Anda di halaman 1dari 3

A.

Evaluasi (In Vivo)

Pada sediaan topikal, salah satu


parameter yang penting untuk diperhatikan
adalah adanya kemungkinan produk yang
diaplikasikan menimbulkan iritasi terhadap
kulit. Iritasi merupakan salah satu reaksi
buruk yang terjadi pada kulit, yang dapat
disebabkan oleh beragam faktor diantaranya
lama pemberian, luas area pemberian, tingkat
penetrasi dan ketoksikan dari bahan yang
diaplikasikan, uji iritasi pada penelitian ini
dilakukan secara in vivo

Masing-masing sampel iritan


sebanyak 0,5 gram dioleskan pada bagian
punggung kelinci yang telah dicukur, lalu
ditutup dengan kasa steril kemudian
direkatkan dengan plester. Setelah 24 jam,
plester dan perban dibuka dan dibiarkan
selama 1 jam, lalu diamati. Setelah diamati,
bagian tersebut ditutup kembali dengan
plester yang sama dan dilakukan pengamatan
kembali setelah 72 jam (Irsan dkk, 2013).
Selanjutnya untuk setiap keadaan kulit diberi
nilai sebagai berikut (Draize, 1959):
1. Eritema
a. Tidak ada eritema = 0
b. Eritema sangat ringan = 1
c. Eritema ringan = 2
d. Eritema sedang = 3
e. Eritema berat = 4

2. Edema
a. Tidak ada edema = 0
b. Edema sangat ringan = 1
c. Edema ringan = 2
d. Edema sedang = 3
e. Edema berat = 4

Indeks iritasi dihitung dengan cara


menjumlahkan nilai dari setiap kelinci
percobaan setelah 24 jam dan 72 jam
pemberiaan sampel iritan, kemudian dibagi 4.
Penilaian iritasinya sebagai berikut:
0,00 = Tidak mengiritasi
0,04 - 0,99 = Sedikit mengiritasi
1,00 - 2,99 = Iritasi ringan
3,00 - 5,99 = Iritasi sedang
6,00-8,00 = Iritasi berat.

Draize, J.H. 1959. Dermal Toxicity. The


Association of Food and Drug
Officials of the United States, Bureau
of Food and Drugs, Austin, TX. pp.
46-49. Available as PDF file

Irsan,M.A, Manggav, E., Pakki., Usmar.,


2013, Uji Iritasi Krim Antioksidan
Ekstrak Biji Lengkeng (Euphoria
longana Stend) pada Kulit Kelinci
(Oryctolagus cuniculus), Majalah
Farmasi dan Farmakologi,17(2):55–
60

Pratimasari Diah Dkk, 2015, EVALUASI SIFAT FISIK DAN UJI IRITASI SEDIAAN SALEP
MINYAK ATSIRI
BUNGA CENGKEH DALAM BASIS LARUT AIR, Jurnal Ilmiah Farmasi Vol. 11 No. 1
B. Evaluasi dengan beberapa parameter kestabilan fisika (In Vitro)

Evaluasi kestabilan fisika dari sediaan gel dilakukan dengan beberapa parameter fisika yaitu
pengukuran viskositas, pengujian organoleptis, penentuan nilai yield, penentuan tipe aliran,
pengukuran pH, daya sebar, dan homogenitas.

1) Pengujian organoleptis sediaan gel


Pengujian organoleptis meliputi pemeriksaan perubahan bau, warna, dan konsistensi dari formula
sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan.

2) Pengukuran viskositas sediaan gel


Sebanyak 50,0 mL sediaan gel dimasukkan kedalam gelas ukur 50,0 mL kemudian diukur
viskositasnya dengan menggunakan Viskometer Brookfield RVT yang dilengkapi dengan spindle
no.7 dengan kecepatan 50 rpm (putaran per menit) kemudian dicatat hasilnya. Evaluasi dilakukan
terhadap sediaan gel sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan.

3) Penentuan aliran
Untuk penentuan tipe aliran, dilakukan pengukuran viskositas gel pada berbagai kecepatan yaitu
(5, 10, 20, 50, dan 100 rpm). Kemudian diukur nilai yieldnya dengan menggunakan Viskometer
Brookfield RVT spindle no.7. Kemudian dicatat hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap sediaan gel
sebelum dan sesudah kondisi dipaksakan.

4) Pengujian Homogenitas
Pengujian dilakukan dengan mengoleskan sediaan gel pada obyek gelas, kemudian ditutup dengan
deck glass. Lalu diamati dengan mikroskop perbesaran 40 x 10.

5) Pemeriksaan daya sebar


Sediaan sebanyak 200,0 mg diletakkan diatas kaca bening berdiameter 20 cm, ditutup dengan kaca
bulat bening berdiameter 20 cm, tebal 2 mm, dan berat 147,42 g. Diatasnya diberi beban sebesar
125 g, 225 g, dan 325 g. Kemudian diukur diameter daya sebarnya.

6) Pengukuran pH
Sediaan sebanyak 25,0 mL dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 mL, diukur pH dari sediaan
dengan pH meter. Pengukuran dilakukan terhadap setiap formula sebelum dan sesudah kondisi
dipaksakan.

7) Evaluasi pelepasan bahan aktif melalui pengujian difusi menggunakan kertas Whatman no.1
yang diimpregnasi pada cairan spangler. Komposisi cairan spangler : Asam palmitat 10 g, Asam
oleat 15 g, Asam stearate 5 g, Minyak kelapa 15 g, Parafin 10 g, Kolesterol 5 g, Lilin putih 15 g,
semua bahan dilebur dalam cawan petri. Setelah itu kertas Whatman dicelupkan atau direndam
dalam caian spangler selama 15 menit. Kemudian diangkat dan dikeringkan dengan kertas tissue
lalu ditentukan jumlah cairan yang terserap. Diambil 1 gram gel, diratakan di kertas
mermbran.Cuplikan diambil dari cairan reseptor dalam gelas kimia sebanysk 5 ml. Setiap
pengambilan selalu diganti dengan cairan hydroalcoholic sebanyak 5 ml. pengambilan cuplikan
dilakukan pada menit ke 5, 10, 15, 25, 35, 45, 60, 80, 100, 160 dan 180 menit kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang maksimum.

Referensi:
A. Mumtihanah Mursyid. 2017.EVALUASI STABILITAS FISIK DAN PROFIL DIFUSI
SEDIAAN GEL (MINYAK ZAITUN).Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Indonesia.Jurnal
Fitofarmaka Indonesia, Vol. 4 No.1

Anda mungkin juga menyukai