Anda di halaman 1dari 5

DOKTER MUSLIM

Oleh: Era Karina

(J520110059)

Tujuan :

Mentee memahami konsep sebagai seorang dokter gigi muslim

Deskripsi :

Dalam syariat Islam, dijelaskan bahwa tujuan akhir dari semua bentuk aktivitas hidup
manusia adalah ibadah, atau pengabdian kepada Allah SWT karena DIA lah yang telah
menciptakan manusia dan alam semesta. Salah satu aktivitas (profesi) tersebut adalah
dokter/dokter gigi. Dokter merupakan profesi yang mulia sebab berkaitan erat dengan
upaya penyelamatan jiwa, pemeliharaan kesehatan, mengobati orang sakit, serta
menghindarkan diri dari kerusakan sebagaimana yang termaktub dalam firman Allah:

“Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah


memelihara kehidupan semua manusia.” [QS.5:32]

Betapa luhur dan mulianya tugas seorang dokter muslim. Oleh karena itu, seorang
dokter muslim harus memiliki sifat seperti berikut:

a. Dokter muslim haruslah beriman kepada Allah


b. Dokter muslim harus menjadi teladan yang baik. Dia selalu memelihara
kesehatan dirinya.
c. Dokter muslim harus bersikap bijaksana serta memiliki kemampuan untuk
memberi nasihat dan peringatan.
d. Dokter muslim harus memiliki pengetahuan tentang syariat islam, yang meliputi
cara beribadah dan pokok-pokok fiqih lainnya sehingga dia bisa memberikan
nasihat kepada pasien-pasiennya.
e. Meskipun dalam keadaan darurat hal yang dilarang itu dibolehkan, seorang
dokter muslim harus berusaha menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah
SWT.
f. Seorang dokter muslim harus fokus dalam menjalankan tugasnya dan
mencurahkan seluruh kemampuan untuk menyembuhkan pasiennya.

Studi Kasus :

Seorang pasien datang ke drg. Cantik. Pasien tersebut ingin mencabut giginya yang
berlubang. Sebelum melakukan tindakan, dokter melakukan anamnesa dan pemeriksaan IO
& EO, hasilnya dokter menemukan berbagai tanda klinis yang mengarah bahwa pasien
tersebut adalah ODHA. Sebagai seorang dokter gigi muslim, apa yang akan anda lakukan
terhadap pasien tersebut?

Hikmah :

“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kalian, maka Allah akan melihat pekerjaan kalian,
begitu juga Rasul-Nya, dan orang-orang mukmin, dan kalian akan dikembalikan
kepada (Allah) yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya
kepada kalian, apa yang telah kalian kerjakan’.” [QS.9:105]

Referensi :

Izzan, Ahmad., 2010, Sakitku Ibadahku, Panduan Ibadah Bagi Pasien, Keluarga
Pasien, Dokter, dan Perawat, Klinikalmahira, Jakarta

Anurogo, Dito., 2011, Etika Dokter Islam,


http://filsafat.kompasiana.com/2011/01/16/etika-dokter-muslim-335040.html
IBADAH KETIKA SAKIT

Oleh: Era Karina

(J520110059)

Tujuan :

Mentee memahami konsep ibadah ketika sakit

Deskripsi :

Sebagai umat muslim, kita tidak boleh meninggalkan ibadah kepada Allah, terutama
sholat fardhu lima waktu, bahkan ketika sakit. Untuk mengatasi hal ini Islam memberikan
keringanan kepada orang sakit untuk melaksanakan rukun shalat dan syarat-syaratnya,
seperti bersuci, dll. Beberapa contoh diantaranya:

a. Thaharah (bersuci)
 Istinja’: bersuci untuk menghilangkan bekas buang air kecil atau buang air
besar pada kedua tempat keluarnya masing-masing. Ketika sedang sakit
dan tidak mampu beranjak dari tempat tidur untuk beristinja, maka
hendaknya meminta bantuan orang lain (muhrimnya) untuk menyucikan
kedua anggota badan tersebut (kubul & dubur).
 Wudhu: bersuci atas hadast kecil. Ketika sedang sakit, tayamum boleh
digunakan sebagai pengganti mandi wajib dan wudhu. Hal ini termaktub
dalam QS. Al Maidah, ayat 6:
“... Dan jika kalian sakit, dalam perjalanan, kembali dari tempat
buang air (kakus), atau menyentuh perempuan, jika kalian tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci)....”
[QS.5:6]
b. Shalat
Shalat merupakan ibadah wajib bagi umat islam karena merupakan tiang
agama dan penghubung manusia dengan Allah. Dalam hadist Bukhari, dikatakan
bahwa:
“Shalatlah engkau dengan berdiri. Kalau engkau tidak mampu, maka
duduklah. Dan kalau engkau juga tidak mampu (duduk), maka shalatlah
dengan berbaring”.
Selain itu, Allah juga memberikan keringanan (rukhsah) bagi hambanya yang
sedang sakit untuk menjamak dan mengqadha sholat. Jamak sholat dilakukan
apabila orang sakit menemui kesulitan untuk melakukan sholat pada waktunya,
sedangkan mengqadha sholat dilakukan apabila orang sakit tersebut tertidur
pada waktu sholat, atau dalam keadaan pingsan atau terbius setelah dioperasi.
c. Puasa
Puasa merupakan salah satu ibadah yang wajib dilakukan setiap muslim.
Sama halnya dengan sholat, Allah SWT juga memberikan rukhsah bagi hambanya
yang sedangn sakit. Hal ini termaktub dalam surah Al-Baqoraoh ayat 185, yang
artinya... “Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka
wajib menggantinya sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang
lain.” [QS.2:185]

Studi Kasus :

a. Pasien X dalam kondisi koma selama 3 bulan. Menurut anda, berdasarkan teori yang
telah dipaparkan, bagaimana dengan ibadah (sholat) pasien X tersebut?
b. Kewajiban sholat itu tidak gugur dari orang yang sakit selamanya, sepanjang akalnya
tetap, akan tetapi apabila ditakdirkan orang sakit ini tidak bisa berwudhu dan tidak
bisa bertayamum, tidak bisa menjauhi najis pada badannya atau pakaiannya atau
tempat sholatnya, apa yang harus dia lakukan?

Hikmah :

Maka bertakwalah kalian kepada Allah semampu kalian [QS.64:16]

Referensi :

Al-Albani, Muhammad Nashiruddin., 2000, Sifat Shalat Nabi, Media Hidayah,


Yogyakarta
Al-Utsaimin, Muhammad bin Shalih., 2012, Sifat Shalat Nabi Dari Takbir Hingga
Salam, Darus Sunnah, Jakarta

Izzan, Ahmad., 2010, Sakitku Ibadahku, Panduan Ibadah Bagi Pasien, Keluarga
Pasien, Dokter, dan Perawat, Klinikalmahira, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai