup yang terbuka atau
inkopeten pada pemeriksaan perkusi akan dirasakan adanya gelombang
tersebut.
2. Pemeriksaan Klinis
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan
klinis berikut untuk menegakkan diagnose penyakit varises (vena varikosa).
Pemeriksaan-pemeriksaan klinis ini meliputi tes Perthes (manuver Perthes), tes
trendelenburg, dan tes Doppler (auskultasi menggunakan Doppler).
8|M.SGD CRD2.LBM 1
1. Manuver Perthes
Manuver Perthes adalah sebuah teknik untuk membedakan antara aliran darah
retrograde dengan aliran darah antegrade. Aliran antergrade dalam sistem vena
yang mengalami varises menunjukkan suatu jalur bypass karena adanya
obstruksi vena profunda. Hal ini penting karena apabila aliran darah pada vena
profunda tidak lancar, aliran bypass ini penting untuk menjaga volume aliran
darah balik vena ke jantung sehingga tidak memerlukan terapi pembedahan
maupun skeroterapi.
aliran dari mana atau ke mana. Probedari doppler ini diletakkan pada vena
kemudian dilakukan penekanan pada vena disisi lainnya. Penekanan akan
menyebabkan adanya aliran sesuai dengan arah dari katup vena yang kemudian
menyebabkan adanya perubahan suara yang ditangkap oleh probe Doppler.
Pelepasan dari penekanan vena tadi akan menyebabkan aliran berlawanan arah
akut. Normalnya bila katup berfungsi normal tidak akan ada aliran berlawanan
arah katup saat penekanan dilepaskan, akhirnya tidak aka nada suara yang
terdengar dari Doppler.
Penatalaksanaan
Pengobatan varises vena atau insufisiensi vena kronis pada tungkai/kaki pada
prinsipnya adalah usaha memperlancar aliran darah vena tungkai, yaitu dengan
cara melakukan elevasi tungkai sesering mungkin, terutama setelah kegiatan
berjalan-jalan, dimana elevasi dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring
dengan membuatposisi kaki setinggi dengan jantung. Dengan posisi tersebut
aliran darah vena akan menjadi lancar dan dilatasi vena tungkai yang berkelok-
kelok menjadi tampak mengempis dan melengkuk, pada posisi tersebut secara
subjektif penderita akan merasa keluhannya berkurang dengan cepat (Yuwono,
2010).
pascaskleroterapi
Teknik pembalutan atau pemakain ukuran stoking harus tepat, tidak longgar
atau terlalu ketat, dan tidak perlu dipakai bila berbaring di tempat tidur. Indikasi
yang terpenting dari dari terapi kompresi adalah untuk mencegah terjadinya
pembengkakan atau edema pada tungkai kaki yang menderita varises. Banyak
penelitian yang melaporkan bahwa tekanan stocking sebesar 40 mmHg
mencegah terjadinya pembengkakan pada penderita varises pada tungkai
(ekstremitas) dibandingkan dengan tungkai yang menderita varises tetapi
tidakmenggunakan stocking (Yuwono, 2010). Sebuah laporan ilmiah dari
Mayberry (1991), menyatakan bahwa penelitian selama 15 tahun pada 113
penderita insufisiensi vena kronis tungkai yang diterapi dengan stocking, terjadi
perbaikan pada 90% kasus (102 kasus) dengan rata-rata waktu yang diperlukan
untuk sembuh adalah 5,3 bulan (Cheatle, 1998; Partsch, 1994).
Untuk menghindarkan diri dari berulangnya keluhan insufisiensi vena harus
dilakukan pencegahan dengan menggunakan stoking atau pembalut elastis
dengan atau tanpa obat-obatan flebotropik,menu makanan sehari-hari yang lebih
banyak mengandung sayuran dan buah-buahan segar (mengurangi jenis
makanan dari hewani karena selain tidak berserat juga akan meningkatkan
peninggian konsentrasi lemak dalam darah dan meningkatkan hipertensi vena).
Sayuran dan buah-buahan adalah makanan yang tinggi serat dan mengandung
zat-zat aktif (flavonoid) yang terbukti bersifat flebotropik (memperbaiki tonus
dinding vena atau venotonik) sangat dianjurkan dikonsumsi untuk mencegah
terjadinya kelemahan tonus dinding vena (Yuwono, 2010).
Kebanyakan terapi varises dilakukan atas indikasi kosmetik. Indikasi
medis,misalnya berupa keluhan kaki berat atau sakit jika berdiri lama.
Perdarahan, perubahan kulit hipotropik, dan tromboflebitis merupakan indikasi
medis lain. Perdarahan biasanya terjadi pada malam hari tanpa disadari oleh
penderita, terutama pada orang tua yang sudah lama varises. Terapi terdiri atas
pemasangan pembalut (stocking) setelah kaki diangkat beberapa waktu untuk
mengosongkan vena dan meniadakan edema (Jong, 2005).
1. Skleroterapi
Skleroterapi dilakukan dengan menyuntikkan substansi sklerotan ke dalam
pembuluh darah yang abnormal sehingga terjadi destruksi endotel yang diikuti
dengan pembentukan jaringan fibrotik. Sklerotan yang digunakan saat
yaitu ferric chloride, saline hipertonic,polidocanol, iodine gliserin, dan sodium
tetradecyl sulphate, namun untuk terapi varises vena safena paling umum
11 | M . S G D C R D 2 . L B M 1
digunakan saat ini adalah sodium tetradecyl sulphate dan polidacanol. Kedua
bahan ini dipilih karena sedikit menimbulkan reaksi alergi, efek pada perubahan
warna kulit (penumpukan hemosiderin) yang rendah, dan jarang menimbulkan
kerusakan jaringan apabila terjadi ekstravasasi ke jaringan.
Terapi menggunakan kombinasi skleroterapi dengan ligasi safeno femoral
junction sangat pupuler dilakukan pada tahun 1960 dan 1970, terapi kombinasi
ini diberikan setelah dilakukan pembedahan konvensional untuk menghilangkan
vaarises residual setelah operasi. Sebuah penelitian yang membandingkan
antara kombinasi skleroterapi dengan ligasi SFJ dibandingkan kombinas ligasi
SFJ dengan stripping didapatkan angka rekurensi klinis dan rekuresnsi
terjadinya refluks SFJ yang lebih tinggi pada kelompok yang menggunakan
skleroterapi.
Sklerotan dibagi berdasarkan jenis substansinya yaitu yang berbentuk foam dan
benbentuk liquid. Pada sklerotan jenis foam memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan jenis liquid yaitu dosis yang lebih sedikit, lebih efektif
dan menimbulkan komplikasi yang lebih rendah. Pada sebuah penelitian non-
randomised membandingkan antara sklerotan jenis foam dengan liquid
didapatkan angka oklusi pembuluh darah yang lebih tinggi (67% dengan 17%
dalam 1 tahun) dan angka gejala klinis yang lebih rendah (8.1% dan 25%) pada
pasien yang menggunakan sklerotan foam. Tidak ada komplikasi ditemukan
pada penelitian ini. Penelitian randomized trial lebih lanjut yang
membandingkan antara polidocalol foam dengan polidocanol liquid didapatkan
dalam terapi Vena Safena Magna (VSM) inkompen (diameter < 8 mm)
didapatkan keberhasilan dalam mengablasi refluks VSM lebih tinggi pada
polidocanol jenis foam (84% lawan 14%).
2. Terapi Minimal Invasif
1. Radiofrekuensi ablasi (RF)
Radiofrekuensi adalah teknik ablasi vena menggunakan kateter radio frekuensi
yang diletakkan di dalam vena untuk menghangatkan dinding pembuluh darah
dan jaringan sekitar pembuluh darah. Pemanasan ini menyebakan denaturasi
protein, kontraksi kolagen dan penutupan vena. Kateter dimasukkan sampai
ujung aktif kateter berada sedikit sebelah distal SFJ yang dikonfirmasikan
dengan pemeriksaan USG. Ujung kateter menempel pada endotel vena,
kemudian energy radio frekuensi dihantarkan melalui kateter logam untuk
memanaskan pembuluh darah dan jaringan sekitarnya. Jumlah energi yang
diberikan dimonitor melalui sensor termal yang diletakkan di dalam pembuluh
darah. Sensor ini berfungsi mengatur suhu yang sesui agar ablasi endotel terjadi.
3. Terapi Pembedahan
1. Ambualtory phlebectomy (Stab Avulsion)
Teknik yang digunakan adalah teknik Stab-avulsion dengan menghilangkan
segmen varises yang pendek dan vena retikular dengan jalan melakukan insisi
ukuran kecil dan menggunakan kaitan khusus yang dibuat untuk tujuan ini,
prosedur ini dapat digunakan untuk menghilangkan kelompok varises residual
setelah dilakukan sphenectomy.
Mikroinsisi dibuat diatas pembuluh darah menggunakan pisau kecil atau jarum
yang berukuran besar. Selanjutnya kaitan phlebectomu dimasukkan ke dalam
dan vena dicapai melalui mikroinsisi ini. Menggunakan kaitan kemudian
dilakukan traksi pada vena, bagian vena yang panjang dipisahkan dari
perlekatan sekitarnya. Bila vena tidak dapat ditarik rapat, dilakukan insisi di
tempat lain dan proses diulangi dari awal sampai keseluruhan vena.
1. Saphectomy
Teknik saphenektomi yang paling popular saat ini adalah teknik menggunakan
peralatan stripping internal dan teknik invaginasi dengan jalan membalik
pembuluh darah dan menariknya menggunakan traksi endovenous, teknik
tersebut dapat menurunkan terjadinya cedera pada struktur di sekitarnya.Untuk
menghilangkan VSM, sebuah insisi dibuat 2–3 cm sebelah medial lipatan paha
untuk melihat SFJ.
Sebelum melakukan stripping pada VSM, semua percabangan dari SFJ harus
diidentifikasi dan dilakukan ligasi untuk memilinimalkan terjadinya rekurensi.
Setelah ligasi dan pemisahan Junction, peralatan stripping dimasukkan ke
dalam VSM di lipatan paha didorong sampai level cruris selanjutnya
alat strippeer dikeluarkan melalui insisi yang dibuat (5 mm ataiu lebih kecil)
13 | M . S G D C R D 2 . L B M 1
Peran dari vena perforata dalam etiologi varises vena masih kontroversi.
Bagaimanapun ukuran dan persentase vena perforata yang mengalami
inkompenten di sisi medial cruris menunjukkan hubungan dengan severitas
penyakit insufisiensi vena kronis. Beberapa ahli bedah vaskurel berpendapat
ligasi pada vena perforata merupakan tindakan yang tidak rutin dilakukan.
Bila ligasi vena perforata diperlukan untuk mengisolasi vena perforata yang
inkompeten, tindakan ligasi endoskopi lebih disarankan dibandingkan dengan
operasi terbuka untuk menghindari masalah dengan penyembuhan luka operasi.
Atau bila dilakukan operasi terbuka, penentuan vena perforata melalui
pemeriksaan ultrasound mungkin dapat mengatasi masalah penyembuhan luka
operasi bila dibandingkan dengan prosedur Lintos tradisional.
Pencegahan
Berikut adalah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
penyakit varises vena.
15 | M . S G D C R D 2 . L B M 1
1. Makan makanan bergizi dan olahraga teratur, seperti jogging atau berjalan
cepat. Juga dianjurkan untuk mengatur berat badan, untuk mencegah obesitas.
2. Hindari berdiri terlalu lama. Sedapat mungkin melakukan relaksasi jika dalam
aktifitas sehari-hari dituntut berdiri lama.
3. Hindari terlalu lama duduk dengan kaki menyilang. Posisi ini dapat
menghambat aliran darah dari tungkai ke arah jantung.
4. Hindari pemakaian pakaian bawah yang terlalu ketat.
5. Jika sedang bepergian jauh, usahakan meluruskan kaki secara berkala dan
memijit-mijit tungkai sehabis bepergian. Hindari posisi menyilangkan kaki.
6. Gunakan kaos kaki elastis atau stocking yang mendukung untuk mencegah
penekanan pada tungkai.
7. Bagi yang menyukai sepatu hak tinggi, dapat menggunakannya agar otot sekitar
varises berkontraksi dan untuk memperlancar aliran darah. Tetapi,
penggunaannya perlu dibatasi.